Anda di halaman 1dari 18

Dendi P.

Ishak, MSIE
Department of Industrial Engineering
University of Indonesia

Source: Character Building IV, Ghea et al.


 Pengertian etimologis
1) Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno ‘ethos’ yang
berarti adat kebiasaan, cara berpikir, akhlak, sikap,
watak, dan cara bertindak.
2) Moral berasal dari kata bahasa latin ‘mos’ atau
‘mores’ (jamak) yang berarti adat kebiasaan,
Jadi secara etimologis etika dan moral memiliki
pengertian yang kurang lebih sama.
 Pengertian Leksikal tentang ‘etika’ menurut KBBI, 1998:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral.
2) Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan masyarakat.
Komentar: Urutan pengertian di atas sebaiknya di balik,
karena pengertian yang ketiga merupakan pengertian
utama dari etika.
Persamaan:
◦ Sama-sama berkaitan dengan perilaku manusia
◦ Sama-sama mengatur perilaku manusia secara normatif

Perbedaan:
◦ Etiket menyangkut cara bagaimana suatu tindakan dilakukan,
sedangkan etika menyangkut apakah sesuatu boleh atau tidak
boleh, harus atau tidak harus dilakukan
◦ Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika tetap
berlaku, dengan atau tanpa kehadiran orang lain.
◦ Etiket bersifat relatif sedangkan etika lebih bersifat mutlak dan
universal.
◦ Etiket lebih menekankan penampilan lahiriah, sedangkan etika
lebih pada penampilan batiniah
◦ Dua kata yang mirip, namun memiliki arti yang sangat
berbeda.
◦ Amoral = ”netral dari sudut moral”, atau ”tidak
mempunyai relevansi etis”, sesuatu yang tidak ada
hubungan dengan masalah moral.
◦ Immoral = ”bertentangan dengan moralitas yang baik”,
”secara moral buruk”, ”tidak etis”.
◦ Contoh:
 Pernyataan yang salah: “Korupsi adalah tindakan
amoral”
 Seharusnya: “Korupsi adalah tindakan immoral”
Alasan semakin penting dan relevannya
pertimbangan-pertimbangan etis :
 Adanya pluralisme moral
 Timbulnya masalah-masalah etis baru
 Munculnya kepedulian etis yang semakin

universal
 Datangnya hantaman gelombang modernisasi.
 Sebuah tantangan bagi agamawan.
Muncul dari kepedulian etis yang mendalam, yang
dipicu oleh:
◦ Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan tehnologi.
◦ Terciptanya semacam ”iklim moral” yang
mengundang minat baru untuk etika :
 Munculnya perjuangan civil right.
 Adanya gerakan kuat yang menuntut persamaan hak
antara pria dan wanita.
 Terjadi juga “revolusi” mahasiswa di beberapa negara
Barat
 Dsb.
◦ Di banyak tempat di seluruh dunia setiap tahun diadakan
kongres dan seminar tentang masalah-masalah etis.
◦ Telah didirikan cukup banyak institut, di dalam maupun
di luar lingkup perguruan tinggi, yang khusus
mempelajari persoalan-persoalan moral
◦ Terutama di Amerika Serikat, etika dalam salah satu
bentuk sering kali dimasukkan dalam kurikulum di
perguruan tinggi
◦ Terdapat suatu banjir publikasi tentang etika terapan
yang tidak pernah terpikirkan beberapa dekade
sebelumnya
◦ Pada dekade-dekade terakhir ini tidak jarang jasa ahli
etika diminta untuk mempelajari masalah-masalah yang
berimplikasi moral
◦ Etika terapan merupakan produk etika umum
◦ Perdebatan tentang masalah-masalah konkrit akhirnya
akan memperjelas, menguji dan mempertajam juga
prinsip-prinsip moral yang umum.
◦ Perjumpaan dengan praktek akan memberikan banyak
masukan berharga yang dapat dimanfaatkan oleh
refleksi etika teoretis.
◦ Sebaliknya, etika terapan sangat membutuhkan bantuan
dari teori etika, sebagai pegangan dalam memasuki
pergumulan dengan masalah-masalah praktis.
◦ Dengan demikian kualitas etika terapan turut ditentukan
oleh kualitas teori etika yang dipergunakannya
Dua wilayah besar yang disoroti oleh etika terapan :
 Wilayah profesi : Etika kedokteran, etika politik, etika bisnis, dan
sebagainya,
 Wilayah masalah : Penggunaan tenaga nuklir; pembuatan,
pemilikan, dan penggunaan senjata nuklir; pencemaran
lingkungan hidup; diskriminasi dalam segala bentuk (ras,
agama, jenis kelamin, dll)
Pembagian kedalam makroetika dan mikroetika.
Makroetika membahas masalah-masalah moral pada skala besar;
sedangkan mikroetika membicarakan pertanyaan-pertanyaan etis
pada tingkat sektoral seperti kewajiban etis antara dokter dengan
pasien, antara perusahaan dan karyawan, dan lain sebagainya.
Pembagian ke dalam etika individual dan etika sosial.
Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya
sendiri; sedangkan etika sosial membahas kewajiban sosial manusia
sebagai anggota kelompok masyarakat.
Pendekatan multidisipliner dan interdisipliner
Pendekatan multidisipliner adalah usaha
pembahasan tentang tema yang sama oleh pelbagai
ilmu, dengan mempertahankan perspektif ilmiahnya
masing-masing; sedangkan pendekatan
interdisipliner semua disiplin ilmu melebur ke dalam
suatu pandangan yang menyeluruh.
Pentingnya pendekatan kasuistik
Pendekatan kasuistik adalah usaha memecahkan
kasus-kasus konkrit di bidang moral dengan
menerapkan prinsip-prinsip etika umum.
 Sikap awal :Sikap awal merupakan sikap tertentu
seseorang terhadap suatu hal atau masalah yang
dihadapinya
 Informasi : Kita butuh informasi, yang mempunyai
kaitan dengan masalah yang sedang dihadapi.
 Norma-norma moral : Norma-norma moral yang
relevan untuk topik atau bidang bersangkutan, yang
sudah sedemikian mengakar di tengah-tengah
masyarakat, dan bukan baru diciptakan untuk
kesempatan ini saja
 Logika berpikir : Proses pembahasan suatu masalah
yang sedang dihadapi harus mematuhi tuntutan
berpikr logis-rasional
Optimisme kemajuan ilmu
 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
manusia sampai pada puncak-puncak kehidupan yang tidak
pernah dibayangkan sebelumnya.
 Namun, di samping optimisme yang dibawa oleh ilmu
pengetahuan dan teknologi, ternyata juga ancaman-acaman
baru terhadap hidup manusia itu juga bermunculan.
 Dalam konteks ini suatu pertannyaan muncul, apakah iptek
itu bebas nilai?

Masalah Bebas Nilai


Secara teoretis ilmu pengetahuan harus otonom, bebas dan
tidak ada kaitannya dengan nilai. Namun dalam
kenyataannya, iptek selalu berkaitan dengan kepentingan
tertentu. Disinilah iptek jadi berhadapan dengan nilai
Persenjataan pemusnah massal.
 Inovasi sebagai hasil ilmu pengetahuan, tidak terkait dengan
masalah moral. Sebab, ilmu pengetahuan bersifat otonom
 Namun, pada taraf penggunaannya menimbulkan persoalan
moral.
 Oleh karena itu pertimbangan moral ilmu pengetahuan tidak
saja pada taraf penggunaan, tetapi juga pada proses
penemuannya. Ilmu harus menjawab pertanyaan, “untuk apa”?

Revolusi genetika
 Revolusi genetika dapat dikatakan merupakan babak baru
dalam sejarah keilmuan, sebab sebelum ini ilmu tidak pernah
menyentuh manusia sebagai obyek penelaahan itu sendiri
 Dalam rekayasa genetik, manusia menjadi obyek
eksperimental dan rekayasa.
 Pertanyaan adalah: Apakah manusia dapat dijadikan obyek
eksperimental dan obyek rekayasa?
Penyalagunaan komputer.
Ada banyak jenis dan bentuk tindakan tidak etis dan ilegal
terkait penyalahgunaan teknologi komputer.
Malpraktek di bidang kedokteran : Banyak manusia yang jadi
korban oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab
Eksploitasi terhadap dunia ketiga.
 Adanya rencana-rencana gila berselimutkan appropriate
technology, dimana tanah garapan produktif negara-negara
miskin dikelola oleh transnational corporations dan elite
setempat, untuk pemuasan sekelompok orang kaya dunia.
 Juga terjadi pengikisan orang-orang miskin melalui
pemekaran bentuk-bentuk teknologi yang padat modal
 Penggunaan robot dalam dunia industri-industri, telah
menambah tingginya angka pengangguran
 Terjadi juga penjualan paksa produk yang dimungkinkan oleh
teknologi modern, dengan iklan yang dahsyat
◦ Teknologi telah banyak berkembang termasuk dalam hal
teknologi informasi, sehingga negara-negara maju mampu
menyampaikan pesan-pesan apa saja ke negara berkembang
◦ Pesan-pesan itu cenderung menimbulkan berbagai hal yang
sering tidak menguntungkan bagi dunia berkembang itu
◦ Pengaruh dari pesan-pesan tadi bisa lebih buruk lagi dimana
kreativitas kultural asli dari negara-negara berkembang
tertindih dan terkikis habis
◦ Dengan demikian negara-negara berkembang atau negara
kurang berkembang menghadapi resiko bahwa statusnya
secara berangsur-angsur akan surut sampai menjadi
konsumen belaka dari produk pabrik maupun produk
kebudayaan dari peradaban-peradaban lain
 Penentuan teknologi harus mempertimbangkan
kondisi masyarakat.
 Teknologi harus dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah-masalah konkrit.
 Oleh karena itu yang menjadi ukuran-ukuran
utama untuk proses adaptasi dalam
pengembangan teknologi ialah :
◦ Agar lebih cocok dengan pertimbangan: penyerapan
tenaga kerja (labour-absorptive)
◦ Penggunaan bahan dalam negeri (local materials
contents)
◦ Neraca pembayaran luar negeri (penambahan devisa
dan / atau penghematan devisa)
◦ Hal lain yang penting diperhatikan dalam hal
pengembangan teknologi adalah pertimbangan
mengenai dampak penggunaannya terhadap
lingkungan hidup.
◦ Tekonologi yang bersifat protektif bertujuan untuk
memelihara, melindungi dan mengamankan
lingkungan hidup bagi masa depan
◦ Hal-hal yang menjadi patokan disini adalah berkisar
pada konservasi, restorasi dan regenerasi sumber
daya alam yang terkandung dalam wilayah tanah air
kita
◦ Teknologi dapat disebut bersifat protektif apabila dapat
meningkatkan kelestarian, memulihkan kesuburan
tanah yang sudah tandus, memanfaatkan lagi tanah
alang-alang sebagai tanah garapan, dan sebagainya.
Memperhatikan tuntutan etis: Diharapkan bahwa semakin
kemampuan manusia bertambah dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka kemampuan untuk
menyadari segi-segi etis dan nilai-nilai yang terkait di
dalamnya, semakin besar pula
Mengedepankan maksud baik: Iptek yang dikembangkan
haruslah didasari maksud baik, demi kebaikan manusia,
dan kehidupan pada umumnya.
Menyuarakan kebenaran: Sebagai seorang ilmuwan sangat
diharapkan memiliki pemahaman yang lebih luas dan solusi
yang lebih manusiawi dalam mengatasi suatu masalah
sosial
Memperlihatkan keteladanan yang baik: Di tengah situasi
dimana segenap nilai mengalami kegoncangan, seorang
ilmuwan tampil dengan keteguhan hati dan penuh integritas
d

Anda mungkin juga menyukai