Modul 1 Meteotronika
Modul 1 Meteotronika
1. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.1. Menggunakan osiloskop dan multimeter.
1.2. Membaca kode warna resistor dan kode angka kapasitor.
1.3. Mengukur berbagai besaran elektronika.
3. Teori Dasar
3.1. Besaran Elektronika
Dalam mempelajari elektronika, kita perlu melakukan pengukuran berbagai besaran
elektronika. Besaran-besaran tersebut adalah tegangan, arus, hambatan, daya, kapasitansi,
induktansi, frekuensi dan beda fasa. Penjelasan dari beberapa besaran tersebut adalah sebagai
berikut:
No. Besaran Simbol Definisi Satuan Notasi
1. Tegangan V Gaya yang menggerakkan muatan Volt V
listrik
2. Arus I Gerak elektron yang mengalir dari Ampere A
tegangan tinggi menuju tegangan
yang lebih rendah
3. Hambatan R Kemampuan suatu benda dalam Ohm Ω
mengurangi arus
4. Daya P Energi listrik yang digunakan Watt W
suatu beban selama satu detik
5. Kapasitansi C Kemampuan suatu benda dalam Farad F
menyimpan muatan listrik
Suatu rangkaian elektronika terdiri dari beberapa komponen dan sumber arus. Di dalam
elektronika dikenal dua jenis arus, yaitu arus searah (direct current, dc) dan arus bolak-balik
(alternating current, ac). Arus searah artinya arus mengalir terus-menerus dari kutub negatif
ke positif. Sedangkan arus bolak-balik adalah arus yang ditandai dengan tegangan yang
berubah tanda secara berulang.
Ada dua macam komponen elektronik, yaitu komponen pasif dan komponen aktif.
Komponen pasif adalah komponen yang dapat bekerja tanpa catu daya. Contoh komponen
pasif adalah resistor, kapasitor, induktor dan transformator. Sedangkan komponen aktif
adalah komponen yang memerlukan catu daya agar dapat bekerja. Contoh komponen aktif
adalah transistor dan rangkaian terpadu (integrated circuit, ic).
1. Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan hambatan
tertentu. Hambatan tersebut dapat diketahui dari kode warna gelang pada badan resistor.
Resistor dibuat dengan ukuran badan yang mencerminkan kemampuan bertahan terhadap
daya lesap yang diterimanya jika dialiri arus. Suatu resistor dengan hambatan R yang dilalui
arus I akan menerima daya lesap sebesar:
V2
P = I2.R =
R
Daya tersebut akan menaikkan suhu resistor dan jika melebihi kemampuan daya (power
rating) yang ditentukan dapat menyebabkan kerusakan yang permanen, berupa perubahan
nilai hambatan ataupun membuat resistor menjadi hangus. Kebanyakan resistor karbon dibuat
agar mempunyai kemampuan daya sebesar ½ Watt. Di pasaran juga dijual resistor karbon
dengan kemampuan daya ¼ Watt, 1 Watt dan 2 Watt. Resistor oksida logam dibuat dengan
kemampuan daya hingga 10 Watt, sedang resistor lilit kawat dibuat hingga kemampuan lesap
50 Watt.
2. Kapasitor
Kapasitor merupakan suatu komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan kapasitansi
tertentu. Kapasitor terbuat dari dua buah pelat konduktor yang dipisahkan oleh suatu lapisan
isolator. Kapasitansi kapasitor dapat diketahui dari kode angka pada badan kapasitor.
3. Transformator
Pada dasarnya transformator merupakan suatu komponen pasif dengan empat ujung.
Sepasang ujung disebut primer dan pasangan ujung yang lain disebut sekunder.
Transformator digunakan untuk mengubah tegangan bolak-balik pada primer menjadi
tegangan bolak-balik pada sekunder. Transformator digunakan dalam elektronika untuk
menurunkan tegangan bolak-balik atau menaikkan tegangan bolak-balik pada listrik PLN.
Transformator semacam ini disebut transformator daya.
2. Osiloskop
Osiloskop adalah osilograf yang mencatat gelombang listrik secara visual pada suatu
layar (KBBI). Pola-pola gelombang isyarat yang terlihat pada layar osiloskop sebenarnya
adalah tumbukan-tumbukan elektron yang lepas dari sumber elektron di dalam tabung dengan
layar, yang diatur sedemikian rupa oleh medan-medan yang dihasilkan keping-keping sejajar
horizontal dan vertikal. Keping-keping ini menimbulkan medan listrik yang besarnya
tergantung pada tegangan inputnya, sehingga bila ada elektron yang melewati diantara
keduanya akan dibelokkan sesuai dengan besar tegangan inputnya, sehingga pada layar akan
terlihat pola-pola isyarat dari isyarat masukan.
Osiloskop terdiri dari sebuah layar dan empat buah kontrol, yaitu kontrol layar, kontrol
vertikal, kontrol horizontal dan kontrol trigger.
2. Frekuensi (F)
4. Percobaan
4.1. Perhatikanlah keterangan dan peragaan asisten anda tentang penggunaan alat-alat ukur
yang akan anda gunakan selama praktikum. Simaklah dengan baik dan bila ada
keterangan yang belum jelas, janganlah segan untuk bertanya pada asisten.
4.2. Setelah anda mengerti semua keterangan yang diberikan asisten, cobalah oleh anda
sendiri melakukan kalibrasi alat-alat ukur yang tersedia. Janganlah ragu-ragu untuk
bertanya pada asisten jika anda belum dapat melakukan kalibrasi dengan baik.
4.3. Ambilah tempat komponen sesuai dengan nama anda. Bacalah kode warna gelang
resistor yang terdapat pada tempat komponen anda. Ukur hambatan resistor tersebut
menggunakan ohmmeter dan masukkan hasil pembacaan dan pengukuran anda pada
tabel di bawah ini.
4.4. Lakukan pembacaan kode angka pada badan kapasitor dan ukurlah kapasitansinya
menggunakan kapasitansimeter.
4.5. Hubungkan keluaran generator sinyal dengan konektor input osiloskop. Lakukan
pengukuran tegangan menggunakan voltmeter dan osiloskop pada berbagai frekuensi.
Besarnya frekuensi dapat diketahui secara langsung dengan cara menghubungkan
generator sinyal ke frekuensimeter. Masukkan hasil percobaan anda pada tabel berikut.
Sinyal Sinusoidal
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K
2. 5K
3. 10 K
Sinyal Persegi
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K
2. 5K
3. 10 K
Sinyal Segitiga
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K
2. 5K
3. 10 K
5. Tugas Praktikum
5.1. Jelaskan mengapa nilai-nilai yang terbaca pada kode warna berbeda dengan hasil
pengukuran ohmmeter!
Pengukuran Elektronika Halaman 8
DASAR-DASAR ELEKTRONIKA
Kalibrasi :
Toleransi :
Vpp :
Frekuensi :
Induktansi :
Beda fasa :
Voltmeter DC :
Amperemeter DC :
Ohmmeter :
Voltmeter AC :
6. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)
Referensi:
Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
Slide Praktikum Rangkaian Elektrik. Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB.
Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
7. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
7.1. Memahami pentingnya pembebanan pada catu daya.
7.2. Menggambar tanggapan amplitudo dan fasa rangkaian tapis.
7.3. Merancang catu daya dengan keluaran tegangan tetap.
9. Teori Dasar
Rangkaian listrik atau rangkaian elektrik merupakan gabungan dari beberapa
komponen elektronika dan sumber arus baik ac maupun dc. Untuk menganalisis suatu
rangkaian listrik digunakan rangkaian setara. Rangkaian setara adalah suatu rangkaian
sederhana yang berperilaku sama seperti rangkaian yang diselidiki. Ada dua rangkaian setara,
yaitu: Thevenin dan Norton. Hampir semua rangkaian dapat dianalisis menggunakan
rangkaian setara Thevenin, kecuali rangkaian yang berperilaku seperti suatu sumber arus
tetap, misalnya antena radio dan keluaran transistor. Antena radio dan keluaran transistor
dianalisis menggunakan rangkaian setara Norton.
Thevenin berdalil bahwa: “Setiap rangkaian dengan dua ujung atau gerbang tunggal,
dapat digantikan dengan suatu sumber tegangan tetap dan suatu hambatan yang terpasang
secara seri”.
Pada rangkaian setara Thevenin, ε i = V i,b dan εo = V o,b . Untuk menentukan Ro dan Ri,
kita gantikan sumber tegangan ε i dan εo dengan hubungan singkat.
9.1. Pembebanan
Suatu rangkaian dengan hambatan keluaran yang besar mudah terbebani. Jika tegangan
pada rangkaian tersebut menurun, maka rangkaian dikatakan sedang mengalami jatuh
tegangan. Jatuh tegangan sangat dihindari oleh para pembuat catu daya. Jatuh tegangan dapat
mengakibatkan kerja suatu piranti elektronik menurun hingga tidak berfungsi.
9.2. Tapis
Terdapat dua macam tapis dasar dalam elektronika, yaitu tapis lolos rendah (Low Pass
Filter, LPF) dan tapis lolos tinggi (High Pass Filter, HPF). Low-pass filter yang dirangkai
dengan HPF (filter yang meneruskan frekuensi tinggi) akan membentuk filter baru, yaitu
tapis lolos tengah (Band Pass Filter, BPF) yang meneruskan sinyal pada jangkauan frekuensi
tertentu ataupun Band Stop Filter (menghambat sinyal pada frekuensi tertentu).
Tapis pelewat rendah atau tapis lolos rendah (LPF) digunakan untuk meneruskan sinyal
berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Sinyal dapat berupa sinyal
listrik seperti perubahan tegangan maupun data-data digital seperti citra dan suara.
Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan kumparan secara
seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor secara paralel dengan sumber
sinyal. Contoh penggunaan filter ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman
frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass atau
subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber
tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan
sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan
frekuensi tinggi. Batas frekuensi antara sinyal yang dapat diteruskan dan yang diredam
disebut dengan frekuensi cut-off. Frekuensi cut-off atau frekuensi potong dapat ditentukan
dengan perhitungan sebagai berikut:
1 1
fc= =
2π τ 2π RC
10. Percobaan
10.1. Gunakanlah catu daya untuk melakukan pembebanan dengan menggunakan resistor
yang disediakan. Ukur dahulu besar hambatan resistor dengan menggunakan multimeter
dan hitunglah daya keluaran. Jika daya keluaran lebih besar dari daya lesap resistor,
gantilah dengan resistor yang mempunyai daya lesap lebih besar daripada daya keluaran
catu daya. Lakukanlah 5 kali pengukuran dan tabelkan percobaan anda pada tabel di
bawah ini.
1.
2.
3.
4.
5.
10.2. Pasanglah susunan resistor dan kapasitor pada protoboard hingga membentuk
rangkaian seperti pada Gambar 3. Pilihlah resistor dan kapasitor agar fpotong = 6 kHz.
1 1
f c = f potong = =
2π τ 2π RC
10.3. Lakukan pengukuran tegangan Vi, Vo dan beda fasa di berbagai frekuensi. Tabelkan
hasil pengukuran yang sudah anda peroleh.
1. 1K
2. 3K
3. 6K
4. 8K
5. 12 K
10.4. Tukarlah posisi R dan C pada Gambar 3 hingga menjadi rangkaian pada Gambar 4.
1. 1K
2. 3K
3. 6K
4. 8K
5. 12 K
11.1. Gambarkanlah kurva pembebanan dari hasil percobaan 4.1 pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini.
11.2. Gambarkanlah tanggapan amplitudo rangkaian LPF dan HPF pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini. Gunakan skala logaritma pada sumbu
frekuensi (sumbu-x) dan skala dB pada sumbu vertikal (sumbu-y)
LPF
HPF
11.3. Gambarkanlah tanggapan fasa rangkaian LPF dan HPF pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini. Gunakan skala logaritma pada sumbu
frekuensi (sumbu-x) dan skala dB pada sumbu vertikal (sumbu-y)
LPF
HPF
11.5. Sebutkan perbedaan antara rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.
Pembebanan :
Beban :
Gerbang :
Jatuh tegangan :
Frekuensi potong :
Kurva pembebanan :
12. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)
Referensi:
Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
http://id.wikipedia.org/wiki
Penguat emitor ditanahkan adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk
berbagai aplikasi yang menggunakan transistor. Hal ini disebabkan penguat emitor
ditanahkan mempunyai hambatan masukan besar dan hambatan keluaran kecil, sehingga
memungkinkan digandengkan dengan penguat lain untuk mendapatkan penguatan yang
besar.
Persamaan (1) diatas mengatakan bahwa arus emitor (IE) adalah jumlah dari arus
kolektor (IC) dengan arus basis (IB). karena IB sangat kecil sekali dibandingkan dengan IC,
maka dapat dinyatakan:
IE = I C (2)
Alpha (α)
Pada datasheet transistor sering dijumpai spesifikasi alpha dc (α dc) yang tidak lain
adalah:
IC
α dc = (3)
IE
Definisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar arus
kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emitor, maka idealnya besar α dc=1 (satu).
Namun umumnya transistor yang ada memiliki α dc kurang lebih antara 0.95-0.99.
Beta (β)
Beta atau hfe didefinisikan sebagai besarnya perbandingan antara arus kolektor dengan arus
basis.
IC
β =hfe= (4)
IB
Dengan kata lain, β adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus
(current gain) dari suatu komponen. Parameter ini dapat diperoleh dari datasheet transistor
atau melalui pengukuran menggunakan multimeter.
Seperti yang terlihat pada Gambar 2, emitor dari penguat emitor ditanahkan
dihubungkan dengan ground atau 0 Volt. Penjelasan mengenai notasi yang terdapat pada
Gambar 2 adalah sebagai berikut:
VBB = Sumber tegangan yang masuk ke basis
VCC = Sumber tegangan yang masuk ke kolektor
VCE = Tegangan jepit kolektor-emitor
VBE = Tegangan jepit basis-emitor
RC = Hambatan yang dipasang seri terhadap kolektor sehingga mengalir IC
RB = Hambatan yang dipasang seri terhadap basis sehingga mengalir IB
Rangkaian pada Gambar 2 sebenarnya merupakan gabungan dari dua rangkaian dioda yang
salah satunya ditunjukkan oleh Gambar 3.
Jika hukum Ohm diterapkan pada rangkaian Gambar 3 diperoleh persamaan berikut:
VBB = VBE + IB.RB
atau
( V BB - VBE )
IB = (5)
RB
2. Daerah Cut-Off
Jika kemudian Vcc dinaikkan perlahan-lahan sampai VCE tertentu tiba-tiba IC mulai
konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu
dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON).
Perubahan ini dipakai pada sistem digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang
tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON.
3. Daerah Aktif
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana IC konstan terhadap
berapapun nilai VCE. Dari kurva tersebut diperlihatkan bahwa IC hanya tergantung dari
besar IB. daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linier (linear region).
Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada lingkar (loop)
kolektor, maka dapat diperoleh hubungan:
VCC = VCE + IC.RC
atau
VCE = VCC – IC.RC (6)
Disipasi daya transistor adalah:
PD = VCE.RC (7)
Persamaan (7) menyatakan bahwa jumlah disipasi daya transistor adalah tegangan
kolektor-emitor dikalikan jumlah arus yang melewatinya. Disipasi daya ini berupa panas
yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Pada umumnya untuk transistor power
sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi P Dmax. Spesifikasi ini menunjukkan
temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal.
Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat
terbakar dan rusak.
4. Daerah Breakdown
Dari kurva keluaran transistor di atas terlihat bahwa jika VCE > 40 Volt akan terjadi
peningkatan cepat IC. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah breakdown.
Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan dapat merusak
transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai VCEmax yang diperbolehkan
sebelum breakdown bervariasi.VCEmax transistor selalu tercantum pada datasheet.
Rangkaian dasar penguat emitor ditanahkan yang ditunjukkan oleh Gambar 2 terdiri dari
sebuah transistor NPN, dua resistor (RB dan RC) serta dua catu daya (VBB dan VCC). Karena
kekutuban catu daya VBB dan VCC sama, orang biasanya menggunakan satu catu daya saja
seperti pada Gambar 5.
Isyarat dimasukkan pada basis dan keluaran diambil dari kolektor. Agar arus panjar tidak
mengalir ke sumber isyarat masukan dan keluaran penguat, maka dipasanglah kapasitor
penggandeng Cin dan Cout seperti pada Gambar 6.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu penguat adalah penentuan
titik kerja transistor (titik-q). Agar isyarat tegangan dan arus keluaran simetrik dan tanpa
cacat, titik-q kita pilih di tengah garis beban. Dari Gambar 6 diperoleh hubungan:
VCE = VCC – IC.RC
atau
V CC - V CE
IC = (8)
RC
Persamaan (8) dinamakan persamaan garis beban. Garis beban pada kurva keluaran
transistor dapat diperoleh dengan menghubungkan kedua titik potongnya, yaitu titik potong
terhadap sumbu VCE (IC=0) dan sumbu IC (VCE=0). Dengan memilih titik-q di tengah garis
1
beban (VCE(q)= VCC), maka akan diperoleh nilai IB(q) dan IC(q).
2
Arus kolektor pada keadaan-q sangat peka terhadap perubahan suhu, sehingga jika suhu
naik maka titik-q akan bergeser di sepanjang garis beban. Untuk mengatasi hal ini, pada
emitor dipasang hambatan RE dengan nilai hambatan yang besar. Namun demikian, jika
digunakan RE yang terlalu besar akan mempengaruhi besarnya penguatan dan menimbulkan
cacat pada bentuk isyarat keluaran. Pengaruh ini dapat diatasi dengan memasang kapasitor
pintas CE parallel dengan RE. Hal ini menyebabkan arus isyarat kecil (ac) dipintas oleh CE
agar tak melalui RE.
Faktor kemantapan arus (SI) adalah parameter penting lainnya dalam merancang suatu
RB 1
penguat yang besarnya ≅ . Sutrisno (1986) menggunakan SI ≅ 10 dan RE ≅ RC. Tegangan
RE 5
panjar pada basis diberikan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan seperti pada
Gambar 8 berikut ini.
Perancangan penguat emitor ditanahkan dimulai dengan menentukan nilai V CC dan RC.
Kemudian gambarkan garis beban pada kurva keluaran transistor untuk mendapatkan I C(q)
dengan memilih titik-q di tengah garis beban. Sehingga diperoleh VB dalam keadaan-q
sebesar:
VB(q) = VBE(q) + VE(q)
1
VB(q) = 0.7 + RC.IC(q)
5
RB1 dan RB2 diperoleh dengan menyelesaikan dua persamaan di bawah ini:
R B2
V = VB(q) (9)
R B1 +R B2 CC
R B1 //RB2
= 10 (10)
RE
Ada beberapa macam rangkaian setara isyarat kecil untuk transistor. Rangkaian setara
yang banyak digunakan adalah rangkaian setara parameter-h. Dalam rangkaian setara
parameter-h digunakan rangkaian setara Thevenin pada masukan dan pada keluaran
menggunakan rangkaian setara Norton.
hie = ( 1+ h fe )
(25I( q ) ) =( 1+ h )( 25V
C
fe
(q)
CE
)
RC+ RE
25 ( RC + R E )
hie =( 1+h fe )
( V CE (q) )
2. hoe dan hfe
Kedua nilai tersebut dapat diperoleh dari datasheet transistor.
3. Penguatan tegangan (Kv)
vo
Kv =
vi
1
Kv = -
h fe ( hoe
// RC )
h ie
16. Percobaan
16.1. Parameter penting transistor
1. Gunakan transistor BC 107 yang telah disediakan oleh asisten sebagai
komponen utama untuk penguat emitor ditanahkan.
2. Carilah nilai hfe, PDmax dan VCEmax pada datasheet transistor yang diberikan
oleh asisten, kemudian isikan pada tabel berikut:
No. Parameter Datasheet Keterangan
1. hfe IC =__ mA
VCE = __ V
f = __ kHz
2. PDmax (Watt) -
3. VCEmax (Volt) -
16.2. Merangkai penguat emitor ditanahkan
Rangkailah komponen-komponen yang ada menjadi penguat emitor ditanahkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini pada protoboard / breadboard.
16.5. Jalankan penguat daya audio yang tersedia dengan memberikan masukan sinyal suara
dari komputer. Lakukan pengamatan keluaran penguat pada layar osiloskop,
dokumentasikan dan tempel pada kotak kosong di bawah ini.
hfe =
Arti :
Kegunaan :
PDmax (Watt) =
Arti :
Kegunaan :
VCEmax (Volt) =
Arti :
Kegunaan :
17.3. Apakah yang membedakan antara penguat emitor ditanahkan dengan penguat daya
audio ?
17.5. Analisis rangkaian Penguat Gandengan RC di bawah ini (Gambar 11) menggunakan
rangkaian setara transistor. Analisis meliputi perhitungan penguatan tegangan,
hambatan masukan, hambatan keluaran, frekuensi potong bawah dan frekuensi potong
atas.
17.8. Bagaimana cara anda untuk mengetahui suatu transistor apakah masih berfungsi dengan
baik atau sudah rusak ?
17.9. Pelajari rangkaian Penguat Daya Audio yang disediakan oleh asisten, kemudian
kerjakan hal-hal berikut:
1. Menggambar ulang rangkaian
2. Mengukur tegangan dan arus setiap titik yang ditentukan
3. Menghitung hambatan masukan dan keluaran
4. Membuat rangkaian setara untuk masing-masing tahapan penguatan
5. Analisis grafik isyarat pada penguat daya setangkup komplementer
6. Membuat ulang penguat daya audio
Referensi:
Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
Sutrisno. Elektronika Jilid 2. Penerbit ITB.
NIM
1. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.1. Membuat analisis terhadap berbagai alat digital jika diketahui rangkaiannya
1.2. Memahami bacaan tentang komponen-komponen digital
1.3. Menganalisis rangkaian gerbang logika
1.4. Menganalisis rangkaian flip-flop.
3. Teori Dasar
3.1. Isyarat Digital
Isyarat yang diproses oleh suatu penguat dapat mempunyai daerah nilai tegangan yang
kontinu. Isyarat semacam ini dikatakan bersifat analog. Isyarat yang banyak digunakan dalam
elektronika digital hanya mempunyai dua nilai saja, satu nilai dinyatakan dengan H (High)
dan nilai yang lain dinyatakan dengan L (Low). Nilai tegangan untuk isyarat H dan L
bergantung kepada sistem rangkaian yang digunakan. Misalnya untuk sistem rangkaian yang
dikenal dengan nama TTL (Transistor Transistor Logic), nilai tegangan antara 2 V dan 5 V
adalah isyarat H , sedang isyarat antara 0 V dan 0.8 V adalah isyarat L. isyarat H pada
umumnya juga disebut logika 1 dan isyarat L pada umumnya disebut logika 0. Jelaslah
bahwa dalam elektronika digital isyarat bersifat diskrit. Kata digital sendiri berasal dari kata
digit yang berarti angka. Jam digital menggunakan penunjukkan berupa angka-angka yang
diskrit dengan satuan detik. Jam yang menggunakan jarum penunjuk adalah jamanalog, sebab
penunjukkan jarum dinyatakan oleh letak jarum yang dapat mempunyai harga sudut yang
kontinu.
Kita sudah terbiasa menghitung dengan menggunakan angka berupa kelipatan 10. Kita
menghitung dari 0 hingga 9 dan angka berikutnya kita beri simbol 10. Selanjutnya kita
menghitung dari 11 hingga 19 dan angka selanjutnya ditulis 20. Sistem angka seperti di atas
disebut sistem desimal.
Elektronika digital bekerja dengan logika biner, sehingga hanya dapat bekerja dengan dua
nagka saja, yaitu 0 dan 1. Dikatakan sistem yang digunakan mempunyai basis 2 dan disebut
sistem bilangan biner. Oleh karena bilangan biner tak mudah diingat, maka pada komputer
orang menggunakan sistem bilangan yang dekat dengan sistem bilangan, yaitu: sistem
bilangan oktaf dengan basis 8 dan sistem bilangan heksadesimal dengan basis 16. Dalam
kegiatan ini hanya dibahas sistem bilangan biner.
Seperti dikemukakan di depan, sistem bilangan biner hanya menggunakan dua angka
dasar, yaitu: 0 dan 1. Kedua angka ini disebut bit (binary digit). Dengan menggunakan 3 bit
kita dapat membentuk angka biner, yaitu seperti pada tabel berikut:
Biner Desimal
000 0
001 1
010 2
011 3
100 4
101 5
110 6
111 7
Untuk membedakan angka 110 biner dengan 110 desimal, maka angka 110 biner ditulis
1102 dan 110 desimal ditulis 11010. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan
menggunakan bilangan biner n bit kita dapat bentuk 2n buah bilangan biner. Suatu bilangan
desimal 13410, misalnya diartikan sebagai 100+30+ 4=1 x 10 2+3 x 10 1+ 4 x 1 00 sejajar
dengan ini suatu bilangan biner 5 bit
Suatu bilangan desimal dapat diubah menjadi biner dengan cara seperti pada contoh
berikut. Misalnya kita ingin mengubah bilangan 8910 menjadi bentuk biner. Angka 8910 terus
kta bagi dengan 2 cara dan sisanya akan menghasilkan bilangan biner bila dibaca dari bawah.
Sehingga kita peroleh: 8910 = 10110012. Untuk memeriksa apakah ini betul, angka biner
kita ubah lagi menjadi angka desimal:
Cara lain untuk menyatakan bilangan desimal secara biner, adalah dengan mengubah trap
angka desimal, dengan bilangan biner 4 bit. Sebagai contoh angka 175 angka 5 dinyatakan
denan 0101, angka 7 dengan 0111, dan angka 1 dengan 0001, maka bilangan 175 10 = 0001
0111 0101. Cara ini disebut kode BCD (Binary Coded Decimal). Jadi 17510 = 000101110101
BCD. Kode ini banyak digunakan pada rangkaian pencacah (counter). Bilangan biner dapat
dijumlahkan, dikalikan dan dikurangkan seperti pada bilangan desimal. Pada penjumlahan
sebelah kanan, kita telah menggunakan sifat penjumlahan biner 1+1=0 beserta suatu bawaan
(carry).
Rangkaian Gerbang logika Kombinasional dipakai dipakai pada rangkaian Adder, rangkaian
adder ini banyak dipakai dalam aritmatika yang menjadi dasar dari ALU (Arithmatic and
Logical unit) atau yang merupakan otak dari sistem mikro komputer.
Ini adalah rangkain dasar dari rangkaian adder, rangkaiannya sebagai berikut :
Rangkaian diatas diatas adalah adalah rangkaian half adder 1 bit, rangkaian diatas berfungsi
untuk menjumlahkan sebanya satu bit, misalnya pada masukan A berlogika 1 dan B
berlogika 1, maka keluarannya adalah 10, CO (Carry out) bisa dipakai jika rangkaian ini akan
dikembangkan menjadi lebih dari 2 bit.
Dalam rangkaian diatas, merupakan penyempurnaan dari Half adder, sehinnga pada
rangkaian ini dapat dapat menyertakan Carry out dari dari penjumlahan sebelumnya, dengan
adanya Carry in maka rangkaian diatas dapat dikembankan menjadi lebih dari 1 bit masukan,
bisa 8bit, 16bit, dll.
B. D Flip – Flop
C. Flip – Flop JK
1. Pin 1(Ground). Adalah titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada rangkaian
555, baik rangkaian intenal maupun rangkaian eksternalnya.
2. Pin 2(Trigger). Untuk membuat output high, ini terjadi pada saat level tegangan pin trigger
dari High menuju < 1/3 Vcc
1.4
f=
( R1 +2 R 2 ) × C1
T m=0.7 × ( R1 + R2 ) ×C1
T s=0.7 × R2 × C1
3.3.3. Counter
Setelah mengetahui tentang pintu-pintu logika dan timer kini kita siap untuk membahas
komponen digital yang canggih, yaitu counter atau pencacah. Pencacah terbuat dari beberapa
buah flip-flop yang dihubungkan dengan cara tertentu.
Pada dasarnya pencacah dilakukan secara linier, namun dengan rangkaian decoder yang
akan kita bahas pada kegiatan belajar 3,kita dapat membuat agar mencacah dengan bacic
bilangan 10. Pencacah digunakan untuk mencacah pulsa yang samapai pada masukkannya.
Apabila jangka waktu antara satu pulsa dengan yang berikutnya selalu membuat rangkaian
yang mengubah suatu isyarat analog menjadi pulsa-pulsa seperti diatas. Dengan cara ini kita
dapat memperagakan nilai suatu besaran analogmisalnya nilai tegangan secara digital.
Kita juga dapat memakai pencacah untuk mencacah kejadian misalnya mengunjungi
pameran, jumlah pel yang masuk total, atau apa saja. Penggunaan lain adalah untuk membagi
frekuensi suatu isyarat. Kita akan mulai dengan membahas pencacah linier yang dibuat dari
beberapa flip-flop, kenudian kita bahas IC pencacah TTL, pencacah asinkron dan pencacah
sinkron dan terakhir kita bahas pencacah CMOS. Flip-flop dapat digunakan untuk mencacah
pulsa. Cara paling sederhana untuk mencacah pulsa adalah dengan menggunakan flip-flop T
(toggle). Flip-flop ini dapat dirakit dengan menggunakan flip-flop JK atau flip-flop atau flip-
flop D. Salah satu aplikasi dari pencacah adalah stop watch digital.
4. Tugas Praktikum
4.1.
5. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)
Referensi:
Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
Sutrisno. Elektronika Jilid 2. Penerbit ITB.
6. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan:
6.1. Memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan mikroprosesor, mikrokomputer dan
mikrokontroler.
6.2. Mampu merangkai sistem minimum (sismin) mikrokontroler.
6.3. Mampu meng-interface sismin dengan LCD.
6.4. Mampu meng-interface sismin dengan PC.
6.5. Mampu meng-interface sismin dengan RTC.
6.6. Mampu meng-interface sismin dengan sensor.
6.7. Menguasai pemrograman untuk komunikasi antar mikroprosesor.
6.8. Mampu membuat kapasitansi meter.
8. Teori Dasar
Munculnya terminologi komputer sebenarnya berawal dari kebutuhan akan suatu alat
yang dapat dijalankan secara otomatis, memiliki kemampuan untuk mengerjakan hal yang
diinginkan. Perkembangan teknologi semikonduktor, dengan diawali penemuan transistor,
telah membawa kemajuan teknologi elektronika kepada penemuan sebuah alat canggih yang
dinamakan komputer.
Bila sebuah komputer dibangun dalam sebuah PCB tunggal maka disebut dengan
mikrokomputer atau minikomputer. Sebuah mikroprosesor yang digabungkan dengan I/O
dan memori akan membentuk sebuah sistem mikrokomputer. Terilhami dengan CPU yang
dapat dikonstruksi dalam sebuah single chip semiconductor, maka sebuah mikroprosesor, I/O
dan memori dapat pula dibangun dalam level chip. Konstruksi ini menghasilkan SCM (Single
Chip Microcomputer). SCM inilah yang disebut sebagai mikrokontroler.
Berbicara mengenai mikrokontroler maka tidak terlepas dari bagaimana sebuah sistem
komputer itu bekerja. Seperti halnya sebuah sistem komputer yang sederhana, mikrokontroler
terdiri dari beberapa komponen pendukung diantaranya: mikroprosesor atau CPU (Central
Processing Unit), I/O (Input/Output), clock, memori dan program. Gambar 3.1 berikut ini
adalah skema sederhana dari sebuah sistem komputer.
Di dalam CPU dikenal istilah register. Register adalah sarana memori yang kecil dan
dapat menahan serta mentransfer data. Tiap-tiap register terdiri dari sel-sel biner yang
menyimpan bit-bit data. Jumlah bit yang dapat disimpan register menandakan panjang data
yang dapat ditangani oleh komputer tersebut.
8.2.2. Input/Output
Perangkat input seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas (switch, keypad dan
sensor) berfungsi menghubungkan dunia luar dengan sebuah sistem komputer. Pada sebuah
PC (Personal Computer), perangkat ini diwakili oleh keyboard, mouse, joystick dan beberapa
komponen lain yang mana semakin hari semakin bervariasi jenisnya sesuai dengan semakin
berkembangnya kemajuan di bidang komputer. Demikian halnya dengan mikrokontroler,
perangkat input yang sering digunakan mungkin lebih sederhana, seperti: switch, keypad dan
sensor. Sebagian besar input mikrokontroler berupa input digital.
Input yang bernilai < 0.9 Volt didefinisikan sebagai logika 0 (low), sedangkan input
yang bernilai > 2 Volt didefinisikan sebagai logika 1 (high). Logika ini disebut dengan
logika TTL (Transistor-Transistor Logic). Sistem digital bekerja menggunakan logika TTL.
Untuk input berupa besaran analog harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk besaran
digital. Oleh karena itulah beberapa mikrokontroler perlu ditambahkan fasilitas ADC
(Analog to Digital Converter), baik di dalam maupun di luar sistem mikrokontroler. ADC
sangat berguna terutama ketika kita membaca input dari sensor, karena sebagian besar output
sensor berupa besaran analog.
Perangkat output berfungsi menghubungkan atau mengeluarkan apa yang telah diproses
di dalam sistem komputer ke dunia luar. Pada sebuah PC, perangkat ini umumnya berupa
monitor atau layar CRT (Cathode Ray Tube). Sedangkan pada sebuah sistem mikrokontroler
perangkat output jauh lebih sederhana lagi, yaitu: lampu LED, bel (beeper), relai (relay) dan
layar LCD (Liquid Crystal Diode). Beberapa perangkat tersebut masih berupa besaran digital.
Namun beberapa aplikasi terkadang memerlukan output berupa besaran analog dari sebuah
mikrokontroler. Oleh karena itulah perlu ditambahkan perangkat DAC (Digital to Analog
Converter) pada sistem mikrokontroler.
8.2.3. Clock
Dalam menjalankan fungsinya sebuah sistem komputer memerlukan sebuah osilator
clock yang berfungsi memicu CPU berjalan dari satu langkah ke langkah berikutnya
berdasarkan urutan tertentu. Satu clock dapat diartikan sebagai satu satuan waktu terkecil
dalam sebuah sistem komputer. Fungsi clock dalam sebuah sistem komputer dapat
dibayangkan sebagai ketukan (metronome) dalam sebuah orkestra.
8.2.4. Memori
Memori merupakan perangkat penyimpan program dan data hasil olahan sebuah sistem
komputer. Dalam sebuah sistem komputer dikenal dua macam memori, yaitu:
Jika dilihat dari isi memori, maka memori dibagi menjadi dua, yaitu: memori program
dan memori data. Memori program berisi program yang harus dieksekusi setiap saat oleh
sebuah CPU. Sedangkan memori data dialokasikan untuk menyimpan data, baik dari input
maupun dari hasil perhitungan sementara.
Satuan terkecil dari sebuah memori disebut bit, yang hanya mampu menyimpan satu
buah logika 1 (high) atau logika 0 (low). Jika data ini dikelompokkan menjadi urutan data
sebesar 8 bit, maka disebut byte. Untuk sistem yang lebih besar biasanya tersusun dari
rangkaian 16 bit sampai 32 bit data, yang lebih dikenal dengan istilah word.
8.2.5. Program
Sebuah program pada Gambar 3.1 diwakili dengan bentuk sebuah awan. Hal ini karena
program itu sendiri tak lain adalah hasil imajinasi dan kreasi atau kreatifitas seorang
programmer. Sebuah program merupakan sekumpulan instruksi yang tersusun berdasarkan
sebuah algoritma tertentu. Program ditulis berdasarkan bahasa tertentu tergantung dari
programmer. Namun pada akhirnya hanya urutan instruksi-instruksi dasar (instruction set)
yang bisa langsung dieksekusi oleh sebuah CPU. Program ini tersimpan dalam memori
program yang akan dieksekusi oleh CPU secara berkesinambungan.
Sebuah mikrokontroler dapat bekerja jika dialiri tegangan dc minimum, yaitu dalam rentang
(range) 4.5 – 5.5 Volt. Mikrokontroler bisa terbakar jika diberi tegangan > 5.5 V DC. Oleh
sebab itu, sebelum dihubungkan dengan pin atau kaki VCC mikrokontroler, baterai atau catu
daya dipasangi dengan regulator tegangan 5 Volt (IC L7805). Regulator ini berfungsi dengan
baik jika dihubungkan dengan sumber dc dengan tegangan > 7.5 Volt. X-Tal atau kristal
berfungsi sebagai generator pulsa atau osilator bagi mikrokontroler tersebut.
Mikrokontroler AVR RISC ini mempunyai keunggulan dalam hal efisiensi. Efisiensi
yang dimaksud adalah kecepatan eksekusi instruksi tiap detik yang biasa dikenal dengan
istilah MIPS (Million Instruction Per Second) terhadap konsumsi daya (power consumption)
yang digunakan. Dengan mikrokontroler jenis ini memungkinkan satu instruksi dieksekusi
cukup dengan satu clock. Karena pada jenis ini tidak dikenal istilah pembagi clock (clock
divider). Jika dibandingkan dengan beberapa jenis lainnya yang ada di pasaran (yang
umumnya mempunyai clock ratio 1:4 hingga 1:12), maka AVR akan lebih cepat dalam
mengeksekusi instruksi, yaitu sekitar 4 – 12 kali dengan osilator yang sama. Jadi secara teori,
jika AVR bekerja dengan 4 MHz maka kinerjanya akan sebanding dengan PIC yang bekerja
dengan frekuensi 16 MHz atau dengan mikrokontroler keluarga 8051 produksi Intel yang
Pengukuran Elektronika Halaman 49
DASAR-DASAR ELEKTRONIKA
bekerja pada frekuensi 48 MHz. Dalam teknologi CMOS, konsumsi daya dari sebuah
perangkat kendali atau kontrol digital proporsional dengan besarnya frekuensi yang
digunakan.
Selain itu, semakin besar frekuensi yang digunakan maka semakin besar pula EMI
(Electro Magnetic Induction = induksi elektro magnetik) yang dihasilkan. Dan tentu saja di
dunia digital, hal ini sangat ditakuti dan perlu dihindari. Sehingga boleh dikatakan jika
dibandingkan dengan mikrokontroler lain dengan kecepatan yang sama, maka mikrokontroler
AVR jauh lebih kecil konsumsi daya serta resiko EMI-nya.
Pemrograman AVR dapat menggunakan low level language (assembly) atau high level
language (C language). Hal ini karena AVR mengadopsi arsitektur RISC (Reduction
Instruction Set Computer) dengan 32 register yang dapat digunakan sebagai accumulator.
Accumulator adalah register yang berfungsi dalam melakukan perhitungan aritmatika.
Dengan mengadopsi arsitektur RISC, proses pengkodean atau pemrograman dapat dilakukan
dengan lebih efisien. Efisien dalam segi ukuran kode dan kecepatannya. Persyaratan inilah
yang cocok dalam pemrograman, baik bahasa tingkat tinggi maupun bahasa tingkat rendah.
Beberapa mikrokontroler yang ada di pasaran hanya cocok untuk pemrograman dengan
menggunakan bahasa tingkat rendah (assembly). Sebagian besar mikrokontroler di pasaran
berarsitektur CISC (Complex Instruction Set Computer).
Setelah diperoleh jenis mikrokontroler yang memenuhi pertimbangan low cost dan low
volume, langkah selanjutnya adalah memilih anggota keluarga mikrokontroler tersebut yang
sesuai dengan fasilitas yang kita miliki. Fasilitas yang dimaksud adalah jenis solder dan
development board. Solder yang kita gunakan adalah jenis manual. Solder manual banyak
dijumpai di pasaran, tetapi hanya mampu menyolder komponen-komponen elektronik yang
berdiameter > 0.8 mm dan jarak antar kaki komponen > 2.54 mm. Anggota keluarga
ATMega yang cocok dengan penyolderan manual adalah mikrokontroler dengan jumlah kaki
40 dan 44 pin. Akan tetapi, development board mikrokontroler 44 pin jarang ada di pasaran.
Anggota keluarga ATMega yang berkaki 40 pin antara lain ATMega8535, ATMega16 dan
ATMega32.
Konfigurasi pin dan fasilitas yang dimiliki dari ketiga mikrokontroler tersebut hampir
sama. Namun demikian, ketiganya memiliki ukuran memori yang berbeda seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Memori
No. Mikrokontroler Flash EPROM SRAM EEPROM
1. ATMega8535 8 Kbyte 512 byte 512 byte
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa mikrokontroler AVR ATMega32 memiliki ukuran
memori (baik Flash EPROM, SRAM maupun EEPROM) terbesar dibandingkan dua anggota
keluarga ATMega yang lain.
Gambar 3.3 DT Hi-Q AVR ISP Gambar 3.4 DT Hi-Q AVR USB ISP
(Sumber: http://www.innovativeelectronics.com)
Kita menggunakan DT Hi-Q AVR ISP produksi Innovative Electronics yang merupakan
Kanda Systems STK200+/300. Innovative Electronics juga menyediakan development board
sebagai tempat mikrokontroler yang akan diisi atau di-download-kan program dari PC
melalui downloader. Development board yang kita gunakan adalah DT-AVR Low Cost
Micro System yang kompatibel dengan mikrokontroler AVR dari keluarga ATMega 40 pin.
Gambar 3.7 Register geser master dan slave ketika belum ada pulsa.
Inti dari komunikasi SPI adalah register geser 8 bit pada kedua piranti master dan slave,
serta sinyal clock yang dibangkitkan oleh master. Misalnya, master ingin mengirimkan data
A ke slave dan dalam waktu yang sama master menerima data B dari slave. Sebelum
memulai komunikasi SPI, master meletakkan data A ke shift registernya dan B juga
meletakkan data B di shift register. Selanjutnya, master membagkitkan 8 pulsa clock sehingga
data pada shift register master ditransferkan ke shift register slave dan sebaliknya. Pada akhir
pulsa, clock master telah menerima data B dan slave telah menerima data A. Oleh karena data
diterima pada saat yang sama, maka SPI termasuk dalam komunikasi full duplex.
SPI memungkinkan komunikasi dengan beberapa slave dengan satu master. Cara master
memilih slave yang diinginkan untuk berkomunikasi adalah menggunakan pin SS. Jika pin
SS diset pada logika high, maka pin SPI slave berfungsi sebagai normal input dan tidak akan
menerima data SPI masuk. Di lain pihak, apabila pin SS berlogika low, maka SPI akan aktif.
Pada konfigurasi master, pin SS harus diset sebagai output atau dapat berupa input, tetapi
harus berlogika high.
9.2.2. Jalankan program Code Vision AVR dengan cara mengklik ikonnya pada
desktop PC.
9.2.3. Pada Toolbar, klik File ⟶Close All.
9.2.4. Kemudian Klik File ⟶ New, maka akan muncul Gambar 4.2.
9.2.5. Pilih Project kemudian klik OK, maka akan muncul Gambar 4.3.
9.2.7. Pada tab Chip terdapat isian Chip dan Clock, atur agar Chip: Atmega32 dan
Clock: 4.000000 MHz.
9.2.8. Setelah selesai mengkonfigurasi chip, pilih tab LCD seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.5.
9.2.9. Atur LCD Port: PORTA dan Chars/Line: 16 seperti pada Gambar 4.6.
9.2.10. Simpan konfigurasi dengan mengklik File ⟶ Generate, Save and Exit seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.7.
9.2.11. Simpan di D:\AKADEMIK\instrumentasi meteorologi\Latihan Program dengan
nama lcd_praktikan, maka akan muncul baris-baris kode berikut ini:
#include <mega32.h>
#asm
#endasm
#include <lcd.h>
void main(void)
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
TIMSK=0x00;
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
lcd_init(16);
while (1)
};
Pada bagian // Place your code here, silahkan anda ketikkan kode-kode di bawah
ini:
lcd_clear();
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("PRAKTIKUM ....");
lcd_gotoxy(1,0);
lcd_putsf("INST.METEOROLOGI");
Buatlah suatu rangkaian kapasitansi meter menggunakan PCB (Printed Circuit Board)
Matrik beserta RAB (Rencana Anggaran Biaya). Jangan lupa juga untuk membuat
programnya agar kapasitansi meter yang anda buat dapat bekerja.
Referensi:
Sudjadi. 2005. Teori dan Aplikasi MIKROKONTROLER. Penerbit GRAHA ILMU.
Wardhana. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535. Penerbit ANDI.
Atmel AVR Microcontroller Training Guide. Lab. Otomasi & Robotika Mesin ITB.
Perkembangan Mikroprosesor. Mikroprosesor & Mikrokomputer Univ. Gunadarma.
Getting Started with the CodeVisionAVR C Compiler.
User Manual of CodeVisionAVR.