Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya (Adhi Djuanda, 2006).

2.2 Sinonim
The itch, gudik, budukan, gatal agogo (Adhi Djuanda, 2006).

2.3 Epidemiologi
Sebanyak kira-kira 300 juta orang di dunia terinfeksi oleh penyakit skabies. Semua
kelas sosial ekonomi dapat terkena walaupun lebih sering terjadi pada keadaan ekonomi
rendah dan higiene yang buruk, kecuali bila terjadi epidemi skabies. Skabies lebih sering
menyerang daerah urban, khususnya yang padat penduduk. Beberapa bukti juga
menunjukkan bahwa ada variasi musim dengan angka kejadian yang lebih sering terjadi
pada musim dingin dibandingkan pada musim panas (Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest,
Paller and Leffell, 2008).
Prevalensi terjadinya skabies memuncak setiap siklus 15-20 tahun dan diduga
merupakan sebab utama kejadian luar biasa yang terjadi di panti-panti jompo, penjara, dan
rumah sakit (Hunter, Savin and Dahl, 2003).
Cara penularan (transmisi) :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan
lain-lain.
(Adhi Djuanda, 2006)

2
2.4 Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk dalam filum arthropoda, kelas Arachnida, ordo Acarina,
super family Sarcoptes. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih
kotor, dan tidak bermata. Ukuran yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron,sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki depan sebagai alat untuk melekat
dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat
(Adhi Djuanda, 2006).
Tungau skabies biasanya hidup selama 30 hari di epidermis. Tungau jantan biasanya
akan mati segera setelah membuahi yang betina. Tungau betina akan menggali terowongan
di dalam stratum korneum selama 20 menit sambil meletakkan 2-3 butir telur setiap
harinya. Telur menetas setelah 4 hari dan berkembang menjadi larva yang akan bermigrasi
ke permukaan kulit kemudian menjadi dewasa di folikel rambut. Setelah 2 minggu, tungau
betina dan jantan akan berkopulasi kemudian tungau betina yang telah dibuahi akan
menggali terowongan di dalam stratum korneum (Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller
and Leffell, 2008).

Gambar 2.1 Tungau Skabies betina (Hunter, Savin and Dahl, 2003)

3
Gambar 2.2 Siklus hidup Skabies (CDC, 2010)

2.5 Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gejala gatal dan ruam ekzem yang disebabkan oleh invasi
tungau skabies adalah karena sensitisasi penderita terhadap produk ekskresi tungau yang
berada di dalam terowongan. Hal ini biasanya terjadi sebulan setelah invasi tungau (Marks,
Ronald, 2003). Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta,
dan infeksi sekunder (Adhi Djuanda, 2006).
Bentuk kelainan kulit lainnya yaitu skabies berkrusta (Norwegian Scabies) yang
biasanya terjadi pada individu yang rentan seperti penderita HIV, orang tua, pasien yang
mendapat pengobatan immunosupresan, penderita Down’s syndrome, dan lain-lain (Arenas,
Estrada, 2001). Tungau yang ditemukan biasanya dalam jumlah sangat besar dan gejalanya
lebih sedikit. Gambaran klinis pada skabies ini berupa rash yang tebal, kering, dan
berskuama. Lokasi lesi khususnya pada siku, lutut, kaki, tangan, dan kuku. Bentuk skabies
ini sangat menular dan sulit untuk diobati (Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller and
Leffell, 2008; eMedicineHealth, 2010).

4
2.6 Gejala Klinis
Diketahui ada 4 tanda kardinal :
1. Pruritus nokturna  gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau
ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan terserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarga terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat
predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagan depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria),
dan perut bagian bawah (dapat dilihat pada Gambar 2.3). Pada bayi dapat
menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut (Adhi
Djuanda, 2006).

5
Gambar 2.3 Multipel papul dan vesikel akibat Skabies (Marks, 2003)

Gambar 2.4 Predileksi infestasi Skabies (Marks, 2003)

2.7 Penunjang Diagnosis


Cara menemukan tungau :
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul atau
vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca objek, lalu
ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan
dilihat dengan kaca pembesar.

6
3. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: lesi dijepit dengan dua jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksan dengan pewarnaan H.E.
(Adhi Djuanda, 2006)

2.8 Diagnosis Banding


Hanya penyakit skabies yang memiliki karakteristik berupa ‘terowongan’. Skabies
hewan juga menimbulkan gatal-gatal pada manusia namun pada umumnya tidak terbentuk
terowongan (Hunter, Savin and Dahl, 2003). Diagnosis banding yang paling mungkin yaitu
dermatitis kontak, dermatitis atopik, reaksi terhadap gigitan serangga, dermatitis
herpetiformis, eczema, dan pedikulosis. Penyakit lainnya yang harus dipertimbangkan
meliputi psoriasis (khususnya dalam variasi krusta), pemfigoid bulosa (adanya vesikel dan
bula), dan erupsi obat (Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller and Leffell, 2008).

2.9 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal ialah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbukan iritasi dab tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk
penderita yang hiposensitisasi) (Adhi Djuanda, 2006).

 Farmakologis
Jenis obat topikal :
1. Sulfur presipitatum 5-10% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini karena tidak
efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh dari 3 hari.
Kekurangan yang lainnya ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang
menimbulkan iritasi. Aman dipakai pada bayi kurang dari 2 bulan dan wanita hamil.

7
2. Benzyl benzoate 10% dalam bentuk losio, efektif terhadap semua stadium.
Diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang makin gatal setelah dipakai.
3. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio.
Termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun
dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup
sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.
4. Krotamiton 10% dalam bentuk krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antipruritik. Harus dijauhkan dari
mata, mulut dan uretra.
5. Permethrin 5% dalam bentuk krim digunakan selama 8-14 jam kemudian dicuci.
Bila belum sembuh maka dapat diulangi seminggu kemudian. Tidak dianjurkan
pada bayi dibawah umur 2 bulan, wanita hamil dan menyusui.
(Adhi Djuanda, 2006; Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller and Leffell, 2008)

Jenis obat sistemik yang dapat dipakai :


1. Antihistamin (diphenhydramine, hydroxyzine, cetirizine, promethazine) sebagai
obat gatal
2. Ivermectin oral (dosis 200 µg/kg) merupakan antiparasit yang terbukti efektif
terhadap skabies bila dikombinasikan bersama agen topikal. Tidak dianjurkan untuk
digunakan pada anak dibawah umur 5 tahun, wanita hamil dan menyusui.
(Wolff, Goldsmith, Katz, Gilchrest, Paller and Leffell, 2008; eMedicineHealth, 2010)

 Non farmakologis
1. Pencegahan dapat dilakukan dengan mencuci bersih atau merebus dengan air
panas handuk, sprei, maupun baju penderita.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk ataupun sprei secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.

8
4. Memotong kuku dan membersihkan bagian bawah kuku dengan baik untuk
menghilangkan kutu atau telur yang mungkin ada disana.
5. Menghilangkan faktor predisposisi dengan melakukan penyuluhan mengenai
higiene perorangan dan lingkungan.
(eMedicineHealth, 2010)

2.10 Prognosis
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini
dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik (Adhi Djuanda, 2006).

Anda mungkin juga menyukai