manusia (tenaga kerja), serta faktor sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas
kerja. Darikedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting
daripada saranadan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun
fasilitas pendukung yangdimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang
memadai, baik kuantitas (jumlah)maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya
organisasi tersebut dapat berhasilmewujudkan tujuan organisasinya.Di berbagai
negara di dunia, upaya menurunkan angka kematian ibu telahmenunjukkan banyak
keberhasilan. Negara-negara tersebut berhasil menekan angka kematianibu
sedemikian rupa, karena adany kebijakan yang dilakukan secara intensif,
misalnyamenambah subsidi masyarakat untuk pencegahan penyakit, perbaikan
kesejahteraan, danpemeriksaan kesehatan ibu. Beberapa masalah khusus, seperti
tromboemboli, perdarahan,preeklampsia dan eklampsia, dan sebab-sebab mayor
lainnya mendapat prioritas utama,karena persentase kematian ibu akibat masalah-
masalah tersebut begitu tinggi. Sistemadministrasi klinis juga perlu dibina, yang
meliputi akreditasi pelayanan, manajemen risiko,peningkatan profesionalitas, dan
pengaduan pasien.Dengan mengenali berbagai masalah utama terkait angka kematian ibu dan
upaya-upaya potensial yang efektif dalam menurunkannya, maka secara keseluruhan
tidak hanyamengurangi jumlah kematian, tetapi juga menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu danbayi. Meskipun intervensi kesehatan yang dilakukan hanya
meliputi aspek yang terbatas,seperti pengadaan tenaga terampil dalam pertolongan
persalinan, tatalaksana gawat daruratobstetri yang memadai, dan keluarga berencana.
Namun, keberhasilan dalam upaya perbaikankesehatan maternal ini secara tidak
langsung akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa.
Kematian Ibu
Kematian ibu menurut
International Classification of Diseases
(ICD) adalah kematianwanita dalam kehamilan atau 42 hari pascaterminasi
kehamilan, tanpa memandang usiakehamilan dan kelainan kehamilan, yang
disebabkan baik oleh kehamilannya maupuntatalaksana, namun bukan akibat
kecelakaan. Kematian ini terbagi dua, yaitu kematianlangsung dan tidak langsung.
Kematian yang bersifat koinsidental, terjadi selama masakehamilan atau 42 hari
pascaterminasi kehamilan, namun tidak terkait dengan kehamilannya.Saat ini, WHO
telah menetapkan sistem klasifikasi kematian ibu. Sistem klasifikasikematian ibu
bertujuan:
y
Harus dapat diterapkan dan dipahami dalam penggunaannya, baik oleh dokter,
ahliepidemiologi, dan pihak-pihak lain yang terkait.
y
Kondisi/penyakit spesifik dengan sebab yang belum jelas harus dipisah dari
kondisilainnya.
y
Penyebab kematian ibu di berbagai belahan dunia dapat dilihat pada gambar berikut:
II.
penyebab kematian ibu (28 persen) , anemia dan kekurangan energikronis (KEK)
pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksiyang
merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat
dari seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara
kurangdari 10 persen sampai hampir 60 persen. Walaupun seorang perempuan
bertahan hidupsetelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan
menderita akibat kekurangandarah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami
masalah kesehatan yangberkepanjangan.Persentase tertinggi kedua
penyebab kematian ibu yang adalah eklamsia (24 persen),kejang bisa terjadi pada
pasien dengan tekanan darah tinggi
(h
ipertensi)
yang tidak terkontrolsaat persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, dan
akan kembali normal bilakehamilan sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak
kembali normal setelah bayi lahir.Kondisi ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi
sudah diderita ibu sebelum hamil.Sedangkan persentase tertinggi ketiga penyebab
kematian ibu melahirkan adalah infeksi (11persen).
4T (Terlambat)
1.
Terlambat deteksi dini adanya resiko tinggi pada ibu hamil di tingkat keluarga2.
Terlalu muda2.
Terlalu tua3.
Terlalu sering4.
Terlalu banyak
IV.