PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang berkecimpung dalam
perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami masa-masa yang suram.
Penyebab kesuraman masa depan koperasi adalah kurangnya daya saing
yang dimiliki oleh koperasi melawan badan usaha yang lain. Selain itu
kurangnya minat masyarakat untuk bergabung kedalam koperasi terutama
masyarakat perkotaan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
evaluasi kerja terstruktur mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Selain itu
juga untuk memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai Sistem
Perkoperasian Indonesia.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk memperoleh data adalah
metode studi literature. Metode tersebut yang dilakukan dengan membaca
buku-buku mengenai koperasi. Keuntungan dari metode tersebut adalah data
yang didapat jelas dan akurat. Selain mengunakan studi literature, penulis
juga mencari data melalui internet karena lebih mudah dan banyak sumber
yang dapat dijadikan referensi.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama mengenai
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan
pembahasan materi dan bab ketiga mengenai penutup yang terdiri dari
kesimpulan. Terakhir adalah daftar pustaka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata-kata latin : Cum yang berarti “dengan” dan
operasi yang berarti “bekerja”. Dari dua kata tersebut diperoleh arti secara
umum “bekerja dengan orang-orang lain, atau kerja bersama-sama orang-
orang lain untuk suatu tujuan atau hasil tertentu.”
3
c. Dalam penjelasan UUD pasal 33, dikemukakan bahwa asas yang
dimiliki koperasi :
1. Asas Demokrasi Ekonomi
2. Asas Kekeluargaan
3. Asas Kebersamaan
4. Asas Keadilan Sosial
Koperasi Indonesia berdasarkan UU pokok perkoperasian no.12
tahun 1967“Pemanfaatan kekayaan alam tersebut oleh rakyat Indonesia
diselenggarakan dengan susunan ekonomi atas asaas kekeluargaan dan
kegotongroyongan.”
d. Dalam UU no.12 tahun 1967 diatur mengenai antara lain :
1. Landasan Koperasi :
Secara implisit disebutkan dalam BAB II pasal 2 ayat 1 mengenai
landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pasal 2 ayat 2 mengenai
landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan
geraknya adalah pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya. Pasal 2
ayat 3 mengenai landasan mental kperasi Indonesia adalah setia kawan dan
kesadaran pribadi.
4
e. Fungsi koperasi dalam pasal 4 UU no.12 tahun 1967
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Manajer
6
hidup yang menjamin kemakmuran bagi segala orang, memberikan
kesejahteraan yang merata, bebas dari segala tindasan.
Kedua, sosialisme Indonesia merupakan ekspresi daripada jiwa
berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak
adil dari si penjajah. Karena itu dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan
bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Lebih lanjut Pembukaan
UUD 1945 juga mengatakan, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur“.
Ketiga, para pemimpin Indonesia yang tidak dapat menerima
marxisme sebagai pandangan yang berdasarkan materialisme, mencari
sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat sendiri. Bagi mereka,
sosialisme adalah suatu tuntutan jiwa, kemauan hendak mendirikan suatu
masyarakat yang adil dan makmur, bebas dari segala tindasan. Sosialisme
dipahamkan sebagai tuntutan institusional, yang bersumber dalam lubuk hati
yang murni, berdasarkan perikemanusiaan dan keadilan sosial. Agama
menambah penerangannya. Meskipun dalam ekonomi modern gejala
individualisasi berjalan, tetapi hal itu tidak dapat melenyapkan sifat
perkauman (kolektivan) di dalam adat (dan hukum adat) Indonesia. Ini adalah
akar dalam pergaulan hidup Indonesia.
Jadi, dasar ekonomi Indonesia adalah sosialisme yang berorientasi
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya etik dan moral agama, bukan
materialisme); kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal
pemerasan/eksploitasi manusia); persatuan (kekeluargaan, kebersamaan,
nasionalisme dan patriotisme ekonomi); kerakyatan (mengutamakan ekonomi
rakyat dan hajat hidup orang banyak); serta keadilan sosial (persamaan,
kemakmuran masyarakat yang utama, bukan kemakmuran orang-seorang).
7
Tetapi, setelah menempuh alam kemerdekaan, terlebih pada era
Orde Baru, paradigma yang berkembang dan dijalankan tidaklah demikian.
Paradigma yang dijalankan dengan “sungguh-sungguh” adalah apa yang
disebut Mubyarto dengan istilah “kapitalistik-liberal-perkoncoan” (selanjutnya
disebut “KLP), atau dalam istilah Sri-Edi Swasono (1998a) disebut “rezim
patronasi bisnis”, yang sesungguhnya lebih jahat dari kapitalisme kuno yang
dikritik oleh Marx dalam bukunya “Das Kapital”. Sistem KLP tersebut
menyebabkan tumbuh suburnya praktik kolusi, korupsi, kroniisme dan
nepotisme (KKKN) dalam perekonomian Indonesia.
Dalam sistem hukum pun, masih banyak perangkat peraturan yang
belum dijiwai semangat demokrasi ekonomi sebagaimana disebutkan pada
Pasal 33 UUD 1945. Permasalahan sistem hukum yang mixed-up ini, telah
mempengaruhi moral ekonomi dan motif ekonomi para pelaku ekonomi
Indonesia, sehingga akhirnya justru memarjinalkan koperasi yang
seharusnya menjiwai bangun perusahaan lainnya.
Jadi, permasalahan mendasar koperasi Indonesia terletak pada
paradigma yang saling bertolak belakang antara apa yang dicita-citakan (Das
Sollen) dan apa yang sesungguhnya terjadi (Das Sein). Selama paradigma
ini tidak dibenahi, niscaya koperasi tidak akan dapat berkembang, ia hanya
menjadi retorika.
8
bawah, ia adalah alat politik yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi, Depkop
adalah datang “dari atas” (top-down). Karena itu, lantas dalam menjalankan
operasinya, Depkop tetap dalam kerangka berpikir top-down. Misalnya dalam
pembentukan koperasi-koperasi unit desa (KUD) oleh pemerintah. Padahal,
rakyat sendiri belum paham akan gunanya KUD bagi mereka, sehingga
akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya menjadi justifikasi politik dari
pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah telah peduli pada
perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.
Hal lain yang menandakan kontradiksi akut itu, adalah pada usaha
Depkop (dan tampaknya masih terus dilanjutkan sampai saat ini oleh kantor
menteri negara koperasi) untuk “membina” gerakan koperasi. Penulis
sungguh tidak mengerti mengapa istilah “membina” tersebut sangat digemari
oleh para pejabat pemerintahan. Sekali lagi, koperasi adalah gerakan rakyat
yang tumbuh karena kesadaran kolektif untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Karena itu penggunaan kata (atau malah paradigma) “membina” sangatlah
tidak tepat dan rancu. Koperasi tidak perlu “dibina”, apalagi dengan fakta
bahwa “pembinaan” pemerintah selama ini tidak efektif. Yang diperlukan
koperasi adalah keleluasaan untuk berusaha; untuk akses memperoleh
modal, pangsa pasar, dan input (bahan baku).
5. Mapping Product
Koperasi (dan usaha kecil serta menengah/UKM) dalam menentukan
output tidak didahului riset perihal sumber daya dan permintaan potensial
(potential demand) daerah tempat usahanya. Sehingga, dalam banyak kasus,
output koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga
sulit untuk dipasarkan.
10
Peranan pemerintah sekali lagi, diperlukan untuk menyediakan
sarana distribusi yang memadai. Sarana yang dibentuk pemerintah itu, sekali
lagi, tetap harus dalam pemahaman koperasi sebagai gerakan rakyat,
sehingga jangan melakukan upaya-upaya “pengharusan” bagi koperasi untuk
memakan sarana bentukan pemerintah itu. dalam aspek bisnis, koperasi
karena keterbatasan input modal sulit untuk melakukan pemasaran
(marketing) dan promosi (promotion). Karena itu, selaras dengan mapping
product seperti diuraikan diatas, pemerintah melanjutkannya dengan
memperkenalkan produk-produk yang menjadi unggulan dari daerah itu.
Dengan demikian, output koperasi dapat dikenal dan permintaan potensial
(potential demand) dapat menjadi permintaan efektif (effective demand).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi memiliki peluang seiring dengan krisis yang terjadi di
Indonesia dan Asia pada umumnya. Kegagalan industri besar untuk
menghasilkan pembangunan yang brkelanjutan, memberikan peluang bagi
koperasi untuk menyatakan dirinya sebagai fundamental perekonomian.
Untuk menggapai peluang itu dan menempatkan kembali koperasi
sebagai “soko guru” diperlukan perubahan radikal (mengubah dari akar
masalah) dan komprehensif. Yang harus dibenahi segera adalah pertama,
reorientasi dan reorganisasi koperasi. Koperasi diorientasi dan
diorganisasikan sebagai bangun perusahaan yang profesional. Koperasi
harus berdiri tegak sebagai bengun perusahaan yang mandiri dan efisien.
Kedua, reaktualisasi peranan pemerintah, seperti disebutkan pada uraian
sebelumnya. Koperasi jangan lagi dieksploitasi menjadi jargon politik
kepentingan. Ketiga, pembenahan sestem ekonomi Indonesia sehingga
kembali pada cita-cita didirikannya negara Republik Indonesia. Sistem,
praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik-liberal-perkoncoan,
harus segera diganti dan di-Pasal 33-kan, sehingga memberikan keleluasaan
bagi koperasi dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya dapat berkembang dan
tidak ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat.
12
Daftar Pustaka
13
KATA PENGANTAR
Rasa
syukur yang dalam kami haturkan kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahanNya makalah yang berjudul MASALAH KOPERASI
dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam proses penyusunan materi makalah ini, tentunya penulis
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Penulis
i
MASALAH KOPERASI
Di Susun Oleh :
ARIANTI ASSAGAF
2009220696
MAKASSAR
2010
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................. ii
BAB : I PENDAHULUAN................................................................... 1
b. Rumusan Masalah...................................................................... 2
c. Tujuan......................................................................................... 2
d. Metode........................................................................................ 2
e. Sistematika Penulisan................................................................. 2
BAB : II PEMBAHASAN..................................................................... 3
A. Pengertian Koperasi.................................................. 3
Kesimpulan.................................................................................... 12
Daftar Pustaka............................................................................... 13
ii