onda
erje
nmrei n
s kr m
i sai knoa g e m e n t p r a c t i c e s
Manajemen Risiko
166 Perkembangan dunia perbankan yang disertai dengan meningkatnya kompleksitas aktivitas
perbankan semakin mempertegas pentingnya tata kelola perusahaan yang sehat (good
corporate governance) dan manajemen risiko yang dapat diandalkan. Kedua hal tersebut
merupakan faktor penting yang menjadi perhatian para investor dalam penilaian pilihan
target investasinya. Penerapan manajemen risiko di BNI pada dasarnya sudah dilakukan sejak
perusahaan ini berdiri, meskipun dengan cara yang masih konvensional dan berkembang
sesuai dengan perkembangan kondisi internal dan eksternal.
Pengembangan manajemen risiko di BNI selalu berpedoman pada peraturan Bank Indonesia
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum serta dokumen-dokumen dari
Basel Committee on Banking Supervision, terutama konsep Basel Accord II. Pengelolaan
risiko di BNI mencakup keseluruhan lingkup aktivitas usaha di BNI, berdasarkan kebutuhan
akan keseimbangan antara fungsi operasional bisnis dengan pengelolaan risikonya. Dengan
kebijakan dan manajemen risiko yang berfungsi baik, maka manajemen risiko akan menjadi
strategic partner bagi unit bisnis dalam mendapatkan hasil optimal dari operasi perusahaan.
Dalam rangka pengembangan manajemen risiko yang sesuai dengan standar perbankan
internasional, BNI secara kontinu dan berkelanjutan, terus mengembangkan dan
meningkatkan kerangka sistem pengelolaan risiko dan struktur pengendalian internal
yang terpadu dan komprehensif, sehingga dapat memberikan informasi adanya potensi
risiko secara lebih dini dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang memadai untuk
meminimalkan dampak risiko. Kerangka manajemen risiko ini dituangkan dalam kebijakan,
prosedur, limit-limit transaksi, kewenangan dan ketentuan lain serta berbagai perangkat
manajemen risiko, yang berlaku di seluruh lingkup aktivitas usaha. Untuk memastikan bahwa
kebijakan dan prosedur tersebut sesuai dengan perkembangan bisnis yang ada, maka
evaluasi selalu dilakukan secara berkala sesuai dengan perubahan parameter risikonya.
The continuing evolution of company was first established, a scope of all BNI enterprise of management risk system
banking around the world, with though in a conventional activities, based on needs frameworks and integrated
its attendant complexity of style; it has evolved in line balanced between business internal control, making them
activities, demands standards with internal and external operational functions and their comprehensive and able to
of good corporate governance development conditions. risk management. When such access relevant information
and risk management, policies and risk management where potential risks exist
which all stakeholders and In formulating and are in balance, risk in an ‘early warning’ system,
business partners will be implementing its risk management will be a strategic followed by implementation
able to rely on. Both of management policies, BNI partner for business units in of appropriate steps to
these are critical factors faithfully adheres to Bank achieving optimal results from minimize risk effects. The
which draw the attention Indonesia rules for general Company operations. risk management framework
of all investors in grading banks, as well as working in manifests in policies,
selection of their potential conformity with standards In a range of risk management procedures, transaction
investment targets. Applying from the Basel Committee on developments following limits and authority, as
risk management in BNI is Banking Supervision (notably, international banking well as through expert risk
actually a tradition, and has the Basel Accord ll concept). standards, BNI sustains management procedures
been implemented since this Managing risk in BNI covers development and expansion governing the scope and
m o d e r n r i s k m a n ag e m e nt p racti c e s
Berbagai inisiatif serta langkah-langkah telah diciptakan untuk meletakkan landasan yang
kuat dalam manajemen risiko di BNI, yang mencakup aspek-aspek berikut.
Organisasi
• BNI telah menunjuk seorang Direktur yang bertanggungjawab dalam pengelolaan risiko
di BNI. Untuk membantu Direktur Manajemen Risiko, BNI juga telah membentuk Satuan
Kerja Manajemen Risiko yang bertanggungjawab terhadap manajemen risiko, yaitu Divisi
Manajemen Risiko (MAR). Divisi ini independen terhadap Divisi/satuan yang melakukan
fungsi operasional/bisnis maupun yang melakukan fungsi audit.
• Dalam rangka membantu pelaksanaan proses dan sistem Manajemen Risiko yang efektif,
BNI juga telah membentuk Komite Risiko & Kapital (KRK), yang beranggotakan Direksi dan
Pemimpin Divisi dan diketuai langsung oleh Direktur Utama. Komite Risiko & Kapital ini
terdiri dari 3 sub Komite, yaitu Sub Komite Manajemen Risiko (RMC), Sub Komite Kebijakan
Kredit (CPC), dan Sub Komite Asset & Liability (ALCO).
Strategi
• BNI telah meletakkan kerangka pengembangan manajemen bank berbasis risiko dalam
format Arsitektur Manajemen Risiko BNI. Konsep tersebut berisi tahapan-tahapan yang
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Bank Indonesia (diantaranya adalah
Road Map Bank Indonesia dalam rencana implementasi Basel II) maupun prinsip-prinsip
dan pedoman dari Basel Committee on Banking Supervision. Pengembangan dan
implementasi manajemen bank berbasis risiko telah dimulai sejak tahun 2000 dengan
menggunakan pendekatan metode internal sebagai bagian dari pengelolaan risiko serta
diharapkan selesai seluruhnya pada tahun 2010. Di sisi lain, dalam hal perhitungan
kecukupan modal, BNI juga mempersiapkan diri sesuai dengan arahan Bank Indonesia.
Di tahap awal, perhitungan kecukupan modal dilakukan dengan metode yang paling
sederhana yang merupakan model yang dapat diaplikasikan di seluruh bank.
168 • Agar tercipta suatu kondisi yang sehat, BNI juga melakukan sertifikasi terhadap seluruh Buku
Pedoman Perusahaan (SOP) yang ada dengan melihat kecukupan terhadap aspek Manajemen
Risiko dan Kepatuhan terhadap ketentuan yang ada, baik internal maupun eksternal.
P r o s e s da n P e n i l a i a n Ri s i ko
Pada dasarnya proses manajemen risiko dilakukan oleh masing-masing unit mengingat risiko
yang dihadapi merupakan risiko individual yang melekat pada produk, transaksi, maupun
risk-based management • In order to generate a BNI has modified company Risk Awareness Culture
began in 2000, using healthy condition, BNI also operational systems to • Nurturing a risk culture in
an internal approach carried out certification form a centralized system every employee through
method as part of risk of all available System known as iCONS. With imparting awareness of
management procedure; Operating Procedures this support, bank-wide risk factors related to work
projected completion is (SOP), to ascertain their risk data may easily be or their daily functions.
for 2010. In calculating conformity to sufficient risk accessed; for instance, loan Both direct and indirect
capital requirement, management standards and quality may be checked on employee communication
BNI made preparations compliance with standing a daily basis. is ‘socialised’ in units,
along lines instructed rules, both internally and • For support infrastructure referenced through a ‘risk
by Bank Indonesia: in a externally. in managing risk, a data management glossary,’ a
first stage, calculation of base for each type of risk resources booklet & risk
sufficient capital is through Information Systems & has gradually emerged; this management actualization
the simplest method Operational offers benefits in measuring, for all units. The BNI
(standardized approach), a • To guarantee a controlling, monitoring and internal website is another
model customarily applied comprehensive and modelling risks. medium for sharing risk
by all banks. updated risk data base, management information.
m o d e r n r i s k m a n ag e m e nt p racti c e s
proses pada unit bersangkutan. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan 169
oleh Divisi Manajemen Risiko. Tugas utama Divisi Manajemen Risiko adalah menetapkan
kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta melakukan serangkaian proses untuk
mengumpulkan dan menguji pengukuran dan pelaporan risiko yang dilaporkan oleh para
pemilik risiko tersebut. Penetapan kebijakan manajemen risiko dilakukan melalui proses
persetujuan Direksi.
Divisi Manajemen Risiko menyampaikan Laporan Evaluasi Risiko kepada Direksi secara
periodik, yaitu harian, mingguan dan bulanan serta menyampaikan beberapa jenis laporan
lainnya kepada Dewan Komisaris serta kepada pihak eksternal terkait, seperti Bank Indonesia.
Sejalan dengan peraturan Bank Indonesia, BNI juga melakukan assessment risiko yang
berasal dari unit-unit terkait termasuk unit operasional atas seluruh produk dan aktivitas baru,
antara lain peluncuran produk Internet Banking, Tapenas Syariah, Pertamina BizCard, dan
agen penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI).
P e n g e lo l a a n SET I A P J e n i s r i s i ko
Ulasan berikut menggambarkan pencapaian dan kemajuan di bidang pengelolaan risiko,
untuk setiap kategori risiko sesuai dengan definisi Bank Indonesia yaitu risiko kredit, pasar,
operasional, likuiditas, kepatuhan, hukum, strategi dan reputasi.
Risiko Kredit
• Implementasi Four-eye Principless dalam manajemen risiko kredit, dimana persetujuan
kredit dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang pemegang kewenangan pemutus kredit yaitu
1(satu) orang dari unit bisnis dan 1(satu) orang dari unit risiko.
• Melakukan penyempurnaan Perangkat Aplikasi Kredit (PAK) seluruh segmen dan
penyempurnaan kewenangan memutus kredit.
• Mengembangkan Industry Risk Rating (IRR), yaitu penilaian tingkat risiko industri
berdasarkan kondisi makro ekonomi, struktur industri, karakteristik industri, prospek industri,
• B
NI also has enrolled all Risk Management Division A Risk Evaluation Report such as launching internet
senior officials in a risk coordinates this activity with is delivered by the Risk banking products, Tapenas
management certification its principal duty of approving Management Division to Syariah, Pertamina BizCard,
program, at Levels 1, 2 policy and risk management management on a periodic and as a selling agent of
and 3. Following such procedures, as well as basis, with daily, weekly and Government Retail Bonds.
certification, comprehension coordinating the collection and monthly updates. Some
and risk awareness examination of data, measuring reports are also forwarded to M a n ag i n g, p e r T yp e
within the bank will be and issuing a risk report on the Board of Commissioners, o f Ri s k
strengthened. specific reported situations. as well as to such related The following describes the
In approving such a risk external parties as Bank achievements in the risk
P r o c e ss a n d management policy, a number Indonesia. management sector, for every
G ra d i n g Ri s k of points need to be agreed risk category according to
The basic risk management by qualified Management, In line to Bank Indonesia rules, Bank Indonesia definitions.
process carried out by each according to designated BNI has also carried out risk
unit is enacted according to authority and limits. assessment on related units, Credit Risk
concepts set forth by the Risk including operational units for • Implementation of the
Management Division. The all products and new activities, ‘Four-eye Principles’ in
m a n aj e m e n r i s i ko
170 riwayat pinjaman, kinerja keuangan industri dan penyesuaian kondisi regional.
• Menetapkan standar keuangan industri (termasuk referensi rasio keuangan) untuk segmen
Korporasi, Menengah dan Kecil secara berkala.
• Penetapan Loan Exposure Limit (LEL), yaitu batas maksimum pinjaman di akhir tahun
untuk setiap sektor ekonomi di masing-masing segmen. LEL ditetapkan sebagai pedoman
ekspansi pinjaman dan sebagai salah satu upaya mengurangi risiko konsentrasi pinjaman.
• Pengembangan dan pengkajian sistem pemeringkatan debitur di seluruh segmen.
• Mengembangkan dan menyempurnakan aplikasi Internal Rating System debitur segmen
Korporasi, Menengah dan Kecil.
• Mengevaluasi portofolio pinjaman secara berkala berdasarkan volume, kualitas, komposisi
dan tingkat profitability termasuk rekomendasi perbaikannya.
• Melakukan pemantauan dan simulasi (scenario analysis) NPL guna meningkatkan kualitas
pinjaman.
• Membangun database risiko kredit antara lain mencakup peringkat debitur, default history,
default probability, recovery rate dan expected loss.
• Melakukan uji coba perhitungan risiko kredit dalam Quantitative Impact Study (suatu
survey untuk melihat kesiapan dan dampak implementasi Basel II bagi perbankan).
credit risk management, and industry financial and as an effort to reduce recommendations for its
where credit approval is performance, based on loan concentration risks. improvement.
carried out by a minimum regional conditions. • Development and system • Monitoring and scenario
of two persons with credit • Approval of industry review of debtor ratings in analysis simulation of NPL,
granting authority; one is financial standards all segments. to achieve the target.
from the Business Unit and (including financial ratio • Development and • Build a credit risk database
one from the Risk Unit. reference) for corporate upgrading of the Internal covering debtor ratings,
• Upgrading the credit segments and SME. Rating System application default history, default
application infrastructure for • Approval of Loan Exposure for corporate debtor probability, recovery rate
all segments, and upgrading Limits (LEL), for domestic segments, including and expected losses.
credit approval limits. loans with a maximum medium and small • Develop a credit risk
• Developing an Industry limit at the end of each enterprises. calculation, through
Risk Rating (IRR), based year and for every • Periodically perform a a Quantitative Impact
on macroeconomics, economic sector loan portfolio evaluation, Study (a survey for
industry structure and in each segment. LEL based on volume, viewing preparation and
characteristics, industry approval functions as a quality, composition and implementation of Basel II
prospects, loan history guide to loan expansion, profitability, including impact for banking).
m o d e r n r i s k m a n ag e m e nt p racti c e s
• Melakukan evaluasi secara berkala terhadap limit risiko pasar yang terdiri dari limit VaR
dan budget loss limit untuk trading book serta banking book bagi unit bisnis Tresuri dan
dealing room cabang luar negeri. Sementara limit yang terkait dengan likuiditas antara lain
SR (secondary reserve) Ideal, limit Asset Liability Gap dan limit on-shore loan. Limit-limit
tersebut dipantau secara harian, mingguan dan bulanan.
• Menyempurnakan sistem pengendalian risiko pasar untuk transaksi treasury (dealing room)
dan melengkapinya dengan sistem pemantauan limit (Market Limit System) serta penetapan
harga pasar (Market Conformity Modul) yang terintegrasi dengan front office system.
Risiko Operasional
• Revitalisasi perangkat assessment risiko operasional yang dikenal dengan nama ORSA
(Operational Risk Self Assessment) di seluruh Divisi, wilayah, Sentra-sentra Kredit dan
seluruh cabang termasuk syariah.
• Membangun perangkat risiko operasional yang dikenal dengan nama PERISKOP, yang
menjadi alat monitoring potensi risiko operasional, kerugian operasional dan pelaporan.
• Penambahan akun pencatatan untuk menampung dan mencatat kerugian risiko
operasional (beban risiko operasional) sebagai upaya membangun Loss Event database.
• Menyusun kerangka Key Risk Indicator BNI sebagai salah satu parameter pendukung dalam
persiapan implementasi Basel II dengan pendekatan Advance Measurement Approach (AMA).
• Penetapan limit kewenangan transaksi berdasarkan tingkat otoritas dan pengalaman
pejabat yang bersangkutan.
• Pembentukan Trade Processing Center yang secara signifikan mengurangi risiko yang
melekat pada proses yang bersifat desentralisasi.
• Melakukan benchmark operational risk management dengan bank berskala international
(ABN Amro) serta melakukan gap analisis antara pelaksanaan operational risk
management di BNI dan intenational best practices.
• Penyusunan dan Piloting Business Continuity Plan (BCP) BNI, baik di Kantor Pusat,
Wilayah, Sentra-sentra Kredit, dan Cabang.
Market Risk and branches. treasury business units and Operational Risks
Liquidity Risk • A rranging and publishing overseas branches dealing • Revitalization of ORSA
• Setting minimum capital periodic reports and market rooms, while limits related (Operational Risk Self
requirement calculations risk analyses (daily, weekly, to liquidity, such as Ideal Assessment) to be
based on standard methods monthly and quarterly). Secondary Reserve, Asset implemented in all
according to Bank Indonesia • Development of an Liability Gap limits and Divisions, regions, loan
Rules. Also, examining integrated risk management on shore loan limits, are centres and branches,
and developing internal system into the Treasury all monitored on a daily, including BNI Syariah.
methods potentially applied Management Information weekly and monthly basis. • Building an operational
in calculating Minimum System for managing • Improving the market risk risk system, PERISKOP, to
Capital Requirement with exchange risks, interest rate control system for treasury monitor potential risk.
consideration of market risk. risks and liquidity risks. transactions through • Adding notations to chart
• Development of an • Perform periodic evaluation market limit systems and of accounts (operating risk
integrated risk management on market risk limits, from approve pricing policies expense), recording risk
system applied to all VaR limits and budget loss (the Market Conformity cases in the effort to build
business units including limits for the trading book, Module), integrated into a Loss Event Database.
market risks in overseas as well as banking books, the front office system. • Assessment for Key Risk
m a n aj e m e n r i s i ko
172 • Melakukan uji coba perhitungan risiko operasional dalam Quantitative Impact Study
dengan pendekatan yang paling sederhana (Basic Indicator Approach).
Risiko Kepatuhan
• Mengefektifkan peran pengendalian intern yang independen, melalui quality assurance
yang ada di setiap Unit (BQA, RQA, DQA). Staff Quality Assurance bertanggung jawab
kepada Divisi Kepatuhan, bukan kepada Unit dimana mereka ditugaskan.
• Melakukan penilaian atas tingkat kepatuhan BNI terhadap peraturan Bank Indonesia dan
perundang-undangan yang berlaku.
• Menetapkan kebijakan dan prosedur risiko kepatuhan, sebagai pedoman kerja dalam
manajemen risiko kepatuhan.
Risiko Hukum
• Melakukan kajian berkala terhadap dokumen hukum, perjanjian dan kontrak dengan pihak ketiga
serta mengevaluasi kelemahan perjanjian yang dapat menimbulkan risiko hukum bagi BNI.
• Melakukan penilaian atas risiko hukum yang tercermin dari besarnya gugatan, perkara yang
disampaikan ke BNI.
• Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko hukum.
Risiko Strategis
• Melakukan pengukuran risiko strategis, yang didefinisikan sebagai kegagalan bank dalam
mencapai target akibat keputusan bisnis yang diambil.
• Pembentukan Komite Pengadaan yang bertanggung jawab atas penunjukan pihak ketiga
seperti perusahaan asuransi, appraisal, akuntan publik dan konsultan manajemen.
• Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko strategis.
Risiko Reputasi
• Menetapkan parameter risiko reputasi dan mitigasi dalam pengelolaan risiko reputasi.
• Menetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi untuk memastikan penyampaian pesan
yang konsisten dan liputan media serta komunikasi massa yang positif. 173
• Mengklasifikasikan media massa yang ada ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan
sirkulasi dan cakupan geografis. Masing-masing kelompok media ini ditangani secara
berbeda sesuai dengan tingkat risiko reputasi yang bersangkutan.
• Melaksanakan evaluasi secara harian atas risiko reputasi yang dihadapi BNI dan
dituangkan dalam suatu Laporan Media Monitoring. Pengelolaan risiko reputasi ini secara
komprehensif dilakukan oleh Divisi Komunikasi Perusahaan.
• Memantau penyelesaian komplain nasabah.
B u s i n e ss C o nti n u it y P l a n
Sehubungan dengan penerapan Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang
pelaksanaan proses pengendalian risiko untuk mengelola risiko tertentu yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha bank, sejak tahun 2006 BNI telah memulai
pembangunan dan penyusunan kebijakan untuk menghadapi kondisi darurat atau bencana.
Basel II juga mewajibkan Bank untuk memiliki rencana keberlangsungan usaha dan
rencana darurat (business continuity plans dan contingency plans) untuk memastikan
kemampuannya, agar dapat tetap beroperasi dan membatasi kerugian jika terjadi gangguan
terhadap aktivitas bisnis. Dilain pihak hal tersebut tidak terlepas dari data statistik bencana
tiga tahun terakhir yang menempatkan Indonesia pada posisi pertama sebagai negara di Asia
Tenggara yang paling banyak mengalami kerugian material dan korban jiwa manusia akibat
terjadinya bencana alam.
174 Business Continuity Plan (BCP) yang dibangun oleh BNI telah berhasil diselesaikan pada
tahun 2007 yang menghasilkan Buku Pedoman Kebijakan, Rencana Penanggulangan
Bencana, Panduan Penyusunan, Panduan Pengujian dan Pemeliharaan BCP serta penyusunan
standarisasi petunjuk (signage) keselamatan gedung/keselamatan kerja. Dengan selesainya
Business Continuity Plan diharapkan BNI dapat mengantipasi kemungkinan terjadinya
kondisi darurat atau bencana sehingga potensi timbulnya risiko operasional dapat diperkecil.
A nti s ipa s i P e n e ra pa n Ba s e l I I
Dengan tetap mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia, pengembangan
manajemen risiko BNI juga mengacu pada best practice penerapan manajemen risiko di
perbankan internasional. Penyempurnaan dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kerangka
kerja yang diterbitkan Basel Committee on Banking Supervision, yaitu konsep Basel Accord II.
Milestone terpenting dalam tahun 2007 adalah dilakukannya review atas penerapan
pengelolaan risiko yang berorientasi pada Basel II yang merupakan kelanjutan dari inisiatif-
inisiatif pelaksanaan manajemen risiko di BNI pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini antara
lain dituangkan dalam bentuk organisasi Divisi Manajemen Risiko yang semakin fokus,
khususnya dalam pengelolaan risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional. Dalam hal
penerapan atas inisiatif-inisiatif tersebut, BNI dituntut untuk menjalankan fungsi intermediary-
nya dengan menerapkan prinsip kehati-hatian melalui pengelolaan risiko secara lebih
menyeluruh, terpadu, terukur dan terkendali.
Dalam mengantisipasi penerapan Basel II ini, BNI selalu aktif terlibat dalam persiapan
implementasi Basel II diantaranya adalah terlibat dalam Quantitative Impact Study (QIS
4 dan 5) yang diadakan oleh Basel Committee on Banking Supervision melalui Bank
Indonesia. Dari hasil assessement Quantitatif Impact Study (QIS), rasio Kecukupan
Pemenuhan Modal Minimum (KPMM atau CAR) BNI masih di atas rasio yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Pada tahun 2007 BNI telah melakukan secondary public offering
yang salah satu tujuannya adalah untuk memperkuat permodalan khususnya dalam
mengantisipasi penerapan Basel II di Indonesia. Selain itu BNI juga terlibat dalam Working 175
Group Implementasi Basel II di Bank Indonesia serta secara internal membentuk Working
Group Penerapan Basel II di BNI.
Mengingat penerapan Basel II bukanlah tugas yang ringan, maka dalam persiapannya, BNI
selalu aktif bekerjasama dengan beberapa bank lain, baik di dalam maupun di luar negeri,
khususnya terkait dengan metodologi, sistem pengukuran maupun sharing knowledge.
Untuk meningkatkan kompetensi, secara periodik pegawai diikutkan dalam berbagai forum
seminar, workshop, maupun training baik di dalam maupun luar negeri.
Adapun rencana implementasi Basel II dari Bank Indonesia dan kesiapan BNI untuk
melaksanakan tahapan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut:
Market Risk
Standardized 2008 Q1 2008 Q1 2009 2009
Internal Model 2008 Q3 2007 Q2 2008 2009
Q1 2009
Credit Risk
2008
combining strategy, policy, that BNI will be able to framework published by the
procedures and organisation anticipate and compensate Basel Committee on Banking
developed to make sure that for any emergency conditions Supervision, also known as
operational continuity still or disasters, to minimize the Basel Accord II.
exists in a critical condition. potential operational risks.
The most important
BNI BCP is to be completed A nti c ipati o n o f Ba s e l I I Milestone for 2007 is a
in 2007 with the release of a imp le m e n tati o n review and confirmation of
policy guidance book, disaster In conforming to Bank risk management practices,
recovery plans, practical Indonesia requirements, BNI as applied in conformity
guidance, examinations and risk management development with Basel ll, following
BCP as well as putting into also relies on best practice initiatives in risk management
action a standardization risk management, as applied implementation at BNI
guide (signage) for work in international banking some years before. The Risk
and building safety. Once institutions. Improvement Management Division is
the Business Continuity Plan is carried on continuously, more precisely focused on
is completed, it is hoped in accordance with the managing credit risk, market
m a n aj e m e n r i s i ko
176 P r o f i l Ri s i ko B N I
Sesuai dengan pedoman dari Bank Indonesia, setiap tiga bulan BNI melakukan assessment
terhadap profil risiko secara keseluruhan. Penilaian profil risiko ditentukan dengan
menggabungkan hasil penilaian eksposur risiko yang melekat (inherent) pada aktivitas
fungsional (inherent risk) dan kecukupan sistem pengendalian risiko (risk control system),
yang meliputi:
• pengawasan aktif Komisaris dan Direksi Bank
• kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
• kecukupan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan sistem informasi manajemen risiko dan
• Sistem pengendalian intern yang komprehensif
Peringkat Risiko inheren tersebut mencerminkan potensi timbulnya risiko pada Bank, yang
terdiri dari rendah (low), moderat (moderate), dan tinggi (high), sedangkan peringkat atas
penilaian kecukupan sistem pengendalian risiko (risk control system) terdiri dari lemah (weak),
dapat diandalkan (acceptable), sangat memadai (strong), sehingga menghasilkan tiga predikat
risiko komposit, yaitu rendah (low), moderat (moderate), dan tinggi (high).
Adapun profil risiko BNI pada akhir Desember 2007 adalah sebagai berikut:
Sistem
Risiko Inheren
Pengendalian Risiko
91.39
Inherent Risk
Risk Control
77.38
77.75
77.73
74.84
74.47
70.24
69.72
67.42
67.24
67.32
67.03
64.42
57.69
54.78
Rendah/Low Kuat/Strong
51.33
Dapat Diandalkan/
Sedang/Moderate
Acceptable
Tinggi/High Lemah/Weak
risk and operational risk. In the Indonesia. QIS assessment is working closely with other
application of its initiatives, determined the ratio of banks, both domestic and
BNI concluded it should run sufficient minimum capital international, particularly
an intermediary function in (CAR) held by BNI is still in acquiring methodology,
carefully applying principles within the limits approved by measuring systems and
through risk management Bank Indonesia. knowledge. Building employee
in covering all efforts in an competence is a core concern,
integrated, measurable and In 2007, BNI performed a so periodically employees are
controllable fashion. secondary public offering, enrolled in seminar forums,
one purpose of which workshops and other training
In anticipation of Basel ll, was to strengthen capital, sessions, both domestic
BNI takes an active stance, especially in anticipating and abroad.
preparing with such efforts as the full implementation of
a Quantitative Impact Study Basel II, bearing in mind that For a detailed map of Basel
(QIS 4 and 5), held by the the actual implementation ll implementation plans from
Basel Committee on Banking of Basel ll is never a simple Bank Indonesia and BNI
Supervision through Bank matter. In preparation, BNI preparation to implement
m o d e r n r i s k m a n ag e m e nt p racti c e s
66,8–100,0 Rendah/Low
Risiko Inheren
33,4–66,7 Sedang/Moderate
Inherent Risk
0,0–33,3 Tinggi/High
66,8–100,0 Kuat/Strong
Sistem Pengendalian Risiko
33,4–66,7 Dapat Diandalkan/Acceptable
Risk Control
0,0–33,3 Lemah/Weak
Risiko Komposit
Composite Risk
Dari hasil penilaian profil risiko per Desember 2007, inherent risk BNI memperoleh predikat
RENDAH dengan tingkat pengendalian risiko KUAT, sehingga risiko komposit BNI berada
pada posisi RENDAH.