B3 Marsodi
B3 Marsodi
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
Marsodi*
ABSTRAK
Kata-kata kunci: Prosedur numerik, Reaktivitas ayun, Reaktor cepat, Metoda difusi, Multi-grup
penampang lintang data nuklir.
ABSTRACT
∫ D∇ φdV = ∫ D∇φdA . Solution of this numerical proceedur performed using the solution of
2
differensial equation from Runge-Kutta Method. This procedure using multy-group effective cross
section nuclear data 26-groups from Brookheaven National Laboratory (BNL). Spatial space-dependent
calculation heve been performed in radial direction of 1-dimention analisys. Effects of the parameters (as
fuel composition, coolant material, and unrecovered rear earth, RE) in the core reactor have been
examined with the change of material density as the condition we want.
*
PPIN-BATAN, Puspiptek–Serpong, INDONESIA 15310, e-mail: marsodi@batan.go.id
253
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
Key words: Numerical Proceedure, Reactivity swing, Fast reactor, Diffusion method, Multy-group cross
section nuclear data.
PENDAHULUAN
254
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
neutron dari hasil pembelahan (neutron per sentimeter kubik per detik), dan
G G
pembelahan. Perhitungan dilakukan dalam arah radial dalam geometri silinder dengan
solusi persamaan difusi multi-grup satu dimensi. Reaktor dibagi dalam interval mesh-
N, dan integrasi seluruh volume mesh pada titik k diungkapkan dalam persamaan 2-2
berikut ini;
k k k
∫ D gk ∇ k φ gk dV + ∫ D gk B zg2 φ gk dV + ∫ Σ rg φ gk dV =
G g −1
1
χ g ∑ (υΣ f ) φ dV + ∫ ∑ (Σ
k k
∫ ) kg 'φ gk' dV
k k k
g' g' g '→ g (2)
k eff g '=1 g '=1
di mana, Σ rg adalah batasan removal, dan Σ g '→ g adalah jumlah kedua hamburan
elastik dan inelastik dari grup g’ ke grup g, Bzg adalah buckling dalam arah z.
Penyelesaiannya menggunakan teorema divergensi seperti duraikan dalam persamaan
(3) berikut ini;
∫ D∇ φdV = ∫ D∇φdA
2
(3)
Sistem persamaan multi-grup ini diselesaikan secara iteratif dalam bentuk matriks
dengan solusi 1-dimensi. Pengaruh dari burn-up bahan bakar pada reaktivitas reaktor
pada Looses reactivity reaktor dianggap sebagai fuel depletes. Karena itu, harus
ditentukan fraksi Pu awal pada awal daur berhubungan dengan faktor kritikalitas awal
seperti halnya akan terjadi pada akhir daur. Pada saat terjadi kritikalitas, ekses
reaktivitas yang terjadi pada awal daur diperoleh dan dikendalikan dengan
mengintroduksi boron, sebagai B4C, dalam rangka mendapatkan kondisi di mana
reaktor dapat dioperasikan. Pada sisi lain, kehilangan sodium (sodium loss) dapat
memberikan pengaruh yang sama seperti pada reaktor cepat lainnya dengan pendingin
cairan metal. Dalam hal ini, spektrum neutron menjadi lebih keras akibat dari
kehilangan sodium (sodium loss) di mana moderasi oleh pendingin sodium tidak
terjadi sehingga reaktivitas naik. Dalam hal ini paling sedikit ada empat faktor yang
berpengaruh terhadap keberadaan sodium seperti halnya pengerasan spektrum
neutron, meningkatnya kebocoran, elimiasi tangkapan sodium, dan perubahan pada
self shielding, tetapi perubahan pada self shielding ini tidak termasuk dalam
pembahasan.
255
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
1 ∆u g Rs
φg (r ) =
πRs2 ∑ ∆u g ∫
O
2πφg (r )dr (0 ≤ r < Rs) (4)
g
1 ∆u g Ro
φg (r ) =
π ( Ro − Rs2 )
2
∑ ∆u g ∫
Rs
2πφg (r )dr (Rs < r ≤ Ro) (5)
g
Dalam penelitian ini, kapasitas daya reaktor cepat diasumsikan sebesar 3 GWt-
LMFBR dengan standar bahan bakar metalik yaitu U, Pu, dan Zr yang dicampur
secara homogen dengan isotop-isotop MA. Dengan alasan yang sama seperti halnya
pada LMFBR standar, bahan pendingin sodium (Na) dipilih karena bahan Na ini
mempunyai sifat-sifat termal (thermal properties) dan kompatibilitas yang baik (good
compatibilities) dengan bahan cladding standar dan juga pada struktur bahan standar
pada LMFBR dengan rasio volume yang sama [Wakabayashi T., et.al., 1993].
Pemuatan MA/Pu dalam bahan bakar disesuaikan dengan kriteria sebagai salah satu
parameter yang akan diketahui.
Perhitungan untuk prosedur numerik ini dilakukan menggunakan teorema
divergensi seperti pada persamaan (3) di atas. Penyelesaian prosedur nemerik ini telah
dilakukan menggunakan metode penyelesaian persamaan diferensial yaitu metode
Runge-Kutta sebagai pendekatan penyelesaian. Ambil sebagai pemisalan adalah
persamaan diferensial sebagai berikut:
Ambil y0 = K
yi+1 = yi + (1/6) [k1 + 2k2 + 2k3 + k4] (7)
untuk i=0,1,...,n-1
256
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
di mana
y0 = K (starting value)
k1 = hf(xi ,yi ) ,
k2 = hf(xi +h/2,yi +k1/2) ,
k3 = hf(xi +h/2,yi +k2/2) ,
k4 = hf(xi +h,yi +k3)
Eksplorasi pendekatan ini dilakukan dengan merubah ukuran stepingnya yaitu h dan
seterusnya.
Reaktivitas ayun untuk berbagai fraksi MA/Pu yang berbeda telah diuji dalam
rangka untuk memperoleh kapasitas pemuatan maksimum yang aman dan reaktivitas
ayunnya dapat dijaga selama umur bahan bakar. Pengujian ini telah dilakukan dengan
berbagai fraksi MA dengan F/C = 0.35/0.43 dan [Pu] = 0.24. Hasil perhitungan
menggunakan prosedur nemerik dengan pemuatan MA yang berbeda diperlihatkan
pada Gambar 1. Di sini dapat dilihat bahwa perbedaan fraksi MA menyebabkan
reaktivitas ayun berubah, dan dalam kondisi dimana fraksi MA sama dengan nol
berarti bahwa reaktor ini sama dengan reaktor biasa dengan bahan bakar metalik.
Kriteria untuk menentukan pemuatan maksimum MA/Pu yang dapat dikandung dalam
bahan bakar reaktor adalah dengan mengacu pada operasi normal sebuah reaktor, yaitu
dengan pemuatan MA/Pu tertentu, reaktor masih tetap dapat dioperasikan secara
normal. Pada gambar ini, dapat dilihat bahwa dengan pemuatan MA/Pu di atas 10%,
maka reaktivitas ayunnya lebih rendah dari 2.1% dk/k. Apabila digunakan standar
sistem kontrol reaktor konvensional, maka reaktivitas ayun ini terlalu kecil dan secara
nyata sulit untuk digunakan selama operasi, khususnya yang berhubungan dengan
penurunan efektivitas mekanisme kontrol terhadap umur bahan bakar. Pada saat
pemuatan MA direduksi hingga 5%, reaktivitas ayun naik menjadi lebih besar dari
pada 3.4% dk/k. Nilai reaktivitas ayun ini pada umumnya dapat dinyatakan diterima
untuk sistem operasi reaktor konvensional. Sebagai kesimpulan, dapat disarankan
untuk memberikan pemuatan [MA-1] maksimum sebesar 5% pada bahan bakar
reaktor.
257
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
Dalam studi ini, perhitungan reaktivitas ayun untuk komposisi yang berbeda
yaitu MA-2 dengan F/C = 0.35/0.43 dan [Pu] = 0.24 juga telah dilakukan. Hasil
perhitungan menggunakan prosedur nemerik dengan pemuatan MA yang berbeda
diperlihatkan pada Gambar 2. Di sini terlihat bahwa kehilangan reaktivitas (reactivity
loss) untuk komposisi MA-1 lebih tinggi dari pada kehilangan reaktivitas untuk
komposisi MA-2 dari discharged sisa bahan bakar LWR dengan waktu pendinginan 5
tahun. Hal ini berarti bahwa kapasitas maksimum pemuatan MA dapat diperoleh
dengan menggunakan komposisi MA-1 dari discharged sisa bahan bakar LWR dengan
waktu pendinginan 150 hari. Perhitungan ini telah mengambil asumsi bahwa
komposisi MA yang diambil kembali lebih besar dari 99.9% dari komposisi lainnya
seperti komponen RE. Pengaruh RE yang tidak diambil kembali dari MA pada
reaktivitas ayun reaktor akan dibahas pada paragraf berikut ini.
258
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
Pengarun RE yang tidak dapat diambil kembali (unrecovered RE) dari MA pada
reaktivitas ayun teras reaktor juga telah dievaluasi dalam penelitian ini. Komponen-
komponen yang terkandung dalam RE diantaranya adalah 241Pr, 143Nd, 144Nd, 145Nd,
147
Pm, 147 Sm, 148 Sm, 151 Sm, dan 154 Eu. Komposisi RE yang terdapat dalam bahan bakar
reaktor diasumsikan sebanyak [MA]/2 dari sisa bahan bakar LWR yang dibuang
(discharged) dengan waktu pendinginan 150 hari, sehingga fraksi RE dalam bahan
bakar dapat diasumsikan dengan setengah dari fraksi MA.
259
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
Dalam hal ini, keberadaan unsur RE dalam bahan bakar menggantikan Uranium,
dimana fraksi Pu dalam bahan bakarnya dianggap tetap yaitu sebesar [Pu] = 0.24.
Perhitungan dilakukan dalam kondisi yang sama seperti perhitungan sebelumnya.
Hubungan antara reaktivitas ayun dengan umur bahan bakar untuk penggunaan
berbagai variasi RE yang tidak dapat diambil kembali dari MA diperlihatkan pada
Gambar 3. Dari gambar ini dapat dilihat bahwa keberadaan RE dalam bahan bakar
dapat mempengaruhi kenaikan burn-up reactivity loss. Evaluasi serupa juga dilakukan
untuk MA-2 yang hasilnya diperlihatkan pada Gambar 4. Hal ini berati bahwa
keberadaan RE dalam bahan bakar dapat memberikan kontribusi terhadap operasi
keselamatan reaktor.
260
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
261
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
dapat menghasilkan spektrum neutron yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan
laju B/T, Hal ini disebabkan karena faktor moderasi gas He jauh lebih kecil
dibandingkan dengan faktor moderasi pada bahan pendingin sodium.
Tabel 1. Kinerja reaktor cepat menggunakan bahan bakar metalik dan oksida dengan
pendingin sodium dan gas He untuk pola pemuatan homogen dengan
[MA] = 10.0% dan [Pu] = 24.0%
262
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
5. MC. LANE V., DUNFORD C.L., ROSE P.F., “Neutron Cross Section”,
Vol.2.,Neutron Cross Section Curve, Academik Press, 1988.
263
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
DISKUSI
DARWIS
MARSODI
Pada reactor cepat dengan ukuran teras besar (diameter 4 m) sehingga ini jauh
lebih besar dari panjang rata-rata lintasan besar neutron. Pada abstrak
disebutkan dengan lebih panjang dari fuel pin dan channelnya.
264
Risalah Lokakarya Komputasi dalam Sains dan Teknologi Nuklir: 6-7 Agustus 2008(253-265)
1. Nama : Marsodi
2. Tempat/Tanggal Lahir : Kebumen, 3 Juli 1961
3. Instansi : PPIN-BATAN
4. Pekerjaan / Jabatan : Peneliti Bidang Komputasi –PPIN - BATAN
5. Riwayat Pendidikan :
• S1 Fisika Universitas Indonesia (1987)
• S2 Elektro – Tokyo Univ. of Apriz dan Tech (1992)
• S3 Fisika ITB (2004)
6. Pengalaman Kerja :
• Peneliti BATAN
7. Organisasi Professional :
• HFI
• HIMNI
8. Makalah yang pernah disajikan :
• Progres In Nuclear Energy – Japan 1993
• Annual of Nuclear Energy – England 2002