Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkannya. Tanggal 20
April 1999, Indonesia memiliki instrumen hukum yang integratif dan komprehensif yang
usaha
d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan
menyesatkan
Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen adalah adanya kepastian hukum terhadap
1
Rachmadi Usman, Hukum Ekonomi Dalam Dinamika (Jakarta: Djambatan, 2000), hlm. 195
2
Husni Syawali, Hukum Perlindungan Konsumen (Bandung: PT. Mandar Maju, 2000), hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
segala perolehan kebutuhan konsumen. Kepastian hukum itu meliputi segala upaya
pilihannya atas barang dan/atau jasa kebutuhan serta mempertahankan atau membela hak-
haknya apabila dirugikan oleh perilaku pelaku usaha sebagai penyedia kebutuhan
konsumen 3 .
pesat dan lajunya ilmu pengetahuan serta teknologi yang merupakan motor penggerak bagi
produktivitas dan efisiensi produsen atas barang dan/atau jasa yang dihasilkannya dalam
rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut,
akhirnya baik langsung atau tidak langsung, konsumenlah yang pada umumnya akan
yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan
konsumen, dengan dijaminnya hak-hak konsumen tersebut akan menciptakan iklim usaha
yang sehat. Dalam rangka menciptakan iklim dunia usaha yang sehat perlu dilakukan
koordinasi di antara sesama instansi teknis terkait untuk meluruskan dan mendudukkan
suatu permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, dalam hal ini permasalahan
3
Lihat, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang
menyatakan beberapa kewajiban pelaku usaha atas upaya perlindungan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Pengoplosan beras menjadi sangat penting untuk dikaji lebih mendalam lagi
disebabkan beras merupakan komoditas pangan yang sangat strategis, tidak hanya bagi
Indonesia tapi juga bagi negara-negara di dunia terutama di belahan Asia. Beras di
Indonesia tidak hanya menjadi persoalan ekonomi. Tidak mengherankan apabila beras
selalu menjadi masalah penting, tidak saja bagi petani, tetapi juga bagi ekonom, politikus
dan para elite, karena itu kebijakan di bidang beras akan menjadi fokus perhatian semua
pihak. 4
Dari sisi konsumen, peran penting beras melebihi kentang, jagung, gandum dan
serealia lainnya. Fungsi strategisnya terletak pada posisinya yang menjadi pangan pokok
(staple food) bagi sekitar 3(tiga) miliar orang atau separuh penduduk dunia. Di banyak
Negara Asia, beras menyediakan 30% - 80 % kebutuhan konsumsi kalori per kapita dan
menjadi gantungan hidup sebagian besar penduduk Asia khususnya masyarakat yang
kalori dengan konsumsi kalori total mencapai 54,3 % artinya lebih dari setengah asupan
kalori bersumber dari beras, demikian pula dengan konsumsi protein, beras merupakan
sumber protein penting karena lebih dari 40 % pemasukan protein disumbang melalui
beras. 6 Tingkat partisipasi konsumsi beras diperkotaan maupun di pedesaan, baik di Jawa
4
Khudori, Ironi Negeri Beras (Yokjakarta: INSISTPress, 2008), hlm. v
5
Ibid.
6
Harianto. “Pendapatan, Harga dan Konsumsi Beras”, dalam Achmad Suryana dan Sudi Mardianto.
Bunga Rampai Ekonomi Beras. Jakarta: LPEM FE.UI, 2001
7
Suroso dan Sulastri. “Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan
Pemerintah Untuk Melindungi Petani”, Dalam Achman Suryana dan Sudi Mardianto. Bunga Rampai
Ekonomi Beras, (Jakarta: LPEM, Fakultas Ekonmi UI, 2001) Hlm. 42
Universitas Sumatera Utara
Konsekuensi dari data-data ini menjelaskan bahwa seseorang yang mengkonsumsi
beras dalam jumlah yang cukup, sangat kecil kemungkinanya untuk kekurangan kalori dan
kandungan kalori dan protein pangan substitusi tidak terlalu baik, besar kemungkinan akan
kekurangan kalori dan protein. Artinya beras menjadi andalan konsumen dalam
mempertahankan kehidupannya.
produksi beras serta harga beras yang beredar di pasaran. Untuk kebijakan harga produksi
berorientasi kepada perlindungan harga petani (floor price/harga dasar) dan perlindungan
terhadap konsumen (ceiling price/batas harga eceran tertinggi). Kedua harga produksi
tersebut merupakan petunjuk tentang turut campur tangan pemerintah terhadap sistem
pasar. 8
melonjaknya harga beras yang cukup tinggi disebabkan tingginya permintaan pada saat
menjelang hari-hari besar keagamaan seperti menjelang Ramadhan, Idul Fitri, Natal dan
Tahun Baru serta pada saat-saat adanya Pemilihan Umum. Selain itu beberapa faktor
8
Khudori, Ironi Negeri Beras Op.cit, hlm. 90
9
http://www.indotops.com/ diakses, tanggal 24-01-2010
Universitas Sumatera Utara
a. Pengaruh psikologis dari kebijakan perberasan Indonesia
Yaitu adanya kenaikan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang ditetapkan setiap
tahunnya. Untuk tahun 2010, HPP naik 10 persen dibandingkan HPP Tahun 2009
d. Ekspektasi pedagang dengan gencarnya berita tentang kenaikan harga beras dunia.
e. Spekulasi kenaikan harga pupuk yang diperkirakan berlaku mulai bulan April 2010.
utamanya masyarakat yang berpenghasilan menengah ke bawah, sementara di sisi lain para
pelaku usaha akan mengalami penurunan penjualan. Keadaan seperti ini tentu akan
signifikan pada kenaikan harga umum atau inflasi. Oleh karena itu banyak kebijakan yang
10
Instruksi Presiden Nomor.7 Tahun 2009, Jakarta: 28 Desember 2009, Harga Gabah Kering
Panen dengan kadar air maksimum 25 % dan kadar hampa/kotoran maksimum 10% adalah Rp 2.640,-
/kg di petani, atau Rp 2.685,-/kg di penggilingan. Gabah Kering Giling dengan kadar air maksimum 14% dan
kadar hampa/kotoran maksimum 3% adalah Rp 3.300,-/kg di penggilingan, atau Rp 3.345,-/kg di gudang
Bulog. Beras dengan kadar air maksimum 14%, bulir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan
derajat sosoh minimum 95% adalah Rp 5.060,-/kg di gudang BULOG. Tahun 2009 harga beras sebesar Rp.
4.060/KG
Universitas Sumatera Utara
diambil pemerintah untuk mengatasi lonjakan harga beras di pasar domestik, mulai dari
pelaksanaan impor beras sampai kepada pelaksanaan operasi pasar yang dilakukan oleh
Perum BULOG. Untuk tahun 2010, Operasi Pasar dilaksanakan sesuai dengan instruksi
Misalnya tindakan pengoplosan solar atau diesel dengan minyak tanah bersubsidi. Cara
sedemikian ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang besar tetapi tindakan ini
sudah jelas mengakibatkan kerusakan mesin dan membohongi serta merugikan konsumen.
Cara mengoplos yang demikian dapat dikategorikan sebagai penipuan dan bertentangan
dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan dapat
dipidanakan. 11
Tindakan mencampur beras antara suatu kualitas dengan kualitas lain yang
berbeda, misalnya beras kualitas satu dicampur dengan beras kualitas dua, tiga ataupun
kualitas dibawahnya, perlu dikaji lebih mendalam lagi apakah tindakan yang salah dan
11
Rahardi Ramelan, “Oplos Atau Blending”, http://www.leapidea.com/presentation?id=93.
di akses tanggal 08 Februari 2010
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah :
Perlindungan konsumen.
C. Tujuan penelitian:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji pengoplosan beras apakah perbuatan yang melanggar
pengoplosan beras.
Universitas Sumatera Utara
D. Manfaat Penelitian :
Manfaat dari penelitian ini dibedakan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis
yaitu :
1. Manfaat Teoritis :
perdagangan beras.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan bagi pemerintah dan penegak hukum dalam menangani masalah
Universitas Sumatera Utara
E. Keaslian Penelitian
sebelumnya. Dengan demikian, maka dari segi keilmuan penelitian ini dapat dikatakan asli,
sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional dan obyektif serta terbuka. Semua
ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah sehingga penelitian
1. Kerangka Teori
No state shall make on enforce any law wich shall abridge the privileges or
immunities of citizens…, nor shall any state deprive any person of life, liberty, or property
without due process of law, nor deny any person within its jurisdiction the equal protection
of the laws.
(Tidak satu Negara pun dapat membuat atau menjalankan hukum yang dapat
mengurangi hak dan kekebalan dari warga negara…, juga tidak satu negara pun yang dapat
menghilangkan kehidupan, kebebasan, atau hak milik dari seseorang tanpa melalui proses
hukum yang adil, tidak ada satu negara pun yang dapat menolak perlakuan yang sama
terhadap warga negaranya di depan hukum)
(Amandemen XIV dari Konstitusi Negara Amerika serikat) 12
12
Munir Fuadi, Dinamika Teori Hukum, (Ciawi-Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 110
Universitas Sumatera Utara
Keadilan dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu ; 13
a. Keadilan Kumutatif,
c. Keadilan Hukum.
setiap orang haknya (to give each one his due) dengan tujuan untuk menyesuaikan atau
haknya secara sama. Jadi keadilan kumutatif merupakan keadilan yang berasal dari suatu
kebajikan yang khusus dan pada prinsipnya memberlakukan asas “sama rata sama rasa”
tanpa melihat pada kualifikasi pencari keadilan tersebut, jadi keadilan kumutatif
Keadilan distributif diartikan sebagai suatu keputusan yang konstan dari negara
sebagai otoritas kekuasaan untuk memberikan setiap orang akan haknya, dengan tujuan
untuk mendistribusikan barang-barang yang dapat dimiliki dalam jenis dan jumlah yang
(demerits), kemampuan dan kebutuhan dari setiap individu dalam suatu masyarakat.
Sehingga terhadap keadilan distributif ini ada yang menganggap sebagai bagian dari
mempertahankan hak (vindicative justice). Dalam hal ini, keadilan distributif memberikan
setiap orang sesuai prestasinya, atau memberikan setiap orang sesuai tingkat kesalahannya,
karena itu berbeda dengan keadilan kumutatif yang menekankan kepada pengertian
13
Ibid
Universitas Sumatera Utara
“kesamaan”, sedangkan keadilan distributif lebih menekankan kepada pengertian
“proporsional”.
Keadilan hukum (legal justice) berarti keadilan telah dirumuskan oleh hukum
dalam bentuk hak dan kewajiban, dimana pelanggaran terhadap keadilan ini akan
ditegakkan lewat proses hukum, umumnya oleh pengadilan. Namun ada pengertian lain
dari keadilan hukum ini yang sebenarnya lebih merupakan keadilan sosial, yaitu suatu
keputusan yang konstan dari warga negara untuk memberikan kepada negara hak dari
negara tersebut, dengan tujuan untuk menyesuaikan setiap tindakan individu dengan
Seorang guru besar dalam bidang filosofis moral dari Glasgow University pada
tahun 1750, sekaligus pula sebagai ahli teori hukum, “Bapak ekonomi modern” yakni
Adam Smith mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian
Teori Keadilan Adam Smith, hanya menerima satu konsep atau teori keadilan
yaitu keadilan kumutatif. Alasannya, yang disebut keadilan sesungguhnya hanya punya
keharmonisan hubungan antara satu orang atau pihak dengan orang atau pihak lain. 16
14
Ibid, hlm 118
15
R.L. Meek, D.D. Raphael dan P.G. Stein, dalam Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Hukum Sebagai
Landasan Pembangunan Ekonmi. Hal. 5
16
http://m31ly.wordpress.com/2009/11/13/6/, Keadilan Dalam Bisnis, diakses tanggal 14 Mei 2010
Universitas Sumatera Utara
1. Prinsip No Harm
Prinsip keadilan kumutatif menurut Adam Smith adalah no harm, yaitu tidak merugikan
dan melukai orang lain baik sebagai manusia, anggota keluarga atau anggota masyarakat
baik menyangkut pribadinya, miliknya atau reputasinya. Pertama, keadilan tidak hanya
pelanggaran hak dan kepentingan pihak lain. Kedua, pemerintah dan rakyat sama-sama
mempunyai hak sesuai dengan status sosialnya yang tidak boleh dilanggar oleh kedua
belah pihak. Pemerintah wajib menahan diri untuk tidak melanggar hak rakyat dan
rakyat sendiri wajib mentaati pemerintah selama pemerintah berlaku adil, maka hanya
dengan inilah dapat diharapkan akan tercipta dan terjamin suatu tatanan sosial yang
yaitu prinsip perlakuan yang sama didepan hukum bagi setiap anggota masyarakat.
2. Prinsip Non-Intervention
Di samping prinsip no harm, juga terdapat prinsip no intervention atau tidak ikut campur
dan prinsip perdagangan yang adil dalam kehidupan ekonomi. Prinsip ini menuntut agar
demi jaminan dan penghargaan atas hak dan kepentingan setiap orang, tidak seorangpun
diperkenankan untuk ikut campur tangan dalam kehidupan dan kegiatan orang lain.
Campur tangan dalam bentuk apapun akan merupakan pelanggaran terhadap hak orang
tertentu yang merupakan suatu harm (kerugian) dan itu berarti telah terjadi
ketidakadilan.
Universitas Sumatera Utara
3. Prinsip Keadilan Tukar
Prinsip keadilan tukar atau prinsip pertukaran dagang yang fair, terutama terwujud dan
terungkap dalam mekanisme harga dalam pasar. Dalam keadilan tukar ini, Adam Smith
membedakan antara harga alamiah dan harga pasar atau harga aktual. Harga alamiah
adalah harga yang mencerminkan biaya produksi yang telah dikeluarkan oleh produsen,
yaitu terdiri dari tiga komponen biaya produksi berupa; upah buruh, keuntungan untuk
pemilik modal, dan sewa. Sedangkan harga pasar atau harga aktual adalah harga yang
Pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang saling memerlukan. Pelaku
usaha perlu menjual barang dan jasanya kepada konsumen. Sebaliknya konsumen
memerlukan barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan dijual oleh pelaku usaha guna
memenuhi keperluannya sehingga kedua belah pihak saling memperoleh manfaat atau
keuntungan.
Dalam prakteknya sering kali konsumen dirugikan oleh pelaku usaha yang tidak
jujur, nakal yang jika ditinjau dari aspek hukum merupakan tindak pelanggaran hukum.
Akibatnya konsumen menerima barang dan atau jasa tidak sesuai dengan kualitas, kuantitas
dan harganya. Di sisi lain karena ketidak tahuan dan kekurang sadaran konsumen akan
mulai dari proses sampai hasil produksi barang dan atau jasa yang dihasilkan tanpa campur
17
Abdul Halim Barkatullah , Hukum Perlindungan Konsumen, (Banjarmasin: FH. Unlam Press, 2008),
hlm. V.
Universitas Sumatera Utara
tangan konsumen sedikitpun. 18 Pada peristiwa semacam inilah dibutuhkan hukum untuk
Sampai saat ini secara universal diakui adanya hak-hak konsumen yang secara
berlaku dalam bidang hukum. Prinsip-prinsip itu ada yang masih berlaku sampai sekarang
tetapi ada pula yang ditinggalkan seiring dengan tuntutan kesadaran hukum masyarakat
yang terus meningkat. Prinsip-prinsip yang muncul tentang kedudukan kosumen dalam
hubungan hukum dengan pelaku usaha berangkat dari doktrin atau teori yang dikenal dalam
perjalanan sejarah hukum perlindungan konsumen, termasuk dalam kelompok ini adalah: 20
18
Husni Syawali, op.cit., hlm. 37
19
Ibid, hlm. 39
20
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
2006), hlm 63
Universitas Sumatera Utara
1. Let the buyer beware (caveat emptor)
Doktrin ini sebagai embrio dari lahirnya sengketa di bidang transaksi konsumen. Asas
ini berasumsi pelaku usaha dan konsumen adalah dua pihak yang sangat seimbang
sehingga tidak perlu ada proteksi apapun bagi si konsumen. Tentu saja dalam
barang atau jasa yang dikonsumsinya, ketidakmampuan itu bisa karena keterbatasan
Doktrin ini menyatakan pelaku usaha mempunyai kewajiban untuk berhati-hati dalam
usaha itu melanggar prinsip kehati-hatian. Ditinjau dari beban pembuktian, tampak si
dalam peristiwa tadi sama sekali tidak ada kelalaian (negligence). Dalam realita agak
Universitas Sumatera Utara
psikologis, bahkan politis) relatif lebih mudah berkelit, menghindar dari gugatan
konsumen, tetapi hal itu baru dapat dilakukan jika diantara mereka telah terjalin suatu
hubungan kontraktual. Pelaku usaha tidak dapat disalahkan atas hal-hal di luar yang
konsumen, sangat sulit menggugat dengan dasar perbuatan melawan hukum (tortius
liability). Walaupun secara yuridis sering dinyatakan, antara pelaku usaha dan
konsumen berkedudukan sama, tetapi faktanya konsumen adalah pihak yang selalu
contract tidak mungkin lagi dipertahankan secara mutlak untuk mengatur hubungan
antara pelaku usaha dan konsumen. Jadi kontrak bukan lagi merupakan syarat untuk
Dalam etika bisnis, dikenal adanya etika pengakuan yang melihat adanya asimetri
dalam tugas dan kewajiban manusia, disamping itu terdapat teori pemeliharaan hak yang
mengakui tanggung jawab produsen atau penjual atas produk sebagai hasil hubungan yang
asimetri antara pihak konsumen (yang lebih lemah) dan pihak produsen atau pemasok
Universitas Sumatera Utara
(yang lebih kuat). Teori ini melindungi hak-hak pihak yang lemah dan mendukung gagasan
merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan, sejalan dengan tujuan pembangunan
atau keputusan yang memberikan perlindungan bagi masyarakat, sehingga bentuk hukum
perlindungan konsumen yang ditetapkan sesuai dengan yang diperlukan bagi konsumen
Indonesia dan keberadaannya tepat apabila diletakkan didalam kerangka sistem hukum
nasional Indonesia. 22
hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari konsumen, melainkan juga hak-hak dan kewajiban-
kewajiban pelaku usaha, namun kelihatan bahwa hak yang diberikan kepada konsumen
(yang diatur dalam Pasal 4 UUPK ), lebih banyak dibandingkan dengan hak pelaku usaha
(yang dimuat pada Pasal 6 UUPK ), dan kewajiban pelaku usaha (dalam Pasal 7 UUPK )
lebih banyak dari kewajiban konsumen (yang dimuat dalam Pasal 5 UUPK) 23 .
21
Ketut Rindjin, Etika Bisnis dan Implementasinya (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004) hlm.
88
22
Husni Syawali, op.cit, hlm. 8
23
Lihat Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun
1999
Universitas Sumatera Utara
Sebagai konsekuensi dari hak konsumen, maka kepada pelaku usaha dibebankan
konsumen, diantaranya : 24
b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
pemeliharaan.
c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
dan/atau jasa tertentu, serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau diperdagangkan.
f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau jasa pergantian apabila barang dan/atau jasa
juga diatur berbagai larangan bagi pelaku usaha sesuai Pasal 8 UUPK 25 . Secara garis besar
24
Lihat Pasal 7 Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999
25
Lihat Pasal 8 Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999
26
Abdul Halim Barkatullah, Op.cit., hlm.41
Universitas Sumatera Utara
a. Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan standar yang
b. Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, dan tidak akurat, yang
menyesatkan konsumen.
baik larangan mengenai kelayakan produk, berupa barang dan/atau jasa pada dasarnya
berhubungan erat dengan karakteristik dan sifat dari barang dan/atau jasa yang
dipenuhi atau dimiliki oleh suatu barang dan/atau jasa tertentu sebelum barang dan/atau
tentang perlindungan konsumen dan sifat perdata dari hubungan hukum antara pelaku
usaha dan konsumen maka setiap pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha yang
merugikan konsumen memberikan hak kepada konsumen yang dirugikan tersebut untuk
meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang merugikan serta menuntut ganti rugi
Tanggung jawab untuk mengganti rugi tidak saja karena dilakukannya perbuatan
melanggar hukum, tetapi juga karena kelalaian atau kurang hati-hati, bahkan tanggung
jawab itu tidak hanya karena perbuatan atau tidak berbuat pelaku sendiri, tetapi juga karena
27
Ibid hlm. 42
28
Gunawan Widjaja, Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Gramedia
Pustaka utama, 2008), hlm. 3
Universitas Sumatera Utara
perbuatan atau tidak berbuat dari orang-orang yang menjadi atau termasuk tanggung
Tanggung jawab dalam hukum dibagi ke dalam asas tanggung jawab berdasarkan
kesalahan (liability based on fauld) dan tanggung jawab tanpa kesalahan (liability without
fauld). Pada tanggung jawab berdasarkan kesalahan pihak yang menuntut ganti rugi
oleh perbuatan dan kesalahan dari pihak yang ia tuntut untuk membayar ganti rugi tersebut
(tergugat), sedang pada asas tanggung jawab tanpa kesalahan (liability without fault)
seseorang bertanggung jawab begitu kerugian terjadi, terlepas dari ada tidaknya kesalahan
pada dirinya. 30
Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability atau liability
based on fauld) adalah prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan
perdata. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, khususnya Pasal 1365, 1366 dan
1367, prinsip ini dipegang secara teguh. Prinsip ini menyatakan seseorang baru dapat
dimaksud kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum, tidak hanya
masyarakat. 31
konsumen yaitu merupakan perbuatan melawan hukum (sebagai kasus perdata) dan tindak
29
AZ. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: CV. Triarga Utama, 2002), hlm
77.
30
Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit., hlm. 82
33 Pustaka Yustisia, KUHPer, KUHP, KUHAP, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008)
Universitas Sumatera Utara
pidana. Undang-undang Perlindungan konsumen telah memberikan akses dan kemudahan
bagi hak-hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dan sejumlah tuntutan yang
Tanggung jawab produk (product liability) adalah suatu tanggung jawab secara
hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu produk (producer, manufacture)
atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses untuk menghasilkan suatu
produk (prosessor, assembler) atau dari orang atau badan yang menjual dan
KUH Perdata yang berisi “ Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu,
Belanda yaitu “Onrechtmatige daad”. Dalam istilah “melawan” melekat pada sifat aktif
dan pasif. Sifat aktif dapat dilihat apabila dengan sengaja melakukan suatu perbuatan yang
menimbulkan kerugian orang lain, jadi sengaja melakukan gerakan sehingga nampak
dengan jelas sifat aktifnya dari istilah “melawan” tersebut. Sebaliknya apabila ia dengan
sengaja diam saja atau dengan perkataan lain apabila ia dengan sikap pasif saja sehingga
32
Harkristuti Harkrisnowo, “Perlindungan Konsumen Dalam Kerangka Sistem Peradilan di
Indonesia”.(Jakarta: Lokakarya Rancangan Undang-undang tentang Perlindungan konsumen, Kerjasama
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia dengan Departemen Perindustrian dan Perdagangan 1996), hlm. 6
33
Ansorulloh Najmuddin, Dilema Perundang-undangan di Indonesia,
http://indoprogress.blogspot.com, diakses tanggal 11-04-2010
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan kerugian pada orang lain maka ia telah “melawan” tanpa harus
menggerakkan badanya. 34
Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang lazim dikenal sebagai
pokok yaitu :
a) Adanya perbuatan
1. Konsepsi
Peranan konsep dalam penelitian ini adalah untuk menghubungkan dunia teori dan
observasi, antara abstraksi dan realitas. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan
abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
pengertian antara penafsiran dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu dipergunakan juga
Dalam penelitian ini ada dua variable yang terkait yaitu : Pertama, Pengoplos
beras dalam hal ini diartikan sebagai pelaku usaha. Kedua, Perlindungan konsumen. Dari
uraian kerangka teori di atas, peneliti akan menjelaskan beberapa konsep dasar yang akan
34
Abdul Halim Barkatullah, Op.cit., hlm. 75-76
Universitas Sumatera Utara
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
4. Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (biasa disebut sekam atau
epicarp) 38 , atau gabah yang telah dikupas dan telah terbebas dari bekatul. 39
5. Produk adalah barang atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya dalam
proses produksi dan menjadi hasil akhirnya dari proses produksi tersebut. 40
6. Dari penelusuran literatur yang ada, kata Oplos berasal dari Bahasa Belanda 41 . yaitu
42
“oplossen“ artinya; melebur, larut dan meluluh. Di Indonesia kata oplos sering
35
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
36
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
37
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
38
Khudori, op.cit., hlm v
39
Abdul Waris Patiwiri, Teknologi Penggilingan Padi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006)
hlm. 19
40
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka,
1996) hlm. 254
41
http://www.sekolahvirtual.or.id/2009/10/kata-serapan-dari-bahasa-belanda-dalam-bahasa-indonesia-
k-o/, diakses tanggal 11-04-2010
Universitas Sumatera Utara
7. Mencampur adalah : menyatukan atau mengumpulkan (dua atau tiga macam benda
dsb) supaya bercampur 43 atau memadupadankan satu benda dengan satu atau beberapa
benda lainnya kemudian diolah dan diproses menjadi benda dengan nama yang lain 44 .
Perusahaan adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-
undang No. 9 Tahun 1969, dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan
9. Standar mutu beras adalah persyaratan standar mutu beras berdasarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) No. 01-6127-1999 yang terdiri dari komponen umum dan
42
Susi Moeimam, Hein Steinhauer, Kamus Belanda-Indonesia (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama, 2005)
43
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1976) hlm. 182
44
http://albertusgoentoer, blogspot.com/2009/04/mencampur, diakses 10 Maret 2010.
45
Bab I Pasal 1 butir (1) PP No. 7 Tahun 2003 tentang pendirian Perum BULOG
Universitas Sumatera Utara
Tabel.1. Komponen Fisik beras sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) No. 01- 6127-1999 .
Sumber: Abdul Waris Patiwiri, Teknologi Penggilingan Padi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2006) hlm. 20-21
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian
dalam tesis ini adalah metode pendekatan yuridis normatif yang dilakukan dengan cara
terlebih dahulu meneliti bahan-bahan kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti dan mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
hukum.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian
kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat
atau pemikiran konseptual yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini yang
dapat berupa perundang-undangan, buku, tulisan ilmiah dan karya-karya ilmiah lainnya.
Sumber data tersebut dikelompokkan dalam tiga bagian yaitu dari data bahan hukum
Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat, terdiri dari norma atau
kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, peraturan dasar yaitu batang
Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah, badan hukum yang tidak
Universitas Sumatera Utara
dikodifikasikan seperti hukum adat, yurisprudensi, traktat, bahan hukum dari zaman
penjajahan yang hingga kini masih berlaku seperti Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara studi
identifikasi data. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya
akan dipilah-pilah guna memperoleh pasal-pasal yang berisi kaedah-kaedah hukum yang
penelitian ini. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif
kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah
46
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, cetakan ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Persada
2001) hlm. 116-117
Universitas Sumatera Utara
4. Metode analisis data
dimaksudkan bahwa analisis tidak tergantung dari jumlah data berdasarkan angka-angka
yuridis normatif artinya data penelitian dianalisis menurut norma-norma hukum tertentu
dilakukan penafsiran dengan metode interpretasi yang dikenal dalam ilmu hukum. Hasil
dari interpretasi yuridis ini, diharapkan dapat menjawab segala permasalahan hukum yang
Universitas Sumatera Utara