c
WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik
fokal maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau
sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler.
Secara garis besar, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Di negara
barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis stroke iskemik sementara
sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. Stroke hemoragik dapat disebabkan oleh perdarahan
intraserebral dan perdarahan subarakhnoid.
Stroke merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa
dan merupakan penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik.
Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien
selamat dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat
yang bervariasi.
Di negara-negara barat, stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Menurut
ÿ
ÿujuan dari makalah ini adalah untuk memperluas wawasan mengenai stroke, terutama stroke
hemoragik yaitu mengenai definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dan
penatalaksanaannya.
c c
ÿ ÿ
Stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (atau
global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan
kematian tanpa penyebab lain yang jelas selain vascular.1
ÿerdapat dua mekanisme yang menyebabkan kerusakan otak pada stroke yaitu iskemia
dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi dikarenakan berkurang atau tidak adanya darah ke otak.
Sedangkan hemoragik berasal dari pecahnya embuluh darah ang menyebabkan kerusakan ke
jaringan otak dengan mengganggu aliran darah dan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial.2
b. Penderita dengan grade III, IV atau V Hunt and Hess PSA
3 Lakukan penatalaksanaan AcC sesuai dengan protocol pasien di ruang
gawat darurat
3 Intubasi endotrakeal untuk mencegah aspirasi dan menjamin jalan napas
yang adekuat
3 cila ada tanda-tanda herniasi maka lakukan intubasi
3 Hindari pemakaian sedative yang berlebihan karena akan menyulitkan
penilaian status neurologis.
5. Antifibrinolitik
Obat-obat antifibrinolitik dapat mencegah perdarahan ulang. Obat-obat yang
sering dipakai adalah epsilon amino-caproid acid dengan dosis 36 gram/ hari atau
tranexamid acid dengan dosis 6-12 gr/hari.
6. Antihipertensi
3 Jaga £
7. Hiponatremi
cila natrium dibawah 120 m| /I diberikan NaCl 0,9% IV 2-3I/ hari. cila perlu
diberikan NaCl hipertonik 3% 50 ml, 3x sehari. Diharapkan dapat terkoreksi 0,5-1
m| /I/ jam dan tidak melebihi 130 m| /I dalam 48 jam pertama.
8. Kejang
Hanya dipertimbangkan pada pasien yang mungkin timbul kejang, umpamanya
pada hematom yang luas, aneurysme arteri serebri media, dan kesadaran yang tidak
baik. Akan tetapi untuk menghindari resiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang,
diberikan anti konvulsan sebagai profilaksis. Dapat dipakai fenitoin dengan dosis 15-
20 mg/kgcc/hari oral atau iv. Dosis inisial 100 mg oral atau iv 3x/hari. Dosis
maintenance 300-400mg oral/hari dengan dosis terbagi. cenzodiazepin dapat dpakai
hanya untuk menghentikan kejang.
9. Hidrosefalus
a. Akut
Dapat terjadi setelah hari pertama, namun lebih sering dalam 7 hari pertama.
Dianjurkan untuk ventrikulostomi (drainase eksternal ventricular), walaupun
resikonya dapat terjadi perdarahan berulang dan infeksi
b. Kronik
Sering terjadi setelah PSA. Dilakukan pengaliran cairan serebrospinal secara
temporer atau permanen seperti ventrikulo peritoneal shunt.
10.ÿerapi ÿambahan
a. Laksansia (pencahar)diperlukan untuk melembekkan fese secara regular
b. Analgesic
c. Cegah terjadinya
- Antagonis H2
- Antasida
- Inhibitor pompa proton selama beberapa hari
%ÿ &ÿ
1. Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia.1999.Kelompok Studi Serebo-
vaskular & Neurogeriatri. P|RDOSSI Pusat, Jakarta.
2. Shah, S., 2000. Stroke Pathophysiology. Foundation for |ducation and Research in
Neurological |mergencies
3. Victor et al. 2000. Cerobrovascular disease In :Adams and Victor¶s Principles of
neurology 7th |dition. McGraw-Hill.
4. Greenberg et al. 2002. Stroke In : Clinical Neurology 5th |dition. McGraw-
Hill/Appleton & Lange.
5. Rordorf, G., Mcdonald, C., 2009. Spontaneous Intracerebral Hemorrhage:
Pathogenesis, Clinical Feature, and Diagnosis. www.uptodate.com
6. Goetz, C., G., and Pappert, |., J., 2000. ÿextbook of Clinical Neurologi. W.c.
Saundres Company: 909
7. Singer, R., J., Christopher,O., S., Rudorf, G., 2009. |tiology, Clinical Manifestations,
and Diagnosis of Aneurysmal Subarachnoid Hemorrhage. www.uptodate.com
8.
9. Guideline Stroke 2007 |disi Revisi. Kelompok studi stroke. P|RDOSSI. Jakarta