Anda di halaman 1dari 3

Pendapatan Nasional

Salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu
negara adalah pendapatan nasional. Tujuan dari perhitungan pendapatan nasional ini
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat ekonomi yang telah dicapai dan
nilai output yang diproduksi, komposisi pembelanjaan agregat, sumbangan dari berbagai
sektor perekonomian, serta tingkat kemakmuran yang dicapai (Sukirno, 2008, p55).
Selain itu, data pendapatan nasional yang telah dicapai dapat digunakan untuk membuat
prediksi tentang perekonomian negara tersebut pada masa yang akan datang. Prediksi ini
dapat digunakan oleh pelaku bisnis untuk merencanakan kegiatan ekonominya di masa
depan, juga untuk merumuskan perencanaan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan
negara di masa mendatang (Sukirno, 2008, p57).

Pendapatan nasional dapat diartikan sebagai nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam
suatu negara (Sukirno, 2008, p36). Pengertian berbeda dituliskan dengan huruf besar P
dan N, dimana Pendapatan Nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh faktor
produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa dalam suatu tahun
tertentu (Sukirno, 2008, p36). Terdapat beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan
pendapatan nasional, yaitu pendapatan nasional bruto dan pendapatan domestic bruto.

Gross National Product (GNP) atau disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto
(PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang
diwujudkan oleh faktor produksi yang digunakan di luar negri, namun tidak menghitung
produksi yang dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di
dalam negara tersebut (Sukirno, 2008, p35).

Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang diproduksi dalam
sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, p6), meliputi faktor produksi milik
warga negaranya sendiri maupun milik warga negara asing yang melakukan produksi di
dalam negara tersebut.

Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu
cara pengeluaran, cara produk neto, dan cara pendapatan. Berikut akan dijabarkan tentang
masing-masing metode.

1. Cara Pengeluaran
Teknik perhitungan ini banyak digunakan di negara-negara maju, seperti Belanda,
Inggris, Jerman dan Amerika Serikat, dimana pendapatan nasional yang dihasilkan
metode ini dapat memberi gambaran tentang sampai dimana buruknya masalah ekonomi
yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat
kemakmuran yang sedang dinikmati, serta memberikan informasi dan data yang
dibutuhkan dalam analisis makroekonomi (Sukirno, 2008, p37). Perhitungan pendapatan
nasional dengan cara pengeluaran memiliki empat komponen penting, yaitu konsumsi
rumah tangga, pengeluaran pemerintah, pembentukan modal sektor swasta (investasi) dan
ekspor neto (Sukirno, 2008, p37).
* Konsumsi rumah tangga adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah tangga,
termasuk barang tahan lama, barang tidak tahan lama, jasa dan biaya pendidikan
(Mankiw, 2006, p12), namun tidak termasuk investasi, seperti pembayaran asuransi atau
uang saku untuk anak (Sukirno, 2008, p38).
* Belanja pemerintah mencakup pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah, yang
dibedakan menjadi konsumsi dan investasi (Sukirno, 2008, p38). Yang termasuk dalam
konsumsi adalah pembayaran gaji dan tunjangan pegawai negri dan pembelian inventaris,
sedangkan yang termasuk investasi adalah pembangunan jalan raya, sekolah, dan lain
sebagainya. pembayaran jaminan social untuk fakir miskin, bantuan untuk korban
bencana alam dan subsidi lainnya tidak termasuk dalam belanja pemerintah, melainkan
termasuk dalam pembayaran transfer, karena tidak ada barang/jasa yang diproduksi
(Mankiw, 2006, p13).
* Investasi merupakan pembelian barang yang nantinya digunakan untuk memproduksi
barang/jasa lainnya (Mankiw, 2006, p12). Investasi dapat digolongkan menjadi
pengeluaran atas barang modal dan peralatan produksi, perubahan dalam nilai inventori
pada akhir tahun, dan pengeluaran untuk mendirikan bangunan (Sukirno, 2008, p39).
* Ekspor neto sama dengan pembelian produk dalam negri oleh orang asing (ekspor)
dikurangi dengan pembelian produk luar negri oleh warga negara tersebut (impor) dalam
periode yang sama (Mankiw, 2006, p13).

2. Cara Produk Neto


Produk neto dapat diartikan sebagai nilai tambah yang diciptakan dalam suatu proses
produksi (Sukirno, 2008, p42). Sehingga perhitungan pendapatan nasional dengan cara
neto diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan di
berbagai lapangan usaha dalam perekonomian negara tersebut. Cara ini dapat
memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh sektor-sektor tersebut terhadap
perekonomian negara.

3. Cara Pendapatan
Pendapatan nasional dengan cara pendapatan diperoleh dari penjumlahan pendapatan-
pendapatan yang terjadi, akibat penggunaan faktor produksi untuk mewujudkan barang
dan jasa (Sukirno, 2008, p44). Pendapatan tersebut digolongkan menjadi pendapatan para
pekerja (gaji/upah), pendapatan dari usaha perseorangan, pendapatan dari sewa, bunga
neto dan keuntungan perusahaan.

Dalam melakukan perhitungan pendapatan nasional, terdapat berbagai kendala, terutama


di Indonesia. Masalah tersebut antara lain adalah
* Ketersediaan data dan informasi, karena tidak semua kegiatan ekonomi terdokumentasi
dengan baik
* Pemilihan kegiatan produksi yang termasuk dalam perhitungan. Sebagai contoh adalah
kegiatan produksi dalam rumah tangga seperti mencuci dan memasak, menanam palawijo
untuk konsumsi pribadi, kegiatan yang menyalahi hukum seperti transaksi jual beli obat
terlarang dan prostitusi, serta tunjangan yang tidak berupa uang, tidak termasuk dalam
perhitungan pendapatan nasional.
* Penghitungan dua kali kerapkali terjadi ketika bahan yang sama dikonsumsi oleh orang
yang berbeda. Misalnya gula dan tepung yang dibeli oleh ibu rumah tangga dapat
dianggap sebagai barang jadi, namun jika bahan tersebut dibeli oleh bakery shop, maka
dianggap sebagai barang setengah jadi. Apabila nilai produksi tepung dan gula
dimasukkan dalam perhitungan produksi roti/kue, maka akan terjadi perhitungan dua kali.
* Penentuan harga barang yang berlaku, karena tidak semua tempat menggunakan harga
yang sama, bergantung pada lokasi, musim, harga dollar, dan lain sebagainya.
* Investasi bruto dan investasi neto, dimana terdapat perbedaan akibat depresiasi,
terutama untuk menghitung investasi yang dilakukan oleh negara.
* Informasi kenaikan harga barang membutuhkan informasi indeks harga. Penentuan
indeks harga itu sendiri memiliki beberapa masalah, seperti penentuan barang yang akan
digunakan dalam perhitungan.

Anda mungkin juga menyukai