Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena
itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi.
[HR. al-Hakim].
Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding, genteng,
kusen, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai
pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan
ambruk. Begitu juga rumah tangga suami, istri dan anak harus tahu fungsi masing-
masing, jika tidak maka bisa ambruk atau berantakan rumah tangga tersebut.
Mari kita telaah satu persatu masing-masing fungsi suami dan istri tersebut.
Kewajiban Suami
Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan
sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah
membelanjakan sebagian harta mereka. (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga
penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting
tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak
mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Qs. at-Tahriim: 6).
Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke
hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling
disayangi?” Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan
kepada kalian nanti.“
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri
pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul
muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya
kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik perlakuannya
terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang paling baik diantara
kalian dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].
Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di luar rumah lantas
melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami berkewajiban
mengontrol dan mengawasi anak dan istrinya, agar mereka senantiasa mematuhi
perintah Allah, meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar dari siksa api
neraka. Ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah jika anak dan istrinya
meninggalkan ibadah wajib, melakukan kemaksiatan, membuka aurat, khalwat,
narkoba, mencuri, dan lain-lain.
Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. [HR. Bukhari].
Kewajiban Istri
Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga
kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi
seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab
langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan
mereka lahir-batin, dunia-akhirat.
Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami harus berusaha
mengantar istri dan anak-anaknya untuk bisa memperoleh jaminan surga. Apabila
anggota keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah bimbing, maka
suamilah yang akan menanggung siksaan besar nantinya.
Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang
kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal:
disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.
Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika
suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). (Qs. an-Nisaa’:
34).
Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup
seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita
jahiliyah. (Qs. al-Ahzab: 32).
Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan
menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap
mereka. [al-Hadits].
Perselisihan
Hendaklah engkau beri makan istri itu bila engkau makan dan engkau beri
pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul
muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya
kecuali dalam rumah. [al-Hadits].
Menikah tidak terlalu sulit, tetapi membangun keluarga bahagia bukan sesuatu yang
mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang
merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Gambar bangunan (maket) bisa
didiskusikan dan diubah sesuai dengan konsep fikiran yang akan dituangkan dalam
wujud bangunan itu. Demikian juga membangun keluarga bahagia, terlebih dahulu
orang harus memiliki konsep tentang keluarga bahagia.
1. Dalam keluarga itu ada mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah
jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah
adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang
dicintai. Mawaddah saja kurang menjamin kelangsungan rumah tangga, sebaliknya,
rahmah, lama kelamaan menumbuhkan mawaddah.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti
pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna,
Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari
panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus
menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan,
suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri
sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya.
Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil
membanggakan isteri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di
rumah “nglombrot” menyebalkan.
5. Suami istri menjaga aqidah yang benar. Akidah yang keliru atau sesat,
misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun
dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa
menyesatkan pada bencana yang fatal.
dari Rumah Sakit Pluit Jakartamengatakan, pembagian peran antara suami istri,
bergantung pada perjanjian awal ketika menikah.“Namun perlu ditekankan bahwa
tugas utama untuk menghidupi keluarga ada pada suami,” ujarRosdiana. Istri bisa saja
mengemban tugas itu, tetapi hal itu karena sesuatu hal yang di luar dugaan.
Tapimeskipun istri bekerja, perlu disadari bahwa tugasnya hanya sebagai penopang
atau penambah. ”Jadikalau pun penghasilan istri lebih besar dari suami, si istri tidak
boleh sombong karena perlu adanyamutual-respecr,” Rosdiana menjelaskan.Suami,
lanjut Rosdiana, sebagai kepala keluarga mempunyai tugas untuk mencari nafkah
danbertanggung jawab terhadap keluarga. Namun selain bertugas mengayomi,
melindungi, dan bijakterhadap istri dan anak-anaknya, suami juga dapat membantu
pekerjaan istri, yaitu mengurus pekerjaanrumah tangga. Begitu pula istri, selain
bertanggungjawab terhadap pekerjaan rumah tangga ia jugaberperan untuk selalu
mendukung dan menolong suami ketika ia mengalami kesulitan. Istri dapat
menjadiorang yang paling berpengaruh dalam setiap keputusan yang diambil
suami.Mengenai pembagian peran suami istri ini, konselor manajemen keluarga
dari Learning Center ExcellencIA, mengatakan bahwa hubungan suami istri yang
ideal berupa hubungan“partnership”. Hubungan kemitraan, menurutnya, paling ideal
dalam era perubahan, dan berbagaituntutan yang muncul dewasa ini. Namun
penerapan hubungan tersebut juga harus secara fleksibel.“Meski suami sebagai kepala
keluarga merupakan final decision maker, namun setiap keputusan yangdiambil harus
demi kepentingan keluarga,” kata Puspita. Ditambahkannya, hubungan partnership
akanlebih banyak berperan pada pembagian tugas dalam keluarga, seperti mendidik
dan membimbing anak,mendelegasikan pekerjaan rumah tangga ke pembantu, dan
lain-lain.
Tanggung Jawab
“Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Menghadapi tuntutan hidup yang
semakin besar saat ini,suami istri dituntut untuk melakukan tugas bersama-sama,
apalagi bila keduanya bekerja. Seorang istriyang bekerja harus memiliki konsep
manajemen rumah tangga yang baik. Dengan demikiankepentingan-kepentingan
rumah tangga tidak boleh terabaikan, karena perhatian dan energi sang istrilebih
didominasi oleh pekerjaan. Namun suami tidak bisa sepenuhnya mengharapkan istri
adalah orangyang satu-satunya bertanggungjawab terhadap anak. Namun pekerjaan
apa yang harus dikerjakan,semua itu tergantung dari kesukaan dan minat masing-
masing.
”Misalnya ada suami yang tidak suka beres-beres tapi dia suka masak, maka saat libur
dia bisa memasakdan istri yang beres-beres rumah. Begitu juga pada saat pembantu
tidak ada,” kata Rosdiana. Suami istrisebaiknya menyadari bahwa tugas rumah tangga
merupakan tanggung jawab bersama. Tanpakesadaran tersebut, maka kedamaian di
dalam rumah bisa sering terganggu.Puspita juga menyarankan, jika salah satu dari
pasangan tidak dapat menjalankan tugasnya (misalnya,mengecek PR anak) karena
tuntutan pekerjaan, maka pasangan lainnya dapat menggantikan. Salingmenggantikan
tugas mendidik anak ini, merupakan bentuk tanggung jawab bersama. “Oleh karena
itu,komunikasi antara suami dan istri menjadi sangat penting. Hal ini sangat mudah
dilakukan mengingatketersediaan fasilitas dan teknologi komunikasi yang kian maju,”
lanjutnya.Dia menambahkan, salah satu syarat dalam rumah tangga adalah
mengembangkan relasi terbuka.Artinya keduanya harus membiasakan diri
mengungkapkan apapun yang dirasakan dan diinginkan, tanpakhawatir salah satu
pihak merasa sakit hati. Saling menghargai bisa terwujud kalau komunikasi
antarpasangan berjalan baik dan efektif. Istri menceritakan apa pun yang
dilakukannya, suami juga melakukanhal yang sama. Komunikasi yang lancar
biasanya membuat suami istri merasa saling membutuhkan.Saat ini sudah tidak lagi
berlaku pembagian tugas rumah tangga secara gender. Sudah bukan hal anehlagi, bila
suami melakukan sejumlah tugas rumah tangga seperti belanja ke supermarket,
ataumenjemput anak di sekolah. Demikian pula dalam hal mendidik anak. “Mendidik
anak harus dilakukanberdua, karena anak harus mendapat figure ayah sebagai
pemimpin keluarga dan ibu sebagaipendampingnya,” ujar Puspita. Sehingga peran
suami istri lebih pada ‘spirit’, bahwa seorang Ibu lebihsebagai ‘direktur operasional’
di dalam keluarga, sedangkan Ayah sebagai ‘presiden direktur’ yangmembawa
seluruh keluarga kepada tujuan yang hendak dicapai dan sebagai pemegang keputusan
final.Selain tanggung jawab, Rosdiana menambahkan, hal utama yang perlu
diterapkan oleh pasangan adalahkomunikasi dan toleransi. Jika istri merasa tidak
nyaman dengan beban pekerjaan rumah tangga yangdiembannya, maka ia harus
membicarakannya kepada suami. Sebaliknya seorang istri yang ingin”menegur”
suami haruslah memilih waktu dan masa yang tepat, seperti ketika hendak tidur atau
waktuistirahat pada petang hari. Pada saat-saat itulah suami biasanya berpikiran
tenang dan terbuka. ”Istri jugaperlu bersikap toleran dan menghargai keadaan suami.
Bila suami tiba-tiba tidak bisa melakukantugasnya, maka istrilah yang harus
menggantikannya,” imbuh Rosdiana.Dengan adanya pengaturan tugas masing-masing
pasangan, maka tak sepantasnya lagi suamimengharapkan istri menjadi satu-satunya
pihak yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yangberkaitan dengan anak. Mulai
dari perhatian, pengajaran, makanan, hiburan, sampai dengan kebersihanrumah.
Dengan menerapkan sikap toleransi di dalam rumah tangga maka permasalahan
akibat salingmenggantungkan terhadap pasangan tidak mungkin terjadi. ”Bila suami
sudah bersedia menolong istri,ucapan terima kasih perlu sentiasa diucapkan supaya si
suami merasa dirinya dihargai,” tandasRosdiana.
Pada dasarnya pembantu rumah tangga bukan pekerja yang bisa mengerjakan seluruh
tugas rumahtangga. Sesuai sebutannya, ia bukan pengganti fungsi orangtua bagi anak.
Jangan sampai pembantumenjadi pemisah hubungan orang tua dan anak. Hal ini perlu
ditanamkan kepada anak-anak, agarhubungan emosional tetap terjalin kepada
orangtua sejak anak-anak masih kecil. “Begitu juga denganpasangan yang sama-sama
sibuk bekerja, sebaiknya tetap harus memprioritaskan komunikasi kepadaanak.
Berusaha semaksimal mungkin agar mereka dapat menjadi panutan anak-anak,
sehingga anak-anak tidak mencari panutan di tempat lain,” ungkap Puspita.Pembagian
tugas di dalam rumah tangga tidak melulu dilakukan oleh suami istri. Mereka
yangmempunyai anak cukup besar bisa melibatkan anak-anak dalam pekerjaan
rumah, namun cukup yang ringan-ringan saja. Anak-anak dapat diberi pengertian
bahwa semua orang yang ada di dalam rumahdapat berperan, misalnya merapikan
bekas mainannya atau tempat tidurnya.Anak-anak perlu diberi batasan tugas dan
tanggung jawab yang besar kecilnya disesuaikan dengankematangan usianya. ”Dalam
proses perkembangan anak, memberi contoh adalah cara yang palingefektif untuk
mengharapkan anak melakukan sesuatu. Misalnya menerapkan konsep hidup
sehat,”ungkap Puspita. Di sini orang tua dapat memberi contoh bagaimana mengatur
keseimbangan hidupmelalui makan yang sehat, cara hidup yang sehat, olah raga
teratur, berpikir yang positif dan optimis,mengerjakan sesuatu dengan penuh
ketekunan untuk menghasilkan sesuatu yang besar, dan lain-lain.Tugas dan tanggung
jawab kepada anak harus selalu diingatkan agar nilaitersebut dapat diinternalisasipada
masing-masing individu anak.
Keluarga sakinah adalah idaman setiap manusia. Tapi tidak jarang dari mereka
menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang
berkekurangan. Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit
menemukannya? Mengapa sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam
rumah tangga, yang kadang-kadang akibatnya meruntuhkan keutuhan rumah tangga?
Padahal Allah swt menyebutkan perjanjian untuk membangun rumah tangga sebagai
perjanjian yang sangat kuat dan kokoh yaitu “Mîtsâqan ghalîzhâ. Allah swt
menyebutkan kalimat “Mîtsâqan ghalîzhâ hanya dalam dua hal: dalam membangun
rumah tangga, dan dalam membangun missi kenabian. Tentang “Mîtsâqan ghalîzhâ
dalam urusan rumah tanggah terdapat dalam surat An-Nisa’: 21. Adapun dalam hal
missi kenabian terdapat dalam surat An-Nisa’: 154, tentang perjanjian kaum nabi
Musa (as); dan dalam surat Al-Ahzab: 7, tentang perjanjian para nabi: Nuh, Ibrahim,
Musa dan Isa (as).
Bangunan rumah tangga bagaikan bagunan missi kenabian. Jika bangunan runtuh,
maka maka runtuhlah missi kemanusiaan. Karena itu Rasulullah saw bersabda:
“Perbuatan halal yang paling Allah murkai adalah perceraian.” Sebenarnya disini ada
suatu yang sangat rahasia. Tidak ada satu pun perbuatan halal yang Allah murkai
kecuali perceraian. Mengapa ini terjadi dalam perceraian? Tentu masing-masing kita
punya jawaban, paling tidak di dalam hati dan pikiran. Dan saya tidak akan menjawab
masalah ini, perlu pembahasan yang cukup rinci dan butuh waktu yang cukup lama.
Tentu perlu farum tersendiri.
Keluarga sakinah sebagai idaman setiap manusia tidak mudah diwujudkan
sebagaimana tidak mudahnya mewujudkan missi kenabian oleh setiap manusia. Perlu
persyaratan-persyaratan yang ketat dan berat. Mengapa? Karena dua persoalan ini
bertujuan mewujudkan kesucian. Kesucian berpikir, mengolah hati, bertindak, dan
gerasi penerus ummat manusia.
Karena itu, dalam bangunan rumah tangga Allah swt menetapkan hak dan kewajiban.
Maaf saya pinjam istilah AD/ART. Bangunan yang lebih kecil missinya dari
bangunan rumah tangga punya AD/ART, vissi dan missi. Bagaimana mungkin
bangunan yang lebih besar tidak punya AD/ART, Vissi dan Missi bisa mencapai
tujuan? Tentu AD/ART, Missi dan Missi dalam rumah tangga, menurut saya, tidak
bisa dibuat berdasarkan mu’tamar atau kongres atau musyawarah seperti layaknya
organisasi umumnya.
Dalam hal rumah tangga kita jangan coba-coba buat AD/ART sendiri, pasti Allah swt
tidak ridha dan murka. Karena itu Allah swt menetapkan hak dan kewajiban dalam
bangunan rumah tangga. Tujuannya jelas mengantar manusia pada kebahagiaan,
sakinah, damai dan tenteram sesuai dengan rambu-rambu yang ditetapkan oleh Allah
dan Rasul-Nya.
Menurut pemahaman saya, tidak cukup AD/ART itu dalam bentuk tek dan buku,
perlu sosok contoh yang telah mewujudkan AD/ART itu. Siapa mereka? Ini juga
perlu farum khusus untuk membahasnya secara detail dan rinci.
Tapi sekilas saja saya ingin mengantarkan pada diskusi contoh tauladan rumah tangga
yang telah mewujudkan keluarga sakinah. Dan ini tidak akan terbantah oleh semua
kaum muslimin. Yaitu rumah tangga Rasulullah saw dengan Sayyidah Khadijah Al-
Kubra (sa), dan rumah tangga Imam Ali bin Abi Thalib (sa) dengan Sayyidah
Fatimah Az-Zahra’ (sa).
Disini sebenarnya ada hal yang sangat menarik dikaji, khususnya bagi kaum wanita
dan kaum ibu. Apa itu? Fakta berbicara bahwa Rasulullah saw banyak dibicarakan
oleh kaum laki-laki bahwa beliau contoh poligami, kemudian mereka melaksanakan
dengan dalil mencontoh Rasulullah saw. Tapi kita harus ingat kapan Rasulullah saw
berpoligami? Dan mengapa beliau melakukan hal ini? Pakta sejarah berbicara bahwa
Rasulullah saw tidak melakukan poligami saat beliau berdampingan dengan Khadijah
sampai ia meninggal. Mengapa? Kalau alasannya perjuangan. Bukankah di zaman
dengan Khadijah beliau tidak berjuang? Justru saat-saat itu perjuangan beliau sangat
berat. Dimanakah letak persoalannya? Lagi-lagi menurut saya, pribadi Khadijah yang
luar biasa, sosok seorang isteri yang benar-benar memahami jiwa dan profesi
suaminya. Sehingga Rasulullah saw tidak pernah melupakan Khadijah walaupun
sudah meninggal, dan disampingnya telah ada pendamping wanita yang lain bahkan
tidak satu isteri. Kaum wanita khususnya kaum ibu, kalau ingin keluarga sakinah
harus mempelajari sosok Khadijah Al-Khubra (sa), supaya suaminya tidak mudah
terpikat hatinya pada perempuan yang lain.
Sekarang tentang keluarga Imam Ali dengan Fatimah Az-Zahra (sa). Sejarah bercerita
pada kita bahwa Rasulullah saw sangat menyukai rumah tangga puterinya dengan
kehidupan sederhana bahkan sangat sederhana. Saking sederhananya, hampir-hampir
tidak mampu dijalani oleh ummatnya, khususnya sekarang. Sama dengan Rasulullah
saw Imam Ali (sa) saat berdampingan dengan Fatimah puteri Nabi saw beliau tidak
berpoligami. Beliau berpoligami setelah Fatimah Az-Zahra’ meninggal. Ada apa
sebenarnya dengan dua wanita ini, sepertinya mereka dapat mengikat laki-laki tidak
kawin lagi? Apa Imam Ali takut dengan Fatimah, atau Rasulullah saw takut dengan
Khadijah? Atau sebaliknya, Khadijah berani dan menundukkan Rasululah saw, juga
Fatimah (sa) seperti itu terhadap suaminya? Tentu jawabannya tidak. Lalu mengapa?
Jawabannya perlu forum tersendiri untuk kita diskusikan dan mengambil pelajaran
darinya.
Sebagi konsep dasar diskusi kita: Perempuan adalah sumber sakinah, bukan laki-laki.
Mari kita perhatikan firman Alla swt:
Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dia menciptakan untuk kalian isteri dari species
kalian agar kalian merasakan sakinah dengannya; Dia juga menjadikan di antara
kalian rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya dalam hal itu terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berpikir.” (Ar-Rûm: 21).
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau merasakan
sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-laki harus
mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat laki-laki harus
menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar sumber sakinah itu
tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada kaum bapak tetapi juga
anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi penerus.
Kita bisa belajar dari fakta dan relialita. Kaum isteri yang sudah ternoda mata air
sakinahnya berdampak pada anak-anak sebagai penerus ummat Rasulullah saw. Siapa
yang paling berdosa? Jelas yang mengotori dan menodainya.
Sebagai pengantar untuk membangun keluarga sakinah baiklah kita pelajari Hak dan
Kewajiban yang buat oleh Allah dan Rasul-Nya, antara lain:
Hak-hak Suami
Hak-Hak Isteri
1. Isteri sebagai sumber sakinah, cinta dan kasih sayang. Suami harus menjaga
kesuciannya. (QS Ar-Rum: 21)
2. Isteri harus mendapat perlakukan yang baik
“Ciptakan hubungan yang baik dengan isterimu.” ( Al-Nisa’ :19)
3. Mendapat nafkah dari suami
4. Mendapatkan pakaian dari suami
5. Suami tidak boleh menyakiti dan membentaknya
Pada suatu hari Khaulah binti Aswad mendatangi Rasulullah saw dan bertanya
tentang hak seorang isteri. Beliau menjawab:
“Hak-hakmu atas suamimu adalah ia harus memberimu makan dengan kwalitas
makanan yang ia makan dan memberimu pakaian seperti kwalitas yang ia pakai, tidak
menampar wajahmu, dan tidak membentakmu” (Makarim Al-Akhlaq:218)
Rasulullah saw juga bersabda:
“Orang yang bekerja untuk menghidupi keluarganya sama dengan orang yang pergi
berperang di jalan Allah.”. (Makarim Al-Akhlaq:218)
“Terkutuklah! Terkutuklah orang yang tidak memberi nafkah kepada mereka yang
menjadi tanggung jawabnya.” (Makarim Al-Akhlaq:218)
6. Suami harus memuliakan dan bersikap lemah lembut
7. Suami harus memaafkan kesalahannya
Cucu Rasulullah saw Imam Ali Zainal Abidin (sa) berkata:
“Adapun hak isteri, ketahuilah sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menjadikan
untukmu dia sebagai sumber sakinah dan kasih sayang. Maka, hendaknya kau sadari
hal itu sebagai nikmat dari Allah yang harus kau muliakan dan bersikap lembut
padanya, walaupun hakmu atasnya lebih wajib baginya. Karena ia adalah keluargamu
Engkau wajib menyayanginya, memberi makan, memberi pakaian, dan memaafkan
kesalahannya.”
Menghindari pertikaian
Di bawah ini adalah 17 tips bagi istri agar bisa membahagiakan suami. Tips ini
merupakan ringkasan dari buku How to Make Your Husband Happy, karya Syaikh
Muhammad Abdul Halim Hamid.
Sekembalinya suami dari bekerja, dinas luar kota, bepergian, atau kemana pun
dia pergi, sambutlah dia dengan baik.
Temui dia dengan wajah riang gembira.
Bersolek dan pakailah wewangian.
Kabarilah dia dengan kabar-kabar baik yang menggembirakan. Tahan diri Anda
untuk menyampaikan berita-berita buruk, setidaknya sampai dia telah
beristirahat dengan cukup.
Berusaha keraslah untuk menyajikan makanan-makanan bermutu, dan
sajikanlah selalu tepat waktu.
Bergegaslah untuk melakoni hubungan intim ketika suami Anda merasa sangat
berhasrat untuk melakukannya.
Jagalah kebersihan tubuh dan senantiasa tampil harum semaksimal mungkin.
Pun demikian, jangan lupa untuk membersihkan setiap cairan yang keluar
selama berhubungan intim.
Lontarkan ungkapan-ungkapan cinta yang mesra kepada suami Anda.
Biarkan suami Anda untuk memuaskan gairahnya.
Pilihkan waktu yang sesuai dan kesempatan yang baik untuk memuaskan
suami. Beri dia stimulus untuk berhubungan intim sepulangnya dia dari
perjalanan jauh yang memakan waktu lama.
5. Merasa puas dengan apa yang telah Allah berikan melalui suami.
Anda jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau
memiliki pekerjaan dan karir yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami
dekat Allah –Sang Pemberi rezeki—, maka Dia pun akan menggelontorkan
rezeki dan karunianya.
Anda mesti melihat orang-orang sekeliling yang miskin, sakit, cacat, dan
lainnya. Lantas bandingkan dengan semua yang telah Allah karuniai kepada
Anda dan keluarga.
Ingatlah selalu bahwa kekayaan sejati terletak pada tingginya keimanan dan
keshalihan. Dua hal itu merupakan investasi terbaik untuk menjalani kehidupan
yang kekal kelak.
...jangan pernah merasa depresi hanya karena suami Anda miskin atau memiliki
pekerjaan yang biasa-biasa saja. Selama Anda dan suami dekat Allah Sang Pemberi
rezeki, maka Dia pun akan menggelontorkan rezeki dan karunianya...
Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau
pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan.
Dukunglah suami Anda dengan apa pun yang Anda miliki (baik materi ataupun
non-materi).
...Bersikap setia terutama ketika suami didera musibah yang menimpa raga atau
pekerjaannya, semisal kecelakaan atau kebangkrutan...
Hindari dan jauhi hal-hal yang bisa membuat marahnya berkepanjangan. Namun jika
ternyata marahnya berkepanjangan, dan Anda tidak bisa ‘menjinakkannya’, maka
cobalah untuk menenangkannya dengan langkah-langkah berikut:
Jika Anda bersalah dan melakukan kekeliruan, maka mintalah maaf kepadanya.
Namun jika dia yang melakukan kesalahan, maka Anda harus tetap bersikap
tenang, jangan mengkritiknya dengan pedas, mendebat, menentang, atau
bahkan berteriak. Tunggulah sampai kemarahannya mereda, lalu diskusikan
segala sesuatunya secara damai.
Kemudian jika dia marah dikarenakan faktor-faktor eksternal, maka ada
baiknya Anda diam, sampai kemarahannya sirna. Lalu tanyakan kepadanya apa
yang membuatnya marah; apakah kelelahan, problem di kantor, ada orang yang
menghinanya, dan lain sebagainya. Dan jangan banyak bertanya, namun fokus
pada apa-apa yang membuatnya marah. Anda bisa bertanya kepadanya, “Kamu
harus memberitahu kepadaku apa yang terjadi?”, “Aku harus tahu apa yang
membuatmu marah?”, atau “Kamu membunyikan sesuatu, dan aku punya hak
untuk tahu apa itu”.
...Tolak kehadiran orang-orang yang tidak disenangi suami, jangan biarkan mereka
masuk ke dalam rumah ketika suami tidak ada...
Anda harus menyambut dan bersikap baik kerabat dan teman-teman suami
Anda, terutama kedua orangtuanya.
Sebisa mungkin Anda harus menghindari masalah dengan para kerabatnya.
Anda harus menghindari memojokkan suami Anda ke posisi di mana dia harus
memilih antara ibu dan istrinya secara dilematis.
Tunjukkan keramahtamahan Anda kepada tamu-tamunya, dengan cara
menyiapkan tempat yang menyenangkan kepada mereka untuk duduk,
menyajikan makanan yang paling baik, menyambut istri-istri mereka, dan lain
sebagainya.
Dorong suami Anda agar secara rutin bersilaturahim ke kerabat keluarganya,
dan agar mereka mengunjungi rumah Anda.
Telponlah orangtua suami Anda, kakak-kakak da
Keluarga Sakinah
Dalam tulisan ini, penulis tak hendak menjadi pengamat atau biang gosip bagi
selebritis, tapi lebih pada kepentingan untuk memotivasi kita semua agar dapat
menciptakan keluarga yang rukun dan damai. Karena sesungguhnya, bukan hanya
selebritis yang bisa kawin-cerai, tapi masyarakat biasa juga bisa. Jika saja mereka
mengerti betapa pentingnya mempertahankan sebuah perkawinan, apalagi buat kita
yang beriman pada Allah swt, tentu pertimbangan yang sangat matang menjadi acuan
utama.
Kadang kala hanya karena masalah kecil, mereka harus akhiri perkawinan dan anak-
anak jadi korban sifat egois dan keangkuhan orang tua. Entah apa yang bisa kita
pahami, lagi-lagi alasan hak asasi atau urusan pribadi dan hal lain sehingga orang lain
sulit memberikan masukan. Apalagi disaat hati sedang "panas", wahh..tentulah sulit
untuk bisa memberikan bantuan moral.
tentu kita sering menghadiri acara pernikahan teman sejawat atau keluarga kita dan
sesering itu pula kita mendengar doa orang tua yang ingin anak-anak mereka dapat
menjadi keluarga sakinah ketika menikah. Keluarga yang sakinah dan selalu penuh
rahmat..begitu do'a para "sepuh".
Dari kata sakinah, kita dapat maklumi bahwa do'a para sepuh tadi adalah
menginginkan suasana damai dalam rumah tangga. namun sering kedamaian dalam
rumah tangga menjadi rusak hanya karena tidak adanya saling pengertian antara
suami dan istri; apalagi kalau sudah menyangkut urusan materi. Berikut tips untuk
menciptakan keluarga sakinah.
Penulis pernah dapatkan beberapa tips tentang bagiamana menjadi keluarga yang
sakinah ini ketika mengikuti ceramah/khutbah di sebuah menjid di Jawa barat dan
semoga berguna bagi kita semua :
1. ketika kita melamar 'sang pujaan' untuk menjadi istri, kita bukanlah sedang
melamar/meminta kepada orang tua/wali si gadis; tetapi kita sedang meminta
kepada Allah swt melalui orang tua/wali si gadis.
2. ketika kita menikah, kita bukanlah menikah di hadapan penghulu tetapi
menikah di hadapan Allah swt.
3. ketika resepsi pernikahan berlangsung, catatlah dan hitunglah para undangan
yang hadir untuk mendo'akan kita saat itu.Hal ini perlu kita lakukan dan
pikirkan lebih dalam jika kita akan/sedang/sudah berpikir untuk bercerai,
karena itu berarti kita harus meminta maaf kepada mereka karena telah menyia-
nyiakan do'a mereka.
4. Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita
lalui tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak
belukar yang penuh onak dan duri.
5. ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan; tetapi
sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan.
6. ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan 100 %
sepenuh hati.
7. ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan
anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak
dengan masing-masing 100% sepenuh hati.
8. ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan
terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah
Swt (banyak juga kaum istri yang tidak tahan dengan kondisi serba kekurangan
materi dan akhirnya memilih pergi).
9. ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang
setia mendampingi ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika
hidup susah; suami selalu setia namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan
lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta
dengan wanita yang lain)
10.ketika anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-
kanakan kepada istri dan segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara
bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan pertolongan.
11.ketika anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil canti dan gemulai
serta lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan
dengan sukses.
12.ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik
adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang
baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
13.ketika anak bermasalah, yakinlah bahwa tidak ada seorang anak pun yang tidak
mau bekerjsama dengan orang tua, yang ada adalah seorang anak yang merasa
tidak didengar oleh orang tuanya.
14.bagi anda wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang
menjadi "obat".
15.bagi anda lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua
ke samudra cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.
16.ketika kita menjadi keluarga yang sakinah, contohlah keluarga rasululloh saw.
nah, itulah tips yang mungkin bisa bermanfaat. memang lebih mudah menulis dari
pada melakoni. tapi paling tidak, rasa hormat dan saling menghormati antara suami-
istri serta saling mengerti hak dan kewajiban adalahs syarat mutlak untuk menjadi
sakinah. yang paling berarti bagi kita jika hendak berlayar ke samudra kehidupan
adalah 'keimanan", sehingga ombak yang besar sekalipun bisa kita lalui dengan
sukses meski harus basah kuyup
CARA MENDIDIK ANAK | TIPS ORANG TUA MENDIDIK ANAK
Bila Anda berpikir apakah Anda adalah orang tua yang teladan ? Maka jawaban
Anda, pasti tentu saja saya orang tua teladan bagi anak saya. Mana ada sih “Harimau
yang memakan anaknya sendiri”, atau mungkin mana mungkin sih kita mencelakakan
anak kita sendiri. Orang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi putra-
putrinya. Kenyataannya banyak orang tua yang melakukan kesalahan dalam
mendidik putra-putrinya.
Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang mungkin Anda tidak sadari terjadi dalam
mendidik anak Anda :
1. Kurang Pengawasan
2. Gagal Mendengarkan
Menurut psikolog Charles Fay, Ph.D. “Banyak orang tua terlalu lelah memberikan
perhatian – cenderung mengabaikan apa yang anak mereka ungkapkan”, contohnya
Aisyah pulang dengan mata yang lembam, umumnya orang tua lantas langsung
menanggapi hal tersebut secara berlebihan, menduga-duga si anak terkena bola, atau
berkelahi dengan temannya. Faktanya, orang tua tidak tahu apa yang terjadi hingga
anak sendirilah yang menceritakannya.
4. Terlalu Berlebihan
Menurut Judy Haire, “banyak orang tua menghabiskan 100 km per jam mengeringkan
rambut, dari pada meluangkan 1 jam bersama anak mereka”. Anak perlu waktu
sendiri untuk merasakan kebosanan, sebab hal itu akan memacu anak memunculkan
kreatifitas tumbuh.
Menurut psikiater Sara B. Miller, Ph.D., perilaku yang paling berpengaruh merusak
adalah “bertengkar” dihadapan anak. Saat orang tua bertengkar didepan anak mereka,
khususnya anak lelaki, maka hasilnya adalah seorang calon pria dewasa yang tidak
sensitif yang tidak dapat berhubungan dengan wanita secara sehat. Orang tua
seharusnya menghangatkan diskusi diantara mereka, tanpa anak-anak disekitar
mereka. Wajar saja bila orang tua berbeda pendapat tetapi usahakan tanpa amarah.
Jangan ciptakan perasaan tidak aman dan ketakutan pada anak.
6. Tidak Konsisten
Anak perlu merasa bahwa orang tua mereka berperan. Jangan biarkan mereka
memohon dan merengek menjadi senjata yang ampuh untuk mendapatkan apa yang
mereka inginkan. Orang tua harus tegas dan berwibawa dihadapan anak.
Menurut Lisa Balch, ibu dua orang anak, “lakukan saja sesuai dengan kata hatimu dan
biarkan mengalir tanpa mengabaikan juga suara-suara disekitarnya yang melemahkan.
Saya banyak belajar bahwa orang tua seharusnya mempunyai kepekaan yang tajam
tentang sesuatu”.
Menurut Neilsen Media Research, anak-anak Amerika yang berusia 2-11 tahun
menonton 3 jam dan 22 menit siaran TV sehari. Menonton televisi akan membuat
anak malas belajar. Orang tua cenderung membiarkan anak berlama-lama didepan TV
dibanding mengganggu aktifitas orang tua. Orang tua sangat tidak mungkin dapat
memfilter masuknya iklan negatif yang tidak mendidik.
9. Segalanya Diukur Dengan Materi
Menurut Louis Hodgson, ibu 4 anak dan nenek 6 cucu, “anak sekarang mempunyai
banyak benda untuk dikoleksi”. Tidaklah salah memanjakan anak dengan mainan dan
liburan yang mewah. Tetapi yang seharusnya disadari adalah anak Anda
membutuhkan quality time bersama orang tua mereka. Mereka cenderung ingin
didengarkan dibandingkan diberi sesuatu dan diam.
Beberapa orang tua kadang lebih mendukung anak dan bersikap memihak anak
sambil menjelekkan pasangannya didepan anak. Mereka akan hilang persepsi dan
cenderung terpola untuk bersikap berat sebelah. Luangkan waktu bersama anak
minimal 10 menit disela kesibukan Anda. Dan pastikan anak tahu saat bersama orang
tua adalah waktu yang tidak dapat diinterupsi.
Berikut ini adalah beberapa tips mendidik anak sejak usia dini:
1.Berikan contoh dengan mengajaknya ikut serta pada kegiatan sehari-hari
yang positif.
-Membersih ruangan rumah,Biasanya anak-anak yang suka bermain-main
dengan mainanya akan membuat situasi berantakan di ruangan rumah, ajarkan pada
anak untuk bisa membersihkan dan merapikan sendiri setelah selesai bermain.
-Membaca buku-buku bacaan. Buku-buku bacaan sebagai altenatif guru yang
baik. Buku sebagai sumber ilmu yang tiada batas,banyak jenis buku yang bisa dibaca
dan mebahas berbagai tema dan masalah.
-Membaca Majalah atau Koran,dengan membaca koran dan majalah akan
menambah wawasan pada orang tua sehingga bisa mempunyai wawasan yang lebih
luas dan bisa diajarkan.
-Membaca Kitab Suci.Dengan mendengarkan acaan kitab suci biasanya sianak
akan memiliki spiritual yang lebih baik bila dewasa kelak.
-Menulis,Anak akan memperhatikan bila orang tua sedang menulis dan akan
menirunya dengan coret-coret, biasanya didinding namun sebaiknya dibuku-buku
yang telah disediakan orang tua,sehingga termasuk juga mengajarkan keapian dan
kebersihan.
-Bagi keluarga yang punya halaman berumput, biasanya setiap bulan sekali
rumput akan jadi panjang dan tidak beraturan, maka anak bisa diajari juga bagaimana
merapikan halaman.
-Mencuci kendaraan,baik motor maupun mobil bila tidak terlalu kotor bisa
dicuci sendiri dirumah, sekaligus mengajarkan anak bagaimana memperlakukan
kendaraan.
-Mengajak kebengkel, biasanya anak akan senang bila diajak ikut serta
kebengkel,dan biasanya akan menambah ide bagi si anak untuk lebih mengenal jenis
kendaraan bermotor,bisa juga nanti menjadi idola sianak untuk berwiraswasta dengan
membuka bengkel dan lain-lain.
2.Berikan contoh untuk mentaati waktu, Yaitu waktu bermain, waktu belajar
dan waktu tidur. Biasanya anak dibawah lima tahun memerlukan waktu tidur lebih
banyak dibandingkan dengan orang dewasa.Sehingga sebagai orang tua terutama Ibu
harus bisa mengajarkan waktu-waktu kapan harus bermain dan kapan harus
beristirahat. Hal ini dilakukan untuk kesehatan anak itu sendiri.
3.Menghindarkan anak-anak dari hal-hal yang bersifat buruk:
-Bertengkar didepan anak-anak, karena dengan bertengkar didepan anak-anak
secara otomatis akan memberikan contoh kekerasan dalam keluarga didepan anak,
sehingga bisa menimbulkan trauma psikis pada si anak itu sendiri.
-Membiarkan anak tidak disiplin, kadang didikan keras bisa membuat disiplin
pada sianak,dengan dimanja anak tidak bisa mandii dan bertanggung jawab.
-Memukul anak secara langsung didepan anak-anak yang lain, akan
mengakibatkan hilangnya rasa kepercayaan diri si anak.
-Bila Ayah sedang keras pada anak, dalam arti tujuan mendidik si ibu tidak
boleh membela si anak, sebab bila dibela si anak tidak akan jera bila melakukan
kesalahan. Sebaliknya bila Si Ibu sedang keras pada anak dalam arti mendidik,Sang
ayah pun tidak boleh membela kesalahan pada anak,. Sehingga terjalin kerjasama
mendidik anak yang baik dan seimbang.
-Jangan berikan tontonan baik berupa film-film kekerasan atau Sinotron drama
yang bersifat cengeng dan mendramatisi, untuk menghindari anak dari sifat-sifat yang
kurang baik dari dampak yang ditontonya.
4. Sisakan waktu bersama Anak-anak. Ditengah-tengah kesibukan sebagai
orang tuan sisakan waktu untuk bermain bersama anak-anak,sehingga timbul rasa
kasih sayang sekaligus pembelajaran pada anak.
5. Usia 7 tahun, bagi yang Moslem bila sampai belum Sholat ajarkan dengan
sedikit keras, bisa dengan cambukan untuk mengingatkan anak agar segera
sembahyang.
6. Diatas usia 7 tahun Anak akan bisa diberikan tangung jawab yang
lebih,sehingga tidak terlalu merepotkan orang tua