Anda di halaman 1dari 5

“Celakalah bagi seseorang yang mengatakan ’saya tahu’ atas apa yang tidak ia

ketahui.”
(Sa’id bin Jubair)

Sa’id bin Jubair adalah seorang ulama tabi’in dari Habasyah yang
menghabiskan waktu hidupnya dengan mempelajari dan menyebarkan ilmu. Ia
pernah menimba ilmu dari sahabat-sahabat besar seperti Abu Said al-Khudri, ’Adiy
ibn Hatim ath-Thaa’i, Abu Musa
al-Asy’ari, Abu Hurairah ad-Dausi, Abdullah ibn Umar dan Ummul Mukminin ’Aisyah
–radhiallahu anhum-. Gurunya yang utama adalah Ibnu Abbas yang dijuluki ulama
generasi shahabat. Tak heran jika Sa’id bin Jubair banyak dijadikan rujukan karena
keluasan ilmu agamanya. Dalam sebuah riwayat dikisahkan ketika ia menjadi imam
di bulan Ramadhan, malam pertama ia membaca dengan Qira’at Abdullah ibn
Mas’ud, malam berikutnya dengan Qira’at Zaid ibn Tsabit, malam berikutnya
dengan Qira’at lainnya. Apabila ia shalat sendiri, ia kadang membaca 30 juz.
Apabila melewati ayat-ayat yang berisi janji dan ancaman, berdirilah bulu kuduknya
dan bercucuranlah air matanya.
Ia tinggal di Kufah ketika Hajjaj ibn Yusuf ats-Tsaqofy menjadi penguasa di
Irak dan Asia Tengah. Al Hajaj membasmi semua yang menentangnya dan
menyebarkan rasa takut dalam kepemimpinannya. Dikisahkan pada masa
pemerintahannya, ia memerintahkan eksodus Ahli dzimmah (kafir yang hidup di
tengah kaum muslimin dan keselamatannya dijamin Allah dan Rasul-Nya) yang
mulai masuk Islam dan meminta pembebasan dari membayar Jizyah (pajak yang
dibayar oleh ahlu dzimmah). Mereka dipaksa keluar dari kota tempat mereka
menetap menuju ke desa. Dalam perjalanan jauh, para wanita, anak-anak dan
orang tua mulai menangis, menjerit, meminta tolong dan memanggil-manggil
’Wahai Muhammad (tolonglah)’.
Kala itu, para ulama Bashrah keluar mencoba untuk menolong mereka
namun tak mampu. Pada saat para ulama tersebut mulai turut menangis,
Abdurrahman ibn al-Asy’ats, seorang panglima perang Al Hajaj yang sedang
bersiteru dengan Al Hajaj mengajak mereka bergabung melawan Al Hajaj.
Pertempuranpun pecah, di barisan terdepan ada beberapa
ulama diantaranya Said ibn Jubair. Singkat kata, pasukan Al Hajaj menang dan ia
meminta pasukan lawan untuk memperbarui bai’at kepadanya. Jika menolak, maka

1
ia
harus mengakui kekafirannya atau dibunuh. Pembantaian massalpun terjadi pada
ribuan orang, ribuan lainnya selamat dengan mengakui kekafirannya.
Said ibn Jubair memilih untuk keluar dari Irak dan bersembunyi di sebuah
desa kecil di Mekkah selama sepuluh tahun lamanya. Setelah itu,
persembunyiannya diketahui Al Hajaj dan iapun dibawa menghadap Al Hajaj. Kali ini
ia memutuskan untuk tidak lari lagi.
‘Aun bin Abi Syidad berkata, "Aku mendengar berita bahwa setelah kabar
Said bin Jubair sampai ke telinga al-Hajjaj bin Yusuf, Ia mengutus seorang
komandan dari penduduk Syam disertai 20 orang pengawal untuk menangkap Said.
Ketika mereka mencarinya tiba-tiba bertemu dengan seorang pendeta yang
tinggal di sebuah biara. Mereka menanyakan keberadaan Said kepada pendeta
tersebut. Pendeta meminta, 'Coba kalian sebutkan identitas orang itu!' Setelah
disebutkan ciri-cirinya, pendeta memberitahu alamat rumah orang yang dicari.
Setelah itu, mereka pergi ke tempat yang telah ditunjukkan pendeta. Mereka
mendapati Said sedang sujud, kemudian mereka mendekati dan mengucapkan
salam kepadanya. Said bangun dari sujud untuk menyelesaikan shalatnya
kemudian menjawab salam mereka.
Mereka berkata, 'Kami disuruh al-Hajjaj untuk menangkapmu, maka menyerahlah.'
Said membaca Tahmid, memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan membaca
shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, lalu berjalan dalam pengawalan mereka
sampai tiba di biara sang pendeta.
Pendeta berkata, 'Segeralah kalian naik ke tingkat rumah sebelum malam
datang, sebab singa jantan dan betina biasa mengelilingi biara ini!' Mereka pun
mengikuti perintah pendeta. Adapun Said, dia enggan masuk biara.
Para pengawal berkata, 'Pasti kamu ingin melarikan diri!' Said menjawab,
'Tidak. Hanya saja saya tidak akan pernah memasuki rumah orang musyrik.' Mereka
berkata, 'Kami tidak mungkin membiarkanmu begitu saja, nanti kamu dimakan
singa sehingga kamu mati.'
Said menjawab, 'Tidak mengapa! Allah senantiasa menyertaiku, Dialah Dzat
yang akan menghindarkankanku dari serangan, bahkan akan menjadikannya
sebagai pelindung di sekelilingku. Insya Allah singa itu akan melindungiku dari
segala kejahatan.'

2
Pengawal bertanya, 'Apakah kamu seorang Nabi?' Said menjawab, 'Aku
bukan Nabi! Aku hanyalah seorang hamba dari hamba-hamba Allah, manusia yang
biasa berbuat salah dan dosa.'
Pendeta berkata, 'Berilah aku jaminan, yang bisa membuat aku percaya!'
Para pengawal meminta kepada Said agar memenuhi permintaan pendeta. Said
berkata, 'Aku berjanji demi Allah Yang Mahaagung yang tidak ada sekutu bagiNya,
Insya Allah aku tidak akan meninggalkan tempat ini hingga pagi hari.'
Pendeta berkata kepada para pengawal, 'Naiklah kalian ke tingkat, pasanglah
tali panah kalian untuk mengusir binatang buas dari seorang hamba yang shalih ini!
'
Setelah naik mereka memasang tali panah. Tiba-tiba singa betina datang dan
mendekati Said, menggaruk-garukkan dan mengusapkan tubuhnya ke tubuh Said,
kemudian duduk di dekatnya. Kemudian singa jantan pun datang dan melakukan
sebagaimana yang dilakukan singa betina.
Ketika pendeta menyaksikan kejadian ini dan para pengawal telah turun dari
tingkat pada keesokan harinya, sang pendeta bertanya kepada Said tentang ajaran
dan sunnah Rasulullah yang dipegangnya. Said menerangkan secara terperinci.
Akhirnya sang pendeta pun masuk Islam.
Kemudian komandan dan para pengawal membawa Said untuk berpamitan.
Mereka berkata kepada Said, 'Kami telah bersumpah setia kepada al-Hajjaj, dan
kami tidak bisa melepaskan kamu sebelum kamu dibawa ke persidangan.'
Said menjawab, 'Laksanakan! Tidak ada seorang pun yang dapat menolak
keputusan Allah.'
Mereka membawa Said ke ruang persidangan. Setelah hakim memukul palu
dan persidangan selesai, Said berkata, 'Aku yakin sebentar lagi ajalku tiba. Jatah
hidupku telah habis, malam ini, berilah aku kesempatan untuk menyambut
kematian dan bersiap-siap menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir.'
Di antara mereka ada yang berkata, 'Dia tanggunganku, Insya Allah jika
membantah akan aku serahkan dia kepada kalian.'
Ketika mereka mengunjungi Said, mereka menyaksikan air mata mengalir
dari kedua mata Said, rambutnya kusut, wajahnya pucat. Sejak mereka
menangkapnya, Said tidak pernah makan, minum maupun tertawa.

3
Mereka bertanya, 'Bagaimana siksaan yang menimpamu karena perbuatan
kami? Mintakanlah kami ampunan kepada Tuhanmu kelak di hari mahsyar.' Lalu
mereka meninggalkan Said. Kemudian Said mandi, keramas dan mencuci bajunya.
Menjelang pagi, pengawal Said datang lagi untuk membawanya menghadap
al-Hajjaj, Setibanya di tempat al-Hajjaj, dia bertanya, 'Apakah kalian menghadapku
dengan membawa Said bin Jubair?'
Mereka menjawab, 'Ya.' Dia bertanya kepada kami penuh keheranan.
Kemudian wajahnya berpaling dari mereka sambil memerintah, 'Suruh dia masuk ke
ruanganku!' Setelah dimasukkan ke ruangannya, al-Hajjaj bertanya, 'Siapakah
namamu?'
Said Menjawab, 'Said bin Jubair (orang yang bahagia anak orang yang kuat).'
Al-Hajjaj berkata, 'Engkau adalah Syaqiy bin Kasir (orang yang sengsara anak
orang yang hancur)!'
Said Menjawab, 'Ibukulah yang lebih tahu maksud dia memberi nama aku
seperti itu daripada kamu!'
Al-Hajjaj berkata, 'Engkau sengsara dan menyengsarakan ibumu!'
Said menjawab, 'Ini adalah perkara gaib, yang hanya diketahui oleh orang selain
kamu.'
Al-Hajjaj berkata, 'Duniamu akan aku ganti dengan kobaran api. Wahai Said,
pilihlah dengan cara apa aku harus menghabisi nyawamu!' Said menjawab, 'Wahai
al-Hajjaj, pilihlah sendiri, sesuai dengan keinginanmu. Demi Allah, cara apapun
yang akan engkau pergunakan untuk menghabisi nyawaku, maka cara seperti itu
pulalah yang akan engkau dapati saat kematianmu kelak!'
Al-Hajjaj berkata, 'Bawa dia pergi, lalu bunuhlah!'
Ketika Said keluar dari pintu ia tertawa. Kejadian ini dilaporkan kepada al-
Hajjaj maka al-Hajjaj meminta agar Said dibawa masuk kembali.
Al-Hajjaj bertanya, 'Apa yang membuatmu tertawa?'
Said menjawab, 'Aku heran atas kelancanganmu terhadap Allah, sementara
Allah berlemah lembut kepadamu.’
Al-Hajjaj minta agar Said diterlentangkan di atas permadani, lalu berkata,
'Bunuhlah!'
Said menjawab, 'Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan
yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar,

4
dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.' (Al-
An’am: 79).
Al-Hajjaj berkata, 'Palingkan ia dari arah kiblat!'
Said menjawab, 'Dan kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah.' (Al-Baqarah: 115).
Al-Hajjaj berkata, 'Telungkupkan wajahnya!'
Said berkata, 'Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan
kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan
mengeluarkan kamu pada kali yang lain.' (Thaha: 55).
Al-Hajjaj berkata, 'Sudah, penggal lehernya!'
Said menjawab, 'Sungguh aku bersaksi tidak ada sesembahan yang haq
selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad SAW adalah hamba dan
utusanNya. Penggallah, mudah-mudahan kepala ini akan bertemu dengan jasadku
di hari kiamat kelak.' Kemudian Said berdoa, 'Ya Allah, sepeninggalku ini jangan lagi
ada seorang pun yang mati atas kekejamannya.'
Kemudian Said dipenggal di atas hamparan permadani. Semoga Allah
senantiasa mencurahkan rahmat kepadanya."(Al-Hilyah, 4/291)
Aun bin Abi Syidad berkata, "Berita yang sampai kepada kami adalah bahwa
al-Hajjaj hanya hidup 15 hari setelah peristiwa ini. Ia terserang tumor perut. Dokter
spesialis didatangkan guna mengoperasi perut dan mengangkat tumor tersebut.
Tetapi mereka gagal karena daging yang dijahit lengket dengan darah setelah satu
jam dari pelaksanaan operasi. Sadarlah ia bahwa umurnya tidak lama lagi.
Tersiar kabar pula bahwa di akhir hayatnya Al Hajaj sangat tersiksa batinnya
dan seperti orang gila, selalu memanggil-manggil, ‘Said bin Jubair, apa dosaku
padamu, mengapa
setiap kali aku ingin tidur kamu selalu menarik-narik kakiku !!" Setelah ia
meninggal dan di kubur, sebagian orang melihatnya dalam mimpi, ia berkata
kepadanya, ”Apa yang telah Allah perbuat kepadamu pada orang-orang yang telah
kamu bunuh wahai al-Hajjaj?”. Ia menjawab, ”Allah membunuhku dengan setiap
orang satu kali pembunuhan, dan (Allah) membunuhku dengan (kematian) Said ibn
Jubair sebanyak tujuh puluh kali pembunuhan”.

Anda mungkin juga menyukai