0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
19 tayangan6 halaman
Secerah Mentari Pagi
Menjadi seorang mahasiswa bukanlah seindah dan semudah yang kita bayangkan, aktivitas perkuliahan menjadi tugas utama seorang mahasiswa, tuntutan kehidupan juga sering kali menjadi pembatas dan penghalang tertuainya cita-cita luhur, sehingga banyak kawan-kawan kita yang mulanya menjalani aktivitas kuliah, aktip di organisasi kampus intra maupun ekstra tib-tiba berhenti karena tidak mapu membiayai kuliah, tetapi ada pula yang tidak menghiraukan status(background)nya di masyarakat dengan semangat terus berjuang untuk bisa maju dalam bidang yang digelutinya, kreativitas mahasiswa yang menajdikan mereka-mereka mampu bersaing dengan teman-temannya yang lain yang perekonomian keluarganya diatas rata-rata, ada banyak macam kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan mahasiswa setelah kuliah yang umumnya mahaiswa yang latar belakang ekonomi lemah untuk menunjang hidupnya di perkuliahan,menjadi manejer
jualan keliling,membuka toko buku kecil-kecilan,jualan pulsa,Koran dan sebagianya. Tidak heran jika ada oknum masyarakat yang mengatakan wadah kreativitas bangsa itu ada di tangan para mahaiswa.
Tuntutan kehidupan sering kali menjadi penghalang mahasiswa untuk mencapai kesukses an seperti yang terjadi pada salah mahasiswa ini:
“Setelah selesai mata kuliah, ia bergegas dan langsung keluar dari ruangan kelas pergi menuju agennya ia takut terlambat karena tidak biasanya ia berangkat sesiang ini, biasanya sebelum berangkat kuliah sekitar jam 6.30 ia sudah berangkat ke agennya, namun kali ini ia bangun kesiangan jam 8.00 baru bangun, karena semalaman ia bergadang menyelasiakan tugas-tugas perkuliahan, tanpa pikir panjang lagi ia segera cuci muka dan berlari ke kampus yang memang kebetulan kost tempat ia nginap itu tidak terlalu jauh dari kampusnya sehingga tidak butuh yang lama ia sudah sampai ke kampus, ini mungkin pengalaman terburuk yang pernah ia alami.
Langkahnya kian cepat, ia lihat jam ditangannya hari sudah menunjukan 10.30 dengan tergesa-gesa ia melangkahkan kaki, baju yang kusam, raut muka yang lusuh, jika dilihat sepintas lalu layaknya ia bukanlah seorang mahasiswa, gembel mungkin pas untuk dirinya, namun itu lah realitanya yang ada meski dari wajah, pakaian, gaya menunjukan layaknya bukanlah seorang mahasisawa, tapi dia merupakan aktivis kampus yang namanya harum di kalangan mahasiwa. Langkahnya kian dipercepat tujuannya adalah agen Koran, sudah menjadi kebiasaannya semenjak ia masuk kuliah sampai sekarang semester 6 masih dengan setia menjual Koran kepada mahasiswa, masyarakat umum dan lain-lain, koran selalu menemani manits pahitnya menjalani masa-masa di kampus, Surya begitulah teman-temanya sering menyapanya, mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik mesin itu kian memacu langkahnya.
Rumah yang berwarna merah dihiasi dengan pagar yang berwarna kuning keemasan sudah hampur di depan mata, kini pikiranya bergelayut akankah pak Darwin ada di rumah, ia sangat berharap pak Darwin ada di tempat paling tidak ibu aminah ada, sebagai pengganti pak Darwin jika ada pelanggannya yang ingin mengambil korannnya, dengan penuh semangat ia langkahkan kakinya, walau sebanarnya dalam hati ia mendesah dan mengeluh dengan pekerjaanya yang dilakoninya yang sudah hampir satu decade ini, namun apa hendak dikata keadaan lah yang menuntut ia untuk berbuat demikian kian selama 3 tahun ia amalkan dengan tekun, giat, dan selalu optimis, satu yang ada di mata-nya cita-cita untuk menggapai gelar sarjana, cita-cita yang sudah tertanam rapi semenjak ia masih duduk dibangku SMP, jika hal itu yang ada dalam pikiranya, maka rasa malas, malu, rasa sungkan, takut, dll terhapuskan seiring dengan keringat yang mengalir di wajahnya menunjukan betapa milintasinya ia ingin menggapai cita-cita tersebut, lalu yang ada ialah hasrat untuk segera untuk mencapai cita-cita tersebut, sehingga mampu membangkitkan semangat yang berkobar, tak jarang saat ia action menjual korang bertemu kawan-kawannya, ejekan, hianan, sendirin, serin
Secerah Mentari Pagi
Menjadi seorang mahasiswa bukanlah seindah dan semudah yang kita bayangkan, aktivitas perkuliahan menjadi tugas utama seorang mahasiswa, tuntutan kehidupan juga sering kali menjadi pembatas dan penghalang tertuainya cita-cita luhur, sehingga banyak kawan-kawan kita yang mulanya menjalani aktivitas kuliah, aktip di organisasi kampus intra maupun ekstra tib-tiba berhenti karena tidak mapu membiayai kuliah, tetapi ada pula yang tidak menghiraukan status(background)nya di masyarakat dengan semangat terus berjuang untuk bisa maju dalam bidang yang digelutinya, kreativitas mahasiswa yang menajdikan mereka-mereka mampu bersaing dengan teman-temannya yang lain yang perekonomian keluarganya diatas rata-rata, ada banyak macam kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan mahasiswa setelah kuliah yang umumnya mahaiswa yang latar belakang ekonomi lemah untuk menunjang hidupnya di perkuliahan,menjadi manejer
jualan keliling,membuka toko buku kecil-kecilan,jualan pulsa,Koran dan sebagianya. Tidak heran jika ada oknum masyarakat yang mengatakan wadah kreativitas bangsa itu ada di tangan para mahaiswa.
Tuntutan kehidupan sering kali menjadi penghalang mahasiswa untuk mencapai kesukses an seperti yang terjadi pada salah mahasiswa ini:
“Setelah selesai mata kuliah, ia bergegas dan langsung keluar dari ruangan kelas pergi menuju agennya ia takut terlambat karena tidak biasanya ia berangkat sesiang ini, biasanya sebelum berangkat kuliah sekitar jam 6.30 ia sudah berangkat ke agennya, namun kali ini ia bangun kesiangan jam 8.00 baru bangun, karena semalaman ia bergadang menyelasiakan tugas-tugas perkuliahan, tanpa pikir panjang lagi ia segera cuci muka dan berlari ke kampus yang memang kebetulan kost tempat ia nginap itu tidak terlalu jauh dari kampusnya sehingga tidak butuh yang lama ia sudah sampai ke kampus, ini mungkin pengalaman terburuk yang pernah ia alami.
Langkahnya kian cepat, ia lihat jam ditangannya hari sudah menunjukan 10.30 dengan tergesa-gesa ia melangkahkan kaki, baju yang kusam, raut muka yang lusuh, jika dilihat sepintas lalu layaknya ia bukanlah seorang mahasiswa, gembel mungkin pas untuk dirinya, namun itu lah realitanya yang ada meski dari wajah, pakaian, gaya menunjukan layaknya bukanlah seorang mahasisawa, tapi dia merupakan aktivis kampus yang namanya harum di kalangan mahasiwa. Langkahnya kian dipercepat tujuannya adalah agen Koran, sudah menjadi kebiasaannya semenjak ia masuk kuliah sampai sekarang semester 6 masih dengan setia menjual Koran kepada mahasiswa, masyarakat umum dan lain-lain, koran selalu menemani manits pahitnya menjalani masa-masa di kampus, Surya begitulah teman-temanya sering menyapanya, mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik mesin itu kian memacu langkahnya.
Rumah yang berwarna merah dihiasi dengan pagar yang berwarna kuning keemasan sudah hampur di depan mata, kini pikiranya bergelayut akankah pak Darwin ada di rumah, ia sangat berharap pak Darwin ada di tempat paling tidak ibu aminah ada, sebagai pengganti pak Darwin jika ada pelanggannya yang ingin mengambil korannnya, dengan penuh semangat ia langkahkan kakinya, walau sebanarnya dalam hati ia mendesah dan mengeluh dengan pekerjaanya yang dilakoninya yang sudah hampir satu decade ini, namun apa hendak dikata keadaan lah yang menuntut ia untuk berbuat demikian kian selama 3 tahun ia amalkan dengan tekun, giat, dan selalu optimis, satu yang ada di mata-nya cita-cita untuk menggapai gelar sarjana, cita-cita yang sudah tertanam rapi semenjak ia masih duduk dibangku SMP, jika hal itu yang ada dalam pikiranya, maka rasa malas, malu, rasa sungkan, takut, dll terhapuskan seiring dengan keringat yang mengalir di wajahnya menunjukan betapa milintasinya ia ingin menggapai cita-cita tersebut, lalu yang ada ialah hasrat untuk segera untuk mencapai cita-cita tersebut, sehingga mampu membangkitkan semangat yang berkobar, tak jarang saat ia action menjual korang bertemu kawan-kawannya, ejekan, hianan, sendirin, serin
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Secerah Mentari Pagi
Menjadi seorang mahasiswa bukanlah seindah dan semudah yang kita bayangkan, aktivitas perkuliahan menjadi tugas utama seorang mahasiswa, tuntutan kehidupan juga sering kali menjadi pembatas dan penghalang tertuainya cita-cita luhur, sehingga banyak kawan-kawan kita yang mulanya menjalani aktivitas kuliah, aktip di organisasi kampus intra maupun ekstra tib-tiba berhenti karena tidak mapu membiayai kuliah, tetapi ada pula yang tidak menghiraukan status(background)nya di masyarakat dengan semangat terus berjuang untuk bisa maju dalam bidang yang digelutinya, kreativitas mahasiswa yang menajdikan mereka-mereka mampu bersaing dengan teman-temannya yang lain yang perekonomian keluarganya diatas rata-rata, ada banyak macam kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan mahasiswa setelah kuliah yang umumnya mahaiswa yang latar belakang ekonomi lemah untuk menunjang hidupnya di perkuliahan,menjadi manejer
jualan keliling,membuka toko buku kecil-kecilan,jualan pulsa,Koran dan sebagianya. Tidak heran jika ada oknum masyarakat yang mengatakan wadah kreativitas bangsa itu ada di tangan para mahaiswa.
Tuntutan kehidupan sering kali menjadi penghalang mahasiswa untuk mencapai kesukses an seperti yang terjadi pada salah mahasiswa ini:
“Setelah selesai mata kuliah, ia bergegas dan langsung keluar dari ruangan kelas pergi menuju agennya ia takut terlambat karena tidak biasanya ia berangkat sesiang ini, biasanya sebelum berangkat kuliah sekitar jam 6.30 ia sudah berangkat ke agennya, namun kali ini ia bangun kesiangan jam 8.00 baru bangun, karena semalaman ia bergadang menyelasiakan tugas-tugas perkuliahan, tanpa pikir panjang lagi ia segera cuci muka dan berlari ke kampus yang memang kebetulan kost tempat ia nginap itu tidak terlalu jauh dari kampusnya sehingga tidak butuh yang lama ia sudah sampai ke kampus, ini mungkin pengalaman terburuk yang pernah ia alami.
Langkahnya kian cepat, ia lihat jam ditangannya hari sudah menunjukan 10.30 dengan tergesa-gesa ia melangkahkan kaki, baju yang kusam, raut muka yang lusuh, jika dilihat sepintas lalu layaknya ia bukanlah seorang mahasiswa, gembel mungkin pas untuk dirinya, namun itu lah realitanya yang ada meski dari wajah, pakaian, gaya menunjukan layaknya bukanlah seorang mahasisawa, tapi dia merupakan aktivis kampus yang namanya harum di kalangan mahasiwa. Langkahnya kian dipercepat tujuannya adalah agen Koran, sudah menjadi kebiasaannya semenjak ia masuk kuliah sampai sekarang semester 6 masih dengan setia menjual Koran kepada mahasiswa, masyarakat umum dan lain-lain, koran selalu menemani manits pahitnya menjalani masa-masa di kampus, Surya begitulah teman-temanya sering menyapanya, mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik mesin itu kian memacu langkahnya.
Rumah yang berwarna merah dihiasi dengan pagar yang berwarna kuning keemasan sudah hampur di depan mata, kini pikiranya bergelayut akankah pak Darwin ada di rumah, ia sangat berharap pak Darwin ada di tempat paling tidak ibu aminah ada, sebagai pengganti pak Darwin jika ada pelanggannya yang ingin mengambil korannnya, dengan penuh semangat ia langkahkan kakinya, walau sebanarnya dalam hati ia mendesah dan mengeluh dengan pekerjaanya yang dilakoninya yang sudah hampir satu decade ini, namun apa hendak dikata keadaan lah yang menuntut ia untuk berbuat demikian kian selama 3 tahun ia amalkan dengan tekun, giat, dan selalu optimis, satu yang ada di mata-nya cita-cita untuk menggapai gelar sarjana, cita-cita yang sudah tertanam rapi semenjak ia masih duduk dibangku SMP, jika hal itu yang ada dalam pikiranya, maka rasa malas, malu, rasa sungkan, takut, dll terhapuskan seiring dengan keringat yang mengalir di wajahnya menunjukan betapa milintasinya ia ingin menggapai cita-cita tersebut, lalu yang ada ialah hasrat untuk segera untuk mencapai cita-cita tersebut, sehingga mampu membangkitkan semangat yang berkobar, tak jarang saat ia action menjual korang bertemu kawan-kawannya, ejekan, hianan, sendirin, serin
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
semudah yang kita bayangkan, aktivitas perkuliahan menjadi tugas utama seorang mahasiswa, tuntutan kehidupan juga sering kali menjadi pembatas dan penghalang tertuainya cita-cita luhur, sehingga banyak kawan-kawan kita yang mulanya menjalani aktivitas kuliah, aktip di organisasi kampus intra maupun ekstra tib- tiba berhenti karena tidak mapu membiayai kuliah, tetapi ada pula yang tidak menghiraukan status(background)nya di masyarakat dengan semangat terus berjuang untuk bisa maju dalam bidang yang digelutinya, kreativitas mahasiswa yang menajdikan mereka-mereka mampu bersaing dengan teman-temannya yang lain yang perekonomian keluarganya diatas rata-rata, ada banyak macam kegiatan atau aktivitas lain yang dilakukan mahasiswa setelah kuliah yang umumnya mahaiswa yang latar belakang ekonomi lemah untuk menunjang hidupnya di perkuliahan,menjadi manejer jualan keliling,membuka toko buku kecil-kecilan,jualan pulsa,Koran dan sebagianya. Tidak heran jika ada oknum masyarakat yang mengatakan wadah kreativitas bangsa itu ada di tangan para mahaiswa. Tuntutan kehidupan sering kali menjadi penghalang mahasiswa untuk mencapai kesukses an seperti yang terjadi pada salah mahasiswa ini: “Setelah selesai mata kuliah, ia bergegas dan langsung keluar dari ruangan kelas pergi menuju agennya ia takut terlambat karena tidak biasanya ia berangkat sesiang ini, biasanya sebelum berangkat kuliah sekitar jam 6.30 ia sudah berangkat ke agennya, namun kali ini ia bangun kesiangan jam 8.00 baru bangun, karena semalaman ia bergadang menyelasiakan tugas- tugas perkuliahan, tanpa pikir panjang lagi ia segera cuci muka dan berlari ke kampus yang memang kebetulan kost tempat ia nginap itu tidak terlalu jauh dari kampusnya sehingga tidak butuh yang lama ia sudah sampai ke kampus, ini mungkin pengalaman terburuk yang pernah ia alami. Langkahnya kian cepat, ia lihat jam ditangannya hari sudah menunjukan 10.30 dengan tergesa-gesa ia melangkahkan kaki, baju yang kusam, raut muka yang lusuh, jika dilihat sepintas lalu layaknya ia bukanlah seorang mahasiswa, gembel mungkin pas untuk dirinya, namun itu lah realitanya yang ada meski dari wajah, pakaian, gaya menunjukan layaknya bukanlah seorang mahasisawa, tapi dia merupakan aktivis kampus yang namanya harum di kalangan mahasiwa. Langkahnya kian dipercepat tujuannya adalah agen Koran, sudah menjadi kebiasaannya semenjak ia masuk kuliah sampai sekarang semester 6 masih dengan setia menjual Koran kepada mahasiswa, masyarakat umum dan lain-lain, koran selalu menemani manits pahitnya menjalani masa-masa di kampus, Surya begitulah teman-temanya sering menyapanya, mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik mesin itu kian memacu langkahnya. Rumah yang berwarna merah dihiasi dengan pagar yang berwarna kuning keemasan sudah hampur di depan mata, kini pikiranya bergelayut akankah pak Darwin ada di rumah, ia sangat berharap pak Darwin ada di tempat paling tidak ibu aminah ada, sebagai pengganti pak Darwin jika ada pelanggannya yang ingin mengambil korannnya, dengan penuh semangat ia langkahkan kakinya, walau sebanarnya dalam hati ia mendesah dan mengeluh dengan pekerjaanya yang dilakoninya yang sudah hampir satu decade ini, namun apa hendak dikata keadaan lah yang menuntut ia untuk berbuat demikian kian selama 3 tahun ia amalkan dengan tekun, giat, dan selalu optimis, satu yang ada di mata-nya cita-cita untuk menggapai gelar sarjana, cita-cita yang sudah tertanam rapi semenjak ia masih duduk dibangku SMP, jika hal itu yang ada dalam pikiranya, maka rasa malas, malu, rasa sungkan, takut, dll terhapuskan seiring dengan keringat yang mengalir di wajahnya menunjukan betapa milintasinya ia ingin menggapai cita-cita tersebut, lalu yang ada ialah hasrat untuk segera untuk mencapai cita-cita tersebut, sehingga mampu membangkitkan semangat yang berkobar, tak jarang saat ia action menjual korang bertemu kawan-kawannya, ejekan, hianan, sendirin, sering ia dapati, namun ia tidak pernah dendam bahkan ia semakin yakin bahwa cita-citanya akan tercapai dengan sukses. “Semakin besar ujian yang diberikan allah kepada hambanya, maka hakikatnya semakin besar kecintaan allah kepada hamba tersebut jika sang hamba menghadapi cobaan tersebut dengan sabar, ikhlas, tabah dan berhusnuzhon dengan allah ” ucap kakeknya saat pertama kali ia melangkahkan kaki untuk melanjutkan studi di perguruan tinngi, kata kakeknya tersebut selalu menjadi motivasi ketika ia lagi down, bersedih dalam menghadapi ujian serta cobaan yang diberikan allah kepadanya, kata tersebut seakan-akan menjadi embun penyejuk dikala hampa hatinya, cahaya penerang disaat ia terpuruk dengan keadaan. Rumah pak darwin sudah di depan mata, perasaannya lega ternyata pintu rumah pak Darwin langgannanya terbuka, harapannya meski pak Darwin tidak ada dirumah paling, ibu aminah isterinya pak Darwin ada, perlahan ia langkahkan kaki kehalaman rumah, dengan penuh kehati-hatian ia mealngkah kearah pintu, suasana hening tidak ada suara didalam rumah padahal pintu depan terbuka, mungkin tuan rumah ada di belakang pikirnya, sesaat kemudian ia memberanikan diri mengucap salam “Assalamualaikum” ucap surya singkat, tidak ada jawaban dari dalam rumah, kembali ia mengucapkan salam namu belum ada indikasi akan ada jawaban baru saat ketiga kali ia mengucapkan salam sayup-sayup dari dalam rumah terdengar suara menyahut “Walaikumsalam” sahut seorang laki-laki dari dalam ruangan, sembari melangkah keluar, surya kenal betul suara tersebut pak Darwin lah orangnya ia merupakan pahlawan bagi surya tanpa bantuan pak Darwin mungkin dia tidak akan bisa melanjutkan kuliah sampai sejauh ini. Laki-laki gendut dan berjenggot itu muncul dimuara pintu “Maaf surya tadi nggak kedengaran kalau ada yang orang didepan, bapak lagi memberi makan ikan kesayangan bapak di belakang, Tumben kamu telat surya “ ucap pak darwin “ oh ya ayo silahkan masuk “ lanjutanya “Trima kasih pak, tadi aku kesiangan maklumlah di kampus selangit tugasnya belum dikerjakan jadi semalam bergadang” jawab surya jujur “Menjadi mahasiswa itu memang harus begitu sur, belajar dan terus lah belajar, jika niat sudah tertanam kuat tidak ada yang bisa menghalangi niat tersebut ” nasehat pak Darwin “Trima kasih pak, Surya akan selalu berusaha untuk bisa mewujudkan cita-cita saya, saran bapak akan saya kenang terus “ “Pasti surya allah itu tidak buta,ia tahu dan menyaksikan betapa kuatnya niat dan usaha kamu untuk itu, insya allah sang maha pengasih dan penyayang akan menampak kan rahmatnya kepada kamu” “Amein ya allah, sekali lagi pak terima kasih oh ya pak surya pamit dulu mumpung waktu belum begitu siang, ntar panas kalu udah siang” “jangan sungkan-sungkan surya jika ada keperluan datanglah sama bapak dengan ikhlas bapak akan bantu kamu, ya sudah Hati-hati surya” Sehabis mungucap salam surya melangkahkan kaki keluar, Dengan Koran yang secukupnya surya berharap hari ini bisa menjual Koran dengan sebaik mungkin, karena mata kuliah hari kamis hanya satu jadi ia bisa focus untuk menghabiskan seluruh koran yang ia ambil tadi dari rumah pak darwin, rasa lapar yang menggelayuti perutnya karena sejak kemaren belum diisi secuil makanan apapun tidak ia hiraukan, pikirannya tertuju pada Koran bagaimana seharusnya ia mengahabiskan Koran-koran di tangannya agar terjual semuanya. “Koran…. Koran….!!! Pak Korannya pak, ibu, mas korannya seputar Indonesia lho berita nya lengkap seluruh Indonesia bahkan berita mancanegara pun ada, begitu lah sepanjang perjalan ia merayu dan menawarkan kepada orang-orang, namun tak satupun dari mereka yang mau membeli korannya, padahal ia sangat berharap sekali korannya terjual, ia pun terus melangkahkan kakinya terik matahari yang begitu panas tak ia rasakan. Keringat bercucuran didahinya ditambah lagi perut yang dari tadi memanggil-manggilnya menuntut ia untuk beristirahat, di depan ia lihat ada masjid maka langkahnya pun tertuju ke masjid kebetulan ia memang belum shalat zhuhur. Tetesan air wudhu mengguyur wajahnya, ia rasakan ada ketenangan dan kesegaran ketika air wudhu itu menyapunya, ia pun masuk kemasjid dan shalat dalam shalatnya ia terlihat begitu khusyuk mata terpejam konsentrasi menghadap sang ilahi, ia pun berdoa dalam donya ia memohon kepada allah agar diberi ketabahan dalam menghadapi segala macam cobaan dan ujian yang diberikan kepadanya juga ia meminta agar ia tidak kufur nikmat dan senantiasa bersyukur kepadanya. Sehabis shalat ia pun melanjutkan kembali penjualan korannya kali ini tujuannya adalah pasar ia berharap disana korannya laku terjual, ia sangat berharap korannya laku terjual. Koran sudah ditangannya ia kembali melangkahkan kakinya, perasaan lapar ketika ia belum shalat tadi sirna berbarengan seselainya ia melaksakan ibadah shalat, ia sendiri bingung kenapa itu bias terjadi. Kini ia sudah di pasar ia pun bergegas melakukan asksinya,sudah hampir empat jam ia berkeliling menjual kan korannya, tapi tak satupun ada yang sudi membelinya ternyata ujian allah swt kepadanya masih belum berakhir, ia tertunduk lemas di pelataran pasar guratan di wajahnya menandakan Ia sangat letih dan capek hampir seharian tapi tak satupun Koran yang ambil dari pak Darwin selaku langganannya terjual. Lama ia terduduk lemas di pelataran pasar, nafsunya menggoda untuk melakukan kejahatan terbersit untuk mencuri namun persaan itu hilang,nasehat kakeknya kini hadir bahwa mencuri itu adalah perbuatan dosa, sehingga ia mengurungkan niatnya tersebut. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang ia yakin bahwa allah itu sayang kepadaya, dia pun teringat akan firman allah swt yang mengatakan bahwa “barang siapa yang bersyukur atas nikmat ku maka akan kutambah dan barang siapa yang kifur atas nikmatku maka azabku sangat pedih” ia takut jika mengeluhkan kegagalan hari, kenaasannya hari ini merupakan suatu perbuatan kufur nikmat dia tidak sanggup untuk menghadapi murka allah. Jalan yang paling pas ialah dengan berhusnuzhon kepadanya. Dijalan menuju pulang, dengan langkah gontai ia melangkah pelan, rasa lemas Karena belum makan ia tahan, cobaan yang ia jalani sudah menajdi kebiasaan selama menjadi mahasiswa, jadi ia tidak terlalu menyesali nasibnya langkahnya kian lamban, mukanya pucat,\ dari bibirnya terlihat ia lemas sekali, ia terus malngkahkan kakinya namun tiba-tiba dari arah belakang ada pengenadara motor melintas kearahnya turun seorang laki berambut panjang menabrak dirinya, kontan seketika ia terjerumus kedepan badannya yang lemas tak mampu menahan kerasnya tabrakan laki-laki tersebut, Koran-koran yang dari pagi tadi ia ambil dari rumah pak Darwin tercecer kemana-mana, ia tak mampu berkata ia hanya pasrah dengan keadaannya, anehnya lagi orang yang nabrak bukanya minta maaf tapi malahan mengomel “Hey…. kamu Punya mata nggak! Bentak laki-laki itu tatapannya tajam kearah surya sebelim melangkah pergi “orang mau lewat nggak mau minggir, salah kamu sendiri kenapa nggak mau minggir akhirnya terjatuh” ucapnya cetus Ternyata lagi lagi allah masih ingin menguji batas ketabahannya sampai dimana “Ia hanya menatap lembut ke arah lelaki tersebut, dan tersenyum sampai laki-laki itu hilang dari pandngannya ia masih tersungkur di tepi jalan, ia terasa tak mampu lagi untuk berdiri, dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki berusaha bangkit berkali-kali ia gagal hingga pada kahirnya ia mampu untuk bangkit, ia terus kan perjalannya kekost dengan rasa dendam ia teruskan langkah, ia yakin betul allah itu tidak buta allah mapu melihat penderitaan hambanya yang taat padanya, ia tahu allah maha penyayang, dan tidak akan menguji hambanya melampaui kemampuan hamba tersebut, sehingga dengan keyakinannya ia mampu berjalan kekostan dengan selamat. Sampai di kostan hari sudah magrib, kostan tidak terkunci mungkin maulana kawan satu kost dengan surya lagi keluar atau mencari makan biasnya sehabis magrib maulana memang sering keluar mencari makan, ia pun langsung mandi dan shalat dalam shalatnya ia menyerahkan segala urusannya kepada allah ia yakin bahwa apa yang ia alami ini pasti ada rencana allah swt yangtidak pernah bisa terbaca oleh siapapun. Sehabis shalat ia pun membuka kitab suci al qur’an dan melantunkan ayat demi ayat dengan penuh hikmad dan khusyuk, saking khusyuknya membaca alqur’an dia tidak sadar kalu di luar ada yang memnggil, ia kenal suara itu maulana ia benar maulana sahabat karibnya, ia pun melangkah kearah pintu didapatinya sahabatnya bersama orang lain yang berjumlah 3 orang dengan pakain seragam laksana aparat pemerintahan. “ Apa benar ini nak surya “ “ Ya benar pak “ tanpa basa basi dipersilahkan oleh surya untuk masuk kedalam, karena tidak sopan jika berbicara didepan rumah “Silahkan masuk dulu pak, kita bicara didalam saja “ ucap surya lembut “ya terima kasih nak “ jawab mereka singkat “ Maaf pak, kami nggak ada kursi jadi duduk dibawah aja nggak apa apa kan pak “ ucap surya malu saat ia mempersilahkan tamunya untuk duduk “Ya nggak apa “ jawab laki-laki berkumis yang kayaknya ia lah ketua rombongan tersebut “ Ini surya teman saya yang bapak cari itu, pak“ ucapan surya itu membuat jantung surya bergedup tida pada normalnya, wajahnya pucat ia takut jangan ini adalah polisi yang ingin menangkapnya namun apa salah gerangan ia mau menangkap saya, berbagai macam pikiran yang ada di hati surya kala maulana menyebutkan bahwa mereka ingin bertemu dengan dirinya,gelagat dirinya yang tidak tenang itu bisa dilihat oleh pria kurus yang membawa tas hitam di sampingnya “ Jadi gini nak surya, kami kesini mewakili tim redaksi dari media cetak untuk memberikan hadiah kepada anda “ tuturnya mantap “Hadiah “ ucap surya terkejut “ Bukan hanya hadiah tapi jika nak surya berkenan kami ingin mengangkat nak surya menjadi salah satu tim media kami yang bergerak pada bidang tulis cerpen dan novel “ sambung laki- laki berkumis yang kemungkinan sebagai ketua dari mereka “ Trima kasih pak, tapi maaf saya tidak terlalu pandai menulis cerpen apalagi novel “ ucapnya datar “ Itu bisa dipelajari, jika anda berkenan menerima tawaran kami maka kami akan menyediakan kursus khusus untuk tulis cerpen dan novel, saya melihat anda berbakat untuk menjadi penulis, gimana ? laki –laki gendut itu pun membuka pembicaraan “ kemarin sekitar tiga bulan yang lalu saya memang pernah mengirim tulisan kepada media Sinar Mas, tapi sampai sekarang tulisan itu tidak ada kabar beritanya ditolak atau gimana sya tidak paham, saya kira bapak salah kalau bapak sekalian menilai saya cakap menulis cerpen dan sebagainya buktinya tulisan pertama saya tidak tahu kabarnya sampai sekarang, ya bisa di pastikan ditolak “ ucap surya menceritakan tiga bulan yang lalu ia memang pernah mengirim tulisan berbentuk novel “Apa judul tulisan yang nak surya kemarin kirimkan ke media Sinar Mas ? “ tutur laki- laki berkumis yang ternyata bernama pak ibrahim “SECERAH MENTARI PAGI” jawab surya singkat “Judul yang bagus dan sesuai dengan isinya yang mengalir laksana kehidupan nyata “ pak ibrahim terdiam sesaat kemudian ia berpaling kepada lelaki disebelahnya seakan ia mengisyaratkan sesuatu kepada rekanya sejurus kemudian rekannya tersebut mengeluarkan map yang berisi kertas yang berjilid kemudian membukanya dan menunjukannya kepada surya “Apa ini tulisan nak surya “ ucap laki-laki kurus itu Mata surya terbelalak melihatnya ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat barusan, terlihat jelas didepan koper tulisan itu judul “ SECERAH MENTARI PAGI “ tulisan berbentuk novel yang pernah ia tulis tiga bulan yang lalu dan ia sendiri pun telah melupakan tulisan tersebut “ Ya benar pak, tapi kenapa tulisan itu ada di tangan bapak “ jawab surya terbata “ Selamat kalau begitu, kami tim redaksi dari media Sinar Mas, tulisan nak surya kami terima dan bahkan tulisan nak surya adalah tulisan yang terbaik dari seluruh tulisan yang mengirim ke media kami “ tutur pak ibrahim. Ada perasaan haru menyusup dihatinya betapa tidak disaat ia sangat membutuhkan sesuatu allah menolongnya dengan kuasanya yang tak disangka sangka, “allahu akbar” ia bertakbir ia tidak menyangka, cobaan yang ia alami tadi ternyata tersimpam sebuah keajabian yang tidak allah perlihatkan padanya, robb ingin tahu betapa kuat keimanannya kepadanya.Subhanallah “Zuki, tolong berikan hadiah yang telah kita bawa tadi “ perintah pak ibrahim,yang diperintah membuka tas yang ia bawa kemudian menyerahkan amplop yang berisikan uang tunai Rp. 5000.000,- “ Trima lah ini nak surya, sebagai wujud dari kerjasama kita bapak harapkan nak surya ingin bergabing dengan kami “ ucap pak ibrahim sembari memberikan hadiah “Trima kasih banyak pak atas semuanya, insya allah silaturhami ini akan berbuah kerjasama yang baik “ jawab surya,terlihat jelas keharuan diwajahnya cairan-cairan kristal hampair jatuh dari sudut matanya yang sayu “Sama-sama nak surya, kalau begitu kami mohon pamit dulu nantti kita akan hubungi nak surya lagi, kita bicarakan prosedur-prosedurnya kedepan bagaimana “ “ Sekali lagi terima kasih banyak pak “ sembari menyalami satu persatu dari tim redaksi Sinar Mas Tak henti hentinya surya mengucap tasbih, tahmid sebagai bentuk syukur kepada allah swt dengan karunia yang telah ia berikan kepada, keyakinannya pun kini kian membatu bahwa allah itu tidak akan menyia-nyia kan hambanya jika kita sudi untuk sedikit bersabar dengan cobaan yang allah berikan kepada kita insya allah sang maha penyayang akan memberika yang terbaik untuk kita.