Anda di halaman 1dari 13

Daftar Isi

Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

PROSEDUR NUMERIK UNTUK PERHITUNGAN REAKTIVITAS AYUN


REAKTOR CEPAT DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN (U–Pu–MA–Zr)
MENGGUNAKAN METODE DIFUSI MULTI-GRUP 1-DIMENSI

Marsodi*

ABSTRAK

PROSEDUR NUMERIK UNTUK PERHITUNGAN REAKTIVITAS AYUN REAKTOR


CEPAT DENGAN BAHAN BAKAR CAMPURAN (U–Pu–MA–Zr) MENGGUNAKAN METODE
DIFUSI MULTI-GRUP 1-DIMENSI. Prosedur numerik untuk perhitungan reaktivitas ayun reactor
cepat dengan bahan bakar campuran (U-Pu-MA-Zr) ini menggunakan metoda difusi multi-grup 1-
dimensi, karena metoda difusi ini telah digunakan untuk kebanyakan disain reaktor cepat dan relatif
cukup sederhana di mana lintasan bebas rata-rata sebuah neutron cepat biasanya relatif panjang
dibandingkan dengan dimensi disain fuel-pin dan channel pendinginnya. Perhitungan untuk prosedur

∫ D∇ φdV = ∫ D∇φdA . Penyelesaian


2
numerik ini dilakukan menggunakan teorema divergensi .
prosedur nemerik ini menggunakan metode penyelesaian persamaan diferensial yaitu metode Runge-
Kutta. Prosedur ini menggunakan multi-grup data penampang lintang untuk bahan (material) reaktor
cepat yang diperoleh dari penampang lintang data nuklir efektif 26-grup dari Brookheaven National
Laboratory (BNL). Perhitungan untuk spatial space-dependent dilakukan dalam arah radial dengan
analisis 1-dimensi. Pengaruh dari beberapa parameter (seperti halnya komposisi bahan bakar, bahan
pendingin, and unrecovered rear earth, RE) dalam teras reaktor telah diuji dengan perubahan kerapatan
bahan terkait sesuai dengan kondisi yang diinginkan.

Kata-kata kunci: Prosedur numerik, Reaktivitas ayun, Reaktor cepat, Metoda difusi, Multi-grup
penampang lintang data nuklir.

ABSTRACT

NUMERICAL PROCEDURE FOR CALCULATING THE REACTIVITY SWING OF


FAST REACTOR WITH (U-PU-MA-ZR) FUEL USING MULTY-GROUP OF 1-DIMENTION.
This diffusion method have been used for most of fast reactor design and relatively simple where the
mean free path of the fast neutron usually long enough compared with design of fuel pin and it’s cooling
channel. The calculation for this numerical procedure performed using divergence theorema of

∫ D∇ φdV = ∫ D∇φdA . Solution of this numerical proceedur performed using the solution of
2

differensial equation from Runge-Kutta Method. This procedure using multy-group effective cross
section nuclear data 26-groups from Brookheaven National Laboratory (BNL). Spatial space-dependent
calculation heve been performed in radial direction of 1-dimention analisys. Effects of the parameters (as
fuel composition, coolant material, and unrecovered rear earth, RE) in the core reactor have been
examined with the change of material density as the condition we want.

*
PPIN-BATAN, Puspiptek–Serpong, INDONESIA 15310, e-mail: marsodi@batan.go.id

253
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Key words: Numerical Proceedure, Reactivity swing, Fast reactor, Diffusion method, Multy-group cross
section nuclear data.

PENDAHULUAN

Metoda perhitungan yang digunakan adalah metoda difusi multi-grup 1-


Dimensi, karena metoda difusi ini telah dipergunakan untuk kebanyakan disain dan
perhitungan reaktor cepat dan relatif cukup sederhana di mana lintasan bebas rata-rata
sebuah neutron cepat biasanya relatif panjang dibandingkan dengan dimensi disain
fuel-pin dan channel pendinginnya [Waltar A.E., et.al., 1981]. Ukuran teras reaktor
cepat yang dipergunakan dalam perhitungan ini relatif besar dibandingkan dengan
lintasan bebas rata-rata neutron cepat. Spektrum energi neutron pada sistem ini cukup
lebar di mana sebagian besar reaksi pembelahan dan reaksi tangkapan terjadi dalam
reaktor ini. Prosedur numeric untuk perhitungan reactor cepat ini menggunakan
metoda perhitungan multi-grup (26-grup) data penampang lintang untuk bahan
(material) reaktor cepat yang diperoleh dari data penampang lintang efektif 26-grup
[Lamarsh J.R., 1977], dan BNL [Benedict M., et.al., 1982]. Perhitungan untuk spatial
space-dependent dilakukan dalam arah radial dengan prosedur numerik 1-dimensi.
Penampang lintang data nuklir yang digunakan adalah penampang lintang data
nuklir efektif 26-grup, σg, untuk U, Pu, dan MA/Pu. Dalam perhitungan ini, metoda
yang digunakan sepenuhnya diadopsi dari Waltar [Waltar A.E., et.al., 1981] dengan
uraian sebagai berikut: Energi grup g dalam batasan jumlah neutron per satuan volume
per detik termasuk kemungkinan kebocoran (leakage) adalah (− D g ∇ 2φ g ) ,
kemungkinan penyerapan (absorption) adalah (Σ ag ) di mana penyerapan ini termasuk
kemungkinan tangkapan (capture) dan pembelahan (fission) yaitu (Σ ag = Σ cg + Σ fg ) ,
kemungkinan neutron yang dikeluarkan (removal) oleh hamburan elastik (elastic
scattering) yaitu (Σ erg Σ g ) dan hamburan inelastik (inelastic scattering) yaitu
(Σ irg Σ g ) . Persamaan multi-grup diungkapkan dalam bentuk sebagai berikut:
(− D ∇ φ ) + (Σ
g
2
g ag + Σ cg + Σ fg ) =
G G G
1
χ g ∑ (υφ g ) g ' φ g ' + ∑ Σ eg '→ g φ g ' + ∑ Σ ig '→ g φ g ' (1)
k eff g '=1 g '=1 g '=1

dimana, keff merupakan faktor multiplikasi terhadap keseimbangan produksi dan


kehilangan neutron, χ g merupakan fraksi neutron yang dihasilkan dalam reaksi
G
pembelahan yang muncul dalam grup g, ∑ (υφ
g '=1
g ) g ' φ g ' merupakan laju produksi

254
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

neutron dari hasil pembelahan (neutron per sentimeter kubik per detik), dan
G G

∑ Σ eg '→ g φ g ' dan


g '=1
∑Σ
g '=1
ig '→ g φ g ' batasan dari sumber hamburan elastik dan inelastik

di mana Σ eg '→ g dan Σ ig '→ g merepresentasikan hamburan neutron dari grup g’ ke


G
1
grup g, χ g ∑ (υφ g ) g ' φ g ' adalah laju produksi neutron grup ke g dari hasil
k eff g '=1

pembelahan. Perhitungan dilakukan dalam arah radial dalam geometri silinder dengan
solusi persamaan difusi multi-grup satu dimensi. Reaktor dibagi dalam interval mesh-
N, dan integrasi seluruh volume mesh pada titik k diungkapkan dalam persamaan 2-2
berikut ini;

k k k
∫ D gk ∇ k φ gk dV + ∫ D gk B zg2 φ gk dV + ∫ Σ rg φ gk dV =
G g −1
1
χ g ∑ (υΣ f ) φ dV + ∫ ∑ (Σ
k k
∫ ) kg 'φ gk' dV
k k k
g' g' g '→ g (2)
k eff g '=1 g '=1

di mana, Σ rg adalah batasan removal, dan Σ g '→ g adalah jumlah kedua hamburan
elastik dan inelastik dari grup g’ ke grup g, Bzg adalah buckling dalam arah z.
Penyelesaiannya menggunakan teorema divergensi seperti duraikan dalam persamaan
(3) berikut ini;

∫ D∇ φdV = ∫ D∇φdA
2
(3)

Sistem persamaan multi-grup ini diselesaikan secara iteratif dalam bentuk matriks
dengan solusi 1-dimensi. Pengaruh dari burn-up bahan bakar pada reaktivitas reaktor
pada Looses reactivity reaktor dianggap sebagai fuel depletes. Karena itu, harus
ditentukan fraksi Pu awal pada awal daur berhubungan dengan faktor kritikalitas awal
seperti halnya akan terjadi pada akhir daur. Pada saat terjadi kritikalitas, ekses
reaktivitas yang terjadi pada awal daur diperoleh dan dikendalikan dengan
mengintroduksi boron, sebagai B4C, dalam rangka mendapatkan kondisi di mana
reaktor dapat dioperasikan. Pada sisi lain, kehilangan sodium (sodium loss) dapat
memberikan pengaruh yang sama seperti pada reaktor cepat lainnya dengan pendingin
cairan metal. Dalam hal ini, spektrum neutron menjadi lebih keras akibat dari
kehilangan sodium (sodium loss) di mana moderasi oleh pendingin sodium tidak
terjadi sehingga reaktivitas naik. Dalam hal ini paling sedikit ada empat faktor yang
berpengaruh terhadap keberadaan sodium seperti halnya pengerasan spektrum
neutron, meningkatnya kebocoran, elimiasi tangkapan sodium, dan perubahan pada
self shielding, tetapi perubahan pada self shielding ini tidak termasuk dalam
pembahasan.
255
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Dalam penelitian ini, perhitungan reaktor dilakukan dengan menggunakan


persamaan diferensial M-simultan dan persamaan difusi 26-grup. Dalam hal ini,
pengelompokan energi neutron mengikuti referensi dan metoda ini digunakan untuk
perhitungan isotop-isotop yang tersisa selama reaksi, di mana φ g ' merupakan rata-rata
terhadap mesh arah jari-jari dengan unit lethargy.

1 ∆u g Rs
φg (r ) =
πRs2 ∑ ∆u g ∫
O
2πφg (r )dr (0 ≤ r < Rs) (4)
g

1 ∆u g Ro
φg (r ) =
π ( Ro − Rs2 )
2
∑ ∆u g ∫
Rs
2πφg (r )dr (Rs < r ≤ Ro) (5)
g

Dalam penelitian ini, kapasitas daya reaktor cepat diasumsikan sebesar 3 GWt-
LMFBR dengan standar bahan bakar metalik yaitu U, Pu, dan Zr yang dicampur
secara homogen dengan isotop-isotop MA. Dengan alasan yang sama seperti halnya
pada LMFBR standar, bahan pendingin sodium (Na) dipilih karena bahan Na ini
mempunyai sifat-sifat termal (thermal properties) dan kompatibilitas yang baik (good
compatibilities) dengan bahan cladding standar dan juga pada struktur bahan standar
pada LMFBR dengan rasio volume yang sama [Wakabayashi T., et.al., 1993].
Pemuatan MA/Pu dalam bahan bakar disesuaikan dengan kriteria sebagai salah satu
parameter yang akan diketahui.
Perhitungan untuk prosedur numerik ini dilakukan menggunakan teorema
divergensi seperti pada persamaan (3) di atas. Penyelesaian prosedur nemerik ini telah
dilakukan menggunakan metode penyelesaian persamaan diferensial yaitu metode
Runge-Kutta sebagai pendekatan penyelesaian. Ambil sebagai pemisalan adalah
persamaan diferensial sebagai berikut:

y' = f(x,y) (6)

dengan y(x0) = K (initial or starting value of y)


Kita ingin mendekati penyelesaian untuk persamaan ini melalui sebuah interval
tertentu. Kemudian kita bagi interval ini kedalam ukuran interval yang lebih kecil h.
Pendekatan numeric untuk persamaan diferesial bias diperoleh menggunakan metode
Rung-Kutta order ke-4 seperti berikut ini:

Ambil y0 = K
yi+1 = yi + (1/6) [k1 + 2k2 + 2k3 + k4] (7)
untuk i=0,1,...,n-1

256
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

di mana
y0 = K (starting value)
k1 = hf(xi ,yi ) ,
k2 = hf(xi +h/2,yi +k1/2) ,
k3 = hf(xi +h/2,yi +k2/2) ,
k4 = hf(xi +h,yi +k3)
Eksplorasi pendekatan ini dilakukan dengan merubah ukuran stepingnya yaitu h dan
seterusnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Fraksi Pemuatan MA Terhadap Reaktivitas Ayun

Reaktivitas ayun untuk berbagai fraksi MA/Pu yang berbeda telah diuji dalam
rangka untuk memperoleh kapasitas pemuatan maksimum yang aman dan reaktivitas
ayunnya dapat dijaga selama umur bahan bakar. Pengujian ini telah dilakukan dengan
berbagai fraksi MA dengan F/C = 0.35/0.43 dan [Pu] = 0.24. Hasil perhitungan
menggunakan prosedur nemerik dengan pemuatan MA yang berbeda diperlihatkan
pada Gambar 1. Di sini dapat dilihat bahwa perbedaan fraksi MA menyebabkan
reaktivitas ayun berubah, dan dalam kondisi dimana fraksi MA sama dengan nol
berarti bahwa reaktor ini sama dengan reaktor biasa dengan bahan bakar metalik.
Kriteria untuk menentukan pemuatan maksimum MA/Pu yang dapat dikandung dalam
bahan bakar reaktor adalah dengan mengacu pada operasi normal sebuah reaktor, yaitu
dengan pemuatan MA/Pu tertentu, reaktor masih tetap dapat dioperasikan secara
normal. Pada gambar ini, dapat dilihat bahwa dengan pemuatan MA/Pu di atas 10%,
maka reaktivitas ayunnya lebih rendah dari 2.1% dk/k. Apabila digunakan standar
sistem kontrol reaktor konvensional, maka reaktivitas ayun ini terlalu kecil dan secara
nyata sulit untuk digunakan selama operasi, khususnya yang berhubungan dengan
penurunan efektivitas mekanisme kontrol terhadap umur bahan bakar. Pada saat
pemuatan MA direduksi hingga 5%, reaktivitas ayun naik menjadi lebih besar dari
pada 3.4% dk/k. Nilai reaktivitas ayun ini pada umumnya dapat dinyatakan diterima
untuk sistem operasi reaktor konvensional. Sebagai kesimpulan, dapat disarankan
untuk memberikan pemuatan [MA-1] maksimum sebesar 5% pada bahan bakar
reaktor.

257
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Gambar 1. Pengaruh berbagai pemuatan MA terhadap reaktivitas ayun reaktor pada


kondisi awal dan akhir daur menggunakan komposisi bahan bakar MA-1
dimana [Pu] = 24% dan F/C/S = 0.325/0.455/0.220

Dalam studi ini, perhitungan reaktivitas ayun untuk komposisi yang berbeda
yaitu MA-2 dengan F/C = 0.35/0.43 dan [Pu] = 0.24 juga telah dilakukan. Hasil
perhitungan menggunakan prosedur nemerik dengan pemuatan MA yang berbeda
diperlihatkan pada Gambar 2. Di sini terlihat bahwa kehilangan reaktivitas (reactivity
loss) untuk komposisi MA-1 lebih tinggi dari pada kehilangan reaktivitas untuk
komposisi MA-2 dari discharged sisa bahan bakar LWR dengan waktu pendinginan 5
tahun. Hal ini berarti bahwa kapasitas maksimum pemuatan MA dapat diperoleh
dengan menggunakan komposisi MA-1 dari discharged sisa bahan bakar LWR dengan
waktu pendinginan 150 hari. Perhitungan ini telah mengambil asumsi bahwa
komposisi MA yang diambil kembali lebih besar dari 99.9% dari komposisi lainnya
seperti komponen RE. Pengaruh RE yang tidak diambil kembali dari MA pada
reaktivitas ayun reaktor akan dibahas pada paragraf berikut ini.

258
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Gambar 2. Pengaruh berbagai pemuatan MA terhadap reaktivitas ayun reaktor pada


kondisi awal dan akhir daur menggunakan komposisi bahan bakar MA-2
dimana [Pu] = 24% dan F/C/S = 0.325/0.455/0.220

Prosedur numeric ini juga dilakukan untuk mengetahui perubahan reaktivitas


ayun reactor cepat tersebut di atras dengan asumsi penggunaan bahan baker tercampur
Tanah Jarang (unrecovered rear earth, RE) dan penggunaan bahan bakar dan
pendingin reactor yang berbeda -beda seperti yang diuraikan pada paragraph berikut.

Pengaruh RE yang Tidak Dapat Diambil Kembali (unrecovered RE) dari MA


Terhadap Reaktivitas ayun

Pengarun RE yang tidak dapat diambil kembali (unrecovered RE) dari MA pada
reaktivitas ayun teras reaktor juga telah dievaluasi dalam penelitian ini. Komponen-
komponen yang terkandung dalam RE diantaranya adalah 241Pr, 143Nd, 144Nd, 145Nd,
147
Pm, 147 Sm, 148 Sm, 151 Sm, dan 154 Eu. Komposisi RE yang terdapat dalam bahan bakar
reaktor diasumsikan sebanyak [MA]/2 dari sisa bahan bakar LWR yang dibuang
(discharged) dengan waktu pendinginan 150 hari, sehingga fraksi RE dalam bahan
bakar dapat diasumsikan dengan setengah dari fraksi MA.

259
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Gambar 3. Pengaruh berbagai pemuatan MA yang mengandung RE yang tidak dapat


diambil kembali sebesar [MA]/2 terhadap reaktivitas ayun reaktor pada
kondisi awal dan akhir daur menggunakan komposisi bahan bakar MA-1
dimana [Pu] = 24% dan F/C/S = 0.325/0.455/0.220

Dalam hal ini, keberadaan unsur RE dalam bahan bakar menggantikan Uranium,
dimana fraksi Pu dalam bahan bakarnya dianggap tetap yaitu sebesar [Pu] = 0.24.
Perhitungan dilakukan dalam kondisi yang sama seperti perhitungan sebelumnya.
Hubungan antara reaktivitas ayun dengan umur bahan bakar untuk penggunaan
berbagai variasi RE yang tidak dapat diambil kembali dari MA diperlihatkan pada
Gambar 3. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa keberadaan RE dalam bahan bakar
dapat mempengaruhi kenaikan burn-up reactivity loss. Evaluasi serupa juga dilakukan
untuk MA-2 yang hasilnya diperlihatkan pada Gambar 4. Hal ini berati bahwa
keberadaan RE dalam bahan bakar dapat memberikan kontribusi terhadap operasi
keselamatan reaktor.

260
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

Gambar 4. Pengaruh berbagai pemuatan MA yang mengandung RE yang tidak dapat


diambil kembali sebesar [MA]/2 terhadap reaktivitas ayun reaktor pada
kondisi awal dan akhir daur menggunakan komposisi bahan bakar MA-2
dimana [Pu] = 24% dan F/C/S = 0.325/0.455/0.220

Pengaruh Gelembung Sodium (sodium void) Terhadap Reaktivitas Ayun

Pengaruh gelembung sodium terhadap reaktivitas ayun ternyata cukup besar


[Kessler S.F., et. al., 1993] dan ini dilakukan untuk memperoleh kemungkinan
menggunakan bahan pendingin gas (He) di satu sisi, dan pada sisi lain, efek
gelembung sodium terhadap reaktivitas ayun adalah negatif. Penggunaan bahan
pendingin sodium perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya gelembung sodium yang
mempengaruhi karakteristik keselamatannya. Dalam pengujian ini, reaktivitas reaktor
terhadap umur bahan bakar menggunakan material pendingin gas He juga dilakukan
untuk mendapatkan spektrum neutron yang lebih tinggi dan memaksimalkan
kemampuan reaktor dalam mentransmutai MA/Pu. Hasil pengujian pengaruh bahan
pendingin terhadap aspek keselamatan reaktor diperlihatkan pada Tabel 1. Di sini
dapat dilihat bahwa reaktivitas ayun reaktor menggunakan material pendingin gas He
memberikan efek negatif yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan efek
reaktivitas ayun negatif pada reaktor yang menggunakan bahan pendingin sodium.
Sebagai hasil, dapatlah disimpulkan bahwa reaktor cepat berpendingin sodium
mempunyai karakteristik keselamatan yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan pendingin gas He. Di sisi lain, penggunaan bahan pendingin gas He

261
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

dapat menghasilkan spektrum neutron yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
laju B/T, Hal ini disebabkan karena faktor moderasi gas He jauh lebih kecil
dibandingkan dengan faktor moderasi pada bahan pendingin sodium.

Tabel 1. Kinerja reaktor cepat menggunakan bahan bakar metalik dan oksida dengan
pendingin sodium dan gas He untuk pola pemuatan homogen dengan
[MA] = 10.0% dan [Pu] = 24.0%

Bahan bakar & pendingin Sodium Bahan bakar metalik &


Item (Na) pendingin gas He
Oksida Metalik
Reaktivitas ayun - 1.6 2.4 2.42
dk/kk’ (%)
Sodium loss (%) 16.2 17.3 -

Pengaruh gelembung sodium terhadap reaktivitas ayun juga telah dilakukan


dengan menurunkan fraksi volume gelembung sodium tanpa merubah fraksi volume
bahan bakarnya, melainkan dengan mengurangi fraksi volume bahan pendinginnya
(sodium) yang selanjutnya disebut dengan kehilangan sodium (sodium loss). Evaluasi
ini dilakukan dengan menggunakan komposisi yang sama dengan perhitungan
sebelumnya. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa keberadaan gelembung sodium
dalam reaktor menyebabkan kenaikan pada reaktivitas ayun. Hal ini juga berpengaruh
terhadap kenaikan tingkat energi neutron, karena penurunan tingkat moderasi oleh
bahan pendingin adalah akibat dari pengurangan fraksi volume sodium, sehingga
spektrum neutron akan bertambah keras. Pengaruh gelembung sodium terhadap
reaktivitas reaktor telah dievaluasi dengan berbagai fraksi gelembung sodium yang
berbeda hingga kehilangan sodiumnya mencapai 10%, dan hasilnya positif dengan
kenaikan reaktivitas reaktor sekitar 0.5% dk/k/VNa.
Setelah mengetahui kinerja reaktor cepat dengan beberapa parameter yang
cukup berpengaruh, maka perlu kiranya untuk melanjutkan mencari lebih banyak lagi
parameter lain misalnya efek Doppler. Dalam penelitian ini, efek Doppler tidak
dievaluasi karena secara dominan efek Doppler terjadi pada tangkapan (capture)
neutron berenergi rendah [Waltar A.E., et. al., 1981]. Sedangkan, reaktor cepat B/T
beroperasi pada daerah energi cepat dan bahkan lebih tinggi.

262
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

KESIMPULAN

Prosedur numerik untuk perhitungan reaktivitas ayun reactor cepat dengan


berbagai parameter yang berbeda-beda telah dilakukan dengan menggunakan metode
perhitungan Runge-Kutta untuk multi-grup 1-dimensi secara ringkas diuraikan dalam
bentuk kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur numeric untuk perhitungan reaktivitas ayun ini digunakan untuk
menentukan kriteria pemuatan maksimum MA/Pu yang dapat dikandung dalam
bahan bakar reaktor dimana reaktor masih tetap dapat dioperasikan secara normal
yaitu denga pemuatan MA/Pu sekutar 10%, dengan reaktivitas ayun-nya lebih
rendah dari 2.1% dk/k. Pada saat pemuatan MA direduksi hingga 5%, reaktivitas
ayun naik menjadi lebih besar dari pada 3.4% dk/k. Nilai reaktivitas ayun ini pada
umumnya dapat dinyatakan diterima untuk sistem operasi reaktor konvensional.
2. Metoda solusi untuk prosedur numeric ini juga dipergunakan untuk menghitung
reaktivitas ayun reactor cepat dengan memperhatikan keberadaan RE dalam bahan
bakar dan sodium loss dimana keberadaan RE mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan pada reaktivitas ayun sebuah reactor cepat dan hasilnya positif dengan
kenaikan reaktivitas ayaun sekitar 0.5% dk/k/VNa.

DAFTAR PUSTAKA

1. WALTAR A.E., REYNOLDS A.B., Fast Breeder Reactors, Pergamon Press,


(1981)37-397.
2. LAMARSH, J.R., Introduction to Nuclear Reactor Engineering, Addison-Wesley,
(1997)319-566.
3. BENEDICT, M., PIGFORD, T.H., LEVI, H., Nuclear Chemical Engineering,
Mc Graw-Hill, 2-nd ed., 1982.
4. BONDARENKO I.I., “Group Constants for Nuclear Reaktor Calculation”,
Colsultant Bureau, New York, 1964.

5. MC. LANE V., DUNFORD C.L., ROSE P.F., “Neutron Cross Section”,
Vol.2.,Neutron Cross Section Curve, Academik Press, 1988.

6. KESSLER S.F., Reduction of the Sodium Void Coefficient of Reactivity by Using


a Technitium-99 Layer, Proceedings of Intl. Conference and Tech. Exhibition on
Future Nuclear System; Emerging Fuel Cycles and Wastes Disposal Options,
GLOBAL ’93, Seattle, USA, (1993)172-181.

263
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

DISKUSI

DARWIS

Ada pernyataan di abstrak “lintasan neutron relative lebih panjang dibanding


dimensi fuel pin dan channel” bertolak belakang dengan transparansi”. Yang
saya tahu lintasan neutron lebih besar , oleh sebab itu dipasang reflector
sehingga kembali ke tengah yang mengakibatkan fluks menjadi tinggi. Mohon
Tanggapan !

MARSODI

Pada reactor cepat dengan ukuran teras besar (diameter 4 m) sehingga ini jauh
lebih besar dari panjang rata-rata lintasan besar neutron. Pada abstrak
disebutkan dengan lebih panjang dari fuel pin dan channelnya.

264
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Marsodi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 3 Juli 1961
3. Instansi : PPIN-BATAN
4. Pekerjaan / Jabatan : Peneliti Bidang Komputasi –PPIN - BATAN
5. Riwayat Pendidikan :
• S1 Fisika Universitas Indonesia (1987)
• S2 Elektro – Tokyo Univ. of Apriz dan Tech (1992)
• S3 Fisika ITB (2004)
6. Pengalaman Kerja :
• Peneliti BATAN
7. Organisasi Professional :
• HFI
• HIMNI
8. Makalah yang pernah disajikan :
• Progres In Nuclear Energy – Japan 1993
• Annual of Nuclear Energy – England 2002

Daftar Isi 265

Anda mungkin juga menyukai