Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH PENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE)

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA


KELAS X-3 SMA NEGERI 4 BANJARMASIN
PADA POKOK BAHASAN KALOR
DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK

PROPOSAL

Untuk memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian

dalam Rangka Penyusunan Skripsi

Oleh:

Khairunnisa Fahlina A1C408269

Sholehah A1C408261

Surya Haryandi A1C408201

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2011
I. JUDUL: Pengaruh Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor dengan
Pendekatan Konstruktivistik.

II. LATAR BELAKANG


Proses belajar mengajar sesuai KTSP 2006 di atur dalam Peraturan Pemerintah RI
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang diperjelas dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007 tanggal 23 Mei 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa mutu
pembelajaran di sekolah dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran yang
mengacu pada standar proses, melibatkan peserta didik secara aktif, demokratis, mendidik,
memotivasi, mendorong kreatifitas, dan dialogis,diharapkan siswa mencapai pola pikir dan
kebebasan berfikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang berupa berfikir,
berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi.
Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 4 Banjarmasin khususnya kelas X-3, fisika
selalu merupakan mata pelajaran yang paling tidak disukai, karena dianggap terlalu sulit. Hal
ini terlihat dari nilai-nilainya yang sangat rendah atau bahkan paling rendah. Rendahnya
prestasi belajar fisika mungkin disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang sesuai
dengan materi pelajaran. Dalam penyampaian materi fisika, guru lebih senang menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab, sedangkan metode eksperimen dan demonstrasi jarang
dilakukan, dengan alasan keterbatasan alat labolatorium di sekolah. Penyampaian materi
fisika dengan metode ceramah ini menyebabkan adanya kesenjangan antara penjelasan guru
dengan cara berfikir siswa. Siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru
tanpa mengamati sendiri gejala-gejala fisika yang sebenarnya, hal ini akan menyebabkan
pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang mantap. Kegiatan pembelajaran seperti ini
bersifat monoton dan siswa menjadi kurang bergairah untuk belajar.
Berdasarkan pengamatan peneliti saat menempuh mata kuliah Praktek Pengalaman
Lapangan (PPL), kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah ini terus berlangsung. Dari
pengamatan dan wawancara dengan guru fisika di sekolah ini, didapatkan bahwa ketuntasan
hasil belajar siswa menurun yaitu terdapat 22,5 % atau 9 orang siswa yang tuntas, sedangkan
siswa yang tidak tuntas terdapat 77,5 % atau 31 orang. Hal ini terjadi karena siswa merasa
jenuh dengan mata pelajaran fisika, karena metode pengajaran yang diberikan kurang
bervariasi. Padahal sekolah ini memiliki labolatorium dan peralatan yang cukup memadai,
tetapi sayangnya jarang dimanfaatkan.
Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan suatu alternatif metode pembelajaran
yang dapat memberikan penyelesaian terhadap masalah tersebut. Metode yang digunakan
tentunya dapat membantu siswa dalam penguasaan konsep yang baik, sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajarnya. Seiring dengan perkembangan dunia pendidikan, saat ini
diperlukan pendidikan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran yang lebih
mengaktifkan siswa, yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Proses
pembelajaran yang sesuai antara lain adalah pembelajaran menggunakan pendekatan
konstruktivistik.
Salah satu upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah digunakannya
siklus belajar (Learning Cycle). Siklus belajar memiliki tiga fase yang membentuk pondasi
untuk ilmu pengetahuan alam. Tiga fase tersebut yakni fase eksplorasi, fase pengenalan
konsep, dan fase penerapan konsep. Pada fase eksplorasi siswa diberikan kegiatan untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan atau pengumpulan pengamatan dengan panca
indra. Pada proses ini siswa membangun pengetahuannya berdasarkan konsep-konsep yang
telah dimilikinya. Sedangkan pada fase pengenalan konsep, guru membimbing siswa untuk
mempresentasikan data yang telah diperoleh pada fase eksplorasi. Dengan bimbingan guru,
siswa mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar
konsep. Kemudian pada fase penerapan konsep siswa diberikan kesempatan untuk
memahami hubungan antar konsep utama yang dipelajari dalam situasi baru. Selain
penerapan konsep mereka diberikan kesempatan untuk memahami hubungan antar konsep
utama yang dipelajari dengan konsep-konsep lain. Secara ideal, fase penerapan konsep dari
suatu pelajaran dapat membawa pada fase ekspolasi dari pelajaran yang baru. Dalam setiap
fase di atas terdapat evaluasi. Evaluasi ini memegang peranan penting khususnya dalam
mengevaluasi diskusi yang dilakukan siswa pada setiap fase sehingga dapat meningkatkan
tujuan pembelajaran. Melihat karakteristik dari siklus belajar seperti tersebut di atas, maka
siklus belajar dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Dari uraian di atas, tentunya perlu diadakan penelitian untuk menerapkan
model ini pada mata pelajaran fisika khususnya pada konsep kalor.
Konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya membangun atau
menyusun. Teori konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang menekankan bahwa para
siswa sebagai pebelajar tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapatkan,
tetapi mereka secara aktif membangun pengetahuan secara individual (Carin dalam Srini,
2001: 2). Menurut pandangan konstruktivisme pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja
dari seseorang kepada orang lain, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing
orang. Tiap orang harus mengkonstruksi pengetahuan, dan bukan sesuatu yang telah jadi.
Tetapi suatu proses yang berkembang terus menerus. Dalam proses ini keaktifan seseorang
pengamat berperan dalam perkembangan pengetahuannya (Suparno, 1997: 28-29). Carr,
Yonassen, Litzinger dan Mana (dalam Srini, 2001: 3) mengemukakan bahwa ada lima ciri
pendekatan konstruktivisme, yaitu sebagai berikut:
1. Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sebab fokus belajar mereka pada proses
integrasi pengetahuan yang baru dengan pengalaman atau pengetahuan mereka yang
lama.
2. Setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan diperlukan. Para siswa didorong
untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskan secara terintegrasi.
3. Proses pembelajaran harus mendorong terjadinya kerjasama dan bukan persaingan.
Proses pembelajaran melalui kerjasama memungkinkan siswa mengingat pelajaran
lebih lama.
4. Kontrol kecepatan dan fokus pelajaran ada pada siswa. Cara ini akan membuat siswa
mandiri dalam belajar.
5. Pendekatan konstruktivistik memberi pengalaman belajar yang tidak terlepas dari
konteks dunia nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pendekatan konstruktivistik tersebut didapatkan bahwa tujuan
pembelajaran dalam konstruktivistik lebih menekankan pada belajar, bagaimana belajar dan
penciptaan pemahaman baru yang menuntut aktivitas, kreatifitas dan produktif dalam konteks
nyata. Dengan demikian, siswa dituntut untuk berpikir dan berpikir ulang serta
mendemonstrasikan kinerjanya (Koes, 2001: 3). Salah satu model pembelajaran yang
menerapkan teori konstruktivisme adalah siklus belajar. Siklus belajar merupakan model
pembelajaran yang dapat mengembangkan atau memperkaya konsep-konsep yang telah
dimiliki oleh siswa sebagai bekal awal kognitifnya.
Berdasarkan hal ini, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X-3
SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor dengan Pendekatan
Konstruktivistik”.
III.RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah secara umum
“Bagaimanakah Pengaruh Penggunaan Siklus Belajar (Learning Cycle) terhadap Prestasi
Belajar Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada Pokok Bahasan Kalor?
Dari rumusan masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa pertanyaan penelitian sebagai
berikut :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan model siklus belajar (Learning Cycle) selama


proses pembelajaran?
2. Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pada penerapan pendekatan konstruktivistik
dengan model pembelajaran Learning Cycle?
3. Bagaimana keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle dengan pendekatan
konstruktivistik?
4. Bagaimana respon siswa terhadap proses belajar mengajar model Learning Cycle
dengan pendekatan konstruktivistik?

IV. TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah untuk melihat pengaruh penggunaan siklus belajar (Learning Cycle) terhadap prestasi
belajar siswa kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada pokok bahasan kalor.

V. MANFAAT PENELITIAN
Dengan terlaksananya penelitian ini, maka manfaat yang diharapkan diperoleh adalah
sebagai berikut:
1. Bagi guru, penelitian ini sangat bermanfaat sebagai alternatif untuk
mengembangkan kemampuan dalam melakukan penelitian tindakan kelas dan
menerapkan authentic assesment dalam model pembelajaran Learning Cycle.
2. Bagi siswa, penelitian ini merupakan salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan keterampilan kooperatif antar siswa.
3. Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan dapat dijadikan panduan untuk
mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pembelajaran Learning Cycle
dengan pendekatan konstruktivistik.
VI. PENJELASAN ISTILAH DAN BATASAN MASALAH
6.1 Penjelasan Istilah
a. Pendekatan Konstruktivistik
Didefinisikan sebagai suatu pendekatan dimana siswa membangun pengetahuannya
secara mandiri dengan tidak terlepas dari pengalaman sehari-hari. Pembelajaran ini
menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran, karena siswa didorong untuk
menemukan berbagai kemungkinan dan mensintesiskannya secara terintegrasi. Tempo
dan fokus pelajaran diserahkan pada siswa, sehingga siswa dituntut untuk mandiri,
berfikir kritis dan kreatif.
b. Model Siklus Belajar (Learning Cycle)
Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan
konstruktivisme. Dalam pandangan ini, siklus belajar merupakan suatu cara berfikir dan
bertindak sesuai dengan bagaimana siswa tersebut belajar. Model siklus belajar ini
memiliki tiga fase, yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep dan fase penerapan
konsep. Dalam setiap fase terdapat evaluasi.
c. Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran yang dapat dilihat dari skor perolehan tes sub sumatif yang diadakan pada
setiap akhir pembahasan suatu konsep.

6.2 Asumsi
a. Siswa mendapat perlakuan yang sama selama proses belajar mengajar.
b. Jawaban dan alasan yang diberikan siswa pada saat mengerjakan tes menunjukkan
kemampuan siswa terhadap penugasan materi Kalor.

6.3 Batasan Masalah


a. Ketuntasan belajar hanya dilihat dari aspek produk dan proses.
b. Subyek penelitian adalah siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin.
c. Materi yang digunakan adalah materi Kelas X Semester 2 pada pokok bahasan Kalor.
d. Kegiatan pembelajaran pada subyek penelitian dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan
alokasi waktu 6 Jam Pelajaran (45 menit/Jam Pelajaran).
KAJIAN PUSTAKA

A. Karakteristik Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin

B. Pendekatan Konstruktivistik

C. Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

1. Fase Eksplorasi

2. Fase Pengenalan Konsep

3. Fase Penerapan Konsep

D. Model Learning Cycle dengan Pendekatan Konstruktivistik

E. Penerapan Model Siklus Belajar Dalam Topik Kalor

F. Penelitian yang Relevan

G. Kerangka Berfikir
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) karena dalam penelitian
ini untuk mengatasi adanya masalah yang ada dalam kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin
berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa siswa yang rendah.
Peneliti berusaha mengamati, merefleksikan, dan mengevaluasi kegiatan
pembelajaran yang berlangsung. Setelah melakukan refleksi biasanya muncul kesalahan atau
pemikiran yang perlu mendapat atau dilakukan perencanaan ulang yang disertai dengan
tindakan pengamatan ulang, sehingga tahap-tahap kegiatan tersebut terus berulang sampai
suatu permasalahan dianggap teratasi. Adapun alur penelitian tindakan kelas yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan alur penelitian tindakan kelas model Hopkins yang
digambarkan sebagai berikut:

Plan
Reflective

Action/ Observation

Revised Plan
Reflective

Action/ Observation

Revised Plan
Reflective

Action/ Observation

Empat tahap penelitian kelas yang dirumuskan oleh Hopkins (Budi, 2003:4) adalah sebagai
berikut:
3.1.1 Plan (Rencana Awal)
Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan
sesuatu. Rencana yang dilakukan meliputi:
a. Menyusun RPP pembelajaran kooperatif dengan Pendekatan Konstruktivisik untuk 3
siklus.
b. Menyusun LKS, Hand out, LP, dan media pembelajaran yang sesuai.
c. Menyusun lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif
siswa.
d. Membuat angket respon siswa terhadap pembelajaraan kooperatif dengan CTL,
Keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara mengajar guru.
3.1.2 Action (Tindakan)
Tahap berikutnya adalah melakukan implementasi/tindakan dikelas yaitu memotivasi
dan menyampaikan tujuan, mengumpulkan data melalui pengamatan, membimbing siswa
untuk mempresentasikan data yang telah diperoleh melalui pengamatan, membimbing siswa
mengorganisasikan data, memberi kesempatan untuk memahami hubungan antar konsep
utama, mengevaluasi diskusi, dan akhirnya memberikan penghargaan kepada siswa yang
kinerjanya baik.

3.1.3 Observation (Pengamatan)


Selama melakukan tindakan kelas, maka dilakukan observasi oleh observer (guru
mitra dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP dan keterampilan kooperatif yang
dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung, setelah proses pembelajaran
dilakukan tes hasil belajar.

3.1.4 Reflection (Refleksi)

Setelah semua data terkumpul meliputi keterlaksanaan RPP, keterampilan kooperatif


siswa, dan tes hasil belajar, selanjutnya dilakukan analisis dan refleksi antara guru/peneliti
dan observer. Analisis data dilakukan melalui reduksi data, paparan, dan kesimpulan.
Selanjutnya refleksi untuk mengkaji tindakan terhadap keberhasilan pencapaian berbagai
tujuan dan perlu tidaknya ditindaklanjuti dalam rangka mencapai tujuan akhir. Berdasarkan
hasil refleksi, maka kesalahan-kesalahan yang terjadi selama pembelajaran dijadikan
pertimbangan untuk memperbaiki kesalahan pada siklus berikutnya.

Pada siklus terakhir, siswa diminta mengisi angket respon siswa berkaitan dengan
proses pembelajaran, keterampilan kooperatif, suasana kelas, dan cara guru mengajar.
3.2 Subjek dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-3 SMA Negeri 4 Banjarmasin pada
pokok bahasan Kalor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Maret
2011.
3.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel
a. Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang menerapkan pendekatan
konstruktivistik. Dalam hal ini, siklus belajar merupakan cara berfikir dan bertindak
sesuai dengan bagaimana cara siswa belajar. Model siklus belajar memiliki tiga fase,
yaitu fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase penerapan konsep. Dalam setiap
fase terdapat fase evaluasi.
b. Ketuntasan belajar siswa ditekankan pada hasil belajar yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, penerapan,analisis, dan sintesis. Ketuntasan belajar diukur berdasarkan
jumlah skor yang diperoleh pada masing-masing tes. Untuk mengukur kemampuan awal
siswa dilakukan tes awal siswa (pretes) dan setelah pembelajaran diberikan dilakukan tes
hasil belajar (posttes).
c. Keterlaksanaan RPP adalah keterlaksanaan dari fase-fase Model Siklus Belajar dengan
Pendekatan Konstruktivistik yang diukur dengan instrument pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran.
d. Respon siswa adalah pendapat sisiwa mengenai proses pembelajaran dengan
menggunakan Model Siklus Belajar dengan pendekatan konstruktivistik., suasana belajar,
dan cara guru mengajar yang diukur dengan menggunakan angket respon siswa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Observasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan RPP yang dilakukan guru dan
Model Siklus Belajar. Observer adalah teman sejawat dan guru pengajar fisika di SMA
Negeri 4 Banjarmasin.
3.4.2 Tes
Soal pretes-posttes digunakan untuk mengetahui mengukur ketrampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiiki individu atau kelompok. Dimana tes yang
akan dilakukan dalam penelitian ini berupa tes awal dan tes akhir. tes awal dilakukan untuk
mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai pokok bahasan kalor, sedangkan tes akhir
dilakukan dengan tujuan untuk melihat hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan kalor.

3.4.3 Angket
Angket yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk mengetahui respon siswa dalam
memahami mata pelajaran Fisika pada pokok bahasan Kalor dengan Model Siklus Belajar
dengan menggunakan pendekatan Konstruktivistik. Angket ini diberikan setelah semua
tindakan pembelajaran selesai.

3.4.4 Dokumentasi
Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah foto dan rekaman video saat
proses pembelajaran berlangsung dan daftar nilai siswa kelas X-3.

3.5 Perangkat dan Instrumen Penelitian


Perangkat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1 Rencana Pembelajaran


RPP disusun menggunakan Model Siklus Belajar dengan pendekatan
Konstruktivistik. RPP ini disusun untuk mengajarkan materi Kalor yang disampaikan selama
3 kali pertemuan.

3.5.2 Hand Out


Ringkasan materi Kalor yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi perpindahan
kalor secara konduksi, konveksi, dan radiasi.

3.5.3 Lembar Kegiatan Siswa


LKS adalah serangkaian kegiatan atau tugas yang harus dilakukan oleh siswa untuk
menunjang proses belajarnya guru untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3.5.3 Lembar Tes Hasil Belajar
Tes ini disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai. Tes dilakukan pada setiap
akhir putaran.Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Penyusunan soal
tes ini berdasarkan pada indikator yang akan dicapai sebagai penjabaran dari kompetensi
dasar dengan mempertimbangkan aspek taksonomi bloom yang meliputi pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan kreativitas.

Soal yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh pakar atau praktisi, kemudian
dilakukan ujicoba instrumen tes pada siswa yang telah menerima materi fluida dinamis. Data
yang diperoleh dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Uji validitas soal


Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahian
instrumen. Uji validitas menggunakan hitungan statistik korelasi product moment dengan
menggunakan rumus:(Suharsimi, 2006: 170)

N  XY  ( X )( Y )
rxy 
{N  X 2  ( X ) 2 }{N  Y 2  ( Y )2 }
.......................... (8.1)

Keterangan
rxy = koefisien korelasi
X = skor tes pada butir soal yang dicari validitas
Y = skor soal yang dicapai tes
N = jumlah peserta tes
 X = jumlah skor butir tes yang diukur validitasnya

 Y = jumlah skor total

Untuk menginterpretasikan koefisien validitas dapat digunakan kriteria sebagai berikut :


 rxy = 0,800 – 1,000 = sangat tinggi.
 rxy = 0,600 – 0,400 = tinggi.
 rxy = 0,400 – 0,600 = cukup.
 rxy = 0,200 – 0,400 = rendah.
 rxy = 0,000 – 0,200 = sangat rendah.
(Surapranata, 2005: 59)
Koefisien product moment yang didapat berdasarkan perhitungan selanjutnya
dibandingkan dengan harga tabel. Jika harga rxy lebih besar dari harga tabel maka product
moment koefisien valid.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas suatu tes menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen itu baik. Instrumen yang
dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Rumus
yang dapat digunakan untuk mencari reliabilitas adalah dengan menggunakan rumus
Spearmen Brown.(Suharsimi, 2001: 93)
2r1 / 2 r1 / 2
r11 
1  r1 / 2 r1 / 2 
N  XY    X   Y 
r1 / 21 / 2 
Dengan
N  X 2
  X 
2
N  Y 2
  Y 
2
 ......... (8.2)

Keterangan :
r1/21/2 = koefisien korelasi belahan tes
r11 = koefisien korelasi reliabilitas
c. Taraf kesukaran
Taraf kesukaran soal adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya
suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Analisis tingkat kesukaran item tes digunakan rumus sebagai berikut:(Suharsimi, 2001:
208)

B
P
Js ................................................................................... (8.3)

dengan: P = indeks kesukaran


B = banyaknya siswa yang menjawab benar
Js = jumlah responden
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 8.1 Kategori Tingkat Kesukaran
Nilai p Kategori
P < 0,3 Sukar
0,3 < P ≤ 0,7 Sedang
P > 0,7 Mudah
(Surapranata, A 2005 : 21)
d. Daya beda
Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa berkemampuan rendah.(Suharsimi,
200: 213)

BA BB
D   PA PB.
J A JB ……………………….…………… (8.4)

D = daya pembeda

BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB = jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA = Jumlah peserta kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah


BA
PA   Proporsi kelompok atas yang menjawab benar
JA

BB Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar


PA  
JB

Dengan klasifikasi daya beda sebagai berikut :

D = 0,00 sampai 0,20 = item jelek

D = 0,20 sampai 0,70 = item cukup

D = 0,40 sampai 0.70 = item baik

D = 0,70 sampai 1,00 = item baik sekali

Jika nilai D negatif sebaiknya di buang

3.5.4 Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari lembar keterlaksanaan siklus belajar dengan pendekatan
konstuktivistik dan keterampilan kooperatif siswa.
3.5.5 Lembar Angket

Digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kegiatan pembelajaran CTL


dengan model siklus belajar, keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara guru
mengajar.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Analisis Keterlaksanaan Siklus Belajar dengan CTL.
Pengamatan keterlaksanaan RPP dilakukan oleh pengamat dengan memberikan tanda
(√) pada kolom keterlaksanaan (ya atau tidak). Teknik analisis data secara deskriptif
kuantitatif dengan teknik persentase sebagai berikut:

P=
∑ K x 100 % …………………………………… (8.5)
∑N
Keterangan:P = Persentase keterlaksanaan RPP
K = Jumlah aspek yang terlaksana
N = jumlah keseluruhan aspek yang diamati
Persentase keterlaksanaan fase menggunakan kriteria sebagai berikut:
P = 0% - 24% (tidak terlaksana)
P = 25% - 49% (terlaksana kurang)
P = 50% - 74% (terlaksana baik)
P = 75% -100% (terlaksana sangat baik)

3.6.2 Keterampilan Kooperatif Siswa


Data hasil pengamatan yang digunakan untuk mendiskripsikan aktivitas siswa selama
proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa meliputi menghargai pendapat orang lain,
mengambil giliran dan berbagi tugas, mengundang orang lain untuk berbicara, mendengarkan
secara aktif, bertanya, tidak berada dalam tugas, dan memeriksa ketepatan dll.
A
prosentase = x 100 %
B ………………………….. (8.6)

Keterangan:

A = Besarnya jumlah frekuensi keterampilan kooperatif siswa yang muncul.

B = Jumlah total seluruh frekuensi keterampilan kooperatif siswa yang muncul.


3.6.3 Analisis Tes Hasil Belajar
Berdasarkan tes hasil belajar pada subyek penelitian, dilakukan analisis ketuntasan
secara individual dan klasikal. Siswa secara individual telah tuntas belajar, apabila rata-rata
ketercapaian indikator yang mewakili tujuan pembelajaran memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) mata pelajaran Fisika di SMA Negeri 4 Banjarmasin yang ditetapkan
sebesar 65%. Sedangkan ketuntasan hasil belajar secara klasikal dihitung dengan
menggunakan rumus:

Ketuntasan klasikal=
∑ Siswa yang tuntas secara individual x 100 %
∑ Siswa
Pembelajaran secara klasikal dikatakan tuntas apabila ¿ 85 % individu tuntas.

Skor perkembangan siswa ditentukan dengan cara sebagai berikut:

Tabel 8.2 Langkah-langkah Menentukan Skor Perkembangan

Langkah-langkah Keterangan
1. Menetapkan Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor kuis

skor dasar pada putaran sebelumnya


2. Menghitung Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan

Skor terkini dengan pelajaran terkini. Dari nilai kuis yang

didapatkan pada putaran sebelumnya kemudian

dibandingkan dengan nilai kuis terkini dan

memberikan poin berdasarkan tabel “perhitungan skor

individu Slavin 1995”


3. Menghitung Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya

Skor ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai

perkembangan atau melampui skor dasar mereka, dengan


menggunakan skala yang telah ditentukan dan

memberikan penghargaan berdasarkan rata-rata poin

yang diperoleh dalam kelompok

Tabel 8.3 Perhitungan Skor Individual Oleh Slavin 1995

Skor tes Nilai Perkembangan


Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0
1-10 poin di bawah skor awal 10
Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20

Lanjutan Tabel 8.3

Skor tes Nilai Perkembangan


Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan skor 30

dasar)

Sedangkan langkah yang kedua digunakan untuk menghargai prestasi kelompok. Terdapat
tiga tingkat penghargaan terhadap prestasi kelompok, yaitu:

1. Kelompok yang memperoleh rata-rata 15, sebagai Good


Team
2. Kelompok yang memperoleh rata-rata 20, sebagai
Great Team
3. Kelompok yang memperoleh rata-rata 25, sebagai
Super Team
(Ibrahim, dkk, 2001)

3.6.4 Analisis Respon Siswa


Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap proses
pembelajaran kooperatif dengan CTL, keterampilan kooperatif, suasana belajar, dan cara
guru mengajar. Respon siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan persentase sebagai
berikut:

P=
∑ R x 100 % ……………………………………………. (8.8)
∑N
Keterangan P = Persentase
R = Jumlah respon
N = Jumlah keseluruhan respon

3.7 Jadwal Penelitian


Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8.4 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan ke …/Minggu …


Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan X
Observasi awal X
Penyusunan X X X
proposal
Seminar Proposal X X
Penyusunan X X X
Perangkat
Penyusunan X X
instrumen
Validasi perangkat X X
dan instrumen
Perbaikan instrumen X X
2 Uji coba istrumen X
Perbaikan istrumen X
3 Validasi perangkat X X
dan instrumen
Perbaikan instrumen X X
4 Uji coba istrumen X
Perbaikan istrumen X
5 Pelaksanaan PTK X X X X
Analisis data X X X X
Pembuatan skipsi X X X X X X
6 Ujian Skripsi X
7 Perbaikan skripsi X X X
8 Pengumpulan skripsi X

3.8 Biaya Penelitian


a. Observasi awal Rp. 100.000,00
b. Menyusun Proposal Rp. 100.000,00
c. Penyusunan Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00
d. Ujicoba Instrumen Penelitian Rp. 500.000,00
e. Revisi instrumen Rp. 300.000,00
f. Pengambilan Data Rp. 1.000.000,00
g. Analissi Data Rp. 500.000,00
h. Menyusun Draft Laporan Rp. 200.000,00
i. Seminar Draft Laporan Rp. 500.000,00
j. Revisi Laporan Penelitian Rp. 500.000,00
k. Penggandaan Laporan Penelitian Rp. 500.000,00
l. Transportasi Rp. 500.000,00
Jumlah Rp. 5.200.000,00
Biaya Tak Terduga Rp. 500.000,00
Total Rp. 5.700.000,00

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta

Koes H, Supriyono, 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaraan Fisika. Makalah disajikan


dalam National Seminar on science And Mathematics Education di Universitas
Negeri Malang, 21 Agustus 2001

M. Iskandar, Srini. 2001. Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif Untuk Mengatasi Kesulitan

Siswa Kelas I SMU Memahami Pokok Bahasan Alkana, alkena, Alkuna Dengan

Menggunakan Pendekatan Konstruktivisme. Makalah disajikan dalam National

Seminar on science And Mathematics Education di Universitas Negeri Malang, 21

Agustus 2001.

Suparno, Paul.1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Suyidno dan Zainuddin. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Banjarmasin: Unlam.

Kanginan, M. 2007. Fisika SMA Kelas X 1B. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai