Anda di halaman 1dari 23

VARIASI RESPONS INDIVIDU

TERHADAP OBAT

Alyya Siddiqa
• Dosis standar/lazim  respons berbeda pada
tiap individu
• Respons dapat berupa tidak tercapainya efek
terapeutik atau timbulnya efek samping
• Faktor penyebab variasi tsb : patogenesis dan
beratnya penyakit, interaksi obat, usia, status
nutrisi, fungsi ginjal dan hati, penyakit
penyerta, gaya hidup, genetik.
• Kepatuhan (compliance)
Resep (dosis yg
diberikan)
• Kesalahan medikasi

• Faktor farmakokinetik (ADME)


Dosis yang Kondisi fisiologis
diminum
Kondisi patologis
Faktor genetik
Interaksi obat
• Faktor farmakodinamik Toleransi
Kadar di tempat
kerja obat
(sensitivitas reseptor/jaringan)

• Respons penderita (efek terapi


Intensitas efek
farmakologik
tercapai/tidak, ES +/-)
Faktor Faktor
pemberi pasien
Faktor obat
obat (penerima
(dokter) obat)
Kondisi Fisiologis
• Usia ekstrim
• Faktor usia mempengaruhi farmakokinetik dan
farmakodinamik obat
Neonatus
• Absorpsi obat :
– Aliran darah pada tempat pemberian obat
– Bila obat diberikan per oral, tergantung fungsi
gastrointestinal
– Pada bayi preterm, sekresi asam lambung lebih
lambat
– Pengosongan lambung lebih lambat
– Peristaltik ireguler dan mungkin lambat
– Aktivitas enzim GI lebih rendah
• Distribusi :
– Komposisi cairan tubuh neonatus, air 70-75%
(dewasa 50-60%), preterm 85%
– Cairan ekstraseluler 40% dari berat badan, dewasa
20%  mempengaruhi obat larut air
– Bayi preterm, lemak << full-term neonatus
– Ikatan potein dengan obat menurun pada
neonatus (pada obat anestesi, diazepam, fenitoin,
ampisilin, fenobarbital)  kadar obat bebas
meningkat
– Obat dapat menggeser ikatan bilirubin – albumin
 kernikterus krn permeabilitas BBB lebih besar
• Metabolisme :
– aktivitas enzim sitokrom P450 dan enzim
konjugasi lebih rendah
– klirens lebih rendah dan waktu paruh memanjang
 kadar obat bentuk utuh lebih tinggi
– Contoh: diazepam, fenobarbital, teofilin, dll
• Ekskresi
– Kecepatan filtrasi glomerulus lebih rendah, hanya
30 – 40 % dari dewasa
– Akhir minggu ketiga, mencapai 50-60% dewasa
Obat-obat yang diekskresi ginjal akan
mengalami akumulasi
 risiko toksisitas meningkat
Contoh: penisilin, aminoglikosida, digoksin.
• Variasi Farmakodinamik
– Sensitivitas reseptor untuk obat tertentu
lebih tinggi: diazepam, barbiturat,
klorpromazin
mudah terjadi efek samping

– Untuk sebagian obat lebih rendah: digoksin,


fenitoin
 perlu dosis lebih besar (per satuan BB/LPB)
Anak
• Aktivitas metabolisme hati > dewasa
 umumnya perlu dosis lebih tinggi (per satuan
BB)
• Kemampuan ekskresi untuk obat tertentu >
dewasa
– Contoh: digoksin
• Dosis dewasa 3,5 ug/kgBB/hari
• Dosis anak: 10-15 ug/kgBB/hari
Orang tua (>65 tahun)
• Perubahan pada lansia yang mempengaruhi
pengobatan :
– Mengidap beberapa penyakit (karena faktor usia)
 polifarmasi
– Menurunnya fungsi organ tubuh
– Kurang nutrisi
– Masalah ekonomi
– Kepatuhan menurun
• Absorpsi :
– Perubahan yang signifikan ?
– Beberapa kondisi tertentu :
• penggunaan obat bebas lebih besar, contoh
antasida, laksatif;
• waktu pengosongan lambung lebih lama,
contoh pada penderita DM
• Distribusi  perbedaan komposisi tubuh
• Lemak lebih banyak
 Perbedaan distribusi dan redistribusi obat
lipofolik
 Efek obat anestesi dan obat SSP memanjang
• Air lebih sedikit
 Kadar obat-obat hidrofilik akan meningkat
(digoksin, aminoglikosida, sefalosporin)
• Kadar albumin lebih rendah
 kadar obat bebas meningkat  efek
berlebihan
• Kemampuan metabolisme menurun (terutama
fase 1)
• Kemampuan ekskresi menurun
• Akumulasi obat yang diekskresi melalui ginjal
•  Efek obat lebih lama dan intensitas efek lebih tinggi
(mudah terjadi efek samping)
• Variasi Farmakodinamik
– Reseptor obat (terutama di SSP) lebih sensitif
– Kemampuan homeostasis menurun
– Keluhan banyak
•  kecendrungan polifarmasi
•  kemungkinan interaksi obat lebih tinggi
•  kemungkinan efek samping lebih tinggi
Kondisi Patologis
• Penyakit saluran cerna
• Penyakit hati
• Penyakit kardiovaskuler
• Penyakit ginjal
• Penyakit saluran cerna
– Perubahan pH lambung dapat mempengaruhi
kecepatan absorpsi
– Waktu pengosongan lambung lebih lambat 
absorpsi lebih lama
– Malabsorpsi dan percepatan waktu transit usus
mengurangi absorpsi obat
– Perlambatan transit usus meningkatkan absorpsi
– Sebaliknya, pengrusakan obat tertentu dalam
saluran cerna juga meningkat  bioavailabilitas
menurun
contoh : obat yang labil dalam keadaan asam
• Penyakit hati
– Metabolisme dan sintesis protein menurun 
kadar obat bebas meningkat
– Peny.hati parah  meningkatkan sensitivitas
reseptor di otak terhadap beberapa obat
– Sintesis faktor pembekuan darah menurun 
respons thd obat anti koagulan oral meningkat
– Obat hepatotoksik  risiko hepatotoksisitas pada
dosis lebih rendah
• Penyakit kardiovaskuler
– Mengurangi distribusi obat
– Mengurangi aliran darah ke hepar dan ginjal 
proses eliminasi menurun  kadar obat bebas
dalam darah meningkat
• Penyakit ginjal
– Kemampuan ekskresi obat menurun
– Proteinuria  hipoalbuminemia 
ikatan protein   kadar obat bebas  
toksisitas meningkat
Faktor Genetik
• Perbedaan respons obat antar individu
berhubungan dengan varian sekuens pada gen yang
menyandi enzim pemetabolisme obat, transporter
obat dan target obat
• Pharmacology can be defined as the
study of substances that interact with
living systems through chemical
processes, especially by binding to
regulatory molecules and activating or
inhibiting normal body processes.

Anda mungkin juga menyukai