PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial serta bukan
hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.1 Dan pengertian sehat tersebut
sejalan dengan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sehat adalah suatu
kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental dan social merupakan
aspek positif dan tidak hanya bebas dari penyakit serta kecacatan yang merupakan aspek
negatif.2
anggota gerak, yang menggunakan tungkai bawah untuk berjalan. Dan lutut adalah salah
satu bagian yang sangat penting, karena sendi lutut merupakan sendi yang menopang
berat badan. Apabila struktur pembentukkan sendi lutut mengalami kelainan maka dapat
mengalami penurunan aktifitas fungsional, kelainan tersebut bisa berupa trauma, obesitas
kelainan radiologis. Salah satu penyakit degenerasi yang sering timbul adalah
osteoarthritis.
1
http://www.penataanruang.net/taru/hukum/UU No.9-1960.pdf
2
. www.webcache.googleusercontent.com
1
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat
progresif yang biasanya menyerang pada cartilago sendi diartrosis, kemudian timbul
pembentukkan tulang baru pada pinggir tulang.. Perubahan degeneratif pada sendi
merupakan akibat normal dari stress yang berulang dari jaringan yang menua.
Pada penderita osteoarthritis lutut datang dengan keluhan sakit / nyeri yang hilang
timbul yang sudah menahun pada lututnya dan lama kelamaan kekuatan otot berkurang,
tidak mampu untuk naik tangga, sulit jongkok. Tetapi jika proses ini terjadi secara
berlebihan bisa timbul gejala yaitu rasa nyeri yang hebat. Maka keluhan tersebut
dengan intervensi fisioterapi, namun ada juga tindakan medis dokter dengan medika
/XII / 2001 adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi
Modalitas yang diberikan berupa Terapi Latihan Metode Quadriceps Exercise dan
Short Wave Diarthermy. Dalam pemberian terapi latihan metode quadriceps exercise
stabilitas sendi lutut. Sesuai dengan judul penulis hanya membahas mengenai “
2
B. RUMUSAN MASALAH
Aktivitas sehari-hari penderita seperti berlutut, naik tangga, berdiri (waktu yang
lama), dan berjalan akan terganggu karena adanya nyeri lutut dan kekuataan otot
berkurang, ini timbul akibat perubahan struktur pembentuk sendi lutut tersebut. Tindakan
fisioterapi diperlukan pada kasus ini guna meningkatkan kemampuan fungsional dari
sendi lutut penderita, agar dapat melakukan segala aktivitas kembali secara baik.
Metode yang diberikan adalah terapi latihan metode quadriceps exercise dan short
wave diarthermy yang berguna untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuataan
otot lututnya dan secara otomatis ini dapat mempengaruhi lingkup gerak sendinya.
Berdasarkan hal tersebut, maka timbullah masalah : “ Apakah Terapi Latihan Metode
Quadriceps Exercise Dan Short Wave Diarthermy dapat mengurangi nyeri dan
C. BATASAN MASALAH
D. TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mempunyai beberapa tujuan :
Wave Diarthermy Untuk Mengurangi Nyeri Pada Kasus Osteoarthritis Genu Dextra.
E. TERMINOLOGI ISTILAH
Untuk menghindari adanya salah pengertian pada penggunaan istilah yang dipakai
dalam judul penulisan pada Karya Tulis Ilmiah ini, maka diperlukan penjelasan terlebih
dahulu :
1. Terapi Latihan
2. Quadriceps Exercise
Merupakan suatu latihan otot yang diberikan pada quadriceps femoris dengan
4. Nyeri
Merupakan suatu sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan
5. Osteoarthritis
4
Merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif yang
6. Genu
Adalah lutut
7. Dextra
BAB II
KAJIAN TEORI
Sendi lutut merupakan sendi yang terbesar pada tubuh manusia. Sendi ini terletak
pada kaki yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya sendi lutut ini
terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis, lateralis dan
condylus tibiae yang terkait dalam sebuah sendi pelana , diantara patella dan fascies
patellaris femoris.
Sendi lutut dibentuk dari tiga buah tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang
a. Tulang femur
5
Merupakan tulang panjang yang bersendi keatas dengan pelvis dan kebawah dengan
tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proksimal, diaphysis dan epiphysis
distalis. Pada tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis
Dibagian proksimal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut
epicondilus lateralis dan medialis. Bila dilihat dari depan, terdapat dataran sendi yang
melebar ke lateral yang disebut facies patelaris yang nantinya bersendi dengan tulang
patella. Dan bila dilihat dari belakang, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat
3
http://scienceblogs.com/afarensis/femur.jpg
6
b. Tulang patella
Merupakan tulang sesamoid terbesar dalam tubuh manusia dengan bentuk segitiga
dan gepeng dengan aspex menghadap kearah distal. Pada permukaan depan atau anterior
tulang patella kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi
Depan belakang4
c. Tulang tibia
Merupakan salah satu tulang tungkai bawah selain tulang fibula, tibia merupakan
tulang kuat satu-satunya yang menghubungkan femur dan tumit kaki. Seperti halnya
tulang femur, tulang tibia dibagi tiga bagian, bagian ujung proksimal, corpus dan ujung
distal bagian dari tulang tibia yang membentuk sendi lutut adalah bagian proksimal,
dimana pada bagian ujung proksimal terdapat condillus medialis dan tubercullum inter
4
http://2.bp.blogspot.com/_e6KHJps0mEU/TPNFa9HXmI/AAAAAAAAACc/bqGZGT1DkEc/s1600/patella.jpg
7
condiloseum lateral. Didepan dan dibelakang eminentia terdapat fossa intercondilodea
d. Tulang fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang, terletak di sebelah lateral dari tibia juga
terdiri dari tiga bagian : epiphysis proximal, diaphysis dan epiphysis distalis. Epiphysis
5
(grandmall10.files.wordpress.com/2010/02/tibia11.jpg)
8
Gambar 4. Fibula6
6
(http://d.lefebvre.pagesperso-orange.gif)
9
a. Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak, meniscus pada sendi lutut adalah meniscus
Penyebaran pembebanan
Mengurangi gerakan dan stabilisator setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan
b. Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan
dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane synovial. Ada beberapa bursa
bursa popliteus
Ligamen mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat yang
lateralis femoris yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia
ke depan.
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondylodea
Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakan
Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia)
yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara
5) Ligamentum patella
Yang merupakan lanjutan dari tendon M. Quadriceps Femoris yang berjalan dari patella
ke tuberositas tibia.
Ligament ini berada disebelah lateral dari tendon M. Quadricep Femoris dan berjalan
11
Terletak pada daerah condylus lateralis femoris erat hubungannya dengan M. Popliteum.
Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia
12
Gambar 5. M. Quadriceps7
a) M. Rectus Femoris
Innervasi : N. Femoralis
7
www.mendmeshop.com/_img/quadricep-muscles.jpg
13
Aksio : Ekstensi tungkai bawah
b) M. Vastus Medialis
Lateral patella
Innervasi : N. Femoralis
c) M. Vastus Intermedius
Innervasi : N. Femoralis
d) M. Vastus Lateralis
Innervasi : N. Femoralis
14
Gambar 6. M. Hamstring8
a) M. Adductor Magnus
Aksio : adduksi-hip
b) M. Piriformis
Innervasi : N. Femoralis
8
www.thestretchinghandbook.com/archives/ezine_images/hamstring_muscle_group.jpg
15
Aksio : Exorotasi dan adduksi hip
c) M. Sartorius
Origo : Sias
Innervasi : N. Femoralis
d) M. Gracilis
Innervasi: N. Obturatorius
e) M.Gastrocnemius
achilles
Innervasi : N. Tibialis
f) M. Biceps femoris
16
- Condylus lateralis tibiae
Innervasi : - N. Tibialis
- N. Peroneus Communis
g) M. Semitendinosus
Innervasi : N. Tibialis
h) M. Semi membranosus
Innervasi : N. Tibialis
17
Gambar 7. Meniscus9
Meniscus medialis
Meniscus medialis berbentuk semi sirkulasi dan bersatu dengan ligament collateral
medial.
Meniscus lateralis
satu sama lain. Meniscus lateralis tidak bersatu dengan kapsula atau ligament collateral
dan maka dari itu meniscus lateral lebih mobile daripada meniscus medialis.
9
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/9621.jpg
18
Di regio femoralis anterior dibungkus oleh selubung yang merupakan lanjutan dari
jaringan ikat ektraperitonial dan dinamakan femoral sheat yang dibungkus oleh fascia
latae sedangkan dasarnya merupakan lekukan yang dibentuk oleh mm.iliopsoas dan
pectineus.
profunda femoris.
Di regio genu anterior tidak terdapat saraf dan pembuluh darah yang besar. Pada sisi
medial kira-kira selebar tangan, di sebelah dorsal patella terdapat v. saphena magna.
Regio posterior
Arteri genu superior lateralis berjalan ke lateral proksimal terhadap condylus lateralis
Biomekanik adalah ilmu yang mempelajari gerakan tubuh manusia. Pada bahasan
Karya Tulis Ilmiah ini penulis hanya membahas komponen kinematis, ditinjau dari
gerakan secara Osteokinematika dan secara Artrokinematika yang terjadi pada sendi
lutut.
Lutut termasuk dalam sendi ginglyus (hinge modified) dan mempunyai gerak yang
cukup luas seperti sendi siku, luas gerak fleksinya cukup besar. Osteokinematika yang
memungkinkan terjadi pada sendi lutut adalah gerak flexi dan extensi pada bidang
19
segitiga dengan lingkup gerak sendi untuk gerak fleksi sebesar + 140° hingga 150°
dengan posisi ekstensi 0° atau 5° dan gerak putaran keluar 40° hingga 45° dari awal mid
posisi, 20.
Fleksi sendi lutut adalah gerakan permukaan posterior ke bawah menjauhi permukaan
posterior tungkai bawah. Putaran ke dalam adalah gerakan yang membawa jari-jari ke
arah sisi dalam tungkai (medial). Putaran keluar adalah gerakan membawa jari-jari ke
arah luar (lateral) tungkai. Untuk putaran (rotasi) dapat terjadi posisi lutut fleksi 90°, R
(<90°).
Pada kedua permukaan sendi lutut pergerakan yang terjadi meliputi gerak sliding dan
rolling, maka disinilah berlaku hukum konkaf-konvek. Hukum ini menyatakan bahwa
“jika permukaan sendi cembung (konvek) bergerak pada permukaan sendi cekung
(konkaf) maka pergerakan sliding dan rolling berlawanan. Dan “jika permukaan sendi
cekung, maka gerak slidding dan rolling searah” (Mudasir, 2002). Pada permukaan femur
cembung (konvek) bergerak, maka gerakkan slidding dan rolling berlawanan arah. Saat
gerak fleksi femur rolling ke arah belakang dan sliddingnya kebelakang. Dan pada
permukaan tibia cekung (konkaf) bergerak, fleksi ataupun ekstensi menuju ke depan atau
ventral.
C. Osteoarthritis
1. Pengertian
20
Osteoarthritis merupakan suatu penyakit degeneratif (ketuaan) yang bersifat progresif
2. Etiologi
Pada umumnya penderita Osteoarthritis lutut ini, etiologinya tidak diketahui. Namun
antara lain :
a. Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (40 tahun), ini karena pada orang lanjut usia
pembentukan dasar tulan rawan berkurang dan dapat terjadi fibrosis tulang rawan.
b. Jenis kelamin
Sebelum usia 40 tahun kemungkinan laki-laki maupun perempuan yang terkena ini sama.
(Setiawan, 2001).
c. Pekerjaan
d. kegemukan
Ini disebabhnkan karena penambahan beban tubuh pada sendi lutut mengakibatkan
e. Trauma
Resiko trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada ligament, tendon, meniscus, bursa
f. Faktor lain
21
Seperti kepadatan tulang yang terlalu tinggi dapat meningkatkan risiko timbulnya
Osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
3. Klasifikasi
Osteoarthritis primer jenis ini paling sering ditemukan dimana faktor predisposisinya
belum diketahui.
b. Osteoarthritis sekunder
Osteoarthritis sekunder merupakan jenis osteoarthritis pada sendi yang sebelumnya sudah
ditemukan kerusakan atau kelainan pada sendinya. Misalnya dysplasia sendi arthritis.
4. Patofisiologi
Pada Osteoarthritis lutut yang pertama kali mendapat serangan adalah kartilago sendi.
Kartilago normal berfungsi untuk melicinkan gerakan dan mengurangi tekanan pada
menipis. Setelah itu pada tepi persendian terjadi pertumbuhan tulang baru yang lebih
rapuh dan mempunyai duri (osteofit). Osteofit ini semakin lama bertambah dan menekan
osteofit dapat lepas dan masuk kedalam ruang sendi (cavum sendi),sehingga pada
22
permukaan persendian kasar dan tidak rata. Kejadian ini dapat menimbulkan reaksi pada
membrana synovial lebih banyak, maka terlihat sendi lutut bengkak. Akhirnya terjadilah
Dibawah ini ada beberapa keluhan yang serius diutarakan oleh penderita Osteoarthritis
antara lain:
a. Nyeri sendi
Nyeri pada sendi dapat timbul karena berbagai faktor antara lain akibat micro fraktur di
tulang persendian, iritasi saraf, tekanan pada ligament kongesti pembuluh darah balik,
tegangan otot, reumatik jaringan lunak atau sinovitis. Biasanya nyeri bertambah bila
bergerak dan berkurang bila istirahat. Beberapa gerakan tertentu bahkan dapat
Kesulitan bergerak pada sendi sering timbul meskipun penyakitnya masih dini. Hal ini
bisa disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti nyeri, spasme otot dan apabila
Kaku dan nyeri pada sendi bisa timbul setelah istirahat cukup lama, seperti duduk terlalu
lama atau setelah bangun tidur. Rasa kaku umumnya kurang dari 30 menit.
d. Adanya krepitasi
23
Rasa bergerak pada sendi yang sakit bila digerakkan dapat dirasakan oleh penderita atau
pemeriksa, bahkan kadang dapat terdengar. Gejala ini sering terdapat pada pemeriksa
sendi lutut. Bunyi ini mungkin akibat gesekan kedua permukaan tulang sendi saat
digerakkan.
e. Pembengkakan sendi
Pembengkakan bisa terjadi akibat adanya cairan sendi yang biasanya tidak banyak (<100
cc) atau karena adanya osteofit yang dapat mengubah permukaan sendi.
Yang disebabkan oleh akumulasi keluhan dan juga ditambah oleh karena menurunnya
kekuatan otot.
h. Tanda peradangan di persendiaan yang sakit kadang timbul, namun terkadang tidak
seperti nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat dan warna kemerahan. Selain itu disertai
juga perubahan bentuk sendi yang bisa disebabkan adanya perubahan dipermukaan sendi,
perubahan pada tulang dan timbul berbagai kecacatan seperti valgus dan valrus
(Dalimartha, 2001).
D. Nyeri
1. Definisi
berkaitan dengan jaringan yang rusak atau jaringan yang cenderung rusak (Widiastuti,
1991).
2. Macam-macam nyeri
24
Macam-macam nyeri dilihat dari sumber penyebab nyeri antara lain:
a) Nyeri neuromuscolosceletal non neurogenik yang dirasakan pada anggota gerak yang
b) Nyeri neuromuscolo societal neurogenik yaitu nyeri akibat iritasi langsung terhadap
sensoris perifer dengan ciri khas nyeri menjalar sepanjang kawasan distal saraf yang
bersangkutan dan penjalaran nyeri tersebut berpangkal pada bagian saraf yang mengalami
iritasi.
c) Nyeri radiculer yaitu nyeri yang timbul akibat adanya iritasi pada serabut sensorik
3. Mekanisme nyeri
Melzack dan Wall mengemukakan teori gerbang kontol yang banyak diterima bayak
ahli. Menurut teori afferent terdiri dari 2 kelompok serabut yaitu serabut yang berukuran
besar (A-Beta) dan serabut kecil (A-delta dan C). Mekanisme nyeri melalui terapi latihan
yaitu: terpi latihan merupakan salah satu pengobatan dalam fisioterapi yang dalam
pelaksanaannya menggunakan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif sehingga
dapat mempercepat penyembuhan cidera atau penyakit lainnya yang telah merubah pola
secara ritmis dapat mengaktivitasi serabut saraf berpenanampang kecil (A-delta) dan akan
Nyeri dapat diukur dengan berbagai skala adalah skala VAS, VDS, Skala 5 tingkat
yaitu berjalan 15 meter, jongkok berdiri, toileting, naik dan turun tangga.
25
Penulis melakukan pemeriksaan derajat nyeri dengan menggunakan skala VAS
(Visual Analog Scale) yaitu cara pengukuran derajat nyeri dengan menunjukkan satu titik
pada garis skala (0 - 10). Cara penulisan nyeri dengan skala VAS yaitu:
0 10
Salah satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain menunjukkan nyeri
yang hebat. Panjang garris mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang menunjukkan
besarnynya nyeri.
E. Terapi Latihan
1. Pengertian
Terapi latihan adalah gerak dari tubuh atau bagian dari tubuh untuk mengurangi
Osteoarthritis. Yang perlu diketahui pada terapi Osteoarthritis lutut adalah latihan yang
Dimana posisi aman untuk melakukan terapi latihan yaitu posisi duduk. Posisi duduk
dapat dikatakan posisi istirahat sendi lutut, karena secara biomekanik tekanan garis
weight bearing dari pusat kaput femur tidak melalui pusat lutut sehingga beban yang
ditimbulkan pada lutut minimal dan tidak menyebabkan nyeri (Kusumawati, 2003).
26
2. Tujuan Terapi Latihan
Terapi latihan sendiri dilakukan bertujuan untuk memperbaiki kerja otot yang tidak
efisien untuk kembali pada gerak sendi yang normal dan memajukan aktivitas penderita
dimana dan bilamanapun perlu. Sedangkan tujuan diberikan terapi latihan pada otot
Quadriceps Femoris terhadap penderita Osteoarthritis adalah untuk mengurangi nyeri dan
Suatu gerakan aktif dengan bantuan kekuatan dari luar, sedangkan pasien tetap
mengkontraksikan ototnya dengan sadar. Bantuan dari luar dapat berupa tangan terapis,
papan, suspention. Terapi latihan jenis ini dapat membantu mempertahankan fungsi sendi
Free active exercise merupakan bagian dari active exercise yang dihasilkan oleh
kontraksi otot yang melawan gaya gravitasi, tanpa bantuan atau tenaga baik dari luar
Salah satu bentuk latihan active movement adalah resisted active exercise, dimana
pada latihan ini terjadi kontraksi dari otot secara static maupun dinamis dengan tahanan
27
dari luar. Tahanan dari luar dapat berupa tahanan manual maupun mekanik. Tujuan
pemberian terapi ini adalah peningkatan otot-otot penggerak sendi (Kisner, 1996).
d. Hold Relax
Hold relax adalah teknik latihan otot secara isometrik kelompok antagonis dan diikuti
rileksasi otot tersebut. Hold relax bermanfaat untuk rilexasi otot dan menambah Lingkup
Gerak Sendi. Dengan kontraksi isometrik setelahnya otot menjadi rilex sehingga gerakan
F. Quadriceps Exercise
Adalah suatu latihan otot yang diberikan pada quadriceps femoris dengan tehnik
d. Rileksasi otot
28
Dalam pelaksanaan terapi latihan quadriceps exercise ada beberapa tehnik yang harus
a. Posisi pasien harus stabil dan nyaman agar terjadi kontraksi otot yang sempurna, pasien
dapat diposisikan tidur terlentang atau duduk diatas bed atas kursi.
b. Perhatikan posisi sendi, sendi lutut yang akan diterapi harus dalam posisi Maximal Loose
Pack Position (MLPP) yaitu posisi dimana permukaan sendi dalam keadaan longgar,
sehingga baik untuk dilakukan mobilisasi. Pada sendi lutut posisi MLPP yaitu posisi
fleksi 25°.
c. Kecepatan gerakan dilakukan secara teratur dan bertahap 20-30 kali gerakan dalam 1-2
menit.
e. Koordinasi antara pasien dengan terapis harus ada, memberikan penjelasan mengenai
manfaat atau tujuan dari gerakan yang dilakukan agar pasien melaksanakan dengan
penuh konsentrasi.
a. Berikan contoh pada pasien, agar dapat mengikuti gerakan dengan benar.
b. Untuk kontraksi otot dengan tahanan bisa dari pasien atau dengan menggunakan beban.
d. Kontraksi dilakukan secara teratur tidak boleh terlalu cepat atau lambat. Tahan kontraksi
selama 8 hitungan, lalu rileks kemudian ulangi sampai dengan 6 – 8 kali tiap gerakan
e. Bila pasien sudah merasa lelah, walaupun latihan belum selesai sebaliknya latihan
dihentikan.
29
f. Sebelum dan sesudah latihan nadi dan tekanan darah pasien harus dihitung.
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Ada beberapa bentuk terapi latihan dari quadriceps exercise, antara lain :
Pada bentuk latihan dari isometric quadriceps setting ini otot berkontrksi secara isometric
untuk melawan suatu kekuatan atau tahanan tanpa disertai dengan gerakan.
- Handuk
kaki pasien yang akan diberikan latihan (disisi kanan). Tangan terapis atau handuk
30
Pelaksanaan : Terapis memerintahkan pasien untuk menekakan
tangan terapis dengan menggunakan lutut kanannya. Lalu tahan 5 hitungan lalu rileks
Aba-aba : Tahan….,1,2,3,4,5,Rileks
Dosis Latihan
Frekuensi : 2x/hari
Intensitas : Ringan
Waktu : 10 menit
31
Gambar 8. Isometrik Quadriceps setting Exercise
dari satu seri kontraksi dari suatu otot dengan beban yang dinaikkan. Latihan ini pada
dasarnya adalah Rhytmic Dynamic Exercise atatu latihan dinamis dengan intensitas
teratur sehingga pada akhir latihan hari itu beban yang digunakan pasien maximal dan
beban ditingkatkan dengan tujuan untuk pemulihan kekuatan otot atau untuk
otot tersebut.
Prosedur pemberian latihan ini yaitu adanya peningkatan rangkaian gerakan otot
sampai mencapai full ROM dan memastikan bahwa posisi pasien benar, sehingga hanya
minimal yang dapat diangkat pasien sampai full ekstensi pada satu kali kontraksi otot
tersebut 1 repitisi maximal atau ROM, juga dapat menentukan beban yang diangkat
Dosis latihan
Intensitas : Ringan
Waktu : 10 menit
Repitisi : 10 RM
33
Gambar 9. Progresive Resisted Exercise (Pre Dolorme)
b. Sepeda Static
Bertujuan untuk meningkatkan kekuataan otot-otot paha dan meningkatkan sendi lutut.
Static dan setelah itu memerintahkan pasien untuk mengayuh sepeda tersebut. Pemberian
beban ini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan toleransi pasien.
Dosis latihan
Frekuensi : 2x/hari
34
Intensitas : Sedang
Waktu : 15 menit
oleh arus bolak-balik frekuensi tinggi. Frekuensi yang diperbolehkan pada pemakaian
35
SWD adalah 13,66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz, panjang gelombang yang sesuai
dengan frekuensi SWD yang sering juga disebut energi elektromagnetik 27 MHz.
Arus frekuensi tinggi adalah arus listrik bolak-balik yang frekuensinya lebih dari
500.000 cycle/detik yang tidak memberikan rangsang terhadap saraf sensorik maupun
motorik. Arus ini sering juga disebut arus oscilasi (Sujatno, 1993).
1) Efek Fisiologis
Efek arus EEM 27 MHz terhadap tubuh adalah timbulnya panas dalam jaringan.
Pengaruh fisiologis yang timbul disebabkan oleh kenaikan suhu jaringan, yaitu:
a) Metabolisme meningkat
Hukum Varit Hoff menyatakan bahwa perubahan kimia dapat dipercepat oleh adanya
panas. Dengan demikian, pemanasan jaringan akan mempercepat perubahan kimia yaitu
kebutuhan jaringan akan O2 dan sari makanan akan cepat terpenuhi (Sujatno, et al.,
1993).
Panas akan memberikan pengamh langsung pada dinding pembuluh darah berupa
vasodilatasi jumlah supply darah di daerah tersebut bertambah. Dengan demikian jumlah
O2 dan sari-sari makanan bertambah dan pembuangan sisa-sisa metabolisme akan lebih
lancar.
36
Apabila panas yang dihasilkan tidak berlebihan maka akan terjadi penurunan ekstabilitas
susunan saraf sehingga akan menurunkan atau mengurangi rasa nyeri (Sujatno et al.,
1993).
Pada bagian tubuh apabila mendapat pemanasan maka akan terjadi kenaikan suhu lokal
pada jaringan tersebut. Namun apabila pemanasan meliputi daerah yang luas dan waktu
Kenaikan suhu jaringan akan memberikan rileksasi dan menambah efisiensi kerja otot-
otot. Serabut-serabut otot akan berkontraksi dan rileksasi lebih cepat, meskipun kekuatan
otot tidak berpengaruh. Rileksasi otot-otot antagonis memberikan kebebasan kerja dari
Apabila kenaikan suhu tubuh, kelenjar keringat akan menjadi lebih aktif, disamping itu
pemanasan secara lokal pada kulit akan menambah aktifitas kelenjar keringat di daerah
2) Efek terapeutik
Dengan timbulnya panas yang dihasilkan oleh SWD (EEM 27 MHz) akan menimbulkan
vasodilatasi lokal pada pembuluh darah, sehingga peredaran darah akan lebih lancar dan
supply zat-zat yang dibutuhkan oleh proses metabolism akan meningkat pula (Sujatno, et
al., 1993).
37
b) Mengurangi nyeri
Akibat adanya penekanan ujung-ujung saraf sensoris pada persendian (nociceptor) akan
mengakibatkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh aktifitas nociceptor yang meningkat.
Pemberian SWD (EEM 27 MHz) dapat memberikan efek sedatif dan analgetik pada
ujung-ujung saraf sensoris oleh karena pengaruh thermal (panas). Sehingga merangsang
Akibat adanya rasa nyeri maka otot-otot akan mengadakan protektif spasme, sehingga
otot-otot akan tegang (spasme). Pemberian SWD akan menyebabkan otot-otot menjadi
rileks, dan kondisi otot menjadi lebih baik (Sujatno, et al., 1993).
Adanya panas yang disebabkan oleh pemberian SWD pada jaringan pengikat seperti
tendon, ligamen, dan kapsul sendi maka akan meningkatkan elastisitas jaringan pengikat
sebagai bagian penyusun sendi maka struktur sekitar sendi akan kendor dan kekakuan
luka, terutama pada fase penenandaan sangat membantu melindungi jaringan dan struktur
proses penyembuhan lukanya dengan adanya pemberian EEM 27 MHz (Sujatno, et al.,
1993). Sebagai syarat untuk menentukan indikasi perlu pertimbangan 3 hal yaitu:
38
1) Stadium dari proses penyembuhan luka.
2) Sifat dan jaringan atau organ yang mengalami kerusakan seperti otot, lemak atau jaringan
lain
Pemberian EEM 27 MHz pada jaringan tubuh yang ada logamnya akan menyebabkan
konsentrasi energi pada logam. Sehingga disekitar logam akan dapat panas yang
Misalnya pada mata atau luka basah dan eksim basah juga dapat menimbulkan kebakaran
dari jaringan.
d) Gangguan sensibilitas
Pada gangguan ini terutama pada panas dan dingin maka pemberian dosis secara
Pada keadaan ini dapat memperluas infeksi bakteri melalui aliran darah.
f) Menstruasi
39
Pemberian EEM 27 MHz pada saat menstruasi pada daerah lumbal dan sacral dapat
g) Kehamilan
menyebabkan gangguan keseimbangan zat asam (oksigen) pada placenta (Sujatno, et.al.,
1993).
1) Lama pulsasi
Lama pulsasi adalah waktu berlangsungnya pulsasi atau ms dan EEM intermitten
didalam jaringan. Nilai lama pulsasi 0,4 ms tetapi beberapa alat yang modem mempunyai
Jika frekuensi pulsasi tinggi, maka intensitas rata-rata juga tinggi dan sering
komulatif dan panas yang terjadi. Dengan menatakan pulsasi istirahat maka kenaikan
temperatur dapat dicegah dan panas bisa diatur sampai dosis submitis.
3) Intensitas
Pada pemberian EEM intermitten maka intensitas dan pulsasi bisa tinggi. Pada beberapa
4) Lama pengobatan
40
Lama pengobatan antara 10-15 menit, Earth dan Kern menyatakan bahwa dengan
5) Frekuensi pengobatan
Pada dosis yang rendah pengobatan bisa diberikan setiap hari tanpa beban terhadap
sirkulasi darah terutama untuk aktualitas radang yang tinggi. Pada dosis yang tinggi
H. Proses Fisioterapi
a. Asesment Fisioterapi
1) Anamnesis
Anamnesis adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab antara terapis
dengan sumber data, hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
b) Heteroanamnesis, bila anamnesis dilakukan terhadap orang lain yang dianggap mengerti
tentang keadaan pasien, dan untuk kasus ini anamnesis yang dilakukan adalah
Dari anamnesis ini didapatkan data nama pasien, umur, alamat, agama, jenis kelamin,
pekerjaan.
41
Dari anamnesis khusus ini kita dapat memperoleh keterangan tentang hal-hal yang
a) Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh pasien berkaitan dengan
c) Riwayat penyakit dahulu berupa penyakit-penyakit yang pernah dialami yang tidak
2) Pemeriksaan
Yaitu pemeriksaan yang meliputi pengukuran tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,
temperatur, tinggi badan, dan pada umumnya hasil pemeriksaan kondisi umum pada
penderita osteoarthritis kedua lutut ini adalah baik sehingga memungkinkan untuk
(2) Inspeksi
Merupakan suatu cara pemeriksaan dengan cara melihat dan mengamati. Pada kasus
osteoarthritis kedua lutut ini, inspeksi yang dilakukan didapatkan hasil seperti:
b) Inspeksi statis, pada kondisi aktualitas tinggi umumnya didapatkan ekspresi wajah saat
diam biasa, tidak ada bengkak pada kedua lutut, tidak ada atropi dan tidak ada hiperemia.
42
c) Inspeksi dinamis, dengan mengamati sejak pasien datang apakah ekspresi wajah menahan
nyeri saat pasien duduk, saat jalan pasien tidak menggunakan alat bantu, tripod dan alat
(3) Palpasi
Merupakan cara pemeriksaan dengan jalan meraba, menekan, dan memegang bagian
tubuh pasien. Pada kasus osteoarthritis kedua lutut umumnya palpasi yang dilakukan
untuk mengetahui.
(4) Auskultasi
Merupakan cara pemeriksaan dengan jalan mendengarkan bunyi dari lutut baik
Pemeriksaan dilakukan pada anggota gerak atas dan bawah bawah baik kanan
Pemeriksaan gerak pasif pada kondisi osteoarthritis genu ini tentang gerak knee
dextra dan sinistra tetapi pasien dibantu terapis. Pada pemeriksaan ini untuk mengetahui
43
adanya rasa nyeri, keterbatasan gerak, kekuatan otot, dan endfeel pasien. untuk
Pemeriksaan gerak aktif pada kondisi osteoarthritis genu ini tentang gerak knee
dextra dan sinistra tetapi pasien melakukan sendiri. Pada pemeriksaan ini untuk
mengetahui adanya rasa nyeri, keterbatasan gerak, dan kekuatan otot. Untuk
pemeriksaan kekuatan otot pada gerak aktif digunakan Manual Muscle Testing.
Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya keterbatasan untuk sendi lutut menggunakan
Tahanan untuk terapis, arah gerak berlawanan flexi dan extensi. Dilakukan untuk
kedua tungkai dextra dan sinistra. Pemeriksaan ini untuk mengetahui kekuatan otot dan
adanya nyeri.
Dilakukan untuk mengungkapkan ciri khusus serta ada tidaknya gangguan dan
struktur atau jaringan tertentu. Pada kasus osteoarthritis sendi lutut ini, pemeriksaan yang
dilakukan meliputi:
Yaitu cara pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala penilaian yaitu :
- Tidak nyeri
- Nyeri ringan
44
- Nyeri tidak begitu berat
- Nyeri berat
Pasien disuruh merasakan nyerinya pada nomor tersebut. Pasien tersebut harus
Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu lutut pasien ditekuk dan lutut yang
lain tetap lurus. Posisi pemeriksa duduk di pinggir bed, sambil menekan kaki pasien.
Kedua tangan pemeriksa memberikan tarikan pada lutut ke arah anterior. Pemeriksaan ini
untuk mengetahui stabilitas Ligamentum cruciatum anterior (de wolf, 1954). Instabilitas
ligamentum krusiatum dapat di derajatkan dari 0 sampai 3+. Apabila tibia dapat di
sorokkan terhadap femur ke depan kira-kira 5mm, maka derajat instabilitasnya ialah 1+.
Bila jarak sorokkan lebih dari 10mm, maka instabilitasnya berderakat 3+. 10 Pada kondisi
10
Priguna Sidharta M. D. Ph. D, Sakit neuromuskuloskeletal, PT. Dian Rakyat,tahun 1984. Hal. 260
45
Gambar 8.Tes laci sorong ke depan (de Wolf, 1994)
Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu lutut pasien ditekuk dan lutut yang
lain tetap lurus. Posisi pemeriksa duduk di tepi bed sambil menekan kaki pasien. Kedua
tangan pemeriksa memberikan dorongan pada lutut ke arah posterior Pemeriksaan ini
untuk mengetahui stabilitas Ligamentum cruciatum posterior. (de wolf, 1994). Instabilitas
ligamentum krusiatum dapat di derajatkan dari 0 sampai 3+. Apabila tibia dapat di
sorokkan terhadap femur ke belakang kira-kira 5mm, maka derajat instabilitasnya ialah
1+. Bila jarak sorokkan lebih dari 10mm, maka instabilitasnya berderakat 3+.11 Pada
11
Priguna Sidharta M. D. Ph. D, Sakit neuromuskuloskeletal, PT. Dian Rakyat,tahun 1984. Hal. 260
46
Gambar 9.Tes laci sorong ke belakang
Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu tungkai berada di luar bed. Posisi
tangan terapis berada di bawah lutut pasien sementara tangan yang satunya memegang
tumit pasien, gerakannya ke arah varus. Pemeriksaan ini untuk mengetahui stabilitas
47
Posisi pasien berbaring terlentang di atas bed, satu tungkai berada di luar bed. Posisi
tangan terapis berada di bawah lutut pasien sementara tangan yang satunya memegang
pergelangan kaki pasien, gerakannya ke arah valgus. Pemeriksaan ini untuk mengetahui
- Tes Hiperekstensi
Pasien berbaring di atas bed dengan kaki dalam posisi lurus, lutut diganjal, sedangkan
kaki di angkat. Dengan membandingkan jarak antara tumit kaki kiri dan kanan bed (de
wolf, 1994).
Pasien tidur terlentang di atas bed. Terapis mempalpasi persendian lutut, tangan yang
satu menekan di patella sejenak lalu dilepaskan kembali. Apabila ada cairan hidrops
subpatella yang cukup banyak, maka beradunya patella dengan kondylus femoris dapat
dirasakan oleh jari. Bilamana cairan hidrops tidak banyak, maka ballottement tidak dapat
diperoleh. Pada kondisi osteoarthritis genu apabila terdapat hidrops, maka cairan dapat
http://emedicine.medscape.com
Nyeri
Tidak Nyeri 4
12
Priguna Sidharta M. D. Ph. D, Sakit neuromuskuloskeletal, PT. Dian Rakyat, Hal. 262
49
Nyeri pada saat istirahat 1
LGS penuh 4
Sedikit keterbatasan 3
Terbatas 2
Dalam ruangan 1
fungsi kognitif dan emosional pasien sehingga fisioterapis dapat menyesuaikan bentuk
dalam pelaksanaan aktifitas tersebut. Yang dimaksud dengan aktifitas fungsional dasar
50
(transfering) dan berjalan. Pada kondisi osteoarthritis, umumnya pasien mengalami nyeri
saat beraktifitas.
aktivitas adalah aktivitas sholat, aktivitas untuk berjalan jauh, membersihkan rumah, dan
mencuci. Pada kondisi osteoarthritis, biasanya pasien merasakan nyeri saat melakukan
aktivitas.
lingkungan aktivitas yang mendukung misalnya posisi WC duduk, tidak terlalu sering
b. Diagnosa Fisioterapi
menjadi pernyataan yang logis dan dapat dilayani oleh fisioterapi. Adapun tujuan dan
oleh penderita serta untuk menentukan layanan fisioterapi yang tepat. Hasil pemeriksaan
51
fisioterapi yang telah dilaksanakan pada penderita osteoarthritis genu ini didapatkan
f) Adanya oedema.
g) Adanya deformitas.
Adanya keterbatasan LGS, kelemahan otot, nyeri diam, nyeri gerak, nyeri tekan,
spasme otot , oedema, deformitas, dan instabilitas sendi akibat Osteoarthritis genu.
c. Rencana Fisioterapi
1) Tujuan
Tujuan fisioterapi akan dibedakan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
52
(5) Mengurangi oedema.
2) Perencanaan Modalitas
a) Modalitas Alternatif
Merupakan semua metode yang dapat diaplikasikan atau diterapkan untuk mengatasi
problematik yang ada. Pada kondisi osteoarthritis genu modalitas yang biasa digunakan
b) Modalitas Terpilih
Merupakan semua metode yang sangat tepat, efektif dan efisien dalam mengatasi
problematik pasien untuk mencapai tujuan terapi. Pada kondisi osteoarthritis genu
modalitas yang biasa digunakan antara lain: TENS dan Terapi Latihan Metode
Quadriceps Exercise.
c) Modalitas Terlaksana
Adalah intervensi yang karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan atau
53
3) Rencana Evaluasi
a) Evaluasi Rutin
Evaluasi rutin dilakukan setiap kali terapi untuk mengetahui efek langsung terapi
terhadap kondisi umum pasien. Objek evaluasi antara lain tanda vital, nyeri, tanda tropis.
b) Evaluasi Periodik
Evaluasi periodik dilakukan untuk mengetahui hasil reaksi terhadap terapi yang
diberikan. Evaluasi periodik dapat dilakukan setiap setelah 3 kali terapi dengan objek
evaluasi antara lain nyeri, kekuatan otot, keterbatasan gerak sendi, deformitas, spasme
c) Evaluasi Kumulatif
Evaluasi kumulatif dilakukan setelah selesai sesi terapi, misalnya setelah 12 kali
terapi untuk mengetahui hasil terapi dan mengambil kesimpulan yang akan digunakan
sebagai acuan rencana fisioterapi selanjutnya. Objek evaluasi kumulatif pada kondisi OA
4) Prognosis
a) Quo ad vitam
Menyangkut hidup matinya pasien. Osteoarthritis pada sendi lutut akibat proses
54
b) Quo ad sanam
proses penuaan sehingga tidak selalu sembuh total, jadi quo ad sanam sedang.
c) Quo ad cosmeticam
gangguan kosmetik seperti deformitas genu varum atau genu valgus. Quo ad cosmeticam
d) Quo ad fungsional
55