Anda di halaman 1dari 5

Sejarah Singkat Bahasa Melayu Ambon dan Penyerapan Bahasa Portugis

dalam Bahasa Melayu Ambon

Oleh

Faradila Zuchrina, 1006699240

1. Pengantar

Bahasa Indonesia merupakan salah satu varian dari bahasa Melayu. Walaupun
Indonesia mempunyai berbagai macam bahasa daerah, bahasa Indonesialah yang
sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

Bahasa Melayu sudah menyebar di Indonesia disebabkan oleh perdagangan di


Kerajaan Malaka. Hal itu terjadi karena bahasa Melayu dipakai sebagai lingua
franca yang dipakai oleh para pedagang pada saat itu. Pedagang-pedagang
tersebut berasal dari berbagai daerah, salah satunya adalah Maluku.

Maluku adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Kepualauan
Maluku terdiri dari 632 pulau. Bahasa yang sering dipakai di Maluku adalah
bahasa Melayu Ambon.

Bahasa Melayu Ambon jarang dikaji oleh para peneliti. Hal ini mungkin terjadi
karena naskah-naskah klasik berbahasa Melayu yang berasal dari Maluku tidak
sebanyak naskah-naskah Melayu yang berasal dari Jawa dan Sumatera.

Bahasa Melayu Ambon dibahas di makalah ini dengan tujuan memperkaya


pengetahuan kita tentang bahasa-bahasa yang jarang diketahui oleh sebagian
rakyat Indonesia. Selain itu, kita dapat mengetahui sejarah perkembangan bahasa
Melayu di Indonesia secara menyeluruh.
2. Awal Mula Perkembangan Bahasa Melayu Ambon

2.1. Perkembangan Bahasa Melayu Ambon dari Perdagangan

Salah satu penyebaran bahasa Melayu di Indonesia melalui perdagangan. Pada


awal abad ke-15, pusat perdagangan yang sangat ramai di Nusantara adalah
pelabuhan di Kerajaan Malaka.

Hasil bumi yang banyak didagangkan di Malaka adalah rempah-rempah. Sebagai


kepulauan yang terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terbesar saat itu,
pedagang Maluku ikut andil di Malaka.

Selain sebagai pusat perdagangan, Malaka dikenal juga sebagai pusat penyebaran
agama Islam. Kedua hal inilah yang menyebabkan agama Islam dan bahasa
Melayu menyebar sampai ke Maluku. Awal mula penyebaran Islam di Maluku
dapat diketahui dari naskah-naskah kuno seperti Hikayat Hitu, Hikayat Bacan,
dan Hikayat Ternate.

Kerajaan Islam yang paling tersohor di Maluku adalah Kerjaan Ternate dan
Tidore. Pada masa pemerintahan Raja Ternate XII, Molomatea, seorang alim
bernama Maulana Husein mengajarkan agama Islam dan cara menulis huruf Arab
kepada keluarga raja. Raja, keluarganya dan rakyatnya tertarik dan mereka mulai
menganut agama Islam.

Salah satu bukti bahwa bahasa Melayu dipakai di Maluku adalah adanya
manuskrip dalam bahasa Melayu dalam bentuk surat kiriman yang ditulis pada
tahun 1521 dan 1522. Manuskrip tersebut ditulis oleh Sultan Ternate kepada Raja
Portugal di Eropa Barat.

Selain surat yang dikirimkan oleh Sultan Ternate, manuskrip yang ditulis oleh
raja-raja di Maluku adalah surat dari Sultan Kaicil Nuku dari Kerajaan Tidore
kepada Gubernur Inggris di Bengkulu. Surat ini ditulis pada tahun 1785.
Manuskrip yang lain adalah surat dari Sultan Kaicil Patra Muhammad Yassin dari
Kerajaan Ternate kepada Kolonel J. Oliver pada tahun 1802.

Walaupun bahasa Melayu Ambon sudah berkembang dari zaman kerjaaan Islam,
masih belum jelas dari mana bahasa Melayu Ambon berasal.

2.2. Penyerapan Bahasa Portugis ke dalam Bahasa Ambon

Pada tahun 1511, bangsa Portugis datang ke Maluku untuk mencari rempah-
rempah. Tetapi, tujuan itu berubah. Portugis menyebarkan agama Kristen di sana.
Pada tahun 1524, mereka mendirikan benteng di Jazirah Heilitu Pulau Ambon.

Pada tahun 1575, benteng Portugis yang berada di Ternate diserahkan kepada
Sultan Ternate. Hal ini mengakibatkan banyak orang Portugis yang menikah
dengan orang Maluku menikah dengan orang Maluku dan lari ke Ambon beserta
keluarganya. Inilah yang menjadi awal penyerapan bahasa Portugis dalam bahasa
Melayu Ambon.

Pada tahun 1599, VOC datang ke Maluku. Terjadilah peperangan antara VOC
(Belanda) dan Portugis. Peperangan tersebut dimenangkan oleh VOC. Sejak saat
itu, Maluku dikuasai oleh VOC.

Setelah VOC menguasai Maluku, sekolah pertama didirikan di Ambon oleh


Johannes Wogma. Awalnya, bahasa Belanda menjadi bahasa pengantar di sekolah
itu. Tetapi, para murid merasa kesulitan. Karena banyak bahasa di Maluku, bahasa
Melayu dijadikan sebagai bahasa pengantar di sekolah. Pada tahun 1689,
pemerintah Belanda yang ada di Batavia menganggap bahasa Melayu yang
dipakai di Maluku adalah bahasa Melayu yang “rendah”. Lalu, pemerintah VOC
menetapkan bahasa Melayu “tinggi” yang ada di Jawa dan Sumatera harus
diajarkan. Setelah VOC keluar dari Indonesia, bahasa Belanda dilarang di
Maluku.
Sebagian kosakata bahasa Melayu Ambon berasal dari bahasa Portugis.
Contohnya adalah “sinyo” (tuan muda, anak muda) berasal dari kata senhor,
“totoruga” (penyu) berasal dari kata tartaruga, dan kantar (menyanyi) berasal dari
kata cantar.

Masman Hatuwe menjelaskan bahwa adanya penyerapan bahasa asing disebabkan


oleh tujuh hal, yaitu:
a. penyerapan diperlukan untuk melambangkan benda atau konsep yang
baru,
b. ada kata-kata yang mempunyai padanan dalam bahasanya sendiri, tetapi
frekuensi pemakaiannya rendah. Karena kata dari bahasa asing—dalam
hal ini, bahasa Portugis—lebih sering didengar, kata asing itulah yang
dipakai,
c. dalam bahasanya sendiri ada kata-kata yang homonim. Untuk
membedakannya, kata asing yang dipakai,
d. kata serapan digunakan untuk memperhalus kata yang dalam bahasa asli
terdengar kasar,
e. seorang bilingual memerlukan kata serapan asing untuk mengungkapkan
dalam hal-hal dalam budaya asing yang dikenalnya,
f. kata-kata serapan digunakan untuk nilai sosial (bahkan mengarah ke
eksklusifme), dan
g. kemalasan untuk mencari padanan kata.

3. Penutup

Dilihat dari sejarah perkembangannya, bahasa Melayu Ambon mulai berkembang


dari zaman perdagangan di pelabuhan Kerajaan Malaka. Para pedagang
berkomunikasi dengan bahasa Melayu. Dampaknya adalah para pedagang dari
kepulauan Maluku memakai bahasa Melayu di Maluku.
Selain dari perdagangan, kosakata bahasa Melayu bertambah dengan adanya
kedatangan Portugis. Kedatangan bangsa Portugis menyebabkan kontak budaya
antara penduduk Maluku dan bangsa Portugis.

Walaupun Maluku dikuasai berkali-kali oleh negara yang berbeda, pengaruh


bahasa Portugislah yang paling kuat. Hal ini sangat menarik karena Belanda
menduduki Maluku lebih lama daripada Portugis. Dari hal tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa bahasa Portugis lebih “menguasai” karena mereka datang lebih
dahulu daripada bahasa Belanda. Hal ini juga didukung dengan adanya pelarangan
bahasa Belanda setelah VOC hengkang dari Indonesia.

Dari pembahasan di atas pun, kita dapat mengatakan bahwa bahasa Melayu
Ambon merupakan bahasa pemersatu masyarakat Maluku dengan adanya
ketetapan dari pemerintah VOC. Media yang menjadikan bahasa Melayu Ambon
sebagai bahasa pemersatu Maluku adalah sekolah. Bahasa ini juga dijadikan
sebagai alat untuk menyebarkan agama Islam dan Kristen.

Daftar Pustaka

Hatuwe, Masman. “Unsur Bahasa Portugis dalam Bahasa Melayu Ambon”. Style
Sheet. http://www.e-li.org/main/index.php?vAbs=1&id_pdf=403 (8 Mar.
2011)
Melebek, Abdul Rashid, Amar Juhari Moain. 2006. Sejarah Bahasa Melayu.
Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributions.
Poesponegoro, Marwati Djoened, Nugroho Notosusanto. 1992. Sejarah Nasional
Indonesia III Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai