PENDAHULUAN
adalah untuk dapat membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Maka untuk
menegakkan keluarga yang bahagia dan menjadi sendi dasar dari susunan
pria dan wanita di dalam masyarakat dibawah suatu peraturan khusus atau khas dan
hal ini sangat diperhatikan baik oleh Agama, Negara maupun Adat, artinya
bahwa dari peraturan tersebut bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada
orang lain sehingga pasangan ini diterima dan diakui statusnya sebagai pasangan
yang sah menurut hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederatan
hak dan kewajiban untuk dijalankan oleh keduanya sehingga pria itu bertindak
umum yang diakui, untuk setia mentaati peraturan dan ketentuan-ketentuan di dalam
keluarganya dan terhadap orang lain dalam masyarakat. Dari perkawinan laki-laki
dan perempuan inilah terbentuk suatu lembaga baru yaitu lembaga keluarga.
diduku ng oleh rasa cinta kepada pasangan. Cinta yang sebenarnya menuntut
agar seseorang tidak mencintai orang lain kecuali pasangannya. Cinta dan kasih
sayang merupakan jembatan dari suatu pernikahan dan dasar dalam pernikahan
selalu ada permasalahan-permasalahan yang muncul yang mana hal ini dapat
muncul biasanya mencakup tiga hal yaitu kekurangan ekonomi, hubungan keluarga
keempat bentuk perkawinan ini perkawinan monogami dianggap paling ideal dan
seorang laki-laki dengan seorang wanita dimana pada prinsipnya bahwa suami
merupakan perkawinan yang paling sesuai untuk dilakukan tetapi banyak juga
masyarakat yang melakukan perkawinan poligami, hal ini dapat dilihat dari
semakin mencuat dan menjadi perbincangan di berbagai media baik itu media
massa ataupun media elektronik dan juga diberbagai diskusi dan seminar-seminar.
masyarakat umum. Mereka ada yang setuju dan menerima adanya praktek poligami
kata Poli atau Polus yang artinya banyak, dan kata Gamein atau Gamos yang
berarti kawin atau perkawinan. Maka ketika kedua kata ini digabungkan akan berarti
suatu perkawinan yang banyak. Islam membolehkan seorang suami memiliki istri
lebih dari satu (berpoligami) tetapi tidak mewajibkannya. Oleh karena itu Islam
konsiderasi yang harus dipenuhi seorang suami bila hendak melakukan poligami,
diantaranya adalah sang suami harus memberikan tempat tinggal yang layak dan
memisahkan tempat tinggal itu dari istri pertama, memberi nafkah yang adil di
antara keduanya, tidur secara adil diantara mereka, dan memperlakukan mereka
dengan adil pula. Dengan kata lain diantara syarat melakukan poligami adalah
berlaku adil terhadap masing-masing istri dalam berbagai hal (Al-Buthi, 2002: 154-
155).
keluarga dan masyarakat sekitar. Reaksi tersebut bisa saja berimplikasi buruk
atau bisa juga tidak menjadi masalah. Apabila sejak pertama pelaku poligami
menabur kebaikan, komunikasi dan solusinya baik, tanggung jawab penuh tanpa ada
sesuatu yang merasa ada yang kehilangan maka efek yang muncul juga bersifat
kebaikan, namun jika yang terjadi sebaliknya maka poligami akan melahirkan
banyak persoalan yang mengancam keutuhan bangunan mahligai rumah tangga dan
belum lagi efek domino bagi perkembangan psikologi anak yang lahir dari
dan mereka secara tidak langsung dididik dalam suasana keluarga yang selalu
wisata dan jumlah jamaah yang ingin mengikuti pengajian di Daarut Tauhit.
dibatalkan karena rasa kekecewaan mereka tersebut. Selain itu, pendapatan dari
lingkungan tertentu dan praktik ini telah membudaya. Faktanya poligami telah ada
sejak zaman dulu bahkan sebelum adanya agama Islam dan terus terpelihara hingga
kini dengan berbagai pembenaran dan legitimasi kultural, sosial, ekonomi dan
agama. Poligami sebelum Islam mengambil bentuk yang tidak terbatas, dimana
seorang suami boleh saja memiliki istri sebanyak mungkin sesuai keinginan
nafsunya. Selain itu, poligami tidak mesti memperhatikan unsur keadilan sehingga
untuk dipoligami. Secara psikologis semua istri akan merasa sakit hati bila
bahwa poligami merupakan eksploitasi atas nasib perempuan, egoisme pria berharta
dampak negatif dari perkawinan poligami ini adalah perceraian, suami akan
berlaku adil antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lainnya dimana suami
yang berpoligami lebih mementingkan istri mudanya daripada istri tuanya sehingga
bertanggung jawab sebagai suami yang berpoligami dan juga tidak jarang keluarga
Dari Tabel 1.1. dapat dilihat beberapa dampak poligami terhadap istri pertama.
Tabel 1.1.
Dampak Poligami Terhadap Istri Pertama
dari praktek poligami yang dilakukan oleh seorang suami terhadap istri pertama,
yaitu mulai dari tidak memberikan nafkah, tekanan psikis, penganiayaan fisik,
diceraikan suami, ditelantarkan suami, pisah ranjang dan mendapat teror dari istri
kedua. Oleh sebab itu poligami hanya menguntungkan satu pihak saja yaitu suami
sedangkan istri merupakan pihak yang sangat dirugikan dalam masalah ini.
positif. Ini dapat dilihat dari keluarga Puspo Wardoyo yang sukses menjalani
Puspo Wardoyo, berdasarkan observasi yang penulis lakukan salah satu informan
dalam tugas rumah tangga, memasak, mendidik anak, dan masing-masing dari
mereka memiliki waktu yang cukup untuk memenuhi berbagai tujuan hidup.
Eksploitasi dan pemaksaan dapat terjadi dalam berbagai situasi termasuk juga dalam
pribadi yang terlibat dalam perkawinan serta keseluruhan sikap mereka itulah yang
menjadi masalahnya.
berpendapat bahwa poligami mampu memberikan solusi bagi permasalahan para ibu
yang bekerja, dimana poligami merupakan ide yang cukup baik bagi para
wanita karir. Mereka dapat mengembangkan karir dan sekaligus memiliki orang di
rumah yang dapat mereka percaya untuk merawat anak-anaknya. Tentu hal ini akan
menyelesaikan permasalahan yang biasanya muncul dalam keluarga tetapi ini bukan
bermanfaat bagi sebagian orang dan mungkin ini dapat menjadikan pengasuhan
anak- anak menjadi lebih mudah bagi mereka yang berusaha menyiasati karir dan
menikah lagi. Mulai dari keikhlasan karena tidak mampu mendampingi suami
terpaksa menerima kenyataan pahit dipoligami karena secara status sosial sangat
bergantung pada suami. Akibatnya seorang istri memilih diam dan berpura-pura
ikhlas menerima kehadiran wanita lain asal suami masih mau bertanggung jawab
Tinggi Agama yang paling sering menangani perceraian yang disebabkan poligami.
berjumlah 324
dengan jumlah kasus sebanyak 162 perkara dan Pengadilan Tinggi Agama Semarang
permohonan izin poligami. Pada tahun 2006, tercatat ada 989 permohonan izin
semua pengajuan permohonan poligami itu yang dikabulkan. Ada 803 permohonan
izin poligami yang dikabulkan sedangkan 186 lainnya ditolak. Penolakan tersebut
disebabkan karena syarat-syarat poligami yang tidak memenuhi persyaratan. Hal ini
Pengadilan Agama kota Medan juga mencatat mengenai data izin perkawinan
poligami yang terjadi di kota Medan dari tahun 2000-2006. Tetapi tidak semua izin
karena syarat-syarat poligami yang belum memenuhi persyaratan. Ini dapat dilihat
seorang suami yang melakukan poligami secara tidak resmi atau tidak dilakukan
didepan petugas pencatat nikah dan Pengadilan Agama, pelaku poligami ini hanya
melakukan nikah siri dan ada juga yang melakukan pemalsuan identitas di KUA.
karena kemungkinan pelaku poligami tersebut tidak mendapatkan izin dari istri
yang sebelumnya. Dari tabel 1.4. di bawah ini dapat dilihat modus pelaku poligami :
Tabel 1.4.
Modus Pelaku Poligami
poligami terjadi tanpa memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh UU Perkawinan
dan Peraturan Peradilan. Praktek poligami yang tidak sesuai dengan aturan-aturan
dan syarat-syarat yang telah ditetapkan tersebut baik itu dalam hukum perkawinan
di Indonesia dan juga dalam ajaran agama khususnya Islam akan menimbulkan
berbagai masalah yang serius dalam keluarga. Dimana hubungan antara suami
dengan istri pertamanya dan juga istri-istri lainnya akan menjadi tegang dan
hubungan anak-anak yang berlainan ibu kemungkinan tidak harmonis. Selain itu
juga, dengan terjadinya perkawinan poligami ini, maka keluarga yang semula hanya
terdiri dari satu keluarga inti saja menjadi terbentuk dari dua atau lebih keluarga inti
dimana seorang suami menjadi suami atau kepala rumah tangga yang sama untuk
semula suami hanya mempunyai tanggungjawab pada satu keluarga saja maka
setelah ia berpoligami ia akan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk
Dalam penelitian ini ada beberapa alasan yang membuat peneliti merasa
bahagia dan harmonis diantara anggota keluarga yang dilandasi oleh rasa cinta
yang positif bagi keluarga. Pendapat ini perlu kiranya dibuktikan melalui suatu
penelitian.
yang
berpoligami.
1. Perkawinan
Yaitu suatu akad suci yang mengandung serangkaian perjanjian diantara dua
pihak yaitu suami dan istri untuk hidup bersama, berumah tangga dengan landasan
2. Poligami
Yaitu seorang laki-laki mempunyai dua orang atau lebih istri dimana istri-
istri tersebut ada yang dinikahkan secara resmi menurut agama dan negara maupun
yang hanya dinikahkan secara siri dan dengan terjadinya perkawinan poligami
tersebut akan menyebabkan rumah tangga itu terbentuk dari dua atau lebih
keluarga inti dimana lelaki yang sama menjadi suami bagi beberapa wanita.
3. Interaksi Sosial
menjalani fungsi dan perannya sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial. Interaksi
sosial yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana interaksi antara
lain, bagaimana interaksi orang tua (ayah dan ibu) dengan anak-anaknya.
4. Konflik Sosial
karena adanya suatu masalah yang terjadi yang akan mempengaruhi interaksi sosial
5. Konflik Ekonomi
6. Keluarga
ayah, ibu, dan anak dan diikat oleh ikatan perkawinan yang syah oleh negara atau
lembaga norma (adat) dan ada hubungan darah. Jadi keluarga dalam penelitian ini
adalah keluarga dalam hal pengertian keluarga inti sebagai kelompok sosial terkecil
7. Disorganisasi Keluarga
suatu struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan peran
Yaitu salah satu syarat poligami. Berlaku adil dalam penelitian ini
meliput i semua aspek dari ekonomi, jatah giliran, kasih sayang, perlindungan dan
poligami. Ini dapat dilihat dari pasal 3 dari UU tersebut menyatakan bahwa pada
prinsipnya asas perkawinan adalah monogami, yaitu seorang pria hanya mempunyai
seorang istri dan seorang wanita hanya mempunyai seorang suami. Pengadilan dapat
memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari satu orang
beristri lebih dari satu, apabila memenuhi syarat-syarat seperti istri tidak dapat
memberikan keturunan, istri dalam keadaan sakit dan cacat tubuh. Pada pasal 5 juga
dijelaskan bahwa poligami tidak dapat dilakukan oleh setiap orang dengan
sekehendak hati tetapi harus ada persetujuan dari istri sebelumnya, yakni adanya
jaminan bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup para istri dan anak mereka
serta adanya jaminan bahwa suami akan dapat berlaku adil terhadap istri-istri dan
anak-anaknya.