Anda di halaman 1dari 26

Keluarga sakinah

baitijannati – Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah dimulai


dengan ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi
orang yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya.

Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena
itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.
[HR. al-Hakim].

Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding, genteng,
kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai
pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan
ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi masing-
masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.

Mari kita telaah satu persatu masing-masing fungsi suami dan istri tersebut.

Kewajiban Suami

Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya,


tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin
dalam rumah tangga. Alloh SWT dalam hal ini berfirman:

Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan
sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah
membelanjakan sebagian harta mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).

Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga
penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting
tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak
mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. at-Tahriim: 6).

Suami juga harus mempergauli istrinya dengan baik:


Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak
menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. (Qs. an-Nisaa’: 19).

Barang siapa menggembirakan hati istri, (maka) seakan-akan menangis takut


kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah
mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami istri saling
memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat.
Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka
berguguranlah dosa-dosa suami-istri itu dari sela-sela jarinya. [HR. Maisarah bin
Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke
hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling
disayangi?” Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan
kepada kalian nanti.“

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah


kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak
memberitahu kepada istri-istri yang lain. Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah
itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah Saw
menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya.”
Kemudian, istri-istri Nabi Saw itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya
saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Bahkan tingkat keshalihan seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana


sikapnya terhadap istrinya. Kalau sikapnya terhadap istri baik, maka ia adalah
seorang pria yang baik. Sebaliknya, jika perlakuan terhadap istrinya buruk maka ia
adalah pria yang buruk.

Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri
pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul
muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya
kecuali dalam rumah. [al-Hadits].

Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik perlakuannya
terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang paling baik diantara
kalian dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].
Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di luar rumah lantas
melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami berkewajiban
mengontrol dan mengawasi anak dan istrinya, agar mereka senantiasa mematuhi
perintah Allah, meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar dari siksa api
neraka. Ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah jika anak dan istrinya
meninggalkan ibadah wajib, melakukan kemaksiatan, membuka aurat, khalwat,
narkoba, mencuri, dan lain-lain.

Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. [HR. Bukhari].

Kewajiban Istri

Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga
kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi
seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab
langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan
mereka lahir-batin, dunia-akhirat.

Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami harus berusaha
mengantar istri dan anak-anaknya untuk bisa memperoleh jaminan surga. Apabila
anggota keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah bimbing, maka
suamilah yang akan menanggung siksaan besar nantinya.

Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang
kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal:
disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.

Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan,


memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu
syurga mana saja yang dikehendaki. [al-Hadist].

Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita


shalihah. [HR. Muslim, Ahmad dan an-Nasa'i].

Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Qs. an-Nisaa’:
34).
Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup
seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita
jahiliyah. (Qs. al-Ahzab: 32).

Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan
menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap
mereka. [al-Hadits].

Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau


memandangnya dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika
engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan
milikmu. [al-Hadist].

Perselisihan

Suami dilarang memukul/menyakiti istri, jika terjadi perselisihan ada beberapa


tahapan yang dapat ditempuh,

Istri-istri yang kalian khawatirkan pembangkangannya, maka nasihatilah


mereka, pisahkanlah mereka dari tempat tidur, dan pukullah mereka (dengan
pukulan yang tidak membahayakan). Akan tetapi, jika mereka menaati kalian,
janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka. (Qs. an-Nisaa’:
34).

Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri
pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul
muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya
kecuali dalam rumah. [al-Hadits].

Jika kalian merasa khawatir akan adanya persengketaan diantara keduanya,


maka utuslah seorang (juru damai) dari pihak keluarga suami dan sorang juru damai
dari pihak keluarga istri. Jika kedua belah pihak menghendaki adanya perbaikan,
niscaya Allah akan memberi taufik kepada suami-istri. (Qs. an-Nisaa’: 35).

Demikianlah Islam mengatur dengan sempurna kehidupan keluarga sehingga


terbentuk keluarga sakinah dan bahagia dunia-akhirat. Wallahua’lam.
(baitijannati.wordpress.com)
 

5 Konsep Membina Keluarga Bahagia


Meski seseorang gagal karirnya di luar rumah, tetapi sukses membangun keluarga
yang kokoh dan sejahtera, maka tetaplah ia dipandang sebagai orang yang sukses dan
berbahagia. Sebaliknya orang yang sukses di luar rumah, tetapi keluarganya
berantakan, maka ia tidak disebut orang yang beruntung, karena betapapun sukses
diraih, tetapi kegagalan dalam rumah tangganya akan tercermin di wajahnya,
tercermin pula pada pola hidupnya yang tidak bahagia. Hidup menjadi gelisah, tak
tenang karena kegagalannya dalam membina rumah tangga. Itulah sebabnya Pasangan
ideal dari kata keluarga adalah bahagia, sehingga idiomnya menjadi keluarga bahagia.
Maknanya, tujuan dari setiap orang yang membina rumah tangga adalah mencari
kebahagiaan hidup. Hampir seluruh budaya bangsa menempatkan kehidupan keluarga
sebagai ukuran kebahagiaan yang sebenarnya.

Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia bukan sesuatu yang
mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang
merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) bisa
didiskusikan dan diubah sesuai dengan konsep fikiran yang akan dituangkan dalam
wujud bangunan itu. Demikian juga membangun keluarga bahagia, terlebih dahulu
orang harus memiliki konsep tentang keluarga bahagia.

Ada 5 konsep membangun keluarga bahagia.

1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah
jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah
adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang
dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya,
rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti
pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna,
Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari
panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus
menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan,
suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya.
Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil
membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di
rumah “nglombrot” menyebalkan.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial


dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf
(Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan
nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami.

4. Suami istri senantiasa menjaga Makanan yang halalan thayyiban. Menurut


hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram,
cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram
ahaqqu ila an nar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-
lainnya.

5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat,
misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun
dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa
menyesatkan pada bencana yang fatal.

Berbagi Peran Berbagi Beban Rieke Permanasari


Pada sebagian kalangan masyarakat, berlaku anggapan bahwa istri
bertugas melahirkan anak dan suami bertugas mencari nafkah. Namun bagaimanakah
dengan keluarga yang belum atau tidak memiliki anak, apakah istri  tidak perlu
dinafkahi? Dimanakah peran suami? 

Sebelum memutuskan untuk menikah, banyak orang yang hanya memikirkan


dirisendiri. Tapi kondisi tersebut akan sulit dipertahankan ketika mereka mulai
membangun rumah tangga.Setelah menikah, tenggang rasa dan sikap saling bantu
amat dituntut pada setiap pasangan. Baik bagimereka yang baru mendirikan rumah
tangga, atau yang sudah lama menjalani kehidupan bersama.Oleh karena itu
sebaiknya sebelum menikah, konsep hubungan suami istri sudah dibicarakan
dandisetujui bersama demi kepentingan bersama pula. Tak jarang kompromi untuk
menyiasati perbedaansuami istri itu, berupa pembagian peran dan tangggung jawab
yang kaku. Namun pembagian tugas danperan istri dan suami yang terlalu kaku, dapat
membawa implikasi psikologi dan sosial yang sangatkompleks. Ketika role
expectation dari masing-masing pihak tak terpenuhi, kondisi tersebut
berpotensimenjadi pemicu masalah.Psikolog keluarga dan perkawinan
Rosdiana S Tarigan MPSi, MHPEd

dari Rumah Sakit Pluit Jakartamengatakan, pembagian peran antara suami istri,
bergantung pada perjanjian awal ketika menikah.“Namun perlu ditekankan bahwa
tugas utama untuk menghidupi keluarga ada pada suami,” ujarRosdiana. Istri bisa saja
mengemban tugas itu, tetapi hal itu karena sesuatu hal yang di luar dugaan.
Tapimeskipun istri bekerja, perlu disadari bahwa tugasnya hanya sebagai penopang
atau penambah. ”Jadikalau pun penghasilan istri lebih besar dari suami, si istri tidak
boleh sombong karena perlu adanyamutual-respecr,” Rosdiana menjelaskan.Suami,
lanjut Rosdiana, sebagai kepala keluarga mempunyai tugas untuk mencari nafkah
danbertanggung jawab terhadap keluarga. Namun selain bertugas mengayomi,
melindungi, dan bijakterhadap istri dan anak-anaknya, suami juga dapat membantu
pekerjaan istri, yaitu mengurus pekerjaanrumah tangga. Begitu pula istri, selain
bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga ia jugaberperan untuk selalu
mendukung dan menolong suami ketika ia mengalami kesulitan. Istri dapat
menjadiorang yang paling berpengaruh dalam setiap keputusan yang diambil
suami.Mengenai pembagian peran suami istri ini, konselor manajemen keluarga

Dra Puspita Zorawar MPsiT

 dari Learning Center ExcellencIA, mengatakan bahwa hubungan suami istri yang
ideal berupa hubungan“partnership”. Hubungan kemitraan, menurutnya, paling ideal
dalam era perubahan, dan berbagaituntutan yang muncul dewasa ini. Namun
penerapan hubungan tersebut juga harus secara fleksibel.“Meski suami sebagai kepala
keluarga merupakan final decision maker, namun setiap keputusan yangdiambil harus
demi kepentingan keluarga,” kata Puspita. Ditambahkannya, hubungan partnership
akanlebih banyak berperan pada pembagian tugas dalam keluarga, seperti mendidik
dan membimbing anak,mendelegasikan pekerjaan rumah tangga ke pembantu, dan
lain-lain.

Tanggung Jawab

 “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Menghadapi tuntutan hidup yang
semakin besar saat ini,suami istri dituntut untuk melakukan tugas bersama-sama,
apalagi bila keduanya bekerja. Seorang istriyang bekerja harus memiliki konsep
manajemen rumah tangga yang baik. Dengan demikiankepentingan-kepentingan
rumah tangga tidak boleh terabaikan, karena perhatian dan energi sang istrilebih
didominasi oleh pekerjaan.  Namun suami tidak bisa sepenuhnya mengharapkan istri
adalah orangyang satu-satunya bertanggungjawab terhadap anak. Namun pekerjaan
apa yang harus dikerjakan,semua itu tergantung dari kesukaan dan minat masing-
masing.

”Misalnya ada suami yang tidak suka beres-beres tapi dia suka masak, maka saat libur
dia bisa memasakdan istri yang beres-beres rumah. Begitu juga pada saat pembantu
tidak ada,” kata Rosdiana. Suami istrisebaiknya menyadari bahwa tugas rumah tangga
merupakan tanggung jawab bersama. Tanpakesadaran tersebut, maka kedamaian di
dalam rumah bisa sering terganggu.Puspita juga menyarankan, jika salah satu dari
pasangan tidak dapat menjalankan tugasnya (misalnya,mengecek PR anak) karena
tuntutan pekerjaan, maka pasangan lainnya dapat menggantikan. Salingmenggantikan
tugas mendidik anak ini, merupakan bentuk tanggung jawab bersama. “Oleh karena
itu,komunikasi antara suami dan istri menjadi sangat penting. Hal ini sangat mudah
dilakukan mengingatketersediaan fasilitas dan teknologi komunikasi yang kian maju,”
lanjutnya.Dia menambahkan, salah satu syarat dalam rumah tangga adalah
mengembangkan relasi terbuka.Artinya keduanya harus membiasakan diri
mengungkapkan apapun yang dirasakan dan diinginkan, tanpakhawatir salah satu
pihak merasa sakit hati. Saling menghargai bisa terwujud kalau komunikasi
antarpasangan berjalan baik dan efektif. Istri menceritakan apa pun yang
dilakukannya, suami juga melakukanhal yang sama. Komunikasi yang lancar
biasanya membuat suami istri merasa saling membutuhkan.Saat ini sudah tidak lagi
berlaku pembagian tugas rumah tangga secara gender. Sudah bukan hal anehlagi, bila
suami melakukan sejumlah tugas rumah tangga seperti belanja ke supermarket,
ataumenjemput anak di sekolah. Demikian pula dalam hal mendidik anak. “Mendidik
anak harus dilakukanberdua, karena anak harus mendapat figure ayah sebagai
pemimpin keluarga dan ibu sebagaipendampingnya,” ujar Puspita. Sehingga peran
suami istri lebih pada ‘spirit’, bahwa seorang Ibu lebihsebagai ‘direktur operasional’
di dalam keluarga, sedangkan Ayah sebagai ‘presiden direktur’ yangmembawa
seluruh keluarga kepada tujuan yang hendak dicapai dan sebagai pemegang keputusan
final.Selain tanggung jawab, Rosdiana menambahkan, hal utama yang perlu
diterapkan oleh pasangan adalahkomunikasi dan toleransi. Jika istri merasa tidak
nyaman dengan beban pekerjaan rumah tangga yangdiembannya, maka ia harus
membicarakannya kepada suami. Sebaliknya seorang istri yang ingin”menegur”
suami haruslah memilih waktu dan masa yang tepat, seperti ketika hendak tidur atau
waktuistirahat pada petang hari. Pada saat-saat itulah suami biasanya berpikiran
tenang dan terbuka. ”Istri jugaperlu bersikap toleran dan menghargai keadaan suami.
Bila suami tiba-tiba tidak bisa melakukantugasnya, maka istrilah yang harus
menggantikannya,” imbuh Rosdiana.Dengan adanya pengaturan tugas masing-masing
pasangan, maka tak sepantasnya lagi suamimengharapkan istri menjadi satu-satunya
pihak yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yangberkaitan dengan anak. Mulai
dari perhatian, pengajaran, makanan, hiburan, sampai dengan kebersihanrumah.
Dengan menerapkan sikap toleransi di dalam rumah tangga maka permasalahan
akibat salingmenggantungkan terhadap pasangan tidak mungkin terjadi. ”Bila suami
sudah bersedia menolong istri,ucapan terima kasih perlu sentiasa diucapkan supaya si
suami merasa dirinya dihargai,” tandasRosdiana.

Kerja Sama Antar Anggota

 Pada dasarnya pembantu rumah tangga bukan pekerja yang bisa mengerjakan seluruh
tugas rumahtangga. Sesuai sebutannya, ia bukan pengganti fungsi orangtua bagi anak.
Jangan sampai pembantumenjadi pemisah hubungan orang tua dan anak. Hal ini perlu
ditanamkan kepada anak-anak, agarhubungan emosional tetap terjalin kepada
orangtua sejak anak-anak masih kecil. “Begitu juga denganpasangan yang sama-sama
sibuk bekerja, sebaiknya tetap harus memprioritaskan komunikasi kepadaanak.
Berusaha semaksimal mungkin agar mereka dapat menjadi panutan anak-anak,
sehingga anak-anak tidak mencari panutan di tempat lain,” ungkap Puspita.Pembagian
tugas di dalam rumah tangga tidak melulu dilakukan oleh suami istri. Mereka
yangmempunyai anak cukup besar bisa melibatkan anak-anak dalam pekerjaan
rumah, namun cukup yang ringan-ringan saja. Anak-anak dapat diberi pengertian
bahwa semua orang yang ada di dalam rumahdapat berperan, misalnya merapikan
bekas mainannya atau tempat tidurnya.Anak-anak perlu diberi batasan tugas dan
tanggung jawab yang besar kecilnya disesuaikan dengankematangan usianya. ”Dalam
proses perkembangan anak, memberi contoh adalah cara yang palingefektif untuk
mengharapkan anak melakukan sesuatu. Misalnya menerapkan konsep hidup
sehat,”ungkap Puspita. Di sini orang tua dapat memberi contoh bagaimana mengatur
keseimbangan hidupmelalui makan yang sehat, cara hidup yang sehat, olah raga
teratur, berpikir yang positif dan optimis,mengerjakan sesuatu dengan penuh
ketekunan untuk menghasilkan sesuatu yang besar, dan lain-lain.Tugas dan tanggung
jawab kepada anak harus selalu diingatkan agar nilaitersebut dapat diinternalisasipada
masing-masing individu anak.

Melepas Ketergantungan Pembantu

 Ada sebagian pasangan menikah ‘kelimpungan’ saat pembantu dirumah pulang


kampung ataumendadak ijin karena sakit. Tiba-tiba saja rumah Anda menjadi ”porak
poranda” karena tidak terurus.Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi jika anggota
keluarga sudah terbiasa berbagai tugas melakukanpekerjaan rumah.Rosdiana
menambahkan bahwa pemilik rumah dengan pembantu memiliki hubungan
mutualisme,dimana pembantu mengerjakan pekerjaan rumah, sedangkan si pemilik
mendapatkan hasilnya. Namunkeadaan ini tidak terlalu baik jika sepenuhnya
pekerjaan diserahkan kepada pembantu. Jika memangpembantu perlu ada didalam
rumah, maka ia hanya cukup melakukan pekerjaan rumah saja, sedangkanpekerjaan
mengasuh anak tetap dilakukan oleh suami istri. “Sebagai orangtua, kita tetap
mempunyaitugas untuk mengurus anak. Belanja bulanan, mengatur menu, pekerjaan
sekolah (PR) anak-anak, danlain-lain juga dapat dilakukan oleh orangtua. Hal itulah
yang bisa dibagi dengan anggota keluargalainnya,” lanjut Rosdiana.Begitu pula ketika
menghadapi Hari Raya. Pembantu yang mudik atau pulang kampung tidak
perlumeresahkan atau malah menjadi beban yang amat berat bagi pasangan menikah.
Hal ini justru menjadiajang bagi suami istri untuk menjalin hubungan menjadi lebih
erat lagi. Misalnya mencuci mobil bersama-sama, memasak bersama, membereskan
rumah dan lain sebagainya. “Dengan membagi tugas antarapasangan, pekerjaan apa
saja yang harus dilakukannya justru akan menambah keharmonisan di
dalamkeluarga,” seru Puspita.

Tips bagi pasangan dalam berbagi tugas


- Kompromi dengan melakukan komunikasi terbuka dengan pasangan,
pekerjaan dan tugas rumahtangga apa yang harus dilakukan masing-masing
- Dalam membagi tugas atau pekerjaan tersebut, sebaiknya disesuaikan
dengan minat dankesukaan pasangan masing-masing.
- Jangan memaksakan pasangan kita untuk melakukan pekerjaan yang tidak
disukainya.
- Jangan menganggap pekerjaan rumah adalah pekerjaan yang amat berat.
- Kurangi standar hasil pekerjaan. Misalnya ketika ada pembantu lantai bersih
kinclong, maka bilapembantu tidak ada bersih saja pun cukuplah. Menu
masakan yang biasanya lima macam dalamsatu hari jika dimasak pembantu,
ketika harus masak sendiri bisa dikurangi menjadi tiga macammenu saja.
- Selain suami, libatkan juga anak-anak agar keharmonisan dalam keluarga
bisa lebih terjalin.
- Jangan terlalu mengharapkan hasil yang sempurna dengan hasil pekerjaan
yang dilakukan olehsuami. Bagaimanapun juga diperlukan proses dalam
melakukan semuanya itu.
- Jika suami enggan membantu menguruskan rumah tangga, isteri haruslah
bijak untukmemainkan peranan dengan menegur sikap suami dengan cara
baik dan lembut. Pilih waktu dansaat yang tepat.
- Ucapkan terima kasih kepada pasangan Anda seusai ia melakukan tugasnya.
Agar ia merasadihargai.

Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka
menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang
berkekurangan. Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit
menemukannya? Mengapa sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam
rumah tangga, yang kadang-kadang akibatnya  meruntuhkan keutuhan rumah tangga?
Padahal Allah swt menyebutkan perjanjian  untuk membangun rumah tangga sebagai
perjanjian yang sangat kuat dan kokoh yaitu “Mîtsâqan ghalîzhâ. Allah swt
menyebutkan kalimat “Mîtsâqan ghalîzhâ hanya dalam dua hal: dalam membangun
rumah tangga, dan dalam membangun missi kenabian. Tentang “Mîtsâqan ghalîzhâ
dalam urusan rumah tanggah terdapat dalam surat An-Nisa’: 21. Adapun dalam hal
missi kenabian terdapat dalam surat An-Nisa’: 154, tentang perjanjian kaum nabi
Musa (as); dan dalam surat Al-Ahzab: 7, tentang perjanjian para nabi: Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa (as).
Bangunan rumah tangga bagaikan bagunan missi kenabian. Jika bangunan runtuh,
maka maka runtuhlah missi kemanusiaan. Karena itu Rasulullah saw bersabda:
“Perbuatan halal yang paling Allah murkai adalah perceraian.” Sebenarnya disini ada
suatu yang sangat rahasia. Tidak ada satu pun perbuatan halal yang Allah murkai
kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Tentu masing-masing kita
punya jawaban, paling tidak di dalam hati dan pikiran. Dan saya tidak akan menjawab
masalah ini, perlu pembahasan yang cukup rinci dan butuh waktu yang cukup lama.
Tentu perlu farum tersendiri.
Keluarga sakinah sebagai idaman setiap manusia tidak mudah diwujudkan
sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan missi kenabian oleh setiap manusia. Perlu
persyaratan-persyaratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini
bertujuan mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan
gerasi penerus ummat manusia.
Karena itu, dalam bangunan rumah tangga Allah swt menetapkan hak dan kewajiban.
Maaf saya pinjam istilah AD/ART. Bangunan yang lebih kecil missinya dari
bangunan rumah tangga punya AD/ART, vissi dan missi. Bagaimana mungkin
bangunan yang lebih besar tidak punya AD/ART, Vissi dan Missi bisa mencapai
tujuan? Tentu AD/ART, Missi dan Missi dalam rumah tangga, menurut saya, tidak
bisa dibuat berdasarkan mu’tamar atau kongres atau musyawarah seperti layaknya
organisasi umumnya.
Dalam hal rumah tangga kita jangan coba-coba buat AD/ART sendiri, pasti Allah swt
tidak ridha dan murka. Karena itu Allah swt menetapkan hak dan kewajiban dalam
bangunan rumah tangga. Tujuannya jelas mengantar manusia pada kebahagiaan,
sakinah, damai dan tenteram sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Allah
dan Rasul-Nya. 
Menurut pemahaman saya, tidak cukup AD/ART itu dalam bentuk tek dan buku,
perlu sosok contoh yang telah mewujudkan AD/ART itu. Siapa mereka? Ini juga
perlu farum khusus untuk membahasnya secara detail dan rinci.
Tapi sekilas saja saya ingin mengantarkan pada diskusi contoh tauladan rumah tangga
yang telah mewujudkan keluarga sakinah. Dan ini tidak akan terbantah oleh semua
kaum muslimin. Yaitu rumah tangga Rasulullah saw dengan Sayyidah Khadijah Al-
Kubra (sa), dan rumah tangga Imam Ali bin Abi Thalib (sa) dengan  Sayyidah
Fatimah Az-Zahra’ (sa).
Disini sebenarnya ada hal yang sangat menarik dikaji, khususnya bagi kaum wanita
dan kaum ibu. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah saw banyak dibicarakan
oleh kaum laki-laki bahwa beliau contoh poligami, kemudian mereka melaksanakan
dengan dalil mencontoh Rasulullah saw. Tapi kita harus ingat kapan Rasulullah saw
berpoligami? Dan mengapa beliau melakukan hal ini? Pakta sejarah berbicara bahwa
Rasulullah saw tidak melakukan poligami saat beliau berdampingan dengan Khadijah
sampai ia meninggal. Mengapa? Kalau alasannya perjuangan. Bukankah di zaman
dengan Khadijah beliau tidak berjuang? Justru saat-saat itu perjuangan beliau sangat
berat. Dimanakah letak persoalannya? Lagi-lagi menurut saya, pribadi Khadijah yang
luar biasa, sosok seorang isteri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi
suaminya. Sehingga Rasulullah saw tidak pernah melupakan Khadijah walaupun
sudah meninggal, dan disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan
tidak satu isteri. Kaum wanita khususnya kaum ibu, kalau ingin keluarga sakinah
harus mempelajari sosok Khadijah Al-Khubra (sa), supaya suaminya tidak mudah
terpikat hatinya pada perempuan yang lain.
Sekarang tentang keluarga Imam Ali dengan Fatimah Az-Zahra (sa). Sejarah bercerita
pada kita bahwa Rasulullah saw sangat menyukai rumah tangga puterinya dengan
kehidupan sederhana bahkan sangat sederhana. Saking sederhananya, hampir-hampir 
tidak mampu dijalani oleh ummatnya, khususnya sekarang. Sama dengan Rasulullah
saw Imam Ali (sa) saat berdampingan dengan Fatimah puteri Nabi saw beliau tidak
berpoligami. Beliau berpoligami setelah Fatimah Az-Zahra’ meninggal. Ada apa
sebenarnya dengan dua wanita ini, sepertinya mereka dapat mengikat laki-laki tidak
kawin lagi? Apa Imam Ali takut dengan Fatimah, atau Rasulullah saw takut dengan
Khadijah? Atau sebaliknya, Khadijah berani dan menundukkan Rasululah saw, juga
Fatimah (sa) seperti itu terhadap suaminya? Tentu jawabannya tidak. Lalu mengapa?
Jawabannya perlu forum tersendiri untuk kita diskusikan dan mengambil pelajaran
darinya.
Sebagi konsep dasar diskusi kita: Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-laki.
Mari kita perhatikan firman Alla swt:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species
kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara
kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21).
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau merasakan
sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus
mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus
menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu
tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga
anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air
sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa
yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya.
Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak dan
Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain:

Hak-hak Suami

1. Suami adalah pemimpin rumah tangga


 “Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita)..”
2. Suami dipatuhi dan tidak boleh ditentang
3. Tanpa izin suami, isteri tidak boleh mensedekahkan harta suami, dan tidak boleh
berpuasa sunnah.
4. Suami harus dilayani oleh isteri dalam hubungan badan kecuali uzur, dan isteri
tidak boleh keluar rumah tanpa izinnya. Rasulullah saw bersabda:
 “Isteri harus patuh dan tidak menentangnya. Tidak mensedekahkan apapun yang ada
di rumah suami tanpa izin sang suami. Tidak boleh berpuasa sunnah kecuali dengan
izin suami. Tidak boleh menolak jika suaminya menginginkan dirinya walaupun ia
sedang dalam kesulitan. Tidak diperkenankan keluar rumah kecuali dengan izin
suami.” (Al-Faqih, 3:277)
5. Menyalakan lampu dan menyambut suami di pintu
6. Menyajikan makanan yang baik untuk suami
7. Membawakan untuk suami bejana dan kain sapu tangan untuk mencuci tangan dan
mukanya
8. Tidak menolak keinginan suami hubungan badan kecuali dalam keadaan sakit
Rasulullah saw juga bersabda:
 “Hak suami atas isteri adalah isteri hendaknya menyalakan lampu untuknya,
memasakkan makanan, menyambutnya di pintu rumah saat ia datang, membawakan
untuknya bejana air dan kain sapu tangan lalu mencuci tangan dan mukanya, dan
tidak menghindar saat suami menginginkan dirinya kecuali ia sedang sakit.”
(Makarim Al-Akhlaq: 215)
Rasulullah saw juga bersabda:
“(Ketahuilah) bahwa wanita tidak pernah akan dikatakan telah menunaikan semua
hak Allah atasnya kecuali jika ia telah menunaikan kewajibannya kepada suami.”
(Makarim Al-Akhlaq:215)

Hak-Hak Isteri

1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga
kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
 “Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya
Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya
tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab:
 “Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas
makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak
menampar wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim Al-Akhlaq:218)
Rasulullah saw juga bersabda:
 “Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi
berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)
 “Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang
menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)
6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya
Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
 “Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan
untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari
hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut
padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu
Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan
kesalahannya.”

Menghindari pertikaian

Rasulullah saw bersabda:


 “Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya,
menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217)
 “Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya
pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar
menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)
 “Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan
malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali
tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail 2:550)
Isteri tidak boleh memancing emosi suaminya, Rasulullah saw bersabda:
 “Isteri yang memaksa suaminya untuk memberikan nafkah di luar batas
kemampuannya, tidak akan diterima Allah swt amal perbuatannya sampai ia bertaubat
dan meminta nafkah semampu suaminya.” (Makarim Al-Akhlaq: 202)
Ada suatu kisah, pada suatu hari seorang sahabat mendatangi Rasulullah dan berkata:
“Ya Rasulullah, aku memiliki seorang isteri yang selalu menyambutku ketika aku
datang dan mengantarku saat aku keluar rumah. Jika ia melihatku termenung, ia
sering menyapaku dengan mengatakan: Ada apa denganmu? Apa yang kau risaukan?
Jika rizkimu yang kau risaukan, ketahuilah bahwa rizkimu ada di tangan Allah. Tapi
jika yang kau risaukan adalah urusan akhirat, semoga Allah menambah rasa risaumu.”
Setelah mendengar cerita sahabatnya Rasulullah saw bersabda:
 “Sampaikan kabar gembira kepadanya tentang surga yang sedang menunggunya!
Dan katakan padanya, bahwa ia termasuk salah satu pekerja Allah. Allah swt
mencatat baginya setiap hari pahala tujuh puluh syuhada’.” Kisah ini terdapat dalam
kitab Makarimul Akhlaq: 200.

Keluarga Sakinah: 17 Jurus Membahagiakan Suami


Salah satu kunci keluarga sakinah adalah adanya cinta dan kasih sayang suami dan
istri yang dibangun di atas spirit saling membahagiakan.

Di bawah ini adalah 17 tips bagi istri agar bisa membahagiakan suami. Tips ini
merupakan ringkasan dari buku How to Make Your Husband Happy, karya Syaikh
Muhammad Abdul Halim Hamid.

1. Sambutan yang manis

 Sekembalinya suami dari bekerja, dinas luar kota, bepergian, atau kemana pun
dia pergi, sambutlah dia dengan baik.
 Temui dia dengan wajah riang gembira.
 Bersolek dan pakailah wewangian.
 Kabarilah dia dengan kabar-kabar baik yang menggembirakan. Tahan diri Anda
untuk menyampaikan berita-berita buruk, setidaknya sampai dia telah
beristirahat dengan cukup.
 Berusaha keraslah untuk menyajikan makanan-makanan bermutu, dan
sajikanlah selalu tepat waktu.

2. Percantiklah dirimu dan rendahkan suaramu

 Usahakan agar Anda selalu tampil cantik dan merendahkan suara di


hadapannya. Lakukanlah hal itu hanya untuk suami Anda, dan jangan
menampakkan kecantikan Anda di hadapan laki-laki yang bukan mahram (laki-
laki yang layak untuk engkau nikahi jika engkau belum menikah).

3. Senantiasa tampil mewangi dan selalu cantik

 Rawatlah dengan baik tubuh dan kebugaran jasmani Anda.


 Kenakanlah pakaian-pakaian yang menarik dan pakailah parfum yang
aromanya disukai suami Anda.
 Mandilah secara teratur. Apabila telah bersih dari haid, bersihkanlah setiap
berkas darah atau bau tak sedap.
 Gunakanlah jenis parfum, warna-warna, dan pakaian yang disenangi suami
Anda.
 Ubahlah gaya rambut, parfum, dan lainnya dari waktu ke waktu untuk
menghindari kejenuhan.
 Bagaimanapun, semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-
lebihan, dan tentu saja, jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita
yang bukan mahram.
...semua hal di atas harus dilakukan dengan tidak berlebih-lebihan, dan tentu saja,
jangan melakukannya di hadapan laki-laki dan wanita yang bukan mahram...

4. Ketika melakukan hubungan intim.

 Bergegaslah untuk melakoni hubungan intim ketika suami Anda merasa sangat
berhasrat untuk melakukannya.
 Jagalah kebersihan tubuh dan senantiasa tampil harum semaksimal mungkin.
Pun demikian, jangan lupa untuk membersihkan setiap cairan yang keluar
selama berhubungan intim.
 Lontarkan ungkapan-ungkapan cinta yang mesra kepada suami Anda.
 Biarkan suami Anda untuk memuaskan gairahnya.
 Pilihkan waktu yang sesuai dan kesempatan yang baik untuk memuaskan
suami. Beri dia stimulus untuk berhubungan intim sepulangnya dia dari
perjalanan jauh yang memakan waktu lama.

5. Merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan melalui suami.

 Anda jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau
memiliki pekerjaan dan karir yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami
dekat Allah –Sang Pemberi rezeki—, maka Dia pun akan menggelontorkan
rezeki dan karunianya.
 Anda mesti melihat orang-orang sekeliling yang miskin, sakit, cacat, dan
lainnya. Lantas bandingkan dengan semua yang telah Allah karuniai kepada
Anda dan keluarga.
 Ingatlah selalu bahwa kekayaan sejati terletak pada tingginya keimanan dan
keshalihan. Dua hal itu merupakan investasi terbaik untuk menjalani kehidupan
yang kekal kelak.

...jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki
pekerjaan yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami dekat Allah Sang Pemberi
rezeki, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya...

6. Jangan pusing dengan hal-hal keduniaan.

 Jangan menjadikan hal-hal duniawi sebagai harapan dan minat Anda.


 Anda tak perlu banyak memohon kepada suami Anda hal-hal yang tidak
penting.
 Kendati demikian, hidup zuhud bukan berarti tidak boleh menikmati hal-hal
yang baik dan dibolehkan (baca: dihalalkan) syariat Islam. Namun pastinya,
Anda harus memprioritaskan kehidupan akhirat kelak, dan memanfaatkan
semua sarana dan faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan di surga.
 Doronglah suami Anda untuk meminimalkan pengeluaran untuk hal-hal tidak
penting, dan doronglah dia untuk menabung agar bisa memberi sedekah dan
zakat kepada orang-orang miskin dan mereka yang membutuhkan.

7. Bersyukur dan memberikan apresiasi.

 Berdasarkan sabda Rasulullah SAW, mayoritas penghuni neraka adalah wanita,


dikarenakan mereka tidak bersyukur.
 Hasil dari rasa bersyukur adalah suami Anda akan lebih mencintai Anda, dan
dia akan berupaya keras untuk membahagiakan Anda dengan beragam cara.
 Sementara dampak dari tidak bersyukur adalah suami Anda akan kecewa,
lantas mulai bertanya, “Mengapa saya harus berbuat baik kepada istri saya,
sementara dia tidak pernah bersyukur dan hormat?!”

8. Kesetiaan dan ketaatan.

 Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau
pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan.
 Dukunglah suami Anda dengan apa pun yang Anda miliki (baik materi ataupun
non-materi).

...Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau
pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan...

9. Memenuhi permintaan suami.

 Penuhilah permintaan suami dan taatilah semua permintaan-permintaannya,


jika memang tidak menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
 Dalam Islam, suami adalah pemimpin keluarga, dan istri adalah penyokong dan
konsultan baginya.

10. Jika suami marah, buatlah dirinya merasa lega.

Hindari dan jauhi hal-hal yang bisa membuat marahnya berkepanjangan. Namun jika
ternyata marahnya berkepanjangan, dan Anda tidak bisa ‘menjinakkannya’, maka
cobalah untuk menenangkannya dengan langkah-langkah berikut:

 Jika Anda bersalah dan melakukan kekeliruan, maka mintalah maaf kepadanya.
 Namun jika dia yang melakukan kesalahan, maka Anda harus tetap bersikap
tenang, jangan mengkritiknya dengan pedas, mendebat, menentang, atau
bahkan berteriak. Tunggulah sampai kemarahannya mereda, lalu diskusikan
segala sesuatunya secara damai.
 Kemudian jika dia marah dikarenakan faktor-faktor eksternal, maka ada
baiknya Anda diam, sampai kemarahannya sirna. Lalu tanyakan kepadanya apa
yang membuatnya marah; apakah kelelahan, problem di kantor, ada orang yang
menghinanya, dan lain sebagainya. Dan jangan banyak bertanya, namun fokus
pada apa-apa yang membuatnya marah. Anda bisa bertanya kepadanya, “Kamu
harus memberitahu kepadaku apa yang terjadi?”, “Aku harus tahu apa yang
membuatmu marah?”, atau “Kamu membunyikan sesuatu, dan aku punya hak
untuk tahu apa itu”.

11. Menjaga diri ketika suami tidak ada.

 Jagalah diri Anda dari segala hubungan yang diharamkan.


 Jaga setiap rahasia-rahasia keluarga, terutama yang berkenaan dengan
hubungan suami-istri.
 Menjaga rumah dan merawat anak-anak.
 Menjaga uang dan segala harta bendanya.
 Jangan sekali-kali keluar rumah tanpa izin suami, dan tanpa mengenakan hijab
(jilbab) yang rapih.
 Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan
mereka masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada.
 Jangan biarkan laki-laki non-mahran berduaan dengan Anda di mana pun.

...Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka
masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada...

12. Tunjukkan rasa hormat kepada keluarga dan teman-temannya.

 Anda harus menyambut dan bersikap baik kerabat dan teman-teman suami
Anda, terutama kedua orangtuanya.
 Sebisa mungkin Anda harus menghindari masalah dengan para kerabatnya.
 Anda harus menghindari memojokkan suami Anda ke posisi di mana dia harus
memilih antara ibu dan istrinya secara dilematis.
 Tunjukkan keramahtamahan Anda kepada tamu-tamunya, dengan cara
menyiapkan tempat yang menyenangkan kepada mereka untuk duduk,
menyajikan makanan yang paling baik, menyambut istri-istri mereka, dan lain
sebagainya.
 Dorong suami Anda agar secara rutin bersilaturahim ke kerabat keluarganya,
dan agar mereka mengunjungi rumah Anda.
 Telponlah orangtua suami Anda, kakak-kakak da

Keluarga Sakinah

Kita sering menyaksikan infotainment di TV, banyak selebritis yang kawin-cerai.


Kayaknya sepele banget, sepertinya urusan yang satu ini cuma urusan administrasi
saja.

Dalam tulisan ini, penulis tak hendak menjadi pengamat atau biang gosip bagi
selebritis, tapi lebih pada kepentingan untuk memotivasi kita semua agar dapat
menciptakan keluarga yang rukun dan damai. Karena sesungguhnya, bukan hanya
selebritis yang bisa kawin-cerai, tapi masyarakat biasa juga bisa. Jika saja mereka
mengerti betapa pentingnya mempertahankan sebuah perkawinan, apalagi buat kita
yang beriman pada Allah swt, tentu pertimbangan yang sangat matang menjadi acuan
utama.

Kadang kala hanya karena masalah kecil, mereka harus akhiri perkawinan dan anak-
anak jadi korban sifat egois dan keangkuhan orang tua. Entah apa yang bisa kita
pahami, lagi-lagi alasan hak asasi atau urusan pribadi dan hal lain sehingga orang lain
sulit memberikan masukan. Apalagi disaat hati sedang "panas", wahh..tentulah sulit
untuk bisa memberikan bantuan moral.
tentu kita sering menghadiri acara pernikahan teman sejawat atau keluarga kita dan
sesering itu pula kita mendengar doa orang tua yang ingin anak-anak mereka dapat
menjadi keluarga sakinah ketika menikah. Keluarga yang sakinah dan selalu penuh
rahmat..begitu do'a para "sepuh".

Menurut kaidah bahasa Indonesia, s akinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman,


ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang
diliputi rasa damai, tentram, juga bahagia (mudah-mudahan bahagia lahir bathin).

Dari kata sakinah, kita dapat maklumi bahwa do'a para sepuh tadi adalah
menginginkan suasana damai dalam rumah tangga. namun sering kedamaian dalam
rumah tangga menjadi rusak hanya karena tidak adanya saling pengertian antara
suami dan istri; apalagi kalau sudah menyangkut urusan materi. Berikut tips untuk
menciptakan keluarga sakinah.

Penulis pernah dapatkan beberapa tips tentang bagiamana menjadi keluarga yang
sakinah ini ketika mengikuti ceramah/khutbah di sebuah menjid di Jawa barat dan
semoga berguna bagi kita semua :

1. ketika kita melamar 'sang pujaan' untuk menjadi istri, kita bukanlah sedang
melamar/meminta kepada orang tua/wali si gadis; tetapi kita sedang meminta
kepada Allah swt melalui orang tua/wali si gadis.
2. ketika kita menikah, kita bukanlah menikah di hadapan penghulu tetapi
menikah di hadapan Allah swt.
3. ketika resepsi pernikahan berlangsung, catatlah dan hitunglah para undangan
yang hadir untuk mendo'akan kita saat itu.Hal ini perlu kita lakukan dan
pikirkan lebih dalam jika kita akan/sedang/sudah berpikir untuk bercerai,
karena itu berarti kita harus meminta maaf kepada mereka karena telah menyia-
nyiakan do'a mereka.
4. Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita
lalui tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak
belukar yang penuh onak dan duri.
5. ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan; tetapi
sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan.
6. ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan 100 %
sepenuh hati.
7. ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan
anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak
dengan masing-masing 100% sepenuh hati.
8. ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan
terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah
Swt (banyak juga kaum istri yang tidak tahan dengan kondisi serba kekurangan
materi dan akhirnya memilih pergi).
9. ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang
setia mendampingi ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika
hidup susah; suami selalu setia namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan
lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta
dengan wanita yang lain)
10.ketika anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-
kanakan kepada istri dan segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara
bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan pertolongan.
11.ketika anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil canti dan gemulai
serta lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan
dengan sukses.
12.ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik
adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang
baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
13.ketika anak bermasalah, yakinlah bahwa tidak ada seorang anak pun yang tidak
mau bekerjsama dengan orang tua, yang ada adalah seorang anak yang merasa
tidak didengar oleh orang tuanya.
14.bagi anda wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang
menjadi "obat".
15.bagi anda lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua
ke samudra cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.
16.ketika kita menjadi keluarga yang sakinah, contohlah keluarga rasululloh saw.

nah, itulah tips yang mungkin bisa bermanfaat. memang lebih mudah menulis dari
pada melakoni. tapi paling tidak, rasa hormat dan saling menghormati antara suami-
istri serta saling mengerti hak dan kewajiban adalahs syarat mutlak untuk menjadi
sakinah. yang paling berarti bagi kita jika hendak berlayar ke samudra kehidupan
adalah 'keimanan", sehingga ombak yang besar sekalipun bisa kita lalui dengan
sukses meski harus basah kuyup
CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK

Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban
Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau
yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan
anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-
putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam
mendidik putra-putrinya.

Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam
mendidik anak Anda :

1. Kurang Pengawasan

Menurut Professor Robert Billingham, Human Development and Family Studies –


Universitas Indiana, “Anak terlalu banyak bergaul dengan lingkungan semu diluar
keluarga, dan itu adalah tragedi yang seharusnya diperhatikan oleh orang tua”. Nah
sekarang tahu kan, bagaimana menyiasatinya, misalnya bila anak Anda berada di
penitipan atau sekolah, usahakan mengunjunginya secara berkala dan tidak terencana.
Bila pengawasan Anda jadi berkurang, solusinya carilah tempat penitipan lainnya.
Jangan biarkan anak Anda berkelana sendirian. Anak Anda butuh perhatian.

2. Gagal Mendengarkan

Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan
perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya
Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung
menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau
berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga
anak sendirilah yang menceritakannya.

3. Jarang Bertemu Muka

Menurut Billingham, orang tua seharusnya membiarkan anak melakukan kesalahan,


biarkan anak belajar dari kesalahan agar tidak terulang kesalahan yang sama.
Bantulah anak untuk mengatasi masalahnya sendiri, tetapi jangan mengambil
keuntungan demi kepentingan Anda.

4. Terlalu Berlebihan

Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan
rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu
sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan
kreatifitas tumbuh.

5. Bertengkar Dihadapan Anak

Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak
adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka,
khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak
sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua
seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar
mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah.
Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.

6. Tidak Konsisten

Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka
memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.

7. Mengabaikan Kata Hati

Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan
biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan.
Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam
tentang sesuatu”.

8. Terlalu Banyak Nonton TV

Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun
menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat
anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV
dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat
memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi

Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai
banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan
liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda
membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin
didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.

10. Bersikap Berat Sebelah

Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak
sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan
cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak
minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang
tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.

Tips Mendidik Anak Sejak Dini


Dari hasil pengamatan,wawancara dengan rekan kerja dan berdasarkan pengalaman
sendiri,bahwa orang tua sangat besar peranya dalam mendidik anak, terutama pada
anak-anak sejak kecil. Mendidik anak sejak dini sangat menentukan bagaimana
perkembangan kedewasaan anak. Sebagai orang tua apapun tingkah lakunya akan
dilihat oleh anak dan dijadikan contoh perilaku anak,baik yang baik maupun yang
buruk sekalipun. Karena pada dasarnya anak berumur dibawah lima tahun rasa ingin
tahu dan belajarnya sangat tinggi. Daya ingat bagi anak dibawah lima tahun sangat
tajam dan sebagai orang tua sudah layaknya memberikan cotoh dalam kehidupan
sehari-hari pada kegiatan-kegiatan yang positif. Sebagai contoh bila orang tua suka
membaca, atau suka menulis atau suka berolah raga atau suka menonton film-film
barat dan sebagainya,si anakpun cenderung akan mencontohnya. Karena itu
berbanggalah orang tua bila bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif seperti tersebut
diatas sebagai contoh, nantinya akan menanamkan jiwa pada diri anak untuk suka
menulis,menggambar,membaca.

Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini:
1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari
yang positif.
-Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main
dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada
anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain.
-Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang
baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca
dan mebahas berbagai tema dan masalah.
-Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan
menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih
luas dan bisa diajarkan.
-Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak
akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak.
-Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan
menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku
yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan
kebersihan.
-Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali
rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana
merapikan halaman.
-Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa
dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan
kendaraan.
-Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta
kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis
kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan
membuka bengkel dan lain-lain.
2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar
dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih
banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu
harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus
beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri.
3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk:
-Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak
secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak,
sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri.
-Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin
pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab.
-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan
mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak.
-Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak
boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan
kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang
ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama
mendidik anak yang baik dan seimbang.
-Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama
yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang
kurang baik dari dampak yang ditontonya.
4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai
orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa
kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak.
5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan
sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera
sembahyang.
6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang
lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua

Anda mungkin juga menyukai