perbuatan orang lain, baik dalam kegiatan bisnis, maupun saat berinteraksi dalam hidup
bermasyarakat. Pada prinsipnya semua orang dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan apabila
kepentingannya dirugikan. Sayangnya masih banyak yang tidak memahami bagaimana cara
mengajukan gugatan tersebut. Sementara untuk menyewa seorang Lawyer (Pengacara), kadang
muncul kekhawatiran akan dibohongi dan malah menghabiskan uang dan harta yang dimiliki.
Nah, untuk memahami tata cara mengajukan gugatan di Pengadilan sekaligus menghapus
kekhawatiran tadi, berikut adalah tata cara yang berlaku di Pengadilan Umum disertai biaya
perkara. Pada setiap Pengadilan biasanya memiliki aturan tersendiri mengenai besaran biaya,
namun perbedaannya tidak terlalu signifikan.
Penggugat atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan kepada
Ketua Pengadilan Negeri setempat pada Pengadilan Negeri (bagian Perdata) dengan
beberapa kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi, antara lain : Surat Permohonan / Surat
Gugatan dan Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan
Advokat/Lawyer).
Surat Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua Pengadilan
Negeri setempat.
Setelah mendapat persetujuan, maka Penggugat / Kuasanya membayar biaya gugatan /
SKUM di Kasir. Khusus bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara
prodeo (cuma-cuma). Ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan melampirkan surat
keterangan dari Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisasi oleh Camat. Bagi
yang tidak mampu, maka panjar biaya perkara ditaksir Rp. 0,- dan ditulis dalam Surat
Kuasa Untuk Membayar (SKUM), didasarkan pasal 237 – 245 HIR. Dalam tingkat
pertama, para pihak yang tidak mampu akan berperkara secara prodeo. Perkara secara
prodeo ini ditulis dalam surat gugatan atau permohonan bersama-sama (menjadi satu)
dengan gugatan perkara. Dalam posita surat gugatan atau permohonan disebutkan alasan
penggugat atau pemohon untuk berperkara secara prodeo dan dalam petitumnya.
Memberikan SKUM yang telah dibayar dan menyimpan bukti asli untuk arsip.
Menerima tanda bukti penerimaan Surat Gugatan.
Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri setempat yang disampaikan
oleh Juru Sita Pengganti.
Menghadiri Sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
BIAYA PERKARA
A. Biaya Proses :
Besaran biaya Kepaniteraan sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor. 53 tahun
2008 tentang Jenis Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Mahkamah
Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya.
Sedangkan mengenai bagaimana cara membuat gugatan, memori banding dan memori kasasi,
serta proses beracaranya akan kami ulas dalam pembahasan tersendiri. Semoga ini bisa
membantu memberikan pemahaman permasalahan hukum.
Pendahuluan
- Setiap orang yang merasa dirugikan dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang dianggap
merugikan lewat pengadilan.
- Gugatan dapat diajukan secara lisan (ps 118 ayat 1 HIR 142 ayat 1) atau tertulis (ps 120 HIR
144 ayat 1 Rbg) dan bila perlu dapat minta bantuan Ketua Pengadilan Negeri
- Gugatan itu harus diajukan oleh yang berkepentingan
- Tuntutan hak di dalam gugatan harus merupakan tuntutan hak yang ada kepentingan
hukumnya, yang dapat dikabulkan apabila kabenarannya dapat dibuktikan dalam sidang
pemeriksaan
- Mengenai persyaratan tentang isi daripada gugatan tidak ada ketentuannya, tetapi kita dapat
melihat dalam Rv Psl 8 No.3 yang mengharuskan adanya pokok gugatan yang meliputi :
1) Identitas dari pada para pihak
2) Dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta alasan-alasan
daripada tuntutan. Dalil-dalil ini lebih dikenal dengan istilah fundamentum petendi
3) Tuntutan atau petitum ini harus jelas dan tegas. HIR dan Rbg sendiri hanya mengatur
mengenai cara mengajukan gugatan
Fundamentum Petendi
Fundamentum petendi adalah dalil-dalil posita konkret tentang adanya hubungan yang
merupakan dasar serta ulasan daripada tuntutan
1. Fundamentum petendi ini terdiri dari dua bagian :
a. Bagian yang menguraikan tentang kejadian atau peristiwa (feitelijke gronden) dan
b. Bagian yang menguraikan tentang dasar hukumnya (rechtgronden)
2. Uraian tentang kejadian merupakan penjelasan duduknya perkara tetang adanya hak atau
hubungan hukum yang menjadi dasar yurudis daripada tuntutan
3. Mengenai uraian yuridis tersebut tidak berarti harus menyebutkan peraturan-peraturan hukum
yang dijadikan dasar tuntutan melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan di
dalam persidangan nanti sebagai dasar dari tuntutan, yang member gambaran tentang kejadian
materiil yang merupakan dasar tuntutan itu
4. Mengenai seberapa jauh harus dicantumkannya perincian tentang peristiwa yang dijadikan
dasar tuntutan ada bebarapa pendapat :
a. Menurut Subtantieringstheori, tidak cukup disebutkan hukum yang menjadi dasar tuntutan
saja, tetapi harus disebutkan pula kejadian-kejadian yang nyata yang mendahului peristiwa
hukum yang menjadi dasar gugatan itu, dan menjadi sebab timulnya peristiwa hukum tersebut
misalnya ; bagi penggugat yang menuntut miliknya, selain menyebutkan bahwa sebagai pemilik,
ia juga harus menyebutkan asal-asul pemilik itu.
b. Menurut individualiseringtheori sudah cukup dengan disebutkannya kajadian-kejadian yang
dicantumkan dalam gugatan yang sudah dapat menunjukan adanya hubungan hukum yang
menjadi dasar tuntutan. Dasar atau sejarah terjadinya hubungan tersebut tidak perlu dijelaskan,
karena hal tersebut dapat dikemukakan didalam sidang-sidang yang akan datang dengan disertai
pembuktian.
c. Menurut putusan Mhkamah agung sudah cukup dengan disebutkannya perumusan kejadian
materiil secara singkat.
"Melarang memberikan paspor dan exit permit kepada anak-anak Warga Negara
Indonesia yang diangkat anak oleh Warga Negara Asing apabila pengangkatan
anak tersebut tidak dilakukan oleh Putusan Pengadilan Negeri yang daerah
hukumnya meliputi tempat tinggal / tempat kediaman anak tersebut di
Indonesia."
1. Permohonan pengangkatan wali bagi anak yang belum dewasa adalah 18 tahun
(menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 47;
menurut Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak Pasal 1;
menurut Undang-undang No 23 Tahun 2002 Pasal 1 butir ke 1).
2. Permohonan pengangkatan pengampuan bagi orang dewasa yang kurang
ingatannya atau orang dewasa yang tidak bisa mengurus hartanya lagi, misalnya
karena pikun.
3. Permohonan dispensasi nikah bagi pria yang belum mencapai umur 19 tahun
dan bagi wanita yang belum mencapai umur 16 tahun (Pasal 7 Undang-undang
No. 1 Tahun 1974).
4. Permohonan izin nikah bagi calon mempelai yang belum berumur 21 tahun
(Pasal 6 ayat (5) Undang¬-undang No.1 Tahun 1974).
5. Permohonan pembatalan perkawinan (Pasal 25, 26 dan 27 Undang-undang No.1
Tahun 1974).
6. Permohonan pengangkatan anak (harus diperhatikan SEMA No. 6/1983).
7. Permohonan untuk memperbaiki kesalahan dalam akta catatan sipil, misalnya
apabila nama anak secara salah disebutkan dalam akta tersebut (Penduduk
Jawa dan Madura Ordonantie Pasal 49 dan 50, Peraturan Catatan Sipil
keturunan Cina Ordonantie 20 Maret 1917-130 jo 1929-81 Pasal 95 dan 96,
Untuk golongan Eropa KUH Perdata Pasal 13 dan 14), permohonan akta
kelahiran, akta kematian.
8. Permohonan untuk menunjuk seorang atau beberapa orang wasit oleh karena
para pihak tidak bisa atau tidak bersedia untuk menunjuk wasit (Pasal 13 dan 14
UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa).
9. Permohonan agar seseorang dinyatakan dalam keadaan tidak hadir (Pasal 463
BW) atau dinyatakan meninggal dunia (Pasal 457 BW).
10. Permohonan agar ditetapkan sebagai wakil/ kuasa untuk menjual harta warisan.
1. Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris Adat, dengan surat keterangan ahli
waris yang dibuat oleh ahli waris yang bersangkutan sendiri, yang disaksikan
oleh Lurah dan diketahui Camat dan desa dan kecamatan tempat tinggal
almarhum.
2. Bagi mereka yang berlaku Hukum waris lain-lainnya, misalnya Warga Negara
Indonesia keturunan Hindia, dengan surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh
Balai Harta Peninggalan (perhatikan Surat Edaran Menteri, Direktur Jenderal
Agraria, Kepala Direktorat Pendaftaran Tanah ub. Kepala Pembinaan Hukum,
R.Soepandi tertanggal 20 Desember 1969, No. Dpt/112/63/12/69, yang terdapat
dalam buku tuntunan bagi Pejabat Pembuat Akte Tanah, Departemen Dalam
Negeri, Ditjen Agraria, halaman 85).
1. Akta ini dibuat oleh ahli waris almarhum, yang berupa suatu surat pemyataan
bahwa dia mereka adalah ahli waris, dengan menyebutkan kedudukan masing¬
masing dalam hubungan keluarga yang telah meninggal. Pernyataan yang dibuat
tersebut dapat dimintakan untuk disahkan tanda tangannya oleh Ketua
Pengadilan Negeri.
2. Setelah membacakan dan menjelaskan surat pernyataan tersebut dihadapan
para pihak, Ketua Pengadilan Negeri atau Hakim yang ditunjuk mengesahkan
tanda tangan mereka berdasarkan ketentuan Pasal 2 (1) Stbld. 1916-46 dengan
cara, dibawah pernyataan tersebut dibubuhi kalimat:
Surat keterangan ahli waris tersebut hanya berlaku untuk suatu keperluan
tertentu, karena itu dibawahnya dicantumkan dengan huruf-huruf besar sebagai
berikut (sebagai contoh) :
Catatan :
"Akta dibawah tangan yang telah disahkan ini khusus berlaku untuk mengambil
uang deposito di bank _____________ atas nama _____________”.
Dan kemudian dibubuhi cap Pengadilan Negeri sesuai dengan Pasal 3 ayat (1)
Stbld.1916-46, akta tersebut dicatat dalam Buku Register yang khusus
disediakan untuk itu.
Sumber: Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Perdata Umum dan
Perdata Khusus, Buku II, Edisi 2007, Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 43-48.
Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI Nomor: KMA/032/SK/IV/2006 tentang
Pemberlakuan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan.
Perkara perdata
|
PROSEDUR BERPERKARA
GUGATAN PERDATA
TATA CARA PELAKSANAAN
PELAKSANAAN PENDAFTARAN GUGATAN TINGKAT PERTAMA
1. Penggugat atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan gugatan yang ditujukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Meja 1 bagian Perdata, dengan
beberapa kelengkapan/syarat yang harus dipenuhi :
o Surat Permohonan / Gugatan ;
o Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat);
2. Gugatan dan Surat Kuasa Asli harus mendapat persetujuan dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat;
3. Setelah mendapat persetujuan, maka Penggugat / Kuasanya membayar biaya gugatan / SKUM di
Kasir;
4. Memberikan SKUM yang telah dibayar ke Meja 2 dan menyimpan bukti asli untuk arsip.
5. Menerima tanda bukti penerimaan Surat Gugatan dari Meja 2.
6. Menunggu Surat Panggilan sidang dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang disampaikan oleh
Juru Sita Pengganti.
7. Menghadiri Sidang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
1. Pemohon atau melalui Kuasa Hukumnya mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat di Meja 3 bagian Perdata, dengan beberapa kelengkapan/syarat yang harus
dipenuhi :
o Surat Permohonan Banding;
o Surat Kuasa yang sudah dilegalisir (apabila menggunakan Advokat);
o Memori Banding
2. Pemohon / Kuasanya membayar biaya gugatan / SKUM di Kasir;
3. Memberikan SKUM yang telah dibayar ke Meja 3 dan menyimpan bukti asli untuk arsip.
4. Menerima tanda bukti penerimaan Surat Permohonan dari Meja 3.
5. Menunggu Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Berkas (Inzage), Pemohon diberikan jangka waktu
14 hari untuk datang ke Pengadilan Negeri setempat untuk mempelajari berkas.
6. Menunggu Surat Pemberitahuan Kontra Memori Banding dan salinan Kontra Memori Banding.
7. Menunggu kutipan putusan dari Pengadilan Tinggi yang akan disampikan oleh Juru Sita
Pengganti.
Permohonan harus diajukan dengan surat permohonan yang ditandatangani oleh Pemohon atau
Kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kuningan.;
Permohonan yang disampaikan kepada Pengadilan Negeri Kuningan kemudian didaftarkan
dalam Register dan diberi Nomor Urut, setelah Pemohon membayar persekot biaya perkara (Via
Bank Syariah Mandiri Kuningan) yang besarnya telah ditentukan oleh Pengadilan Negeri
Kuningan (Pasal 121 HIR, Pasal 145 RBg).;
Bagi pemohon yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara, hal mana harus
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat megajukan
permohonannya secara Prodeo,(Pasal 237 HIR).;
Pemohon yang tidak bisa menulis dapat mengajukan permohonannya secara lisan dihadapan
Ketua Pengadilan Negeri Kuningan atau Petugas yang ditugaskan untuk itu yang akan menyuruh
mencatat permohonan tersebut ( Pasal 120 HIR dan Pasal 144 RBg).;
Perkara Permohonan termasuk dalam pengertian Yuridiksi Volunter, berdasarkan permohonan
yang diajukan itu, Hakim member suatu Penetapan.;
Ada permohonan tertentu yang harus dijatuhkan berupa putusan oleh Pengadilan Negeri,
misalnya dalam hal diajukan permohonan Pengangkatan anak oleh seorang Warga Negara Asing
(WNA) terhadap anak Warga Negara Indonesia (WNI) atau oleh seorang Warga Negara
Indonesia (WNI) terhadap anak Warga Negara Asing (WNA) (SEMA No.6/1983).;
Tidak semua permohonan dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kuningan, Pengadilan
Negeri hanya berwenang untuk memeriksa dan mengabulkan permohonan apabila hal mitu
ditentukan oleh suatu peraturan perundang-undangan atau yurisprudensi.;
Contoh permohonan yang dapat diajukan dan ditetapkan oleh Pengadilan Negeri adalah
o Permohonan pengangkatan wali bagi anak yang belum dewasa.;
o Permohonan pengangkatan pengampu bagi orang dewasa yang kurang ingatannya .;
o Permohonan dispensasi nikah bagi Pria yang belum mencapai umur 19 Tahun dan bagi
wanita yang belum mencapai umur 16 Tahun ( Pasal 7 UU No.1 Tahun 1974).;
o Permohonan Ijin Nikah bagi calon mempelai yang belum berumur 21 Tahun ( Pasal 6 (5)
UU No.1 Tahun 1974)
o Pembatalan Perkawinan (Pasal 39 Undang-Undang No.23 Tahun 2006).;
o Permohonan Pengangkatan anak (SEMA No.6/1983 Jo. SEMA No.2 /2009 dan Pasal 47
ayat 2 Undang-Undang No.23 Tahun 2006).;
o Permohonan memperbaiki kesalahan dalam Akta Catatan Sipil (Pasal 49 dan Pasal 50
Ordonatie Penduduk Jawa dan Madura).;
o Permohonan untuk menunjuk seorang atau beberapa orang wasit, oleh karena para
pihak tidak bias atau tidak bersedia untuk menunjuk wasit.;
o Permohonan Akte Kelahiran Terlambat (Pasal 32 ayat 2 Undang-Undang No.23 Tahun
2006).;
o Permohonan ganti Nama/Perubahan nama (Pasal 52 Undang-Undang No.23 Tahun
2006).;
o Wali untuk anak yang belum dewasa dan Ijin Jual.;
o Permohonan Pendaftaran Pernikahan Terlambat (Untuk Non Muslim). (Pasal 36
Undang-Undang No.23 Tahun 2006).;
o Permohonan Akte Kematian yang terlambat (Pasal 33 Undang-Undang No.23 Tahun
2006).;
(Hak milik atas sebidang tanah harus dibuktikan dengan Sertifikat Tanah atau apabila
dipermasalahkan dalam suatu gugatan, dibuktikan dengan alat bukti lain dipersidangan).;
Permohonan untuk menetapkan bahwa seseorang atau beberapa orang adalah ahli waris
almarhum.
Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris BW, dengan Surat Keterangan hak waris yang dibuat
oleh Notaris.;
Bagi mereka yang berlaku Hukum Waris Adat dengan Surat Keterangan Ahli Waris yang
bersangkutan sendiri, yang disaksikan oleh Lurah dan diketahui Camat dari Desa dan Kecamatan
tempat tinggal almarhum.;
Bagi mereka yang beralku Hukum Waris lainnya, misalnya Warga Negara Indonesia Keturunan
Hindia, dengan Surat Keterangan ahli waris yang dibuat oleh Balai Harta Peninggalan
( Perhatikan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, Direktur Jenderal Agraria, Kepala Direktorat
Pendaftaran tanah , No. Dpt / 112 / 63 / 12 / 69, tanggal 20 Desember 1969).;
Permohonan untuk mengabulkan suatu permohonan dan menetapkan seorang atau beberapa
orang sebagai pemilik atau mempunyai hak atas suatu barang.;
Permohonan untuk mengabulkan suatu permohonan dan menetapkan untuk menyatakan suatu
dokumen atau sebuah akta adalah sah.;
Gugatan harus diajukan dengan surat gugat yang ditandatangani oleh Penggugat atau
Kuasanya yang sah dan ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kuningan.;
Gugatan yang disampaikan kepada Pengadilan Negeri Kuningan kemudian didaftarkan
dalam Register dan diberi Nomor Urut, setelah Penggugat membayar persekot biaya
perkara (Via Bank Syariah Mandiri Kuningan) yang besarnya telah ditentukan oleh
Pengadilan Negeri Kuningan (Pasal 121 HIR, Pasal 145 RBg).;
Bagi pemohon yang benar-benar tidak mampu membayar biaya perkara, hal mana harus
dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Desa yang bersangkutan, dapat
megajukan permohonannya secara Prodeo,;
Penggugat yang tidak bisa menulis dapat mengajukan permohonannya secara lisan
dihadapan Ketua Pengadilan Negeri Kuningan atau Petugas yang ditugaskan untuk itu
yang akan menyuruh mencatat permohonan tersebut ( Pasal 120 HIR dan Pasal 144
RBg).;
Pemohon mengajukan perkara gugatan dengan menyerahkan surat gugatan secara tertulis
yang ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Kuningan (dilampiri Surat Kuasa dan
Kartu PERADI yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Kuningan
apabila dikuasakan kepada advokat) dan diterima di Meja 1 Kepaniteraan Perdata.;
Panmud Perdata/Meja 1 (dapat) memberikan penjelasan yang dianggap berkenaan
dengan Gugatan yang diajukan dan menaksir biaya perkara gugatan tersebut (Besarnya
panjar biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut / Pasal 182 (1) HIR ) dan memberikan pengantar kepada Penggugat untuk
membayar panjar biaya perkara ke Rekening Bank ( SEMA No. 04/2008) pada Rekening
Pengadilan Negeri Kuningan, pada Bank Syariah Mandiri Cabang Kuningan, Jl Siliwangi
Kuningan.;
Penggugat menyerahkan kembali bukti setoran yang telah divalidasi oleh bank tersebut
kepada Meja 1 , untuk selanjutnya dilampirkan dalam Perkara Gugatan yang didaftarkan
dan diberi nomor urut perkara sebagai perkara Gugatan, selanjutnya Kasir menerbitkan
SKUM atas nama Gugatan yang dibuat dalam rangkap 3 (telah di cap LUNAS), dimana
Lembar I untuk Penggugat, Lembar II untuk Kasir dan Lembar III untuk dilampirkan
dalam berkas selanjutnya membuat dan mencatatnya dalam Buku Jurnal Keuangan
Perkara Gugatan dalam Tahun yang sedang berjalan.;
Penggugat menerima sehelai salinan surat Gugatan berikut Lembar I SKUM, selanjutnya
menunggu Panggilan Sidang yang akan dilakukan oleh Jurusita / Jurusita Pengganti
Pengadilan Negeri Kuningan.;
Berkas perkara Gugatan selanjutnya diserahkan ke Meja II untuk diregister dalam register
Perkara Gugatan Tahun yang sedang berjalan dan mengajukan berkas perkara tersebut
kepada Ketua Pengadilan Negeri Kuningan guna menunjuk Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara gugatan tersebut.;
Berkas perkara gugatan yang telah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri Kuningan
dengan menetapkan dan menunjuk Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili
perkara tersebut, diserahkan kembali kepada Meja I untuk diproses dan menunjuk
Panitera Pengganti yang akan mendampingi Majelis Hakim yang memeriksa dan
mengadili perkara Gugatan tersebut.;
Berkas perkara yang telah ditetapkan tersebut diserahkan kepada Panitera Pengganti,
untuk diajukan kepada Majelis Hakim guna menentukan Hari Persidangan oleh Majelis
Hakim.;
Panitera Pengganti melaporkan kepada Meja III tentang hari sidang tersebut dengan
menyerahkan sehelai salianan penetapan Ketua tentang Majelis Hakim yang memeriksa
dan mengadili perkara tersebut dan sehelai penetapan Hakim tentang hari sidang untuk
diarsipkan dalam berkas perkara, dan selanjutnya Meja III menentukan dan menugaskan
Jurusita/Jurusita Pengganti untuk memanggil penggugat dan tergugat untuk hadir dalam
persidangan yang telah tentukan.;