Anda di halaman 1dari 7

2

manusia (tenaga kerja), serta faktor sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas
kerja. Darikedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting
daripada saranadan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun
fasilitas pendukung yangdimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang
memadai, baik kuantitas (jumlah)maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya
organisasi tersebut dapat berhasilmewujudkan tujuan organisasinya.Di berbagai
negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telahmenunjukkan banyak
keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan angka kematianibu
sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan secara intensif,
misalnyamenambah subsidi masyarakat untuk pencegahan penyakit, perbaikan
kesejahteraan, danpemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa masalah khusus, seperti
tromboemboli, perdarahan,preeklampsia dan eklampsia, dan sebab-sebab mayor
lainnya mendapat prioritas utama,karena persentase kematian ibu akibat masalah-
masalah tersebut begitu tinggi. Sistemadministrasi klinis juga perlu dibina, yang
meliputi akreditasi pelayanan, manajemen risiko,peningkatan profesionalitas, dan
pengaduan pasien.Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan
upaya-upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan
tidak hanyamengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu danbayi. Meskipun intervensi kesehatan yang dilakukan hanya
meliputi aspek yang terbatas,seperti pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan
persalinan, tatalaksana gawat daruratobstetri yang memadai, dan keluarga berencana.
Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikankesehatan maternal ini secara tidak
langsung akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA I.

Kematian Ibu
Kematian ibu menurut
International Classification of Diseases
(ICD) adalah kematianwanita dalam kehamilan atau 42 hari pascaterminasi
kehamilan, tanpa memandang usiakehamilan dan kelainan kehamilan, yang
disebabkan baik oleh kehamilannya maupuntatalaksana, namun bukan akibat
kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematianlangsung dan tidak langsung.
Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masakehamilan atau 42 hari
pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.Saat ini, WHO
telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasikematian ibu
bertujuan:
y

Mengembangkan sistem klasifikasi standar guna identifikasi kausa kematian ibu


yangakurat, diperlukan perbandingan berbagai studi penelitian
y

Menjamin sistem tersebut dapat diterapkan secara luas


y

Mengembangkan sistem klasifikasi paralel terhadap morbiditas maternal berat Hal-


hal yang mendasari sebab kematian ibu, dapat diklasifikasikan berdasarkansejumlah
variabel, yaitu sebab/kondisi yang secara langsung mendasari kematian,gejala/tanda
dari penyakit yang menyebabkan kematian, misalnya perdarahan pascapartum,dan
kondisi lain yang memperberat sebab kematian, misalnya HIV dan Anemia.
Prinsipsistem klasifikasi kematian ibu menurut WHO, yaitu:
y

Harus dapat diterapkan dan dipahami dalam penggunaannya, baik oleh dokter,
ahliepidemiologi, dan pihak-pihak lain yang terkait.
y

Kondisi/penyakit spesifik dengan sebab yang belum jelas harus dipisah dari
kondisilainnya.
y

Sistem klasifikasi baru harus sesuai dengan


International Classification of Diseases
(ICD).

Penyebab kematian ibu di berbagai belahan dunia dapat dilihat pada gambar berikut:

II.

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)


Angka kematian ibu merupakan angka yang didapat dari jumlah kematian ibu
untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, sehingga berkaitan langsung dengan kematian
ibu. Penyebabkematian tersebut dapat berhubungan langsung maupun tidak langsung
dengan kehamilan,dan umumnya terdapat sebab utama yang mendasari. Dalam upaya
memudahkan identifikasikematian ibu, WHO telah menetapkan sejumlah sistem
klasifikasi kematian ibu. Denganadanya sistem ini, diharapkan akan meningkatkan
kewaspadaan, perencanaan tindakan, danpada akhirnya akan menurunkan angka
kematian ibu.Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
melihat derajatkesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu
target yang telahditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5
yaitu meningkatkankesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai¾ resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang
dilakukan AKI telah menunjukkanpenurunan dari waktu ke waktu, namun demikian
upaya untuk mewujudkan target tujuanpembangunan millenium masih membutuhkan
komitmen dan usaha keras yang terusmenerus.

Pencapaian dan Proyeksi Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 1994-2015


(Dalam 100.000 Kelahiran Hidup) Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia
secara Nasional dari tahun 1994sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan
penurunan yang signifikan dari tahun ketahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir
tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000Kelahiran Hidup, meskipun
demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementaratarget Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per 100.000
Kelahiran Hidup.
III.

Penyebab Kematian Ibu Melahirkan


Sejumlah kondisi mayor terkait dengan angka mortalitas maternal. Penyebab
mayor dari kematian ibu ternyata berkontribusi besar terhadap kematian bayi.
6

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi factor


penentuangka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan
untuk menanganimasalah ini. Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim
muncul. Yaknipendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang, aborsi, dan
infeksi. Namun, ternyatamasih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya,
pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat danpolitik, kebijakan juga berpengaruh.
Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala permasalahan bidang
reproduksi secara lebih bertanggung jawab. Selainmasalah medis, tingginya kematian
ibu juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilaibudaya, perekonomian serta
rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil danmelahirkan. Oleh karena itu,
pandangan yang menganggap kehamilan adalah peristiwaalamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat.Sangat diperlukan
upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,maupun
masyarakat terutama suami. Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase
penyebab kematian ibu melahirkan,berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama
penyebab kematian ibu melahirkan yakni ,pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre
eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempatipersentase tertinggi

penyebab kematian ibu (28 persen) , anemia dan kekurangan energikronis (KEK)
pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksiyang
merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat

dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara
kurangdari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan
bertahan hidupsetelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan
menderita akibat kekurangandarah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami
masalah kesehatan yangberkepanjangan.Persentase tertinggi kedua
penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen),kejang bisa terjadi pada
pasien dengan tekanan darah tinggi
(h
ipertensi)
yang tidak terkontrolsaat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan
akan kembali normal bilakehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak
kembali normal setelah bayi lahir.Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi
sudah diderita ibu sebelum hamil.Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab
kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11persen).
4T (Terlambat)
1.

Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga2.

Terlambat untuk memutuskan mencari pertolongan pada tenaga kesehatan3.

Terlambat untuk datang di fasilitas pelayanan kesehatan4.

Terlambat untuk mendapatkan pertolongan pelayanan kesehatan yang cepat


danberkualitas di fasilitas pelayanan kesehatan
4T (Terlalu), yang mempunyai resiko tinggi:
1.

Terlalu muda2.

Terlalu tua3.

Terlalu sering4.

Terlalu banyak
IV.

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan


Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif
masihrendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan
menetapkantarget 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010.
Perbandingandengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis profesionalmeningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam
SDKI 2007.Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga
seperti Singapura,Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan hampir

Anda mungkin juga menyukai