Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FIQH & USHUL FIQH

“MEMBAHAS TENTANG IMAM HANAFI”


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah fiqh & ushul fiqh

NO NAMA NIM NPK


1 EMHA HENDRA NGAINUN N 10410109
2 ADJI IMAN SANTOSO 10410106
3 RAHMAT IBRAHIM 10410117
4 ABDUL RODZAK 10410086
5 ESTI DAMAYANTI 10410091
6 BURHANUDIN AMRI 10410109

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2010

KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji-pujian bagi

Allah pemelihara sekalian alam. Tak lupa shalawat serta salam senangtiasa tercurahkan pada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW atas keluarganya, sahabat dan umatnya hingga akhir

zaman. Puji syukur kita panjantkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat,

taufik, inayah serta hidayahnya kepada kita sehingga dapat menyelesaikan makalah untuk

mata kuliah Fiqh & Ushul Fiqh ini dengan baik tanpa suatu halangan apapun. Ucapan terima

kasih juga kami sampaikan kepada:

1. Dr. Ahmad Arifi, M.Ag selaku dosen pengampu matakuliah Fiqh &ushul Fiqh.

2. Teman-teman yang telah membantu dan mendukung hingga selesainya makalah fiqh

& ushul fiqh ini.

3. Pihak-pihak lain yang juga turut membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Kami juga berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya

bagi sahabat-sahabat mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dan

mudah-mudahan dapat dijadikan sarana untuk meningkatkan keberhasilan belajar pada masa

yang akan datang.“Tiada gading yang tak retak, tiada kesempurnaan kecuali hanya milik

Allah semata”. Dengan senang hati kami, penulis menanti kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi perbaikan makalah ini.Akhir kata, semoga rahmat Allah SWT dan berkah-

Nya senangtiasa tercurahkan kepada kita semua.Amiin.

Yogyakarta, 3 Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI

2
JUDUL HALAMAN……………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………....2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...3

BAB I :PENDAHULUAN

LATARBELAKANG…………………………………………………………………….4

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………5

MANFAAT DAN TUJUAN……………………………………………………………...5

BAB II: PEMBAHASAN

BIOGRAFI IMAM HANAFI……………………………………………………………..6

ASAL USUL MADZHAB IMAM HANAFI……………………………………………..8

DALIL DALIL YANG DIGUNAKAN IMAM HANAFI……………………………….10

METODE DALAM PENGISTINBATAN HUKUM…………………………………….11

CONTOH PERBEDAAN YANG NAMPAK DARI MADZHAB HANAFI DENGAN

MADZHAB IMAM YANG LAIN……………………………………………………….13

BAB III: PENUTUP

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANG

Islam pada masa Rasulallah masih hidup apabila terdapat kekurangan paham terhadap
suatu hukum, para sahabat langsung menanyakan kepada rasulallah, sehingga bisa cepat
terselesaikan. Kemudian sepeninggalan rasulallah para sahabat menggunakan pengalaman
yang diperoleh dari perkataan, perbuatan dan kebiasaan beliau ketika msih hidup. Ketika
sampai kepada masa tahap ini mereka berpegang kepada al- quran, as sunah, dan kepada
perkataan sahabat. Seiring prekembangan jaman persoalan semakin bertambah jumlahnya
dari waktu ke waktu, sementara tidak seluruhnya solusi permasalahan ditemukan dalam al
quran, as sunah, maupun perkataan sahabat. Sehingga dilakukan jakan ijtihad sendiri,
termasuk melakukan qiyas (analogi) sebagai syara. Sehingga seiring perkembanngan
waktupun banyak terjadi perbedaan madzhab.

Madzhab adalah cara yang ditempuh atau jalan yang diikuti. Embriio dari perbedaan
madzhab ini adalah karena terjadi perbedaan cara pandang dan analisis terhadap nash (teks),
walaupun semua mempunyai dasar yang sama yaitu al quran dan hadis. Namun perbedaab
tersebut dianggap wajar oleh para ulama fiqih. Karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya, diantaranya faktor intuisi, interaksi sosial budaya, dan faktor adaptasi
perkembangan jaman.

Madzhab dalam hukum islam pun semakin bermunculan. Sebagai contoh ada madzhab
sunni yang terdiri dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali. Sedangkan madzhab
syi’i terdiri dari madzhab Zaidi dan Ja’rani yang semua itu perlu untuk kita ketahui sebagai
pertimbangan dalam kita melaksanakan keislaman.

Dalam makalah ini kami bermaksud menuliskan salah satu dari macam macam madzhab
tersebut, yaitu madzhab Hanafi. Tentang bagaimana biografi beliau, pola pikir beliau, apa
saja dalil dasar yang digunakan, dan bagaiman penerapan hukum beliau dalam realita. Kami
akan menjawab pertanyaan itu dalam makalah ini. Semoga bermanfaat.

4
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah sejarah kehidupan Imam Hanafi ?

2. Bagaimana asal muasal madzhab Imam Hanafi ?

3. Apakah dalil dalil yang digunakan Imam Hanafi ?

4. Apakah Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) ?

5. Apakah contoh perbedaab madzhab imam hanafi dari madzhab imam lain?

C. MANFAAT DAN TUJUAN

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang latar belakang Imam Hanafi, asal muasal

madzhab Imam Hanafi, tata cara pengambilan hukum, dan hal ihwal yang berhubungan

dengan Imam Hanafi, Sehingga kelak bermanfaat untuk bekal pelajaran matakuliah Fiqh

& Ushul Fiqh.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. BIO GRAFI IMAM HANAFI ( ABU HANIFAH AL-NU’MAN )

Abu Hanifah al-Nu'man bin Stabit bin Zautha dilahirkan di Kufah pada tahun 80 H/699.
Orang tuanya berasal dari keturunan Persia dan ketika ia masih dalam kandungan di bawa
pindah ke Kufah dan menetap di sana hingga Abu Hanifah lahir. Beliau wafat pada bulan
Rajab pada tahun 150 H dengan usia 70 tahun, dan dia dishalatkan banyak orang bahkan ada
yang meriwayatkan dishalatkan sampai 6 kloter.

Menurut cerita, ketika Zautha bersama anaknya Stabit ( ayah Abu Hanifah ) berkunjung
kepada Ali bin Abi Thalib, dengan serta merta kedua orang ini didoakan agar mendapat
keturunan yang mulia. Abu hanifah dibesarkan di Kufah dan dikota ini ia mulai belajar dan
menimba ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Setelah itu bepergian ke Hijaz, terutama di
Mekkah dan Madinah untuk menambah dan memperdalam ilmu dan wawasan yang luas. Ia
berusaha memahami pemikiran hukum yang bersumber dari Umar dan Ali bin Abi Thalib
melalui sahabat -sahabat mereka. Termasuk diantaranya ialah Hammad bin Abi Sulaiman,
ibrahim al nakhai, abdulah bin mashud dan abdulah bin abbas. Ia pernah bertemu dengan
beberapa sahabat rasulullah seperti Anas bin Malik, Abdullah bin Auqa di Kufah, Sahal bin
Sa'ad di Madinah dan Abu Thufail Ibnu Wailah di Mekah.

Karya karyanya yang sampai kepada kita adalah kitab al-Fiqul Akbar, Kitab Al-Risalah,
kitab Al- 'Alim wal Mutallim dan kitab Al-washiyah. Tidak ada buku fiqih karya abu
Hanifah. Meskipun demikian tulisan murid-muridnya telah merekam secara lengkap semua
pandangan fiqih Abu Hanifah hingga menjadi ikutan kaum muslimin. Muridnya antara lain
Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Auza'I, Zafr bin Al - Ajil bin Qois, Muhammad bin Hasan bin
Farqad al-syaibani dan al-Hasan bin Ziyad al-lu'lu'I . murid-murid inilah yang merekam dan
menulis pemikiran Abu Hanifah, baik bidang akidah maupun bidang hukum. Murid-murid di
bidang tasawuf antara lain Ibrahim bin Adham Fudhail bin 'lyad, Dawud al - Tha'I dan Bisyt
al-Hafi.

Abu Hanifah memiliki ilmu yang luas dalam semua kajian Islam hingga ia merupakan
seorang mujtahid besar (imamul a"zdam ) sepanjang masa. Meskipun demikian ia hidup

6
sebagaimana layaknya dengan melakukan usaha berdagang dalam rangka menghidupi
keluarga. Dengan prinsip berdiri di atas kemampuan sendiri, ia prihatin juga terhadap
kepentingan kaum muslimin , terutama bagi mereka yang berhajat akhlak yang mulia yang
dimilikinya mampumengendalikan hawa nafsu, tidak goyah oleh imbauan jabatan dan
kebesaran duniawi dan selalu sabar dalam mengahadapi berbagai cobaan. Meskipun ia
berdagang ia hidup sebagaikehidupan sufi dengan zuhud, wara, dan taat ibadah. Kalau kita
hayati kehidupannya maka akan rampak kepada kira bahwa Abu Hanifah hidup dengan ilmu
dan bimbingan umat dengan penuh kreatif, hidup dengan kemampuan sendiri tidak
memberatkan orang lain. Disamping menjalankan usaha dagangnya. ia juga hidup dengan
ibadah yang intensif siang dan malam.

Khalifah al-Manshur akan mengangkat hakim agung dengan memiliki salah satu diantara
4 orang ulama besar: Abu Hanifah, Sofyan Tsauri, Mis'ar bin Kidam, dan Syuraih. Abu
Hanifah menolak jabatan dan tidak mau dibantu oleh penguasa. Ketika Abu Ja'far al-Manshur
menghadiahkannya 10.000 dirham, Abu Hanifah menolak. Seorang sahabatnya berkata
kepadanya:" kepada anda diberikan dunia anda menolaknya padahal anda berkeluarga". Abu
Hanifah menjawab:" keluargaku kuserahkan kepad allah, sedang makananku sebulan cukup
dua dirham saja.

Dalam kehidupan, disamping memiliki akhlak dan tingkah laku mulia, ia selalu menjaga
kesucian diri dan harta, disamping ia selalu dalam peribadahan selama 40 tahun Abu Hanifah
memenuhi malam malamnya dengan shalat dan selama itu shalatnya subuh dilaksanakan
dengan wudhu pada waktu isya. Dan dalam shalatnya itu dibacanya al-Quran dan konon
kerika ia meninggal ia telah menghatamkan al-Quran 7000 kali.

Ilmu yang dimiliki oleh Abu Hanifah demikian luas terutama temuan-temuannya
dibidang hukum dan memecahkan masalah-masalahnya sejumlah 60.000 masalah hingga di
digelar dengan imam al-A'zdam dan kuluasan ilmunya itu diakui oleh imam Syafi'I beliau
berkata:"manusia dalam bidang hukum adalah orang yang berpegang kepada Abu Hanifah ".

Tampak ilmu Abu Hanifah bukan hanya bidang hukum tetapi juga miliputi bidang
lainnya termasuk tasawuf. Menurut Yahya bin Mu'azd al-Razi dalam suatu mimpi ia bertemu
dengan rasulullah dan bertanya:"wahai Rasulullah di mana akan aku cari engaku?".
Rasulullah menjawab:"di dalam ilmu Abu Hanifah ", demikian Rasulullah.

7
B. ASAL USUL MADZHAB IMAM HANAFI

Madzhab Hanafi merupakan salah satu dari madzhab empat dari golongan sunni.
Madzhab ini berkedudukan di Kufah, nama dari madzhab ini diambil dari ulama yang
bernama an-Nu’man bin Tsabit (80 H-150 H) yang lebih dikenal dengan julukan atau gelar
Imam Abu Hanifah.

Ada beberapa riwayat tentang asal-usul beliau mendapat julukan atau gelar Abu Hanifah
tersebut, ada yang mengatakan karena salah saru anaknya bernama Hanifah. Ada lagi yang
meriwayatkan karena beliau begitu dekat dan eratnya berteman dengan tinta guna menulis
dan mencatat ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya, maka beliau dijuluki dengan Abu
Janifah karena Hanifah dalam bahasa Irak berarti tinta. Sementara riwayat yang lain
menyatakan bahwa gelar tersebut diberikan oleh masyarakat karena ketaatan dan
ketekunannya dalam beribadah kepada Allah Gelar ini diambil dari bahasa Arab Haniif yang
berarti berpegang teguh pada ajaran yang benar.

Imam Abu Hanifah dilahirkan di kota kufah, Irak pada tahun 80 Hijriyah. Ayah beliau,
Tsabit adalah pedagang sutera dari Persia. Usaha inilah yang kemudian diwarisi oleh Abu
Hanifah. Sebagai pedagang sutera beliau dikenal sebagai orang yang selalu benar, jujur serta
amanah dalam berdagang.

Meskipun besar di lingkungan pedangang, Abu Hanifah tetap mempunyai kecenderungan


yang tinggi dalam memperdalam ilmu-ilmu agama. Beliau terkenal sebagai orang yang
sangat cerdas, kecerdasan beliau dapat diketahui dari pengakuan para tokoh dan ilmuwan,
antara lain:

1). Imam Ibn al-Mubarak, yang mengatakan: ”Aku belum pernah melihat laki-laki yang lebih
cerdik daripada Imam Abu Hanifah”.

2). Imam Ali bin Ashim, yang mengatakan: “jika sekiranya ditimbang akal Abu Hanifah
dengan akal penduduk kota ini, tentu akal mereka dapat dikalahkannya”.

3). Raja Harun al-Rasyid pernah berkata: “Abu Hanifah adalah seorang yang dapat melihat
dengan akalnya atas sesuatu yang tidak dapat dilihat dengan mata kepalanya”.

4). Imam Abu Yusuf, berkata: “Aku belum pernah bersahabat dengan orang yang kecerdasan
dan kecerdikannya melebihi kecerdasan akal pikiran Abu Hanifah”.

8
Dari ungkapan dan pernyataan para tokoh dan ilmuwan di atas, dapatlah diketahui dan
dibayangkan betapa cerdik dan cerdasnya seorang Abu Hanifah, hal inipun terbukti dengan
mashurnya nama beliau hingga saat ini sebagai mujtahid.

Abu Hanifah dikenal sebagai orang yang rajin menuntut ilmu. Pada awalnya beliau
mempelajari semua ilmu yang bertalian dengan agama, dan setelah menguasai berbagai ilmu,
beliau mulai memfokuskan diri pada bidang fiqh. Beliau belajar fiqh pada seorang ulama
bernama Hammad bin Abi Sulaiman yang merupakan salah satu ulama besar pada saat itu.
Beliau menimba ilmu dari gurunya tersebut selama kurang lebih hingga gurunya meninggal
pada tahun 120 H.

Hammad bin Abi Sulaiman, adalah guru beliau yang sering memberikan kepercayaan
dan mewakilkan kepada beliau dalam mengajarkan agama dan memberikan fatwa,
kepercayaan tersebut diberikan oleh gurunya karena kecerdasan dan keluasan wawasan beliau
dalam mengupas dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada terutama fiqh.

Kepandaian beliau juga diakui oleh Imam Malik dan Imam Syafi’i, dalam hal ini
terlihat dari ungkapan yang dilontarkan oleh Imam Malik ketika ditanya seseorang.
“Pernahkah anda melihat Imam Abu Hanifah?”..Imam Malik menjawab: “Ya, saya pernah
melihatnya. Ia adalah seorang laki-laki, jika anda berkata tentang tiang ini supaya ia jadikan
emas, niscaya ia akan memberikan alasan-alasannya”. Sementara Imam asy-Syafi’I pernah
berkata: “Manusia adalah keluarga dalam ilmu fiqh dan menjadi anak buah Imam Abu
Hanifah”.

Setelah gurunya meninggal, beliau menggantikan posisinya sebagai guru dan menjadi
ulama terkenal di Kufah. Beliau banyak mengeluarkan fatwa dalam masalah fiqh. Fatwa-
fatwanya itulah yang merupakan dasar dalam pemikiran Madzhab Hanafi yang dikenal
sampai saat ini. Beliau juga dikenal ahli dalam merumuskan kaidah dan pedoman dalam
berijtihad, karena itulah maka Imam Abu Hanifah dikenal oleh para fuqaha sebagai mujtahid
mustaqil , yang mampu melakukan kajian-kajian fiqh secara mandiri, dan tercipta madzhab
fiqh yang dinisbatkan pada diri beliau.

9
C. DALIL DALIL YANG DIGUNAKAN IMAM HANAFI

Imam Abu Hanifah dikenal sebagai ulama Ahl ar-Ra’yi. Meskipun Abu Hanifah
pernah bermukim di Makkah dan mempelajari hadits-hadits Nabi, serta ilmu-ilmu lain dari
para tokoh yang beliau jumpai, akan tetapi pengalaman dan ilmu yang beliau peroleh dari
luar Kufah digunakan untuk memperkaya koleksi hadits-haditsnya. sementara metodologi
kajian fiqhnya mencerminkan aliran Ahl ar-Ra’yi yang beliau pelajari dari Imam Hammad,
dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah sebagi sumber pertama dan kedua.

Apabila beliau tidak menemukan ketentuan yang tegas tentang hukum persoalan yang
dikajinya dari perkataan sahabat baik dalam bentuk ijma’ maupun fatwa. Kalau ketiganya
tidak menyiratkan secara eksplisit tentang persoalan-persoalan tersebut, maka beliau
mengkajinya melalui qiyas dan ikhtisan, atau melihat tradisi-tradisi yang berkembang dalam
masyarakat yang ditaati secara bersama-sama.

Dikenalnya Imam Abu Hanifah sebagai ahli pikir (Ahl ar-Ra’yi) antara lain karena
pemikiran-pemikiran beliau yang berdasar kepada kaidah yang dianggap lepas. Adapun
contoh pemikiran itu antara lain:

1). Kemudahan dalam beribadah, contoh: ketika di malam yang gelap atau di saat
sulit menentukan arah kiblat, maka hukum sholatnya adalah sah, tetapi
dengan syarat dia sudah berusaha mencari arah kiblat.

2). Memelihara kehormatan dan perikemanusiaan, contoh: anak perempuan yang


umurnya sudah mencapai umur untuk mencari pasangan hidup tidak dibenarkan
adanya paksaan dari wali, karena perkawinan secara paksa hukumnya tidak sah.

3). Memberikan kuasa penuh pada Raja atau Pemimpin-pemimpin negara, contoh:
Raja atau pejabat negara berhak mengendalikan kekayaan negara seperti tanah
dan sebagainya demi kemashlahatan bersama.

10
D. METODE DALAM PENGISTINBATAN HUKUM

Metode yang digunakan dalam menetapkan hukum (istinbat) berdasarkan pada tujuh hal
pokok :

1.Al-Quran

Alquran adalah sumber utama yang digunakan oleh imam hanafi, alquran
mengandung berbagai ketentuan syariah, oleh karenanya al-quran berperan sebagai rujukan
dalam proses kajian segala permasalahan hukum agama.

2.As-sunnah

As-sunnah berfungsi sebagai penerang dan penjelas al-quran,merinci kandungan al-


quran yang masih bersifat umum .mzhab hanafi mensyaratkan hadist dan asunnah dengan
kualifikasi yakni harus sohih, mutawattir, juga harus dikenal luas( masyhur).kualifikasi ini di
maksudkan untuk membentengi terhadap adanya hadis palsu.

3.Perkataan sahabat

Menurut mazhab hanafi, para sahabat adalah orang yang membawa ajaran rosul
kepada generasi sesudahnya, maka perkataan dan pernyataan mereka lebih dekat kepada
kebenaran.

Perkataan sahabat dibagi menjadi 2 bagian yaitu ijma dan pendapat pribadi sahabat.
Dalam hal ini ijma lebih di dahulukan ,baru jika ada pendapat yang berbeda dari para sahabat
yang bukan merupakan hasil ijma, maka imam hanafi memilih pendapat yang di pandang
paling memadai dalam menjawab dan menyelesaikan persoalan.

4.Al-Qiyas

Jika dalam al-quran ,assunnah dan perkataan sahabat tidak ditemukan jawaban atau
hukum atas persoalan yang dihadapi, maka imam hanafi berpegang pada qiyas.Beliau merasa
tidak harus menerima rumusan hukum dari murid-murid para sahabat ketika tidak
mempunyai bukti yang jelas dan kuat. Beliau merasa bahwa dirinya setara dengan para
sahabat dan melakukan ijtihad sendiri berdasarkan prinsip-prinsip al qiyas yang telah di
bangumya bersama para muridnya.

11
5.Al-ihtisan

Al-ihtisan artinya berpindahnya seorang mujtahid dari suatu dalil qiyas kepada qiyas
yang lain yang lebih kuat pengaruhnya ataulebih sesuai bagi kepentingan manusia, meskipun
bisa saja secara teknis dalil qiyas yang digunakan lebih lemah dari pada dalil qiyas yang di
tinggalkan.

Memang diakui dalam mazhab ini bahwa al-ihtisan tidak diragukan lagi sebagai salah
satu dalil dalam menentukan suatu hukum.

6.Al-Urf

Mazhab hanafi akan menggunakan urf jika tidak aturan yang secara jelas ditemukan
dalamal-quran,as-sunnah,serta pendapat sahabat serta tidak bisa pula dilakukan dengan cara
qiyas maupun ihtisan. Urf sendiri berarti tradisi masyarakat baik berupa perkataan maupun
perbuatan atau adat kebiasaan.namun demikian tidaksemua urf dapat dijadikan sebagai dasar
atau dalil syara. Melainkan hanyalah urf yang tidak bertentangan dengan nash, sedangkan
yang bertentangan jelas ditolak oleh mazhab hanafi.

12
E. CONTOH PERBEDAAN YANG NAMPAK DARI MADZHAB HANAFI DENGAN

MADZHAB IMAM YANG LAIN

Madzhab hanafi berpendapat:


Membaca Al Fatihah dalam salat fardhu tidak diharuskan, dan membaca bacaan apa
saja dari al Quran itu boleh. Dalil yang diambil adalah Al Muzammil ayat 20 'Bacalah apa
yang mudah bagimu dari Al Quran'

Membaca fatihah, hanya diwajibkan pada dua rakaat pertama, sedangkan pada rakaat
ketiga shalat maghrib, dan dua rakaat terakhir isya, dhuhur atau ashar. Kalau mau, bacalah,
kalau tidak bacalah tasbih, atau diam (cek di al Nawawi, Syarhul Muhadzdzab, Jilid III hal
361)

Meninggalkan basmalah seperti imam tadi, dibolehkan karena Madzhab Hanafi


berpendapat bahwa basmalah tidak termasuk bagian dari surat. Tidak disunnahkan membaca
keras ataupun pelan. bebas saja. Sedang menyilangkan/melipat tangan didepan dada, adalah
sunnah, bukan wajib.

Dalam madzhab ini tidak ada qunut dalam shalat, kecuali shalat witir saja. membaca
amin dianggap sunnah

Madzhab Syafi'i berpendapat:


Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat
sunnah dan shalat fardhu. Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak
boleh ditinggalkan dalam keadaan apapun. Harus dibaca keras pada shalat Subuh, serta 2
rakaat pertama dari maghrib dan isya. Selain itu, harus dibaca dengan pelan.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua
saja. Pada shalat subuh disunnahkan membaca qunut pada rakaat kedua, yaitu ketika bangkit
dari ruku di rakaat kedua

13
Menyilangkan dua lengan diatas dada adalah sunnah, tidak wajib, baik pada lelaki
maupun perempuan.
Membaca amin dianggap sunnah.

Madzhab Maliki berpendapat:


Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat
sunnah dan shalat fardhu. Basmalah bukan termasuk bagian dari surat, sehingga bahkan
dianjurkan meninggalkannya. Disunnahkan menyaringkan bacaan pada shalat shubuh dan 2
rakaat maghrib dan isya.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua.
Pada shalat subuh disunnahkan membaca qunut pada rakaat kedua.

Menyilangkan dua tangan diatas dada boleh, disunnahkan meluruskannya pada shalat
fardhu. Membaca amin dianggap sunnah.

Madzhab Hambali berpendapat:


Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam setiap rakaat, baik shalat
sunnah dan shalat fardhu. Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak
boleh ditinggalkan dalam keadaan apapun. Harus dibaca perlahan, tidak boleh dengan keras-
keras.

Disunnahkan membaca surat Al Quran setelah al fatihah di rakaat pertama dan kedua.
Dalam madzhab ini tidak ada qunut dalam shalat, kecuali shalat witir saja

Menyilangkan dua lengan diatas dada adalah sunnah, tidak wajib, baik pada lelaki
maupun perempuan. membaca amin dianggap sunnah

Madzhab Imamiyah (Ja'fari) berpendapat:


Membaca Al Fatihah dalam salat wajib hukumnya, dalam 2 rakaat pertama, dan boleh
dilakukan pada 2 rakaat berikutnya.Pada salat subuh, dua rakaat pertama maghrib dan isya
wajib membacanya dengan nyaring, sedang dzikir yang lain tidak boleh dinyaringkan

14
Pada rakaat 3 dan 4 boleh diganti dengan tasbih. Baik shalat sunnah dan shalat fardhu.
Basmalah adalah bagian dari surat, sehingga wajib dibaca, dan tak boleh ditinggalkan dalam
keadaan apapun. Basmalah dinyaringkan pada dua rakaat pertama shalat dhuhur dan ashar,
selain kedua shalat itu, dinyaringkan pada semua rakaat.

Wajib membaca satu surat Al Quran secara lengkap setelah al fatihah di rakaat
pertama dan kedua. Dalam madzhab ini disunnahkan membaca qunut dalam semua shalat
fardhu, yaitu rakaat kedua setelah membaca surat al quran, sebelum ruku'

Menyilangkan dua lengan diatas dada disini ada beda pendapat, dari makruh sampai
haram baik pada lelaki maupun perempuan, karena tidak ada ketetapan dari nash. membaca
amin dianggap haram. Dalilnya adalah bahwa amin merupakan pembicaraan manusia, bukan
merupakan kata dari al quran.

15
BAB III

PENUTUP

Pebedaan dalam cara pandang terhadap suatu nash memang sangatlah beragam dalam
dunia keislaman. Tetapi perku ditegaskan bahwa perbedaan pendapat dikalangan para imam
madzhab tidak sampai merusak syari’at, karena yang diperselisihkan bukan masalah ushul
(pokok – pokok) tetapi hanya masalah furu’ (cabang- cabang). Itupun hanya sebatas pada
sudut pandang hukum, tidak sampi terjadi perpecahan di dalam umat islam.

Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang intinya bahwa : “ jika manusia ingin
selamat dunia akhirat maka berpeganglah pada dua hal yaitu al qur;an dan hadis”. Setelah
dikaji secara keseluruhan ternyata semua imam madzhab menggunakan dalil dasar yang
paling pokok, yaitu al qur’an dan hadis. Sekarang tinggal kita bersikap bijak menyikapi
perbedaan tersebut.

Semoga kita terhindar dan dijauhkan dari hal yang menyesatkan dan kita tetap berada
di jalan yang diridhoi Allah SWT.

16

Anda mungkin juga menyukai