Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan

berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik

dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di

pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada

manusia yang tidak akan terlibat dalam konunikasi.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri

begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang

baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu

pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat

macet dan berantakan. Misalnya bila dalan suatu sekolah kepala sekolah

tidak memberi informasi kepada guru-guru mengenai kapan sekolah

dimulai sesudah libur semester dan apa bidang studi yang harus diajarkan

oleh masing-masing guru, maka besar kemungkinannya guru tidak dating

mengajar. Skibatnya, murid-murid tidak belajar. Hal ini menjadikan sekolah

tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dari contoh itu kelihatan, bahwa

dengan kelupaan memberi informasi saja sudah memberikan efek yang

lebih besar bagi sekolah. Karena pentingnya komunikasi dalam organisasi


maka perlu menjadi perhatian pengelola agar dapat membantu dalam

pelaksanaan tugasnya.

Dalam Ilmu keperawatan komunikasi diartikan sebagai proses

interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari

informasi dan ide. Bagi seorang perawat komunikasi memiliki peranan

yang amat penting dalam melaksanakan tugasnya yang bertujuan untuk

menetapkan hubungan terapeutik antara perawat dan psien, karena

dengan komunikasi perawat akan dapat mengetahui bagaimana kondisi

dan apa yang diinginkan oleh pasien.

Lebih khusus, dalam ilmu keperawatan anak, komunikasipun

sangat penting untuk dilaksanakan, hal ini akan menyangkut tentang

tahap tumbuh kembang seorang anak. Seorang anak yang dari bayi

mampu untuk berkomunikasi dengan bahasanya (komunikasi nonverbal)

akan sangat berbeda perkembangan motoriknya dibandingkan dengan

anak yang dari kecil tidak mampu untuk berkomunikasi.

Hal demikian inilah yang perlu ditekankan pada orang tua agar

menyadari pentingnya untuk mengajarkan pada anak-anaknya dari kecil

akan pentingnya komunikasi. Namun harus diketahui pula komunikasi

bukan hanya menyangkut tentang hasil pembicaraan, melainkan semua

aspek komunikasi baik itu verbal ataupun nonverbal. Orang tua juga harus

memahami aspek-aspek komunikasi yang meliputi kemampuan


mendengar, kemampuan menjawab, cara berkomunikasi, kemampuan

memahami kata-kata dan kemampuan untuk menuangkan gagasan atau

ide. Dengan pemikiran seperti maka orang tua akan dapat melakukan

berbagai hal untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak demi

terciptanya tumbuh kembang seorang anak yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu asesmen

terhadap anak sebagai langkah awal untu menentukan berbagai

pendekatan, metode, materi/program atau media yang dapat digunakan

untuk membantu mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak

agar potensi yang mereka miliki dapat berkembang seoptimal mungkin

demi terwujudnya tumbuh kembang anak yang optimal.

B. Tujuan

1. Menentukan teknik-teknik komunikasi pada anak

2. Menentukan gangguan komunikasi pada anak

3. Menentukan tipe-tipe seorang anak yang mengalami gangguan

komunikasi
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi

Dalam buku materi pokok mata kuliah gangguan interaksi-

komunikasi (Permanarian S, 2007) dijelaskan bahwa istilah komunikasi

berasal dari bahasa latin, yaiutu communicare yang berarti memberi

(impart). Communicare bersumber dari kata communis yang berarti sama

makna mengenai suatu hal. Komunikasi merupakan suatu aktivitas atau

peristiwa transmisi informasi yang merupakan proses penyampaian

informasi antara individu dengan individu atau individu dengan kelompok

melalui sistem simbol yang umum digunakan seperti pesan verbal dan

tulisan, serta melalui isarat atau simbol lainnya.

Dalam komunikasi selalu ada tiga komponen yang terlibat yaitu:

1. Komunikator (a sender)

2. Pesan (a massage)

3. Penerima atau komunikan (a reciever)

B. Perkembangan Komunikasi Pada Anak

Perkembangan komunikasi pada anak umumnya berawal dari

tangisan bayi yang memberitahu ibunya bahwa ia merasa lapar atau tidak

nyaman. Usia sekitar 2 bulan bayi sudah mengeluarkan suara-suara

(cooing) atau tertawa, bila ia merasa senang. Kemudian perkembangan


menjadi babbling atau pengulangan rangkaian konsonan-vokal misalnya,

ma-ma-ma, ba-ba-ba. Usia sekitar 10 bulan, seorang anak sudah mulai

mengenal kata-kata tapi belum mampu mengucapkannya dan kemudian

mengucapkan kata pertamanya pada saat ia berusisa 1 tahun.

Perkebangan bicara anak pada umumnya akan terus berkembang

dengan pesat sehingga dalam rentang usia 16,24 bulan perbendaharaan

kata yang dimiliki oleh seorang anak meningkat dari 50 kata menjadi

kurang lebih 400 kata. Saat berusia 2 tahun, seorang seharusnya sudah

mampu menggunakan kata kerja, kata sifat dan melakukan

pengungkapan diri dengan kalimat yang terdiri dari dua kata.

Menginjak usia 3 tahun, cara seorang anak nernicara sudah

menyamai cara orang dewasa berbicara secara informal. Anak sudah

menguasai hampir 1000 kata, dapat menyusun kalimat dengan benar dan

dapat berkomunikasi dengan baik. Disamping menggunakan bahsa,

seorang anak pada umumnya juga mampu berkomunikasi dengan gestur

dan simbol-simbol lainnya. (Riyanti, 2002)

C. Tahap Perkembangan Komunikasi

Menurut MacDonald (2004) ada lima tahap dalam perkembangan

komunikasi, yaitu:

1. Interaksi

Anak secara secara bertahap mulai menerima orang lain dalam

dunianya
2. Komunikasi Non Verbal

Pada tahap ini, anak belajar untuk mengirim dan menerima pesan

secara fisik yang dia bisa lakukan. Pada tahap ini orang tua belajar

untuk mendukung perilaku non vocal dan vocal akan yang sebelumnya

dianggap tidak penting untuk berkomunikasi. Anak bukan sekedar

berkomunikasi tanpa kata-lata, anak juga perlu berkomunikasi untuk

berbagai alasan sosial dan bukan sekedar memuaskan kebutuhannya.

3. Bahasa Sosial

Pada tahap ini anak belajar bicara untuk alsan personal, sosial dan

instrumental. Disini anak perlu belajar bahwa bahasa lebih dari hanya

sekedar membentuk kata, bahasa berarti pertukaran arti/makna

dengan orang lain dengan cara memberi dan menerima dimana kedua

belah pihak berpartisipasi dan berhubungan dengan yang menjadi

perhatian orang lain.

4. Percakapan

Pada tahap ini, anak menggunakan bahasa untuk menjalin hubungan

dengan belajar mengambil perspektif orang lain sehingga percakapan

bermanfaat bagi keduanya. Bagi beberapa anak, tahap percakapan ini

lama datangnya, kadang-kadang baru muncul saat remaja atau dewasa.

Percakapan dapat dipercepat ketika perhatian penuh diberikan untuk

memmbantu anak agar terbiasa berinteraksi dalam permainan sosial

dan ikut mengambil giliran.


5. Perilaku Sipil

Pada tahap ini, perilaku sipil maksudnya adalah anak belajar

berinteraksi dengan orang lain secara empatik, respek dan

mengurangu perilaku-perilaku yang tidak sesuai atay mendapat

maladaptive yang sering muncul. Anak belajar berkerjasama dengan

orang lain dan memperlakukan orang lain dengan respek yang baik.

D. Teknik-Teknik Komukasi Pada Anak

Dalam melakukan komunikasi pada anak perawat perlu

memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang

anak, yaitu:

1. Usia Bayi (0-1 tahun)

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan

melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat

komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat

dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi

dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang

menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk

mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi

tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi

sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada

minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke

enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang
asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai

mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada

bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap

namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam

buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan

kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.

Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi

yang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi

non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap,

menggendong, memangku, dan lain-lain.

2. Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan

perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu

memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah

mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu

menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan

seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia

tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi,

inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah

merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap

komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap


ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih

belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).

Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan

memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan

pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan

digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak

dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana,

hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata “jawab

dong”, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan

saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi

dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur

jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari

konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan.

Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan

persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari

anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan

perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam

menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

3. Usia Sekolah (5-11 tahun)

Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan

kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat huruf atau

tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak


mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini

sudah muncul, pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca

dan sudah mulai berfikir tentang kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap

masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu

menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik, menjelaskan

sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu yang

tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan

prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi

dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari sesuatu yang ditanyakn

secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan

membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.

4. Usia Remaja (11-18 tahun)

Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan

kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara

konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia

sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang

direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai

menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi

mengingat masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau

curah pendapat pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan


yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga kerahasiaan dalam

komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan

merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.

E. Cara Berkomunikasi Dengan Anak

Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam

menjaga hubungan dengan anak,melalui komunikasi ini pula perawat

dapat memudahkan mengambil berbagai data yang terdapat pada diri

anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan

atau tindakan keperawatan. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam

berkomunikasi dengan anak, antara lain :

1. Melalui orang lain atau pihak ketiga

Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam

menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara

langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara

langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat

digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju

yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak

langsung pada pokok pembicaraan.

2. Bercerita

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat

mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita,

tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang


akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun

gambar.

3. Memfasilitasi

Memfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini

ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima.

Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan

dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons

terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan

penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang

menunjukkan kesan yang jelek pada anak.

4. Biblioterapi

Melalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk

mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau

majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada

anak.

5. Meminta untuk menyebutkan keinginan

Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan

meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui

berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat

menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.


6. Pilihan pro dan kontra

Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan

atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan

pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai

dengan pendapat anak.

7. Penggunaan skala

Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam

mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan

perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak

untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.

8. Menulis

Melalui cara ini anak akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada

keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan

pada anak yang jengkel, marah dan diam. Cara ini dapat dilakukan

apabila anak sudah memiliki kemampuan untuk menulis.

9. Menggambar

Seperti halnya menulis menggambar pun dapat digunakan untuk

mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel, marah yang biasanya

dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkan

perasaannya apabila perawat menanyakan maksud dari gambar yang

ditulisnya.
10. Bermain

Bermain alat efektif pada anak dalam membantu berkomunikasi,

melalui ini hubungan interpersonal antara anak, perawat dan orang di

sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat disampaikan.

F. Gangguan Komunikasi Pada Anak

Dalam berkomunikasi dengan anak perawat akan menemui

beberapa hambatan dalam proses komunikasi tersebut hal ini meliputi:

1. keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.

2. keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.

3. kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.

4. ucapan kata tidak jelas.

G. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Komunikasi

Dalam buku materi poko Mata Kuliah Gangguan Interaksi-

Komunikasi (Permanarian Somad, 2007) dijelaskan bahwa terdapat

berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan bicara dan bahasa

anak, antara lain:

1. Faktor Internal, yang dapat diakibatkan oleh:

a. Gangguan pendengaran (tunarungu)

b. Gangguan atau kerusakan organ artikulasi

c. Gangguan sistem pernafasan

d. Gangguan atau kerusakan organ fungsi fisik

e. Gangguan fungsi syaraf pusat atau perifer


f. Autisme

2. Faktor Eksternal, yang dapat diakibatkan oleh:

a. Penggunaan dua bahasa dalam keluarga (bilingualism)

b. Lingkungan yang tidak menunjang perkembangan bicara anak

c. Faktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan

berkomunikasi.

H. Karateristik Anak Yang Memiliki Gangguan Komunikasi

Bayi yang tidak berespon dengan suara atau tidak bisa’bubbling’

atau mengoceh merupakan hal yang perlu diperhatikan. Pada usia 12-24

bulan, perhatian lebih perlu diberikan pada anak dengan :

1. Tidak dapat menggunakan bahasa tubuh seperti menunjuk atau

melambai pada usia 12 bulan

2. Memilih bahasa tubuh dibandingkan vokalisasi untuk berkomunikasi

pada usia 18 bulan

3. Memiliki kesulitan menirukan suara atau kata pertama tidak muncul

pada usia 18 bulan

Pada anak usia lebih dari 2 tahun, anda harus mencari bantuan apabila:

1. Hanya dapat mengulang kata atau suara tanpa mampu menghasilkan

kata atau kalimat sendiri

2. Hanya mengucapkan beberapa kata atau suara berulang-ulang

3. Tidak dapat mengikuti petunjuk sederhana

4. Memiliki suara yang tidak biasa (suara hidung)


5. Lebih sulit dimengerti dibandingkan sebayanya, orangtua dan

pengasuh sebaiknya mengerti separuh dari yang diucapkan anak pada

usia 2 tahun, sekitar ¾ dari yang diucapkan pada anak 3 tahun, dan

pada usia 4 tahun, anak anda seharusnya sudah dapat dimengerti

seluruh kata-kata yang dia keluarka

Anak dengan keterlambatan bicara dan bahasa memiliki berbagai

karakteristik termasuk ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk,

lambat dalam berbicara, kesulitan artikulasi, dan kesulitan dalam

membuat kalimat.

Gagap adalah gangguan dalam berbicara atau lambat di dalam

berbicara, umumnya muncul antara usia 3-4 tahun dan dapat berkembang

menjadi kasus yang kronik apabila tidak ditangani secara adekuat. Gagap

dapat secara spontan menghilang pada usia remaja, namun terapi bicara

dan bahasa sebaiknya dilakukan sebelumnya.

Anak dengan kemungkinan gangguan pendengaran dapat muncul

dengan kurangnya kemampuan pendengaran, perlunya pengulangan

pertanyaan sebelum dapat menjawab yang benar, berbicara dalam kata-

kata yang kurang tepat, atau mengalami kebingungan dalam diskusi.

Deteksi dan diagnosis dini gangguan pendengaran sebaiknya segera

dilakukan dan ditangani dengan segera.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teknik komunikasi pada anak bergantung pada usia tumbuh kembang

anak, yang terdiri dari:

a. Usia bayi (0 – 1 Tahun)

b. Usia todler dan pra-sekolah (1 – 2,5 tahun dan 2,5 – 5 tahun)

c. Usia sekolah (5 – 11 tahun)

d. Usia remaja (11 – 18 tahun)

2. Gangguan komunikasi pada anak, terdiri dari:

a. Keterbatasan dalam perkembangan bahasa

b. Keterbatasan dalam memahami konsep anstrak

c. Kurang tanggap diajak bicara

d. Ucapan kata tidak jelas


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Komunikasi

B. Tahap Perkembangan Komunikasi

C. Teknik – Teknik Komunikasi Pada Anak

D. Cara Berkomunikasi Pada Anak

E. Gangguan Komunikasi Pada Anak

F. Faktor Penyebab Terjadinya Gangguan Komunikasi

G. Karateristik Anak Yang Memiliki Gangguan Komunikasi

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai