Mar, Lius, Dod

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

BAB I.

PENDAHULUAN

Sebagian besar negara di dunia ini mengandalkan sumber keuangannya dari pajak. Entah
itu negara besar atau negara kecil, negara kaya ataupun negara miskin. Masing-masing
negara tentu mengenakan pajak sesuai dengan keentuan dan aturan yang diatur oleh
masing-masing negara. Di Indonesia, dasar hukum tertinggi pengenaan pajak diatur
dalam Pasal 23 Ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 yang kemudian diatur lagi oleh
Undang-undang.

Jenis pajak yang banyak diterapkan di banyak negara adalah Pajak Penghasilan. Dalam
hal pengenaan pajak penghasilan ini, ada tiga asas pengenaan pajak yaitu

• asas domisili (asas kependudukan),


• asas sumber, dan
• asas kewarganegaraan.

Apabila suatu negara mengenakan Pajak Penghasilan berdasarkan asas domisili, maka
siapapun orang atau badan yang berdomisili di negara tersebut akan dikenakan pajak di
negara tersebut. Terlepas dari apakah kewarganegaraan orang tersebut. Indonesia
menganut asas ini di mana di Pasal 2 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan subjek
pajak dalam negeri adalah :

1. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada
di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu
12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
2. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

Dari ketentuan di atas ditegaskan bahwa subjek pajak yang bisa dikenakan pajak tidaklah
harus berkewarganegaraan Indonesia tetapi lebih kepada keberadaannya di Indonesia.
Begitu juga untuk badan, kriteria subjek pajak bukan hanya masalah legalitas (didirikan)
tetapi juga keberadaan fisik (berkedudukan).

Apabila suatu negara mengenakan azas sumber, maka negara itu mengenakan Pajak
Penghasilan atas semua penghasilan yang berasal dari negara tersebut. Indonesia juga
menerapkan azas ini di mana apabila ada penghasilan dari Indonesia akan dikenakan
Pajak Penghasilan, baik melalui BUT (Pasal 2 ayat (5) UU PPh) maupun melalui
pemotongan pajak PPh Pasal 26.

Apabila suatu negara menerapkan azas kewarganegaraan, maka negara tersebut akan
mengenakan Pajak Penghasilan kepada setiap warganegaranya di manapun ia berada dan
dari manapun penghasilannya berasal. Indonesia pada umumnya tidak menerapkan azas
ini. Namun demikian, dalam Pasal 3 UU PPh, azas kewarganegaraan dipakai khusus
ketika memberikan pengecualiasn sebagai subjek pajak.

Penerapan masing-masing azas pengenaan pajak oleh negara yang berbeda berpotensi
menimbulkan pengenaan pajak yang berbeda pada satu subjek pajak tertentu atas
penghasilannya. Hal ini biasanya terjadi bila dua yurisdiksi perpajakan dari dua negara
berbeda mengenakan pajak kepada orang atau badan yang sama atas penghasilannya yang
disebabkan oleh azas pengenaan pajak yang diterapkannya. Misalnya, cabang perusahaan
Amerika Serikat di Indonesia akan dikenakan PPh di indonesia berdasarkan azas sumber.
Atas penghasilan inipun fihak otoritas akan mengenakan pajak berdasarkan azas
kewarganegaraan atau azas domisili. Kejadian ini menimbulkan dua kali pengenaan pajak
atas objek dan subjek yang sama. Jika di Indonesia kena tarif 30% dan di Amerika
Serikat kena tarif 40%, maka total atas penghasilan yang sama dikenakan tarif 70%

Anda mungkin juga menyukai