Anda di halaman 1dari 19

Sejarah baja

Besi ditemukan digunakan pertama kali pada sekitar 1500 SM

* Tahun 1100 SM

Bangsa hittites yang merahasiakan pembuatan tersebut


selama 400 tahun dikuasai oleh bangsa asia barat, pada tahun
tersebut proses peleburan besi mulai diketahui secara luas.

* Tahun 1000 SM

bangsa yunani, mesir, jews, roma, carhaginians dan asiria juga


mempelajari peleburan dan menggunakan besi dalam
kehidupannya.

* Tahun 800 SM

India berhasil membuat besi setelah di invansi oleh bangsa


arya.

* Tahun 700 – 600 SM

Cina belajar membuat besi.

* Tahun 400 – 500 SM

Baja sudah ditemukan penggunaannya di Eropa.

*Tahun 250 SM
Bangsa India menemukan cara membuat baja

* Tahun 1000 M

Baja dengan campuran unsur lain ditemukan pertama kali


pada 1000 M pada kekaisaran fatim yang disebut dengan baja
damascus.

* 1300 M

Rahasia pembuatan baja damaskus hilang.

* 1700 M

Baja kembali diteliti penggunaan dan pembuatannya di eropa.


Kenangan Kerja Praktek di PT. Krakatau Steel Divisi Pabrik Baja
lembaran Panas (Hot Strip Mill Plant), Tahun 2003

Note : Gambar dari hasil Googling and Yahoo image


Sejarah Baja, Ahmad Hasnan S; oke.or.id

art_05_01.jpg

eaf.jpg

ironsteel.jpg

metalbaby_small.jpg

steel-making1.jpg

steel6.jpg

steelmaking.gif

Pemurnian Besi
• Prinsip dasar :
Menghilangkan
kandungan
oksigen dalam
bijih besi.
• Cara
tradisional : blomery, pada
proses ini bijih besi dibakar
dengan charcoal, dimana
banyak mengandung carbon
sehingga terjadi pengikatan
oksigen, pembakaran
tersebut menghasilkan
karbondiokasida dan karbon
monoksida yang terlepas ke
udara, sehingga besi murni
didapat dan dikeluarkan dari
dapur,kekurangnya tidak
semua besi dapat melebur
sehingga terbentuk spoge,
spoge berisi besi dan silica.
• Proses lebih modern
adalah dengan blas furnace,
blast furnace diisi oleh bijih
besi, charcoal atau coke
(coke adalah charcoal yang
terbuat dari coal) dan
limestone (CaCO3). Angin
secara kencang dan kontinu
ditiupkan dari bawah dapur.
Hasil peluburan besi akan
berada di bawah, cairan besi
yang keluar ditampung dan
disebut dengan *** iron.
Baja, tak
Continue..

Sekadar Logam
DALAM kehidupan sehari-
hari, kita pasti sering melihat
benda-benda yang terbuat dari
baja, baik itu dalam
lingkungan rumah tangga
ataupun di lingkungan sekitar.
Misalnya benda dari baja
adalah kawat, sekrup, baut,
pisau dan lain-lain. Bahkan
sangat sering digunakan
sebagai alat pendukung dalam
kehidupan manusia seperti
untuk mendirikan jembatan,
rumah/gedung, dan lain-lain.

Baja adalah merupakan logam


paduan, yang terdiri dari besi,
karbon dan unsur lainnya.
Dan pada umumnya baja
diklasifikasikan lagi
berdasarkan banyaknya kadar
karbon yang dikandung dan
juga berdasarkan banyaknya
paduan yang dikandung.
Karbon merupakan salah satu
unsur yang sangat penting,
karena dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan baja.

Besi sendiri berasal dari bijih


besi yang dilebur dalam suatu
tempat pembakaran yang
dinamakan tanur tinggi. Bijih
besi ini dicampur dengan
kokas dan batu kapur yang
kemudian dilebur dalam tanur
tinggi. Jenis bijih besi yang
lazim digunakan adalah
hematite, magnetit, siderit,
himosit dan lain-lain.
Hematite (Fe203) adalah biji
besi yang paling banyak
digunakan, karena kadar
besinya tinggi, sedang kadar
kotorannya relatif rendah.

Diperkirakan, besi telah


dikenal manusia sekira tahun
1200 SM. Pada zaman
tersebut, manusia berpikir
ingin memiliki sebuah benda
yang kokoh, bertahan lama
dan ekonomis sebagai
pengganti benda-benda yang
selama itu dimanfaatkan dari
alam sekitar seperti kayu dan
bebatuan. Kemudian
penemuan ini dikembangkan
sesuai dengan berkembangnya
zaman dan kebutuhan
manusia yang semakin
meningkat terhadap benda
yang lebih kuat dan kokoh.
Kemudian timbullah
pemikiran untuk membuat
benda yang dinamakan baja
sebagai hasil pengembangan
dari pembuatan besi.
Sengketa paten

Baja dapat dibuat melalui


pengecoran, pencanaian atau
penempaan. Proses
pembuatan baja sendiri
diperkenalkan Sir Henry
Bessemer dari Inggris sekira
tahun 1800, sedang William
Kelly dari Amerika Serikat
pada waktu yang bersamaan
berhasil membuat besi mampu
tempa (malleable iron). Hal
ini menyebabkan
persengketaan mengenai
masalah hak paten. Akan
tetapi dalam sidang-sidang
pengadilan terbukti, William
Kelly lebih dahulu
mendapatkan hak paten.

Seperti telah dijelaskan di


atas, baja masih dibagi-bagi
lagi berdasarkan kadar karbon
yang dikandung dan juga
berdasarkan paduan yang
dikandung. Di bawah ini
adalah pengklasifikasian dari
baja:

A. Baja karbon

1. Baja karbon rendah


( <0,3% C)

2. Baja karbon sedang (0,3%


< C <0,7%)

3. Baja karbon tinggi (0,7% <


C <1,4%)

B. Baja paduan

1. Baja paduan rendah


(jumlah unsur paduan khusus
<8,0%)

2. Baja paduan tinggi (jumlah


unsur paduan khusus >8,0%)

Baja karbon rendah yang


sering kita lihat pemakaiannya
dalam kehidupan sehari-hari
adalah seperti kawat, sekrup,
ulir dan baut. Baja karbon
sering digunakan untuk rel
kereta api, as, roda gigi, dan
suku cadang yang
berkekuatan tinggi, atau
dengan kekerasan sedang
sampai tinggi. Baja karbon
tinggi digunakan untuk
perkakas potong seperti pisau,
gergaji, gunting dan bagian-
bagian yang harus tahan
gesekan.

Sedangkan baja paduan


meliputi hampir 15% dari
seluruh produksi baja dan
mempunyai kegunaan khusus,
karena sifatnya yang unggul
dibandingkan dengan baja
karbon. Keunggulan dari baja
paduan ini antara lain adalah
tahan terhadap korosi dan
keausan, tahan terhadap
perubahan suhu, dan
kemungkinan retak atau
distorsi kecil.

Berdasarkan unsur
paduannya, klasifikasi baja
mengikuti aturan yang telah
ditetapkan dalam SAE Society
of Automotive Engineers dan
AISI (American Iron and
Steel Institute), misalnya
SAE-AISI 1320 - 1340,
artinya adalah baja paduan
dengan unsur Mangan (Mn)
sekira 1,5%-2,0%.

Tapi tak ada gading yang tak


retak. Masih banyak
kekurangan yang ditemui
pada baja, baik dari faktor
kekuatan maupun
kekerasannya, seperti masih
adanya retakan, mudah
terkena korosi atau ditemukan
perubahan sifat fisis pada
temperatur tinggi. Oleh karena
itu sekarang telah banyak ahli
yang berusaha untuk
meningkatkan kualitas baja,
sehingga dapat lebih baik lagi
dalam penggunaannya.

Nah, dengan mengetahui


sedikit tentang baja ini, kita
dapat mengerti dan
memahami asal muasal dari
baja dan sadar akan begitu
pentingnya baja. Sehingga
kita dapat memanfaatkan dan
menggunakan baja ini sebaik
mungkin dalam kehidupan
kita.***

Artikel-artikel
populer :

Baja dan Baja Super,


Pilar Masyarakat
berbasis Industri
Nurul Taufiqu Rochman (Pusat
Penelitian Fisika, LIPI)

BAJA adalah bahan dasar vital


untuk industri. Semua segmen
kehidupan, mulai dari peralatan
dapur, transportasi, generator
pembangkit listrik, sampai
kerangka gedung dan jembatan
menggunakan baja. Eksploitasi
besi baja menduduki peringkat
pertama di antara barang
tambang logam dan produknya
melingkupi hampir 95 persen
dari produk barang berbahan
logam.

BELAKANGAN dunia
perindustrian digemparkan oleh
kabar peningkatan performan
(kekuatan dan umur) baja
menjadi dua kali lipat. Untuk
mendapatkan baja dengan
kekuatan sama dengan yang
konvensional, hanya perlu
setengah dari bahan
sebelumnya dengan ketebalan
dan berat juga setengahnya.

Baja super ini diperoleh dengan


menghaluskan struktur mikronya
menjadi seperlima dari baja
sebelumnya atau bahkan lebih
kecil lagi (di bawah 1
mikrometer). Nakayama Steel,
sebuah perusahaan di Jepang,
telah berhasil memproduksi
lembaran baja super dengan
kekuatan tarik 600 MPa atau
sekitar 1,5 kali kekuatan tarik
baja biasa.

Kenaikan performan baja


diharapkan dapat mengurangi
berat bahan sehingga
meningkatkan efisiensi dan
menghemat sumber daya alam.

Nilai ekonomi dan sejarah

Baja adalah paduan logam yang


tersusun dari besi sebagai unsur
utama dan karbon sebagai unsur
penguat. Unsur karbon inilah
yang banyak berperan dalam
peningkatan performan.
Perlakuan panas dapat
mengubah sifat baja dari lunak
seperti kawat menjadi keras
seperti pisau. Penyebabnya
adalah perlakuan panas
mengubah struktur mikro besi
yang berubah-ubah dari susunan
kristal berbentuk kubik berpusat
ruang menjadi kubik berpusat
sisi atau heksagonal.

Dengan perubahan struktur


kristal, besi adakalanya memiliki
sifat magnetik dan adakalanya
tidak. Besi memang bahan
bersifat unik.
Bijih besi bertebaran hampir di
seluruh permukaan Bumi dalam
bentuk oksida besi. Meskipun inti
Bumi tersusun dari logam besi
dan nikel, oksida besi yang ada
di permukaan Bumi tidak berasal
darinya, melainkan dari meteor
yang jatuh ke Bumi.

Di Australia, Brasil, dan Kanada,


ditemukan bongkahan bijih besi
berketebalan beberapa puluh
meter dan mengandung 65
persen besi. Besi adalah unsur
yang sangat stabil dan
merupakan unsur terbanyak ke
delapan di Jagat Raya setelah
silikon. Pada lapisan kulit Bumi,
besi merupakan unsur logam
terbanyak ketiga setelah silikon
dan aluminium.

Hampir lebih dari 70 abad lalu-


5.000 tahun sebelum Masehi-
dari peninggalan di Mesopotania,
Iran, dan Mesir diketahui bahwa
manusia telah menguasai
teknologi pembuatan peralatan
dari besi baja untuk berburu.

Suku Hatti dan Hittite- 2.500-


1.500 tahun sebelum Masehi-di
daerah Anatria dan Armenia
telah berhasil membuat pedang
besi berukuran besar dan baju
besi dengan proses semi-lebur.

Proses pembuatan baja

Dewasa ini, besi kasar


diproduksi dengan
menggunakan blast furnace
(dapur bijih besi) yang berisi
kokas pada lapisan paling
bawah, kemudian batu kapur
dan bijih besi. Kokas terbakar
dan menghasilkan gas CO yang
naik ke atas sambil mereduksi
oksida besi. Besi yang telah
tereduksi melebur dan terkumpul
di bawah tanur menjadi besi
kasar yang biasanya
mengandung C, Si, Mn, P, dan
S. Kemudian leburan besi
dipindahkan ke tungku lain
(converter) dan diembuskan gas
oksigen untuk mengurangi
kandungan karbon.

Dengan cara ini dapat diproses


besi kasar menjadi baja
sebanyak kurang lebih 300 ton
dalam waktu 15-20 menit.

Untuk menghilangkan kembali


kandungan oksigen dalam baja
cair, ditambahkan Al, Si, dan Mn.
Proses ini disebut dioksidasi.
Setelah dioksidasi, baja cair
dialirkan dalam mesin cetakan
kontinu berupa slab atau dicor
dalam cetakan berupa ingot.
Slab dan ingot itu diproses
dengan penempaan panas,
rolling panas, penempaan dingin,
perlakuan panas, pengerasan
permukaan dan lain-lain untuk
dibentuk menjadi sebuah produk
atau kerangka dasar dari sebuah
produk.

Baja dalam kehidupan

Dalam kehidupan sehari-hari,


biasanya keberadaan baja
diabaikan karena kebanyakan
dilapisi bahan lain. Orang baru
menyadarinya ketika menyentuh
benda dingin dan keras seperti
lemari es, meja belajar, kursi,
dan tiang listrik. Tabel
menunjukkan contoh produk baja
dalam berbagai bidang.

Pada bidang konstruksi dan tata


kota, kekuatan baja yang dapat
menyangga beban berat
digunakan untuk kerangka
bangunan pencakar langit
sampai ketinggian 450 meter,
seperti Petronas Twin Towers di
Malaysia. Baja juga tahan
terhadap perpatahan sehingga
dapat melindungi dari gangguan
gempa.

Ratusan ton baja juga digunakan


untuk pembangunan jembatan
antarpulau sampai berjarak lebih
dari satu kilometer, seperti
jembatan Kanmonbashi di
Jepang.

Jadi, baja telah menyatu dalam


kehidupan manusia dan menjadi
penopang utama seluruh
aktivitas dalam proses produksi
sehingga tidak dapat dipisahkan
dari masyarakat industri. Suatu
bangsa tidak akan dapat
membangun kekuatan industri
tanpa memiliki industri baja dan
teknologinya.

Baja di Indonesia

Menurut penelitian jumlah


konsumsi baja suatu bangsa
dapat dijadikan indikator tingkat
kemajuan dan kesejahteraan
bangsa. Negara-negara maju
umumnya mengonsumsi 700
kilogram baja per jiwa per tahun.
Masyarakat Indonesia baru
mengonsumsi 20 kilogram per
jiwa. Ini berarti baja masih belum
dirasakan keberadaannya oleh
masyarakat Indonesia.

Baja dengan nilai ekonomi tinggi


dan berfungsi vital masih belum
mendapat perhatian dengan baik
oleh pemerintah. Maka, daya
dukung baja terhadap kinerja
dan performan proses produksi
sangat lemah. Dampaknya,
produk-produk Indonesia belum
bisa berkompetisi dengan produk
dari negara lain baik dalam
jumlah produksi, kualitas, dan
ketepatan waktu penyebarannya.

Indonesia yang dikenal kaya


sumber daya alam harus
mengimpor 100 persen bahan
baku baja (pellet) dan 60-70
persen scrap baja untuk
keperluan industri bajanya. Ini
masih ditambah teknologi
pengolahan baja yang tidak
efisien karena menggunakan
sumber energi gas yang semakin
meningkat harganya serta
teknologi yang masih tergantung
kepada negara pemberi
lisensinya.

Dari hasil survei, diketahui


bahwa cadangan bijih besi di
Indonesia berjumlah cukup besar
dan tersebar di beberapa pulau,
seperti Jawa, Kalimantan,
Sumatera, Sulawesi, dan Irian
Jaya dengan total melebihi 1.300
juta ton, meskipun dengan kadar
kandungan besi yang masih
rendah antara 35-58 persen Fe.
Sementara itu, bahan
pendukung, seperti batu bara
dan kapur, juga melimpah di
Pulau Sumatera dan Kalimantan.
Cadangan ini dapat memenuhi
konsumsi besi baja dalam negeri
sekitar 2,5 ton per jiwa. Berarti
Indonesia punya modal menjadi
masyarakat berbasis industri.

Permasalahannya hanyalah
bagaimana menciptakan
teknologi peleburan bijih besi
yang sedikit lebih rendah kadar
besinya. Pemerintah harus
segera membentuk tim khusus
pengembangan teknologinya.
Kalau Jepang yang di masa
Perang Dunia II tak punya bijih
besi kini mampu berkembang,
Indonesia tentu bisa lebih baik.

Dewasa ini, pengembangan


teknologi manufaktur besi baja
sudah sangat berkembang di
beberapa negara maju, tinggal
bagaimana mentransfer atau
"mencuri" teknologi tersebut dan
diterapkan di Indonesia.

Baja super masa depan

Pengembangan bahan baja telah


menjawab tantangan kebutuhan
industri di masa depan, di mana
"kompaksisasi", konservasi
energi, dan pelestarian
lingkungan menjadi faktor-faktor
terpenting dalam pengembangan
produk dalam industri.

Lembaran baja panas dilewatkan


pada dua buah rol pengepres
yang berbeda diameternya dan
langsung didinginkan untuk
mencegah pertumbuhan butiran
ferrite. Hasilnya struktur baja
tetap halus meskipun telah
menjadi produk baja. Hal inilah
yang menyebabkan peningkatan
sifat mekanik dan umur
penggunaannya menjadi dua kali
lipat. Super baja ini telah
diproduksi oleh perusahaan baja
Nakayama Steel di Jepang.

Dengan peningkatan performan


besi baja, muncul harapan baru
di bidang perindustrian, seperti
memungkinkan pengurangan
bahan baja, sehingga produk
menjadi lebih ringan dan
kompak, menghemat energi
karena pengurangan beban
pada penggunaannya, dan
ramah lingkungan karena
mengurangi eksploitasi sumber
daya alam.

Desain kerangka mobil masa


depan, misalnya, hanya
memerlukan setengah bahan
baja. Beban daya yang
diperlukan untuk menggerakkan
mobil itu jadi relatif lebih ringan
sehingga efisiensi dan performan
mobil juga meningkat. Mungkin
di masa datang, berat mobil
hanya ratusan kilogram saja,
namun dapat digunakan dengan
beban seperti sekarang.

Hal ini juga memungkinkan


mengakselerasi pengembangan
teknologi ruang angkasa, karena
peningkatan performan pesawat
ulang-alik atau roket dan
sebagainya. Khususnya akhir-
akhir ini, dengan "teknologi
nano", sifat-sifat baja dapat
dikontrol dan disesuaikan
dengan kebutuhan bahan yang
diperlukan dalam proses
produksi.

Jika rekayasa "teknologi nano"


berhasil, dapat dibayangkan
berapa juta ton bijih besi
(separuh dari eksploitasi
sekarang) dapat dihemat.

Penulis juga telah berhasil


membuat besi baja berstruktur
halus dengan ukuran butiran
dibawah 1 mikrometer dengan
menggunakan teknologi
metalurgi bubuk dalam skala
laboratorium. Jika berhasil
diindustrialisasikan, di masa
depan daur ulang besi baja
menjadi sangat simpel dan dapat
menghemat pemakaian energi
dalam proses daur ulang.

Indonesia yang kaya akan bijih


besi dan bahan pendukung
proses pembuatan baja harus
mampu bangkit dan mandiri
dalam memenuhi kebutuhan
industri perbajaannya.
Pemerintah, perusahaan, dan
para pakar terkait harus bisa
merumuskan sebuah strategi
dalam penguasaan teknologi
baja guna menyongsong
masyarakat Indonesia berbasis
industri.

Baja Perkakas merupakan


komponen yang mempunyai fungsi
dan manfaat yang luas didalam
dunia industri. Oleh karena itu, baja
ini memegang peranan yang sangat
penting, untuk itu kita perlu
mengetahui karakteristik baja
perkakas. Untuk mendapatkan sifat
mekanis dan kualitas baja sesuai
dengan yang diharapkan, perlu
dilakukan proses perlakuan panas.
Pada baja SKD 11 ini, proses
perlakuan panas yang dilaksanakan
ialah pengerasan dan pemudaan.
Pada baja paduan SKD 11, proses
yang akan dilalui pada tahap awal
adalah proses pengerasan yang
didahului dengan pemanasan awal
pada suhu 600 °C selama 60 menit
kemudian suhu dinaikkan kembali
sampai 860 °C selama 60 menit,
dilanjutkan hingga titik austenisasi
pada suhu 1025°C ditahan selama
60 menit lalu didinginkan dalam
media udara yang tersirkulasi
selama 15 menit. Dilanjutkan
menuju proses pemudaan dengan
suhu 150, 200, 250°C dengan
waktu penahanan masing – masing
120 menit.
Pengujian pada baja SKD11 yang
dilakukan meliputi pengujian
komposisi kimia, pengamatan
struktur mikro, dan kekerasan baja.

Kata Kunci : Pengerasan,


pemudaan, SKD 11

Penelitian Pengaruh Ir. Rosfian Arsyah


Suhu Pemudaan Dahar, MSc,
Terhadap Nilai Eng.Met. dan
Keras Baja SKD 11 Ir. Rianti Dewi
Dalam Rangka Sulamet
Pembuatan Thread Ariobimo,MEng
Rolls

Apik Soritua Studi Pengaruh


061.96.036 Suhu Pemudaan
Terhadap Struktur
Mikro dan Nilai
Keras Baja SKS 3
Mod Dalam Rangka
Pembuatan Shear
Blade

Herwin Narotama Studi Pengaruh


061.97.050 Suhu Pemudaan
Terhadap Nilai
Keras Baja SKD 61
Dalam Rangka
Pembuatan Die
Caster Mold
Mohamad Yasin Studi Pengaruh
061.00.056 Suhu Austenisasi
Terhadap Struktur
Mikro dan Nilai
Keras Baja SKS 3
Mod Dalam Rangka
Pembuatan Blanking
Dies
Ekie Purnomo Pengendalian Suhu
061.00.002 Pemudaan Terhadap
Nilai Keras Baja
X4OCrMoV51 Dalam
Rangka Pembuatan
Pisau Potong Untuk
Pengerjaan Panas
tgl update : 2007-05-02

Copyright© 2007 UPT Multimedia Universitas Trisakti

Anda mungkin juga menyukai