Anda di halaman 1dari 48

BAB:I

1.LATAR BELAKANG

1. Pengertian

1.      Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau

tumor) massa yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel

yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan.

Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas

disebut juga sebagai kanker .

2.      Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh

lambat yang paling sering ditemukan daerah kolon

terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid.

Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak

ada. .
3.      Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas

dalam tubuh di dalam permukaan usus besar atau rektum.

Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan

sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam

stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat

cepat).

4. Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang

(stoma) yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk

kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini

dapat bersifat sementara atau permanen.


Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan

kanker kolon adalah tumbunhya sel-sel ganas di

permukaan dalam usus besar (kolon) atau rektum.

Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian

sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu

penatalaksanaannya adalah dengan membuat kolostomi

untuk mengeluarkan produksi faeces.

2. ETIOLOGI

Etiologi yang sebenarnya belum jelas tapi ada beberapa

factor resiko tinggi atau predisposisi diantaranya familial polipepsis,

colitis ulseratif, umur diatas 40 tahun dan factor makanan tinggi

kolesterol, lemak, dan rendah serat.

Factor predisposisi penting yang mungkin berhubungan

dengan kebiasaan makan karena kanker usus besar adalah sekitar

10 kali lebih besar didunia barat. Diet rendah serat juga dapat
menyebabkan pemekatan zat berpotensi karsinogenik ini dalam

feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu masa transisi feses

meningkat. Akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik

dengan mukosa usus bertambah lama.

B.  Patofisiologi

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara

pasti, namun makanan merupakan faktor yang penting

dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi dengan

faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak

hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya

interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan asam

empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi

oleh minuman yang beralkohol, khususnya bir.


Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis

(95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam

usus = endotel). Munculnya tumor biasanya dimulai sebagai

polip jinak, yang kemudian dapat menjadi ganas dan

menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke

dalam struktur sekitarnya. Tumor dapat berupa masa

polipoid, besar, tumbuh ke dalam lumen, dan dengan cepat

meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip

cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi

rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih

sering terjadi pada sekum dan kolon asendens.


Tumor dapat menyebar melalui :

1.      Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti

ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

2.      Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke

kelenjar limfe perikolon dan mesokolon.

3.      Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati

karena kolon mengalirkan darah balik ke sistem portal.

Gejala klinis kanker usus besar yang paling sering adalah

perubahan pola defekas adanya perdarahan per anus, nyeri,

anemia, anoreksia dan penurunan berat badan tanda dan

gejala penyakit ini bervariasi sesuai dengan letak kanker,


dan sering  menjadi kanker yang mengenai bagian kanan

dan kiri usus besar .

Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat

(1197) diantaranya:

1.     Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas

pada lapisan dinding usus besar (lapisan mukosa).

2.      Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke

jaringan otot di bawah lapisan mukosa.

3.      Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke

sebagian kelenjar limfe yang banyak terdapat di sekitar

usus.
4.      Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah

menyerang seluruh kelenjar limfe atau bahkan ke organ-

organ lain.

Klasifikasi

Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem

TNM (T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M

=jarak metastese).

T          Tumor primer

TO       Tidak ada tumor

TI        Invasi hingga mukosa atau sub mukosa

T2        Invasi ke dinding otot


T3        Tumor menembus dinding otot

N         Kelenjar limfa

N0       tidak ada metastase

N1       Metastasis ke kelenjar regional unilateral

N2       Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3       Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

M         Metastasis jauh

MO      Tidak ada metastasis jauh

MI       Ada metastasis jauh

Komplikasi pada pasien dengan kanker kolon yaitu:

1.      Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus

parsial atau lengkap.


2.      Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen

dan penyebaran langsung.

3.      Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang

pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan

hemorragi.

4.      Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan

pembentukan abses.

5.      Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.

  

Pencegahan Kanker Kolon.

1.      Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar

buang air besar dan menurunkan derajat keasaman,


kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus

besar.

2.      Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.

3.      Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.

4.      Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus.

5.      Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin

mudah dan teratur untuk buang air besar.

6.      Hidup rileks dan kurangi stress.

C.  Penatalaksanaan (Medis, Keperawatan, Diet)

Penatalaksanaan Medis

1.   Pengobatan.
Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka

kemungkinan pengobatannya adalah:

a.   Pembedahan Reseksi.

Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan

reseksi dan biasanya diambil sebanyak mungkin dari kolon,

batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan proksimal

dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon

asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan

dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker di kolon

transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi

subtotal dan dibuat anastomosis ileosigmoidektomi. Pada

kanker di kolon desendens dan sigmoid dilakukan

hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal


transversal. Untuk kanker di rektosigmoid dan rektum atas

dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat anastomosis.

Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah

dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis

kolorektal.

b.   Kolostomi

Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma)

yang dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon

(usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma ini dapat

bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.


Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan /

obstruksi usus. Sebagai anus setelah tindakan operasi yang

membuang rektum karena adanya tumor atau penyakit lain.

Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan

tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali

usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.

1.      Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:

a.       Sementara

Indikasi untuk kolostomi sementara :

1).  Hirschprung disease

2).  Luka tusuk atau luka tembak


3).  Atresia ani letak tinggi

4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis

distal usus setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).

5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum

sebelum dilakukan tindakan operasi anastomosis.

b.      Permanen

Indikasi untuk kolostomi permanen :

Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak

memungkinkan tindakan operasi reseksi-anastomosis usus.

2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

Colostoy Colostomy Colostomi


Asendens Transversal Desendens
Lokasi Colon Colon Colon

Asendens Tansversum Desendens


Konsistensi Cair atau Lunak Padat

feses lunak
Iritasi kulit Mudah Mungkin Kadang

terjadi, karena terjadi karena terjadi

kontak lembab terus

dengan enzim menerus

pencernaan
Komplikasi Striktur atau

retraksi stoma

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :

a.       Single Barreled Colostomy

b.      Double Barreled Colostomy


c.       Loop Colostomy

Perawatan Pasca Operasi Kolostomi

1.   Keseimbangan cairan dan elektrolit.

Asenden colostomy atau colostomy yang diikuti dengan

reseksi mungkin faecesnya cair diperlukan menjaga

keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.   Perawatan kulit.

Jika ada iritasi kulit harus dikaji secara tepat guna

sehingga tindakan yang diambil tepat.

Prinsip pencegahan kulit sekitar stoma :

a.       Pencegahan primer bertujuan untuk proteksi :

Bersihkan dengan perlahan- lahan, gunakan skin barier,


ganti segera kantong bila terjadi kebocoran / rembes atau

penuh.

b.      Pencegahan sekunder / penanganan kulit yang sudah

terjadi kerusakan. Kulit dengan eritema : ganti kantong

kolostomi setiap 24 jam, bersihkan ku1it dengan air hangat

pakai kapas dan keringkan, gunakan kantong kolostomi

yang tidak menimbulkan alergi ku1it yang erosi, sama

dengan eritema tetapi setelah dibersihkan olesi daerah erosi

dengan zalf misalnya zinksalf.

3.   Diet.

Dianjurkan mengkonsurnsi diet yang seimbang terutama

dengan stoma permanen. Diet yang dikonsurnsi sifatnya


individual asal tidak menyebabkan diare, konstipasi dan

menimbu1kan gas.

4.   Irigasi kolostomi bertujuan untuk:

a. Mengeluarkan faeses, gas dan lendir/mukus yang

memenuhi kolon.

b. Membersihkan saluran pencernaan bagian bawah.

c. Menetapkan suatu pengeluaran sehingga dapat

melakukan aktivitas normal.

5.  Membantu pasien stoma.

a. Pertemuan grup

b. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga serta, support mental

c. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu

dipertimbangkan untuk melakukan radiasi dengan dosis

adekuat. Memberikan radiasi isoniasi pada neoplasma.

Karena pengaruh radiasi yang mematikan lebih besar pada

sel-sel kanker yang sedang proliferasi, dan berdiferensiasi

buruk, dibandingkan terhadap sel -sel normal yang berada

di dekatnya, maka jaringan normal mungkin mengalami

cidera da1am derajat yang dapat ditoleransi dan dapat

diperbaiki, sedangkan sel-sel kanker dapat dimatikan,

selanjutnya dilakukan kemoterapi.

d.      Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU).

Belakangan ini sering dikombinasi dengan leukovorin yang

dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada yang

memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol,

dan leuvocorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan

pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.

Penatalaksanaan Keperawatan

1.      Dukungan adaptasi dan kemandirian.

2.      Meningkatkan kenyamanan.

3.      Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.

4.      Mencegah komplikasi.


5.      Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan.

Penatalaksanaan Diet

1.      Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan. Serat dapat melancarkan pencemaan dan

buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan kotoran

dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang

terlalu lama mengendap di usus akan menjadi racun yang

memicu sel kanker.

2.      Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)


3.      Menghindari makanan yang mengandung lemak

jenuh dan kolesterol tinggi terutama yang terdapat pada

daging hewan.

4.      Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna

sintetik, karena hal tersebut dapat memicu sel karsinogen /

sel kanker.

5.      Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang

berlebihan.

6.      Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

Prognosis pasien yang terkena kanker kolon lebih baik bila

lesi masih terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat

operasi; dan jauh lebih buruk bila telah terjadi penyebaran


di luar usus (metastasis) ke kelenjar limfe, hepar. paru, dan

organ-organ lain.

D.   Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kanker kolon menurut

Marilynn E. Doenges (1999) diperoleh data sebagai berikut

sbb:

Aktivitas/istirahat

Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak

nyaman pada abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan

penuh, sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap pola

istirahat dan tidur.

Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja.

Kebiasaan: perubahan pada tekanan darah. Integritas ego

Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan

cara mengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol,

menunda mencari pengobatan, keyakinan religius/ spiritual)

Masalah tentang perubahan dalam penampilan misalnya,

alopesia, lesi, cacat, pembedahan.

Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa,

tidak mampu, tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan.

Tanda : Kontrol, depresi.

Menyangkal, menarik diri, marah.

Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi

perubahan pada defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi

bergantian. Bagaimana kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi,

komposisi, jumlah, warna, dan cara pengeluarannya,

apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan

yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama

dengan di rumah.

Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan

pemeriksaan fisik dengan observasi adanya distensi

abdomen, massa akibat timbunan faeces.

Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat

metastase, asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran


kelenjar aksila dan supra klavikula, pengukuran tinggi

badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.

Makanan/cairan

Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari,

seberapa banyak dan komposisi setiap kali makan adakah

pantangan terhadap suatu makanan, ada keluhan anoreksia,

mual, perasaan penuh (begah), muntah, nyeri ulu hati

sehingga menyebabkan berat badan menurun.

Tanda: Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema

Neurosensori

Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas,

banyak tidur sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.


Nyeri/kenyamanan

Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnya

ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan

dengan proses penyakit)

Pernapasan

Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan

seorang perokok).

Pemajanan asbes

Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari

lama/berlehihan.

Tanda: Demam.

Ruam ku1it, ulserasi

Seksualitas

Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan

peruhahan pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar

dari usia 30 tahun

Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini,

herpes genital.

Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung

Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah,

dukungan, atau bantuan)

Masalah tentang fungsi/ tanggungjawab peran

penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya ibu atau bibi

dengan kanker payudara

Sisi primer: penyakit primer, tangga ditemukan didiagnosis

Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak

ada, riwayat alamiah dari primer akan memberikan

informasi penting untuk mencari metastatik.

Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat

kanker dan pengobatan yang diberikan.


Pemeriksaan Penunjang.

1. Endoskopi. Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan, baik

sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas

karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada

endoskopi, dan untuk menegakkan diagnosis perlu

dilakukan biopsi.

2.  Radiologi. Pemeriksaan radiologi yang dapat dikerjakan

antara lain adalah : foto dada dan foto kolon (barium

enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk

melihat ada tidaknya metastasis kanker pada paru juga bisa

digunakan untuk persiapan tindakan pembedahan. Pada


foto kolon dapat dapat terlihat suatu filling defect pada

suatu tempat atau suatu striktura.

3. Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan ini berguna untuk

mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker kelenjar getah

bening di abdomen dan di hati.

4. Histopatologi/ Selain melakukan endoskopi sebaiknya

dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan

histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambaran

histopatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma,

dan perlu ditentukan differensiasi sel.

5. Laboratorium. Tidak ada petanda yang khas untuk

karsinoma kolorektal, walaupun demikian setiap pasien

yang mengalami perdarahan perlu diperiksa Hb. Tumor


marker (petanda tumor) yang biasa dipakai adalah CEA.

Kadar CEA lebih dari 5 mg/ ml biasanya ditemukan

karsinoma kolorektal yang sudah lanjut. Berdasarkan

penelitian, CEA tidak bisa digunakan untuk mendeteksi

secara dini karsinoma kolorektal, sebab ditemukan titer

lebih dari 5 mg/ml hanya pada sepertiga kasus stadium III.

Pasien dengan buang air besar lendir berdarah, perlu

diperiksa tinjanya secara bakteriologis terhadap shigella dan

juga amoeba.

6. Scan (misalnya, MR1. CZ: gallium) dan ultrasound:

Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik,

dan evaluasi respons pada pengobatan.


7. Biopsi (aspirasi, eksisi, jarum): Dilakukan untuk

diagnostik banding dan menggambarkan pengobatan dan

dapat dilakukan melalui sum-sum tulang, kulit, organ dan

sebagainya.

8. Jumlah darah lengkap dengan diferensial dan trombosit:

Dapat menunjukkan anemia, perubahan pada sel darah

merah dan sel darah putih: trombosit meningkat atau

berkurang.

9. Sinar X dada: Menyelidiki penyakit paru metastatik atau

primer.

E.  Diagnosa Keperawatan.


Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut

Marilynn E. Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001),

dan Lynda Juall Carpenito (1997).

1.      Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi

(kanker)

2.      Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder akibat kanker usus besar.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan status hipometabolik berkenaan

dengan kanker.

4.      Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

berhubungan dengan kurang masukan cairan


5.      Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia

tubuh: efek samping obat- obatan, kemoterapi.

6.      Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan

berhubungan dengan insisis bedah, pembentukan stoma

dan kontaminasi.

7.      Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan

dengan karsinoma kolon.

F. Perencanaan

1.  Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan

berhubungan dengan krisis

situasi (kanker)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas

dapat berkurang atau dapat dikontrol

Kriteria Evaluasi : (1) Menunjukkan rentang yang tepat dari

perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2) Dapat

mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan

melaporkan ansietas berkurang, ( 4) Mendemonstrasikan

penggunaan mekanisme koping efektif, ( 5) Dapat

mengungkapkan pikiran dan perasaannya.

Intervensi :

1.      Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan.

2.      Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.


3.      Pertahankan kontak sering dengan pasien.

4.      Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut

5.      Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang

2.   Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan

dengan terputusnya kontinuitas jaringan kulit sekunder

terhadap tindakan pembedahan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat melaporkan penghilangan nyeri

maksimal/kontrol dengan pengaruh minimal

Kriteria Evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau

berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa

nyerinya, (3) Mengikuti aturan farmakologis yang


ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi,

(5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika

nyeri timbul dan tekhnik pengalihan lainnya.

Intervensi

1.      Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri,

frekuensi, durasi, dan intensitas, serta tindakan penghilang

yang dilakukan.

2.      Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas

hiburan.

3.      Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik

relaksasi napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui

hidung tahan sampai hitungan sepuluh lalu hembuskan


pelan -pelan melalui mulut sambil dirasakan), tertawa,

musik, dan sentuhan terapetik.

4.      Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.

3.  Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan status

hipermetabolik berkenaan dengan kanker .

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat mendemonstrasikan berat badan

stabil.

Kriteria Evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh

individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam

intervensi spesifik, (3) Menunjukkan peningkatan berat


badan secara bertahap, ( 4) Tidak menunjukkan gejala mual

dan muntah.

Intervensi :

1.      Pantau masukan setiap hari.

2.      Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.

3.      Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan

kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat.

4.      Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi

sering.

5.      Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.

6.      Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang

diantisipasi.
4.  Diagnosa Keperawatan 4 : Risiko tinggi terhadap

kekurangan volume cairan  berhubungan dengan kurang

adekuatnya masukan cairan.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria Evaluasi: (1) Menunjukkan keseimbangan adekuat

dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, membran mukosa

lembab. turgor kulit baik, (2) TTV dalam batas normal : TD

120/80 mmHg N 80-88 x/mnt RR 16-24 x/mnt S 36-37oC.

(3) intake dan out put seimbang.

Intervensi :
1.      Pantau masukan dan keluaran dan berat jenis.

2.      Timbang berat badan sesuai indikasi

3.      Pantau TTV

4.      Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000

ml/hari sesuai toleransi individu.

5.      Kaji turgor kulit dan membran mukosa

5.   Diagnosa Keperawatan 5: Keletihan berhubungan

dengan perubahan kimia A tubuh: efek samping obat-

obatan, kemoterapi.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat melaporkan perbaikan rasa

berenergi.
Kriteria Evaluasi: ( 1) Berpartisipasi dalam aktivitas yang

diinginkan pada tingkat kemampuan, (2) Melakukan

aktivitas secara bertahap, (3) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi :

1.      Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode

istirahat.

2.      Buat tujuan aktivitas realistis dengan pasien.

3.      Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin.

4.      Pantau respons fisiologis terhadap aktivitas

5.      Dorong masukan nutrisi.


6. Diagnosa keperawatan 6 : Risiko tinggi terhadap

kerusakan kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan

imunologis

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan  keperawatan

diharapkan pasien dapat mengidentifikasi pelaksanaan yang

tepat untuk kondisi khusus.

Kriteria Evaluasi: (1) Berpartisipasi dalam teknik untuk

mencegah komplikasi/meningkatkan penyembuhan cepat,

(2) Tidak terdapat tanda-tanda kerusakan integritas kulit.

Interverensi :

1.      Kaji keadaan kulit dengan sering terhadap efek samping

terapi kanker.
2.      Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.

3.      Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan

menepuk kulit yang kering.

4.      Baliklah/ubah posisi dengan sering.

5.      Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun,

salep, dan bedak kecuali diizinkan dokter.

7. Diagnosa Keperawatan 7 : Risiko tinggi terhadap

konstipasi/diare berhubungan dengan karsinoma kolon.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan

diharapkan pasien dapat mempertahankan konsistensi/pola

defekasi umum.
Kriteria Evaluasi : (1) Mengungkapkan pemahaman tentang

faktor dan intervensi/solusi yang tepat berkenaan dengan

situasi individu, (2) BAB dalam batas normal 1-2 x/hari, (3)

Menghindari makanan yang dilarang misalnya tinggi

lemak, tinggi protein dan rendah serat

Interverensi :

1.      Pastikan kebiasaan eliminasi umum.

2.      Kaji bising usus dan pantau gerakan usus termasuk

frekuensi dan konsistensi.

3.      Pantau masukan dan keluaran serta berat badan.

4.      Dorong masukan adekuat, berikan makanan sedikit

tapi sering dengan makanan rendah serat.

5.      Pastikan diet yang tepat; hindari makanan tinggi lemak.

Anda mungkin juga menyukai