Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS PENYAKIT

HIV/AIDS

DISUSUN OLEH:
Abang Dedi Setiyadi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
20010/2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………………
B. TUJUAN PENULISAN…………………………………………
C. RUANG LINGKUP PENULISAN………………………………
D. METODE PENULISAN………………………………………………

SISTEMATIKA PENULISAN…………………………………………….

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian HIV/AIDS………………………..6
B. Patofisiologi........................................................6
C. Manifestasi klinik...............................................8
D. Etiologi…………………………………………….9

E. Komplikasi………………………………………10

F. Penatalaksanaan................................................11

G. Pencegahan AIDS……………………………..13

BAB III PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian……………………………………..15
B. Diagnose keperawatan…………………………16
C. Intervensi………………………………………..18
D. Evaluasi………………………………………….21

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN
B. SARAN
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
kekuatan, dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus
Penyakit HIV/AIDS.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini mengalami beberapa


kesulitan, namun karena bantuan, dukungan serta dorongan dari berbagai pihak
akhirnya dapat terselesaikan.

Dalam laporan ini saya menyadari banyak kesalahan dan masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga laporan ini dapat menjadi lebih baik. Semoga laporan ini dapat menjadi
lebih baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi saya pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Akhirnya saya hanya bisa berharap agar laporan ini dapat berguna baik bagi
saya sebagai penulis pihak-pihak yang berkepentingan khususnya.

Pontianak, Januari 2011


Abang Dedi Setiyadi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah


virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu
disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV
(Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini
menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat
(RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA).
Menurut Muma et al (1997) Virus ini memiliki kemampuan unik untuk
mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan
enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses
transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada umumnya.
Menurut Samsuridjal Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency
Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control (CDC)
merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami
infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang
mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap
HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi kondisi demensia progresif,
“wasting syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada pasien berusia lebih dari 60 tahun),
kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker serviks invasif) atau diseminasi dari
penyakit yang umumnya mengalami lokalisasi (misalnya, TB) (Doengoes, 2000).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Meningkatakan kemampuan tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien HIV/AIDS.
2. Memberi gambaran pelakasanan asuhan keperawatan pada pasien dengan
HIV/AIDS.
3. Agar makalah ini dapat dipergunakan dalam proses keperawatan.
C. Ruang Lingkup Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kelompok hanya membahas tentang Asuhan
Keperawatan dengan pasien HIV/AIDS.

D. Metode penulisan
Metode penulisan yang di gunakan dalam makalah ini yaitu dengan menggunakan
metode studi kepustakaan dan bahan dari internet yaitu degnan mempelajari dan
membaca literature yang berhubungan dengan makalah ini.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah ini adalah
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
1. HIV
MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus) adalah
virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang dulu
disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV
(Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini
menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam
ribonukleat (RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA).
Menurut Muma et al (1997) Virus ini memiliki kemampuan unik untuk
mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan
enzim yang disebut reverse transcriptase, yang merupakan kebalikan dari proses
transkripsi (dari DNA ke RNA) dan translasi (dari RNA ke protein) pada
umumnya.

2. AIDS

Menurut Samsuridjal Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency


Syndrome) adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem
kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control
(CDC) merekomendasikan bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang
mengalami infeksi opportunistik, dimana orang tersebut mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki
antibodi positif terhadap HIV. Kondisi lain yang sering digambarkan meliputi
kondisi demensia progresif, “wasting syndrome”, atau sarkoma kaposi (pada
pasien berusia lebih dari 60 tahun), kanker-kanker khusus lainnya (yaitu kanker
serviks invasif) atau diseminasi dari penyakit yang umumnya mengalami
lokalisasi (misalnya, TB) (Doengoes, 2000).
B. Patofisiologi

Virus memasuki tubuh dan terutama menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4.
Kelompok terbesar yang mempunyai molekul CD4 adalah limfosit T4 yang mengatur
reaksi sistem kekebalan manusia. Sel-sel target lain adalah monosit, makrofag, sel
dendrit, sel langerhans dan sel mikroglia. Setelah mengikat molekul CD4 melalui
transkripsi terbalik. Beberapa DNA yang baru terbentuk saling bergabung dan masuk ke
dalam sel target dan membentuk provirus. Provirus dapat menghasilkan protein virus
baru, yang bekerja menyerupai pabrik untuk virus-virus baru. Sel target normal akan
membelah dan memperbanyak diri seperti biasanya dan dalam proses ini provirus juga
ikut menyebarkan anak-anaknya. Secara klinis, ini berarti orang tersebut terinfeksi untuk
seumur hidupnya.

Siklus replikasi HIV dibatasi dalam stadium ini sampai sel yang terinfeksi diaktifkan.
Aktifasi sel yang terinfeksi dapat dilaksanakan oleh antigen, mitogen, sitokin (TNF alfa
atau interleukin 1) atau produk gen virus seperti sitomegalovirus (CMV), virus Epstein-
Barr, herpes simpleks dan hepatitis. Sebagai akibatnya, pada saat sel T4 yang terinfeksi
diaktifkan, replikasi serta pembentukan tunas HIV akan terjadi dan sel T4 akan
dihancurkan. HIV yang baru dibentuk ini kemudian dilepas ke dalam plasma darah dan
menginfeksi sel-sel CD4+ lainnya. Karena proses infeksi dan pengambil alihan sel T4
mengakibatkan kelainan dari kekebalan, maka ini memungkinkan berkembangnya
neoplasma dan infeksi opportunistik.

Sesudah infeksi inisial, kurang lebih 25% dari sel-sel kelenjar limfe akan terinfeksi
oleh HIV pula. Replikasi virus akan berlangsung terus sepanjang perjalanan infeksi HIV;
tempat primernya adalah jaringan limfoid. Kecepatan produksi HIV diperkirakan
berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit infeksi tersebut. jika orang
tersebut tidak sedang menghadapi infeksi lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat.
Namun, reproduksi HIV tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang
menghadapi infeksi lain atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat
menjelaskan periode laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi
HIV. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV (65%) tetap menderita HIV/AIDS yang
simptomatik dalam waktu 10 tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.
Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :

1. Hubungan seksualitas dengan pengidap HIV/AIDS


Hubungan seksual secara vaginal, anal, oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air
mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur,
atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan tersebut masuk kedalam
aliran darah.
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
laporan CDC amerika, prevelansi penularan HIV dari ibu kebayi adalah 0,01% -
0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20%-35%, sedangkan kalau gejala AIDS sudah jelas pada ibu
kemungkinannya mencapai 50% .
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh darah
dan menyebar keseluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang
menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV, dan langsung
digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV.
5. Alat-alat untuk menoreh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat
tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut
dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupin yang digunakan oleh
para pengguna narkoba sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik,
pada para pemakai IDU (injecting drug user) secara bersama-sama juga
menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan gelas pengoplos obat, sehingga
berpotensi tinggi untuk menularkan.
C. Manifestasi klinik

Gejala dini yang sering dijumpai berupa eksantem, malaise, demam yang
menyerupaiflu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya berupa penurunan
berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula, berkeringat malam, diare kronik,
kelelahan, limfadenopati. Beberapa ahli klinik telah membagi beberapa fase infeksi HIV
yaitu :

1. Infeksi HIV Stadium Pertama

Pada fase pertama terjadi pembentukan antibodi dan memungkinkan juga terjadi
gejala-gejala yang mirip influenza atau terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening yang menetap diseluruh tubuh.

2. Persisten Generalized Limfadenopati

Terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher, ketiak, inguinal, keringat pada


waktu malam atau kehilangan berat badan tanpa penyebab yang jelas dan
sariawan oleh jamur kandida di mulut.

3. AIDS Relative Complex (ARC)

Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan sehingga mulai


terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya dapat dicegah oleh kekebalan tubuh.
Disini penderita menunjukkan gejala lemah, lesu, demam, diare, yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu
tahun, ditambah dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua.

4. Full Blown AIDS

Pada fase ini sistem kekebalan tubuh sudah rusak, penderita sangat rentan
terhadap infeksi sehingga dapat meninggal sewaktu-waktu. Sering terjadi radang
paru pneumocytik, sarcoma kaposi, herpes yang meluas, tuberculosis oleh kuman
opportunistik, gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga penderita pikun
sebelum saatnya. Jarang penderita bertahan lebih dari 3-4 tahun, biasanya
meninggal sebelum waktunya.

D. Etiologi

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T

E. Komplikasi

1. Oral Lesi

Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis,


peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia
oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.

2. Neurologik

a. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human


Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian,
kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.

b. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,


ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit
kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.

c. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik


endokarditis.

d. Neuropatikarena imflamasi demielinasi oleh serangan Human


Immunodeficienci Virus (HIV)

3. Gastrointestinal
a. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma,dansarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan, anorksia,
demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.

b. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal,


alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam
atritis.

c. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang
sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-
gatal dan siare.

4. Respirasi

Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza,


pneumococcus, dan strongyloides dengan efek
nafaspendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.

5. Dermatologik

Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena
xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.

6. Sensorik

a. Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan

b. Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan


pendengarandengan efek nyeri.
F. Penatalaksanaan

Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency
Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :

1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang


tidak terinfeksi.

2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang
tidak terlindungi.

3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status
Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.

4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.

5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu :

a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuanmenghilangkanmengendalikan, dan pemulihan


infeksiopurtunistik,nasokomial, atau sepsis.Tindakan pengendalian infeksi yang
aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.

b. Terapi ARV (anti retroviral theraphy)


ARV dapat menghentikan replikasi HIV, memulihkan sistem imun dan
mengurangi terjadinya infeksi opportunistik. Obat ARV terdiri ats beberapa
golongan antara lain

1) nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI), obat ini dikenal sebagai


analog nukleosida yang menghambat proses perubahan RNA virus menjadi
DNA, contoh obat golongan ini adalah zidovudine (ZDV), stavudine (d4T),
dan lamivudine (3TC).

2) nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI), yang termasuk golongan


ini adalah tenofovir (TDF).

3) protease inhibitor (PI) menghalangi kerja enzim protease yang yang berfungsi
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah Indinavir (IDV),
nelvinavir (NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV), dan
loponavir/ritonavir(LPV/r).

4) Fusion inhibitor, yang termasuk obat golongan ini adalah enfuvirtide (T-20).

Ber Nama Jenis Sediaan Berapa Dengan/tanpa makan


obat obat kali/hari
d4T RTI Kapsul :30 mg, 40 2 X/hari Dapat diminum
mg dengan/tanpa makan
3TC RTI 2 X/hari
Tablet 150 mg, Dapat diminum
larutan oral 10 mg dengan/tanpa makan

DDI NRTI 2 X/ hari


Tablet kunyah 100 Dapat diminum dengan/
c. mg tanpa makan

Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon,
maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang
proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan
terapi AIDS.
d. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan
sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu
fungsi imun.

e. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan
mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).

Pencegahan AIDS

Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk pencegahan penularan


HIV/AIDS. Langkah pertama adalah mempelajari dan mengetahui fakta tentang
AIDS yang benar. Semakin banyak yang Anda ketahui tentang AIDS, semakin
kecil resiko Anda untuk ketularan. Yang terpenting adalah melakukan perilaku
bertanggungjawab.

1. Pencegahan AIDS melalui SEKS:


Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Untuk yang sudah aktif
secara seksual, Anda dapat mengurangi resiko dengan: hanya melakukan
hubungan seks dengan mitra tunggal menggunakan kondom setiap kali
berhubungan seks mengobati penyakit kelamin jika ada. Perlu
dipertimbangkan apakah perilaku kita telah sesuai dengan norma agama dan
norma masyarakat yang ada.
2. Pencegahan AIDS melalui DARAH
Hanya menerima tranfusi darah yang bebas HIV. Dalam situasi darurat,
memilih donor darah yang sudah Anda kenal dan mempunyai resiko HIV
yang cukup rendah.

Pastikan bahwa jarum yang akan kamu pakai sudah steril:gunakanlah jarum
suntik yang baru, atau,lakukan sterilisasi dengan membersihkanjarum
menggunakan alkohol atau pemutih.Untuk perempuan yang mengidap HIV,
sebaiknya mempertimbangkan resiko HIV pada bayi sebelum hamil.
BAB III

PROSES KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIN DENGAN ACQUARED


IMMUNODEFISIENCY SYNDROM (AIDS)

A. PENGKAJIAN

1.Aktifitas /istirahat :

 Mudah lelah, berkurangnya tolerangsi terhdp aktifitas, kelelahan yang progresif


 Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi terhdp aktifitas

2.Sirkulasi

 Proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila cedera


 takikardia, perubahan tekanan darah postural, volume nadi periver menurun,
pengisian kapiler memanjang

3.Integritas ego

 Faktor stress yang berhubungan dgn kehilangan: dukungan keluarga, hubungan


dgn org lain, pengahsilan dan gaya hidup tertentu
 Menguatirkan penampilan: alopesia, lesi , cacat, menurunnya berat badan
 Merasa tdk berdaya, putus asa, rsa bersalah, kehilangan control diri, dan depresi
 Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri, marah, menangis, kontak mata
kurang

4.Eliminasi.

 Diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih


 Faeces encer disertai mucus atau darah
 Nyerio tekan abdominal, lesi pada rectal, perubahan dlm jumlah warna urin.

5.Makanan/cairan :

 Tidak ada nafsu makan, mual, muntah


 Penurunan BB yang cepat
 Bising usus yang hiperaktif
 Turgor kulit jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna
mucosa mulut
 Adanya gigi yang tanggal. Edema

6.Hygiene

Tidak dapat menyelesaikan ADL, memeperlihatkan penampilan yang tidak rapi.

7.Neurosensorik

 Pusing,sakit kepala.
 Perubahan status mental, kerusakan mental, kerusakan sensasi
 Kelemahanotot, tremor, penurunan visus.
 Bebal,kesemutan pada ekstrimitas.
 Gayaberjalan ataksia.

8.Nyeri/kenyamanan

 Nyeri umum/local, sakit, rasaterbakar pada kaki.


 Sakit kepala, nyeri dada pleuritis.
 Pembengkakan pada sendi, nyeri kelenjar, nyeri tekan, penurunan ROM, pincang.
9.Pernapasan

Terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non,sesak pada dada,
takipnou, bunyi napas tambahan, sputum kuning.

10.Keamanan

 Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, lauka lambat proses penyembuhan


 Demam berulang

11.Seksualitas

Riwayat perilaku seksual resiko tinggi, penurunan libido, penggunaan kondom yang
tidak konsisten, lesi pd genitalia, keputihan.

12.Interaksi social

Isolasi, kesepian,, perubahan interaksi keluarga, aktifitas yang tdk terorganisir

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan
2. Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual),
gangguan intestinal, hipermetabolik.
4. perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan
timbulnya lesi penyebab patogen
5. Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir
6. Berduka disfungsional berhubungan dengan kematian atau perubahan gaya hidup
yang segera terjadi, kehilangan fungsi tubuh perubahan penampilan, dan ditinggal
mati oleh orang yang berarti.
C. INTERVENSI

Dx. 1.Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru, melemahnya otot pernafasan.

Tujuan: klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif

Tindakan:

1. auskultasi bunyi nafas tambahan


R/ bunyi nafas tambahan menunjukkan adanya infeksi jalan nafas/peningkatan
sekresi.
2. catat kemungkinan adanya sianosis, perubahan frekwensi nafas dan penggunaan
otot asesoris.
3. berikan posisi semi fowler
4. lakukan section bila terjadi retensi sekresi jalan nafas
5. Kaji frekwensi nafas, bunyi nafas, batuk dan karakterostik sputum.

Dx 2 : Defisit volume cairan tubuh b/d diare berat, status hipermetabolik.

Tujuan : Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat

Tindakan :

1. Pantau tanda-tanda vital termasuk CVP bila terpasang.


R/ denyut nadi/HR meningkat, suhu tubuh menurun, TD menurun menunjukkan
adanya dehidrasi.
2. Catat peningkatan suhu dan lamanya, berikan kmpres hangat, pertahankan pakaian
tetap kering, kenyamanan suhu lingkungan.
R/ Suhu badan meningkat menunjukkan adanya hipermetabolisme.
3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan rasa haus.
R/ Indikator tanda-tanda dehidrasi.
4. Timbang BB setiap hari
R/ penurunan BB menunjukkan pengurangan volume cairan tubuh.

5. Catat pemasukan cairan mll oral sedikitnya 2500 ml/hr.


R/ Mempertahankan keseimbangan, mengurangi rasa hausdan melembabkan
membrane mucosa.

Dx 3.Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d hambatan asupan makanan (muntah/mual),


gangguan intestinal, hipermetabolik.

Tujuan: klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.

Tindakan:

1. auskultasi bising usus karena Hipermetabolisme saluran gastrointestinal akan


menurunkan tingkat penyerapan usus.
2. timbang BB setiap hari BB sebagai indicator kebutuhan nutrisi yang adekuat
3. hindari adanya stimulus leingkungan yang berlebihan.
4. berikan perawatan mulut, awasi tindakan pencegahan sekresi. Hindari obat kumur
yang mengandung alcohol.
R/ Pengeringan mucosa, lesi pada mulut dan bau mulut akan menurunkan nafsu
makan.
5. Berikan makanan yang mudah dicerna dan tdk merangsangPeningkatan peristaltic
menyebabkan penyerapan cairanpd dinding usus akan kurang.
6. rencanakan makan bersama keluarga/org terdekat. Barikan makan sesuai
keinginannya (bila tdk ada kontraindidkasi)
7. sajikan makanan yang hangat dan berikan dalam volume sedikit
8. dorong klien untuk duduk saat makan.
9. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian makanan
R/ menyediakan diet erdasarkan kebutuhan individu dengan rute yang tepat
10. Kolaborasi berikan NPT (hiperalimentasi/intralipid) sesuai petujuk
R/ kadang-kadang nutrisi parenteral diperlukan apabila pemberian makanan
melalui oral tidak mungkin dilakukan
11. Berikan obat-obatan sesuai petujuk misalnya suplemen vitamin
R/ kekurangan vitamin terjadi akibat penurunan pemasukan makanan dan atau
kegagalan mengunyah dan absorpsi dalam sistem gastrointestinal.

Dx 4. perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defisit imunologis dan


timbulnya lesi penyebab patogen.

Tujuan: untuk memperbaiki atau mempertahankan keutuhan mukosa oral

Tindakan:

1. Kaji membran mukosa/ catat seluruh lesi oral. Perthatikan keluhan myeri,
bengkak dan sulit mengunyah atau menelan.
2. Berikan peawatan oral setiap hari dan setelah makan, gunakan sikat gigi
halus, pasta gigi non abrasif, obat pencuci mulut non alkohol dan pelembab
bibir.
3. Cuci lesi mukosa oral dengan menggunakan hidrogen peroksida
4. Dorong pemasukan oral sedikitnya 2500 ml/hari
R/ mempertahankan dehidrasi, mencegah pengeringan rongga mulut.
5. Dorong pasien untuk tidak merokok
R/ rokok akan mengeringkan dan mengiritasi membran mukosa

Dx 5: Resiko terjadinya infeksi b/d depresi system imun, aktifitasyang tdk terorganisir

Tujuan :

Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk
purulent)

Tindakan :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dgn pasien

R/. Resiko cros infeksi dpt melalui prosedur yang dilakukan

2. Ciptakan lingkungan yang bersih dan ventilasi yang cukup

R/. Lingkungan yang kotor akan mneingkatkan pertumbuhan kuman pathogen

3. Informasikan perlunya tindakan isolasi

R/. Penurunan daya tahan tubuh memudahkan berkembangbiaknya kuman


pathogen. Tindakan isolasi sebagai upaya menjauhkan dari kontak langsung dgn
kuman pathogen

4. Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu badan.

R/. Peningkatan suhu badan menunjukkan adanya infeksi sekunder.

5. Observasi kulit/membrane mucosa kemungkinan adanya lesi/perubahan warna


6. bersihkan kuku setiap hari

R/ Luka akibat garukan memudahkan timbul infeksi luka

7. Perhatikan adanya tanda-tanda adanya inflamasi

R/ Panas kemerahan pembengkakan merupakan tanda adanya infeksi

8. Awasi penggunaan jarum suntik dan mata pisau secara ketat dengan
menggunakan wadah tersendiri.
R/ Tindakan prosuder dapat menyebabkan perlukaan pada permukaan kulit.

Dx 6. Berduka disfungsional berhubungan dengan kematian atau perubahan gaya hidup


yang segera terjadi, kehilangan fungsi tubuh perubahan penampilan, dan ditinggal mati
oleh orang yang berarti.

Tujuan: memahami maasalah HIV AIDS pada keluarganya.


Tindakan:

1. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan.


2. Menegaskan tentang pentingnya pasien bagi orang lain.
3. Mendorong agar pasien mengungkapkan perasaan negatif.
4. Memberikan unpan balik terhadap perilakunya.
5. Memberikan rasa percaya dan keyakinan
6. Memberikan informasi yang diperlukan
7. Memberi dukungan moral, material (khusunya keluarga) dan spritual
8. Menghargai penilaian individu yang cocok terhadap kejadian

D. EVALUASI

1.Klien akan menunjukkan tanpa adanya tanda-tanda infeksi (tdk ada demam, sekresi tdk
purulent)

2.Klien akan mempertahankan tingkat hidrasi yang adekuat

3.Klien akan menunjukkan peningkatan BB ideal.

4.Klien akan mmempertahankan pola nafas yang efektif.


BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
HIV MenurutPrice & Wilson, 1995 HIV (Human immunodeficiency virus)
adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). HIV yang
dulu disebut sebagai HTLV-III (Human T cell lympothropic virus Tipe III) atau LAV
(Lymphadenopathy Virus), adalah virus sitopatik dari famili retrovirus. Hal ini
menunjukkan bahwa virus ini membawa materi genetiknya dalam asam ribonukleat
(RNA) dan bukan dalam asam deoksiribonukleat (DNA). AIDS

Menurut Samsuridjal Djauzi (2004). AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)


adalah sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV Centers for Disease Control (CDC) merekomendasikan
bahwa diagnosa AIDS ditujukan pada orang yang mengalami infeksi opportunistik,
dimana orang tersebut mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T
berjumlah 200 atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV.

AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV.
Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral
yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T

B. SARAN
Buat Para remaja jangan mudah terpengaruh dengan zaman sekarang karena
kita harus jaga-jaga terhadap lingkungan ini. Jangan pernah mencoba nikmatnya
dunia terutama pergaulan bebas.

Anda mungkin juga menyukai