Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selain perunggu, paduan tembaga dengan seng dan kuningan merupakan paduan pertama yang
menyertai perkembangan umat manusia. Saat ini paduan tersebut banyak diterapkan dalam teknologi,
di samping logam paduan umum yang berasal dari kelompok logam non-ferrous. Berkat sifat khusus
dari kuningan dapat diterapkan dalam berbagai domain industri, antara lain di teknik sipil, industri
persenjataan, industri pesawat terbang, produksi mobil, industri listrik, pembangunan kapal, mekanik
presisi dan industri kimia. Paduan CuZn dengan 30% Zn ini ditandai dengan keuletan yang cukup
besar dan ketahanan terhadap korosi, juga memiliki casting ability yang baik.
Pada baja HSLA Kekuatan atau sifat kekerasan bahan umumnya menurun dengan
meningkatnya temperatur anil, sedangkan sifat plastik meningkat. Secara substansial nilai kekuatan
menurun yang terjadi pada suhu sekitar 600 ° C.
Sifat menarik dari paduan Co-Si-B adalah dari minat khusus untuk penelitian dasar tentang
bahan serta aplikasi potensi mereka, seperti sensor magnetik. Paduan logam ini merupakan bahan
yang baik untuk teknologi karena sifat materialnya yang unik. Sejak penemuan paduan ini, sifat
sifatnya telah dipelajari secara ekstensif karena memiliki banyak keuntungan dengan alasan mendasar
pada potensi yang besar dalam aplikasi praktisnya. Paduan CoSiB adalah paduan amorf metalik dua
kali lebih keras baja dan memiliki sifat magnetik yang sangat baik.

1.2 Tujuan
Makalah ini memaparkan mengenai sebuah penelitian dari jurnal yang kami ambil. Dan
memiliki tujuan sebagai berikut :
1) Menyelidiki pengaruh suhu rekristalisasi (anil) terhadap sifat mekanik CuZn30 dan baja
HSLA
2) Menyelidiki pengaruh anil terhadap sifat magnetik CuSiB

1.3 Ruang Lingkup


Agar pokok bahasan tak begitu melebar maka dalam makalah ini kami telah menganalisa ruang
lingkup yang dipakai sebagai berikut :
1) Material yang dipakai : Paduan CuZn30, baja HSLA dan paduan CoSiB
2) Metodologi : Annealing, uji tarik, uji sifat magnet

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Sebuah proses laku panas akan terdiri dari tahapan berikut :


Pertama, baja dipanasi Laku panas yang terjadi pada kondisi equilibrium akan
menghasilkan strukturmikro yang mendekati diagram fasanya. Anealing adalah suatu proses
laku panas yang dilakukan pada logam atau paduan dalam pembuatan produk.
Prinsip anealing adalah memanaskan baja sampai temperatur tertentu (temperatur
anealing) kemudian menahanya selama waktu tertentu dilanjutkan pendinginan secara
lambat.
Tujuan utama proses annealing adalah :
Melunakan, menghaluskan butir kristal, menghilangkan tegangan dalam (internal
stress), memperbaiki mampu mesin (machinability) dan memperbaiki sifat kelistrikan atau
kemagnitan.
Bentuk – bentuk laku panas annealing :
1. Full annealing
2. Normalising
3. Sphereodising
4. Homogenizing dll

2.1. Full annealing


Tujuan dari proses full annealing adalah untuk membuat baja menjadi lebih lunak,
menghaluskan butir kristal serta dapat memperbaiki sifat machinability.
Gambar 15, menunjukan temperature untuk berbagai macam proses, pada proses
anealing dilakukan dengan memanaskan baja sampai temperatur 25 – 50 0C diatas garis A3
untuk baja hipoeutektoid dan 25-500C diatas garis A1 untuk baja hipereutektoid kemudian
didinginkan dalam dapur atau ruang yang memiliki penyekat panas yang baik sehingga
memberikan efek pendinginan sangat lambat .
Baja dalam proses mengalami pemanasan yang cukup tinggi biasanya butiran kristalnya
terlalu besar atau kasar yang menyebabkan sifat mekaniknya kurang baik sehingga perlu
dihaluskan dengan proses annealing.
Selama pemanasan dibawah garis A1 belum nampak ada perubahan, perubahan mulai
terjadi setelah mencapai temperature kritis A1 butir kristal perlit bertransformasi menjadi
kristal austenit yang halus. Pada baja hipoeutektoid bila pemanasan lebih tinggi maka ferrit

2
akan bertransformasi menjadi austenit yang berbutir halus sedang austenit yang berasal dari
perlit hampir tidak berubah. Perubahan akan selesai pada garis A3, pada saat ini austenit
masih halus namun belum homogen. Dengan menaikan temperature sedikit diatas A3 dan
memberi waktu tahan seperlunya akan diperoleh austenit yang halus dan homogen sehingga
bila didinginkan lambat akan diperoleh kristal ferit dan perlit yang halus. Sebaliknya bila
temperaturnya terlalu tinggi dan waktu tahan terlalu lama maka austenit yang terjadi akan
terlalu kasar, sehingga pada pendinginan akan diperoleh ferit dan perlit yang kasar juga.

Gambar 1.
Daerah pemanasan untuk annealing dan normalising

Deformasi dingin atau pemanasan yang tinggi dan pendinginan yang cepat akan
meningkatkan kekerasan suatu baja, bila diinginkan sifat lunak tentu baja tersebut harus
dilakukan full annealing , sehingga akan terbentuk ferit dan perlit (baja hipoeutektoid) dan
perlit dan cementit network (baja hipereutektoid) yang lebih lunak sebelumnya.

2.2. Normalising
Gambar 15, menunjukan temperatur pemanasan untuk normalising lebih tinggi
daripada pemanasan untuk full annealing sampai sekitar 50C diatas temperature kritis A 3
untuk baja hypoeutektoid pendinginan dilakukan diudara, sehingga lebih cepat menyebabkan
kecepatan pembentukan ferrit proeutektoid atau sementit proeutektoid akan lebih kecil atau
lebih sedikit dan perlit akan lebih banyak.
Gambar 16. yang memperlihatkan, struktur mikro baja karbon 0,52% yang
dinormalising. Nampak ferrit berwarna putih jumlahnya lebih sedikit. memperlihatkan.
Normalising menyebabkan letak titik eutectoid juga akan berubah menjadi lebih kekiri untuk

3
baja hypoeutektoid dan lebih ke kanan untuk baja hypereutectoid , jadi eutectoid tidak ladi
0,8% C.
Pendinginan yang lebih cepat akan enyebabkan lamel sementit pada perlit menjadi
lebih tipis juga sementit network pada baja hipereutektoid menjadi lebih tipis datau terputus-
putus.
Jadi normalizing pada umumnya menghasilkan struktur yang halus, sehingga baja
dengan komposisi kimia yang sama akan memiliki yiel strength, UTS, kekerasan, dan
kekuatan kejut (impak strength) akan lebih tinggi dari pada hasil full annealing.

Gambar 2.
Struktur mikro hasil normalizing baja 0,52%C, ferrit proeutektoid terjadi pada
batas butir austenit yang kemudian manjadi perlit warna hitam

Normalising dapat juga dilakukan pada benda hasil tempa untuk menghilangkan
tegangan dalam dan menghaluskan butiran kristalnya. Sehingga sifat mekanisnya menjadi
lebih baik. Normalising dapat pula menghomogenkan struktur mikro sehingga dapat memberi
hasil yang bagus dalam proses hardening, sehingga umumnya sebelum dihardening baja
harus dinormalising terlebih dahulu.
Pada normalizing pemanasanan sebaiknya tidak terlalu tinggi karena butir kristal
austenit yang terjadi akan terlalu besar, sehingga pada pendinginan cepat ferrit proeutektoid
akan membentuk structure Widmanstaten yang berupa plat pelat ferrit yang sejajar , yang
tumbuh didalam butir kristal austenit kasar yang akan menurunkan keuletan/ketangguhan
suatu baja.
Pada pendinginan yang agak cepat inti ferrit proeutektoid tidak tumbuh secara normal
menjadi butir-butir kristal , tetapi akan tumbuh dengan cepat membentuk ferrit berupa pelat
kearah bidang kristalografik tertentu didalam butir austenit.

4
2.3. Sphereodising
Baja hypoeutektoid yang dianeal memiliki struktur yang terdiri dari perlit yang
terbungkus oleh jaringan sementit. Adanya jaringan sementit ini mnjadikan baja memiliki
machinability yang rendah. Untuk memperbaikinya maka sementit network tersebut harus
dihancurkan dengan proses spreodising.
Spreodising dilaksanakan dengan memanaskan sampai disekitar temperature kritis
bawah atau sedkit dibawahnya dan dibiarkan pada temperature tersebut dalam waktu yang
lama baru kemudian didinginkan. Tingginya temperature dan dalam jangka waktu yang
lama , maka sementit yang sebelumnya berbentuk plat akan hancur menjadi bola-bola kecil
(sphere) yang disebut sphereodite yang tersebar dalam matrik ferrit seperti Gambar 17 dan
18. Pada baja hipereutetoid Gambar 17. strukturnya terdiri dari perlit yang terbungkus oleh
jaringan sementit.
Dan dari Gambar 17 terlihat struktur yang sama tapi disphereodising , tampak
sphereodite tersebar dalam matrik ferrit. Sehingga baja akan memiliki keuletan dan
machinabily yang maksimum ,sebaliknya kekerasanya minium. Sphereodite ini akan makin
besar bila holding time makin panjang.
Sphereodising maupun annealing serta normalising dapat digunakan untuk
memperbaiki machinability suatu baja. Untuk menentukan proses mana yang akan digunakan
unuk memperbaiki machinability suatu baja, sangat tergantung pada kadar karbon baja.
Sphereodising sering kali dilakukan ada baja medium atau tinggi. Seperti table 1.dibawah
ini.
Tabel 1.
Penggunaan proses spheroidising pada berbagai baja karbon
% karbon Optimum microstructure
0,06 – 0,20 As cold rolled
0,20 – 0,30 Under 8” dia,normalized
Over 8” dia, as cold rolled
0,30 – 0,40 Annealed to give coarse perlit
0,40 – 0,60 Annealed to give coarse pearlite or coarse sphereodite
0,60 – 1,00 100% sphereodite, coarse to fine

Gambar 3.

5
Struktur mikro baja karbon 1,1%C yang dianeal,perlit tebungkus
sementit network

Gambar 4.
Struktur mikro baja karbon 1,1%C yang dispreodising, semua sementit
berbentuk sphereodit

2.4. Stress relief annealing dan Process annealing


Prinsip dasar anealing adalah sama yaitu memanaskan baja sedikit dibawah temperature
A1 yaitu 550 – 650 C. Stress relief annealing biasanya bertujuan untuk menghilangkan
tegangan dalam yang timbul sebagai akibat dari proses pengerjaan dingin atau machining
yang dialami sebelumnya, dimana adanya internal stress akan menyebabkan material
menjadi keras dan getas.

2.5. Homogenising
Baja hasil tuangan berstruktur dendritik sehingga terjadi coring akibat pendinginan
yang tidak seimbang atau merata. Kondisi ini akan menurunkan sifat mekanik dari benda
coran tersebut. Sehingga perlu dilakukan homogenizing.
Cara melakukan homogenizing dilakukan dengan memanaskan baja sampai
temperature yang cukup tinggi didaerah austenit dan membiarkanya dalam waktu yang cukup
lama sehingga terjadi difusi dan struktur mikronya mejadi lebih homogen, kemudian
didinginkan dengan lambat. Pemanasan yang tinggi biasanya akan mengakibatkan
strukturmikro yang kasar pada saat pendinginan sehingga biasanya dilakukan tahapan lagi
berupa annealing.

2.6. Prosedur Percobaan

6
Berdasarkan literatur yang didapat dilakukan prosedur percobaan yang berbeda-beda untuk
masing-masing material. Prosedur percobaan yang dilakukan sebagai berikut:

1. Prosedur percobaan Paduan CuZn30


Pada paduan CuZn30 penyelidikan dilakukan dengan menggunakan bar datar dengan dimensi
23x60x600 mm, bar tersebut diperoleh dari ingot setelah cogging pada suhu 850 ° C pada kompresi
palu MS 200 dan intermediate anil dalam ruang tungku pada suhu 900 ° C di Institute of Ferrous
Metalurgi di Gliwice, kemudian didinginkan dalam air. Setelah dianil, bar flat-rolled dingin dibawa
untuk diuji sifat mekaniknya.

2. Prosedur Percobaan Baja HSLA


Dasar parameter yang digunaka untuk baja HSLA adalah diameter roll kerja 62 mm, diameter
back-up roll 150 mm, roll barel 110 mm, drive gulungan bekerja dengan motor AC dengan roda gigi
(Daya terpasang 1,6 kW), kira-kira kecepatan konstan bergulir. 0,1 m / s. roll-memisahkan kekuatan
bawah tekanan sekrup
Deskripsi laboratorium tungku yaitu, tipe CLASSIC 1812VAK, Kontrol suhu dilakukan oleh
controller CLARE 4.0.
Dipilih parameter:
1. dimensi 450 x 200 x 200 mm;
2. max. vakum 500 Pa;
3. max. overpressure 2000 Pa;
4. 4 elemen pemanas KANTHAL AI, daya terpasang 5 kVA (400 V);
5. termokopel tipe S (Pt-PtRhlO) dengan panjang 200 mm;
6. kecepatan perubahan temperatur (tanpa biaya): pemanasan tungku sampai 1200 ° C dalam 80
menit, pendinginan dari 1200 sampai 400 ° C dalam ca 180 menit;
7. digunakan gas: udara, Ar, N2, N2 + H2 gas campuran. Controller CLARE 4,0 - mode manual:
terus menerus tinggal atau disesuaikan dalam kisaran 1-4999 menit

3. Prosedur paduan CoSiB


Percobaan dilakukan pada Co77Si11.5B11.5 paduan amorf diperoleh dalam bentuk strip
(ketebalan sekitar 0,020 mm dan lebar 10,0 mm) dengan menerapkan teknik mencair-berputar.. waktu
anil yang konstan dan 30 menit., 45 min. dan 1 jam. Sifat magnetik ditentukan dengan menggunakan
pengukuran statis dan dinamis sampel dan setelah rentang temperatur anil di Ta = 373-873 K.
permeabilitas magnetik μr diukur dengan menggunakan jembatan Maxwell-Wien pada frekuensi
sekitar 1 kHz dan medan magnet 0,5 A / m; coil terbuka, faktor demagnitization adalah numerik dan
eksperimental ditentukan. Kurva magnetisasi utama diperiksa oleh sistem dilengkapi dengan
fluxmeter

7
2.7. Hasil Percobaan
Berdasarkan studi literatur didapatkan hasil dari masing-masing percobaan material
sebagai berikut::
1. Hasil Percobaan CuZn30
Hasil pengujian sifat mekanis paduan CuZn30 dengan menggunakan uji tarik didapat
hasilnya seperti pada gambar 5 dan gambar 6.

Gambar 5.
Anil suhu 400oC

Gambar 6.
Anil suhu 450oC

2. Hasil Percobaan Baja HSLA

8
Hasil pengujian sifat mekanis baja HSLA dengan menggunakan uji tarik didapat
hasilnya seperti pada gambar 8 dan gambar 10, sedankan model pengujianya seperti pada
gambar 7 dan gambar 9.

Gambar 7.
Anil mode 1

Gambar 8.
Hasil uji tarik anil mode 1

9
Gambar 9.
Anil mode 2

Gambar 10.
Hasil uji tarik anil mode 2

3. Hasil Percobaan paduan CoSiB


Hasil pengujian sifat magnetis paduan CoSiB dengan menggunakan pengukuran statis
dan dinamis sampel dan setelah rentang temperatur anil di Ta = 373-873 K. permeabilitas
magnetik μr diukur dengan menggunakan jembatan Maxwell-Wien pada frekuensi sekitar 1

10
kHz dan medan magnet 0,5 A / m. Maka didapat hasilnya seperti pada gambar 11 dan
gambar 12.

Gambar 11.
45 minutes annealing

Gambar 11.
1 hour annealing

11
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1) anil pada paduan CuZn30 menurunkan sifat mekanik dan
meningkatkan sifat plastik
2) Anil pada baja HSLA menaikkan formability dan menurunkan kekuatan
3) Anil pada paduan CoSiB meningkatkan sifat permeabilitas magnetik

12
DAFTAR PUSTAKA

W. Ozgowicz, E. Kalinowska-Ozgowicz, B. Grzegorczyk* .2010. ”The microstructure and


mechanical properties of the alloy CuZn30 after recrystallizion annealing”. Poland:Jamme.

I. Schindler a,*, M. Janošec a, E. Místecký b, M. Rù.ièka b, L. Èí.ek a, L.A. Dobrzañski c, S.


Rusz a, P. Suchánek a. 2009. “Effect of cold rolling and annealing on mechanical properties of
HSLA steel”. Poland: Archive of material science and engineering.

R. Nowosielski a, A. Zajdel a,*, S. Lesz a, B. Kostrubiec b, Z. Stokłosa b . 2008. “Influence of


heat treatment on changes on structure and magnetic properties of CoSiB alloy”.
Poland:Jamme.

13

Anda mungkin juga menyukai