Anda di halaman 1dari 3

REPORT TESTING TRAINING LITE

(SELF-BALLASTED LAMP)

DATE : March 23rd, 2011


TRAINER : Shuhei YASUSHI
ORGANIZER : Center of Material and Technical Products (B4T)

INTERNATIONAL STANDARD : IEC 968-1988 and its amendements

MATERI PELATIHAN
1. Penandaan (klausul 4)
2. Mampu silih tukar (klausul 5)
3. Perlindungan terhadap kejut listrik (klausul 6)
4. Resistansi isolasi dan kuat listrik (klausul 7)
5. Kuat mekanik (klausul 8)
6. Kenaikan suhu kaki lampu (klausul 9)
7. Ketahanan terhadap panas (klausul 10)
8. Ketahanan api dan percikan api (klausul 11)
9. Kondisi gangguan (klausul 11)

1. Penandaan
Pada produk lampu mesti ditandai secara jelas dengan merek (nama dagang atau pabrikan yang
bertanggung jawab), rentang penggunaan tegangan, jumlah konsumsi daya elektrik, dan
frekuensi jala-jala listrik. Pada kemasan lampu dapat diberikan informasi tambahan berupa arus
lampu, posisi penyalaan jika dibatasi, berat lampu, dan kondisi khusus seperti operasi pada
rangkaian dimming.
Parameter-parameter penadaan pada produk lampu diamati dengan cara inspeksi visual,
kemudian dicoba menghilangkannya dengan menggosok secara perlahan (penandaan tersebut)
menggunakan kain yang telah dibasahi dengan air (penggosokan dilakukan selama 15 detik).
Setelah kering, penggosokan diulangi lagi menggunakan kain yang telah dibasahi dengan hexane
(penggosokan juga dilakukan selama 15 detik). Setelah penggosokan kedua, parameter-
parameter panandaan pada produk lampu masih dapat diamati secara jelas.

2. Mampu silih tukar


Mampu silih tukar dilakukan untuk memastikan penggunaan kaki lampu yang sesuai menurut
IEC Pub. 61-1. Pengujian dilakukan pada produk lampu (kombinasi bohlam dan kaki lampu)
menggunakan gauge (selongsong) yang sesuai.
Untuk kaki lampu tipe E27, maka digunakan gauge 7006-27B, 7006-28A, 7006-50; dengan
ketentuan sebagai berikut:
 Untuk gauge 7006-27B, maka kaki lampu harus pas masuk pada sekrup putaran.
 Untuk gauge 7006-28A, maka kaki lampu tidak boleh masuk ke dalam gauge.

1
 Untuk gauge 7006-50, maka tekanan dari bagian ujung kontak kaki lampu harus
menyebabkan bagian atas gauge tersebut timbul.

3. Perlindungan terhadap kejut listrik


Kaki lampu dibuat sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian logam (dari kaki) dapat diakses
(disentuh) ketika lampu dipasang pada instalasi (lampholder). Pengujian dilakukan
menggunakan test finger dengan gaya 10 N dan gauge 7006-51A (untuk kaki lampu tipe E27).

4. Resistansi isolasi dan kuat listrik


Uji ini dilakukan untuk mengamati dampak arus listrik yang dibawa oleh bagian logam dari
lampu terhadap bagian-bagian yang dapat diakses dari lampu (dilapisi aluminium foil)).
Untuk pengujian resistansi isolasi, lampu terlebih dahulu dikondisikan selama 48 jam dalam
kabinet dengan udara berkelembaban 91 – 95 % dan suhu 1 oC dengan suhu lingkungan 20 – 30
o
C. Kemudian resistansi diukur menggunakan tegangan DC sekitar 500 V (dengan lampu masih di
dalam kabinet). Setelah 1 menit tegangan diaplikasikan, maka resistansi dari bagian-bagian
lampu tidak boleh melebihi 4 MΩ.
Untuk uji kuat listrik, (segera setelah uji resistansi isolasi) bagian yangsama dari lampu yang diuji
diaplikasikan tegangan AC 4.000 V AC (dengan bagian ujung dan selubung dari kaki lampu
dihubung-singkatkan). Setelah 1 menit tegangan diaplikasikan, maka tidak boleh terjadi
kebocoran arus pada selubung komponen lampu (yang dilapisi aluminium foil).

5. Kuat mekanik (torsi)


Lampu dipasangkan pada gauge lampholder tipe B22d yang dihubungkan dengan beban yang
memiliki torsi 3 Nm. Lampu terus diputar sekrup pada gauge tersebut hingga beban terangkat.
Ketika beban terangkat, maka antara bohlam dengan kaki lampu tidak boleh menghasilkan
pergeseran melebihi 10o.

6. Kenaikan suhu kaki lampu


Kenaikan suhu kaki lampu untuk tipe E27 tidak boleh melebihi 120 K (untuk tipe E27).
Pengukuran dilakukan menggunakan termokopel ketika lampu dioperasikan secara normal.

7. Ketahanan terhadap panas


Uji ketahanan terhadap panas dilakukan terhadap bagian lampu yang dapat diakses (selubung
komponen elektronik lampu) menggunakan metode ball-pressure test, dengan prosedur sebagai
berikut:
1. Pengujian dilakukan pada potongan (spesimen) dengan tebal 2,5 mm (jika ketebalan dari
spesimen tunggal kurang dari 2,5 mm, maka spesimen dapat ditumpuk hingga ketebalan
yang dimaksud tercapai.
2. Pengujian dilakukan dalam kabinet (oven) dengan suhu lingkungan 25 ± 5 oC dan suhu
bagian dalam oven 125 oC (untuk lampu tipe E27).
3. Spesimen uji dimasukkan ke dalam kabinet yang telah bersuhu 125 oC tersebut selama 10
menit awal (belum diberikan beban ball-pressure).

2
4. Beban diapilkasikan pada spesimen dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Beban diaplikasikan pada bagian horisontal spesimen.
b. Beban berupa bola baja dengan diameter pemukaan bola yang menekan spesimen
sebesar 5 mm dan gaya 20 N.
5. Setelah beban diaplikasikan selama 1 jam, spesimen kemudian didinginkan dalam air dingin
selama 10 detik.
6. Setelah itu diamati bahwa lekukan yang terjadi pada spesimen akibat tekanan bola tidak
boleh memiliki diameter lebih dari 2 mm.
7. Jika lekukan yang terjadi berbentuk elips, maka ketentuan no. 6 dapat dikoreksi dengan
perhitungan ∅=2 √ p (5− p ), dengan p adalah kedalaman lekukan.

8. Ketahanan api dan percikan api


Uji ketahanan api dan percikan api dilakukan pada bagian lampu yang dapat diakses (selubung
komponen elektronik lampu). Pengujian dilakukan menggunakan glow-wire test menurut IEC
Pub. 605-2-1. Lampu yang diuji adalah lampu utuh (seperti dioperasikan dalam kondisi normal),
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Bagian lampu yang diuji dikenakan glow-wire bersuhu 650 oC dan kemudian dijauhkan dari
kawat tersebut.
2. Setelah dijauhkan, maka nyala api pada bagian lampu yang terbakar harus padam dalam
waktu kurang dari 30 detik.
3. Jika api masih menyala pada bagian lampu tersebut, maka lelehan dari bahan lampu
tersebut tidak boleh membakar tisu uji dengan tebal 200 ± 5 mm, yang terbentang
horisontal di bawahnya.

9. Kondisi gangguan
Sampel lampu yang akan diuji kondisi gangguan, dipersiapkan oleh pabrikan dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Komponen starter dari rangkaian elektronik lampu dihubung-singkat.
2. Salah satu kapasitor dari dari rangkaian elektronik lampu dihubung-singkat.
3. Lampu tidak dapat menyala karena salah satu katoda rusak.
4. Lampu tidak dapat menyala walaupun sirkuit katoda utuh (komponen lain rusak).
5. Lampu dapat menyala dengan salah satu katoda rusak.
6. Pembukaan atau penghubung-singkatan pada titik-titik lainnya dari rangkaian elektronik
lampu, yang diindikasikan dapat mengganggu faktor keselamatan.
Keenam lampu yang telah dikondisikan tersebut kemudian dioperasikan secara normal selama 8
jam. Selama pengoperasian ini, tidak boleh menimbulkan percikan api atau gas-gas yang dapat
terbakar. Keberadaan gas-gas yang dimaksud dapat dideteksi menggunakan generator spark
frekuensi-tinggi.

Disusun oleh:
Revantino, M.T.

Anda mungkin juga menyukai