Anda di halaman 1dari 63

DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Modul Praktikum 1.1


PENGUKURAN BESAR KOMPONEN LISTRIK

1. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.1. Menggunakan osiloskop dan multimeter.
1.2. Membaca kode warna resistor dan kode angka kapasitor.
1.3. Mengukur berbagai besaran elektronika.

2. Alat dan Komponen

2.1. Osiloskop 2.5. Catu daya


2.2. Multimeter 2.6. Resistor
2.3. Generator Sinyal 2.7. Kapasitor
2.4. Protoboard 2.8. Jumper

3. Teori Dasar
3.1. Besaran Elektronika
Dalam mempelajari elektronika, kita perlu melakukan pengukuran berbagai besaran
elektronika. Besaran-besaran tersebut adalah tegangan, arus, hambatan, daya, kapasitansi,
induktansi, frekuensi dan beda fasa. Penjelasan dari beberapa besaran tersebut adalah sebagai
berikut:
No. Besaran Simbol Definisi Satuan Notasi
1. Tegangan V Gaya yang menggerakkan muatan Volt V
listrik
2. Arus I Gerak elektron yang mengalir dari Ampere A
tegangan tinggi menuju tegangan
yang lebih rendah
3. Hambatan R Kemampuan suatu benda dalam Ohm Ω
mengurangi arus
4. Daya P Energi listrik yang digunakan Watt W
suatu beban selama satu detik
5. Kapasitansi C Kemampuan suatu benda dalam Farad F
menyimpan muatan listrik

Suatu rangkaian elektronika terdiri dari beberapa komponen dan sumber arus. Di dalam
elektronika dikenal dua jenis arus, yaitu arus searah (direct current, dc) dan arus bolak-balik
(alternating current, ac). Arus searah artinya arus mengalir terus-menerus dari kutub negatif
ke positif. Sedangkan arus bolak-balik adalah arus yang ditandai dengan tegangan yang
berubah tanda secara berulang.

Pengukuran Elektronika Halaman 1


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

3.2. Komponen Elektronika

Ada dua macam komponen elektronik, yaitu komponen pasif dan komponen aktif.
Komponen pasif adalah komponen yang dapat bekerja tanpa catu daya. Contoh komponen
pasif adalah resistor, kapasitor, induktor dan transformator. Sedangkan komponen aktif
adalah komponen yang memerlukan catu daya agar dapat bekerja. Contoh komponen aktif
adalah transistor dan rangkaian terpadu (integrated circuit, ic).

1. Resistor
Resistor merupakan komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan hambatan
tertentu. Hambatan tersebut dapat diketahui dari kode warna gelang pada badan resistor.
Resistor dibuat dengan ukuran badan yang mencerminkan kemampuan bertahan terhadap
daya lesap yang diterimanya jika dialiri arus. Suatu resistor dengan hambatan R yang dilalui
arus I akan menerima daya lesap sebesar:
V2
P = I2.R =
R
Daya tersebut akan menaikkan suhu resistor dan jika melebihi kemampuan daya (power
rating) yang ditentukan dapat menyebabkan kerusakan yang permanen, berupa perubahan
nilai hambatan ataupun membuat resistor menjadi hangus. Kebanyakan resistor karbon dibuat
agar mempunyai kemampuan daya sebesar ½ Watt. Di pasaran juga dijual resistor karbon
dengan kemampuan daya ¼ Watt, 1 Watt dan 2 Watt. Resistor oksida logam dibuat dengan
kemampuan daya hingga 10 Watt, sedang resistor lilit kawat dibuat hingga kemampuan lesap
50 Watt.

2. Kapasitor
Kapasitor merupakan suatu komponen pasif yang dibuat untuk mendapatkan kapasitansi
tertentu. Kapasitor terbuat dari dua buah pelat konduktor yang dipisahkan oleh suatu lapisan
isolator. Kapasitansi kapasitor dapat diketahui dari kode angka pada badan kapasitor.

Kapasitor elektrolit akan mempunyai kapasitansi sebagaimana tertera pada badannya


jika diberi tegangan kerja sesuai dengan yang tertera. Jika kekutuban kapasitor elektrolit
terbalik, sehingga pelat aluminium (Al) yang murni bekerja sebagai katoda (-) maka lapisan
oksida anoda akan terjadi pada pelat Al yang kurang murni. Akibatnya lapisan yang terjadi
sangatlah tipis dan jika diberi beda tegangan kecil saja dapat terjadi medan listrik yang amat
besar di dalamnya sehingga terjadi kerusakan.

Inilah sebabnya mengapa kapasitor elektrolit mempunyai kekutuban atau polaritas,


yaitu tanda + dan -. Potensial yang lebih tinggi hendaknya dipasang pada ujung positif (+)
dan yang lebih rendah pada ujung negatif (-). Jika terbalik kapasitor menjadi rusak dan dapat
meletup.

3. Transformator
Pada dasarnya transformator merupakan suatu komponen pasif dengan empat ujung.
Sepasang ujung disebut primer dan pasangan ujung yang lain disebut sekunder.
Transformator digunakan untuk mengubah tegangan bolak-balik pada primer menjadi
tegangan bolak-balik pada sekunder. Transformator digunakan dalam elektronika untuk
menurunkan tegangan bolak-balik atau menaikkan tegangan bolak-balik pada listrik PLN.
Transformator semacam ini disebut transformator daya.

Pengukuran Elektronika Halaman 2


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

3.3. Alat Ukur


1. Multimeter
Multimeter adalah alat ukur yg mempunyai beberapa jangkauan dan dapat disetel untuk
mengukur tegangan, arus, dan hambatan listrik (KBBI). Beberapa multimeter dilengkapi
dengan kemampuan untuk mengukur kapasitansi dan frekuensi. Ada dua jenis multimeter,
yaitu analog dan digital. Pada multimeter analog, hasil pengukuran besaran elektronika
tersebut dinyatakan oleh besarnya simpangan jarum penunjuk. Sedangkan multimeter digital
dinyatakan oleh angka-angka pada sebuah layar. Penggunaan amperemeter untuk mengukur
arus tinggi (high current) hendaknya memperhatikan batas ukur dan batas waktu yang
tertera pada badan multimeter.

2. Osiloskop
Osiloskop adalah osilograf yang mencatat gelombang listrik secara visual pada suatu
layar (KBBI). Pola-pola gelombang isyarat yang terlihat pada layar osiloskop sebenarnya
adalah tumbukan-tumbukan elektron yang lepas dari sumber elektron di dalam tabung dengan
layar, yang diatur sedemikian rupa oleh medan-medan yang dihasilkan keping-keping sejajar
horizontal dan vertikal. Keping-keping ini menimbulkan medan listrik yang besarnya
tergantung pada tegangan inputnya, sehingga bila ada elektron yang melewati diantara
keduanya akan dibelokkan sesuai dengan besar tegangan inputnya, sehingga pada layar akan
terlihat pola-pola isyarat dari isyarat masukan.

3.3.2.1. Bagian-bagian Osiloskop

Osiloskop terdiri dari sebuah layar dan empat buah kontrol, yaitu kontrol layar, kontrol
vertikal, kontrol horizontal dan kontrol trigger.

Gambar 1. Kontrol Layar

Gambar 2. Kontrol Vertikal

Pengukuran Elektronika Halaman 3


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 3. Kontrol Horizontal

Gambar 4. Kontrol Trigger


AC : Untuk mengukur sinyal AC, sinyal DC tidak dapat diukur pada posisi ini karena
terblokir oleh kapasitor osiloskop.
GND: Sinyal masukan akan dimatikan dan merupakan garis nol.
DC : Untuk mengukur sinyal DC.

3.3.2.2. Pengukuran Besaran Elektronika

Berbeda dengan multimeter, osiloskop mampu menampilkan bentuk sinyal/isyarat


berupa tanggapan tegangan terhadap waktu sehingga dapat digunakan untuk mengukur beda
fasa antara dua sinyal. Sebelum memulai pengukuran sebaiknya osiloskop dikalibrasi terlebih
dahulu. Berikut ini adalah penjelasan gambar mengenai pengukuran besaran-besaran
elektronika menggunakan osiloskop:
1. Tegangan (V)

Pengukuran Elektronika Halaman 4


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

2. Frekuensi (F)

3. Beda Fasa (ϕ)

Pengukuran Elektronika Halaman 5


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

4. Penguatan Tegangan (Kv)

4. Percobaan

4.1. Perhatikanlah keterangan dan peragaan asisten anda tentang penggunaan alat-alat ukur
yang akan anda gunakan selama praktikum. Simaklah dengan baik dan bila ada
keterangan yang belum jelas, janganlah segan untuk bertanya pada asisten.
4.2. Setelah anda mengerti semua keterangan yang diberikan asisten, cobalah oleh anda
sendiri melakukan kalibrasi alat-alat ukur yang tersedia. Janganlah ragu-ragu untuk
bertanya pada asisten jika anda belum dapat melakukan kalibrasi dengan baik.
4.3. Ambilah tempat komponen sesuai dengan nama anda. Bacalah kode warna gelang
resistor yang terdapat pada tempat komponen anda. Ukur hambatan resistor tersebut
menggunakan ohmmeter dan masukkan hasil pembacaan dan pengukuran anda pada
tabel di bawah ini.

No. Warna Gelang Kode Warna Pengukuran


1 2 3 4 5 R (Ω) Rmin (Ω) Rmak (Ω) R (Ω)
1.
2.
3.
4.
5.

4.4. Lakukan pembacaan kode angka pada badan kapasitor dan ukurlah kapasitansinya
menggunakan kapasitansimeter.

No. Kode Angka Pengukuran


C (F) Vkerja (V ) C (F)
1.
2.
3.
4.
5.

Pengukuran Elektronika Halaman 6


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

4.5. Hubungkan keluaran generator sinyal dengan konektor input osiloskop. Lakukan
pengukuran tegangan menggunakan voltmeter dan osiloskop pada berbagai frekuensi.
Besarnya frekuensi dapat diketahui secara langsung dengan cara menghubungkan
generator sinyal ke frekuensimeter. Masukkan hasil percobaan anda pada tabel berikut.
Sinyal Sinusoidal
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K

2. 5K

3. 10 K

Sinyal Persegi
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K

Pengukuran Elektronika Halaman 7


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

2. 5K

3. 10 K

Sinyal Segitiga
No Frekuensi Voltmeter Osiloskop
. (Hz) V (Volt) Di Volt/Di V (Vpp) Gambar
v v
1. 1K

2. 5K

3. 10 K

5. Tugas Praktikum

5.1. Jelaskan mengapa nilai-nilai yang terbaca pada kode warna berbeda dengan hasil
pengukuran ohmmeter!
Pengukuran Elektronika Halaman 8
DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

5.2. Jelaskan perbedaan pengukuran antara voltmeter dan osiloskop!

5.3. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut ini:

Kalibrasi :

Toleransi :

Vpp :

Frekuensi :

Induktansi :

Beda fasa :

5.4. Jelaskan prinsip kerja dari alat ukur di bawah ini:

Voltmeter DC :

Amperemeter DC :

Ohmmeter :

Voltmeter AC :

Pengukuran Elektronika Halaman 9


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

5.5. Sebutkan syarat voltmeter ideal beserta alasannya.

5.6. Sebutkan syarat amperemeter ideal beserta alasannya.

6. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)

Pengukuran Elektronika Halaman 10


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Referensi:
 Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
 Slide Praktikum Rangkaian Elektrik. Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB.
 Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.

PRAKTIKAN NILAI ASISTEN


Nama
NIM

Modul Praktikum 1.2


RANGKAIAN ELEKTRIK

Pengukuran Elektronika Halaman 11


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

7. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
7.1. Memahami pentingnya pembebanan pada catu daya.
7.2. Menggambar tanggapan amplitudo dan fasa rangkaian tapis.
7.3. Merancang catu daya dengan keluaran tegangan tetap.

8. Alat dan Komponen

8.1. Osiloskop 8.5. Catu daya


8.2. Multimeter 8.6. Resistor
8.3. Generator Sinyal 8.7. Kapasitor
8.4. Protoboard 8.8. Jumper

9. Teori Dasar
Rangkaian listrik atau rangkaian elektrik merupakan gabungan dari beberapa
komponen elektronika dan sumber arus baik ac maupun dc. Untuk menganalisis suatu
rangkaian listrik digunakan rangkaian setara. Rangkaian setara adalah suatu rangkaian
sederhana yang berperilaku sama seperti rangkaian yang diselidiki. Ada dua rangkaian setara,
yaitu: Thevenin dan Norton. Hampir semua rangkaian dapat dianalisis menggunakan
rangkaian setara Thevenin, kecuali rangkaian yang berperilaku seperti suatu sumber arus
tetap, misalnya antena radio dan keluaran transistor. Antena radio dan keluaran transistor
dianalisis menggunakan rangkaian setara Norton.

Thevenin berdalil bahwa: “Setiap rangkaian dengan dua ujung atau gerbang tunggal,
dapat digantikan dengan suatu sumber tegangan tetap dan suatu hambatan yang terpasang
secara seri”.

Gambar 1. Rangkaian Setara Thevenin

Pada rangkaian setara Thevenin, ε i = V i,b dan εo = V o,b . Untuk menentukan Ro dan Ri,
kita gantikan sumber tegangan ε i dan εo dengan hubungan singkat.

9.1. Pembebanan

Pengukuran Elektronika Halaman 12


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Suatu rangkaian dengan hambatan keluaran yang besar mudah terbebani. Jika tegangan
pada rangkaian tersebut menurun, maka rangkaian dikatakan sedang mengalami jatuh
tegangan. Jatuh tegangan sangat dihindari oleh para pembuat catu daya. Jatuh tegangan dapat
mengakibatkan kerja suatu piranti elektronik menurun hingga tidak berfungsi.

9.2. Tapis
Terdapat dua macam tapis dasar dalam elektronika, yaitu tapis lolos rendah (Low Pass
Filter, LPF) dan tapis lolos tinggi (High Pass Filter, HPF). Low-pass filter yang dirangkai
dengan HPF (filter yang meneruskan frekuensi tinggi) akan membentuk filter baru, yaitu
tapis lolos tengah (Band Pass Filter, BPF) yang meneruskan sinyal pada jangkauan frekuensi
tertentu ataupun Band Stop Filter (menghambat sinyal pada frekuensi tertentu).
Tapis pelewat rendah atau tapis lolos rendah (LPF) digunakan untuk meneruskan sinyal
berfrekuensi rendah dan meredam sinyal berfrekuensi tinggi. Sinyal dapat berupa sinyal
listrik seperti perubahan tegangan maupun data-data digital seperti citra dan suara.

Untuk sinyal listrik, low-pass filter direalisasikan dengan meletakkan kumparan secara
seri dengan sumber sinyal atau dengan meletakkan kapasitor secara paralel dengan sumber
sinyal. Contoh penggunaan filter ini adalah pada aplikasi audio, yaitu pada peredaman
frekuensi tinggi (yang biasa digunakan pada tweeter) sebelum masuk speaker bass atau
subwoofer (frekuensi rendah). Kumparan yang diletakkan secara seri dengan sumber
tegangan akan meredam frekuensi tinggi dan meneruskan frekuensi rendah, sedangkan
sebaliknya kapasitor yang diletakkan seri akan meredam frekuensi rendah dan meneruskan
frekuensi tinggi. Batas frekuensi antara sinyal yang dapat diteruskan dan yang diredam
disebut dengan frekuensi cut-off. Frekuensi cut-off atau frekuensi potong dapat ditentukan
dengan perhitungan sebagai berikut:
1 1
fc= =
2π τ 2π RC

9.3. Catu Daya


Catu daya adalah sumber arus dan tegangan dc yang merupakan hasil konversi dari arus
ac. Catu daya yang baik dapat memberikan tegangan tetap dan daya keluaran yang
dibutuhkan oleh suatu piranti elektronik. Perhitungan yang tepat sangat berguna dalam
menentukan spesifikasi dari komponen elektronik yang akan digunakan.

10. Percobaan

10.1. Gunakanlah catu daya untuk melakukan pembebanan dengan menggunakan resistor
yang disediakan. Ukur dahulu besar hambatan resistor dengan menggunakan multimeter
dan hitunglah daya keluaran. Jika daya keluaran lebih besar dari daya lesap resistor,
gantilah dengan resistor yang mempunyai daya lesap lebih besar daripada daya keluaran
catu daya. Lakukanlah 5 kali pengukuran dan tabelkan percobaan anda pada tabel di
bawah ini.

No Vo, b (Volt) RL (Ω) Plesap Pkeluaran = Vo, b. RL Vo (Volt)


.

1.

Pengukuran Elektronika Halaman 13


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

2.

3.

4.

5.

Gambar 2. Pembebanan Catu Daya

10.2. Pasanglah susunan resistor dan kapasitor pada protoboard hingga membentuk
rangkaian seperti pada Gambar 3. Pilihlah resistor dan kapasitor agar fpotong = 6 kHz.
1 1
f c = f potong = =
2π τ 2π RC

Gambar 3. Low Pass Filter

10.3. Lakukan pengukuran tegangan Vi, Vo dan beda fasa di berbagai frekuensi. Tabelkan
hasil pengukuran yang sudah anda peroleh.

No f (Hz) Vi (Vpp) Vo (Vpp) ϕ (o)


.

1. 1K

2. 3K

3. 6K

4. 8K

5. 12 K

Pengukuran Elektronika Halaman 14


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

10.4. Tukarlah posisi R dan C pada Gambar 3 hingga menjadi rangkaian pada Gambar 4.

Gambar 4. High Pass Filter


10.5. Lakukan pengukuran tegangan Vi, Vo dan beda fasa di berbagai frekuensi. Tabelkan
hasil pengukuran yang sudah anda peroleh.

No f (Hz) Vi (Vpp) Vo (Vpp) ϕ (o)


.

1. 1K

2. 3K

3. 6K

4. 8K

5. 12 K

10.6. Lakukanlah pengukuran tegangan menggunakan osiloskop dan dokumentasikan bentuk


isyarat pada setiap titik pada rangkaian catu daya berikut.

Gambar 5. Catu Daya


Isi tabel di bawah ini!

Titik Tegangan (Vpp) Dokumentasi


a

Pengukuran Elektronika Halaman 15


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

11. Tugas Praktikum

11.1. Gambarkanlah kurva pembebanan dari hasil percobaan 4.1 pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini.

Pengukuran Elektronika Halaman 16


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

11.2. Gambarkanlah tanggapan amplitudo rangkaian LPF dan HPF pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini. Gunakan skala logaritma pada sumbu
frekuensi (sumbu-x) dan skala dB pada sumbu vertikal (sumbu-y)

LPF

HPF

11.3. Gambarkanlah tanggapan fasa rangkaian LPF dan HPF pada kertas semilog dan
tempelkan pada kotak kosong di bawah ini. Gunakan skala logaritma pada sumbu
frekuensi (sumbu-x) dan skala dB pada sumbu vertikal (sumbu-y)

Pengukuran Elektronika Halaman 17


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

LPF

HPF

11.4. Kenapa kita perlu menganalisis suatu rangkaian listrik ?

11.5. Sebutkan perbedaan antara rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.

Pengukuran Elektronika Halaman 18


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

11.6. Jelaskan pengertian dari istilah-istilah berikut ini:

Pembebanan :

Beban :

Gerbang :

Jatuh tegangan :

Frekuensi potong :

Kurva pembebanan :
12. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)

Pengukuran Elektronika Halaman 19


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Referensi:
 Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
 http://id.wikipedia.org/wiki

PRAKTIKAN NILAI ASISTEN


Nama
NIM

Modul Praktikum 1.3


PENGUAT TRANSISTOR

Pengukuran Elektronika Halaman 20


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

13. Tujuan Praktikum


Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
13.1. Menggunakan datasheet transistor untuk memperoleh nilai hfe, PDmax dan VCEmax.
13.2. Merangkai dan menjalankan penguat emitor ditanahkan.
13.3. Merancang penguat emitor ditanahkan.
13.4. Menganalisis rangkaian penguat transistor.
13.5. Mengukur tanggapan amplitudo penguat transistor.

14. Alat dan Komponen

14.1. Osiloskop 14.4. Protoboard 14.7. Kapasitor


14.2. Multimeter 14.5. Catu daya 14.8. Transistor
14.3. Generator Sinyal 14.6. Resistor 14.9. Jumper

15. Teori Dasar


15.1. Transistor
Di zaman modern ini, transistor hampir ada pada setiap peralatan elektronik. Transistor
digunakan sebagai penguat isyarat, artinya isyarat lemah pada masukan diubah menjadi
isyarat yang kuat pada keluaran. Transistor bekerja berdasarkan kepekaan arus yang
dihasilkan oleh emitor (pengeluar) oleh beda tegangan antara emitor dan basis (tumpuan).
Arus emitor tersebut dikumpulkan oleh kolektor (pengumpul) yang diberi panjar mundur oleh
catu daya atau baterai, sehingga arus tak dapat membalik dari kolektor ke basis. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa prinsip kerja transistor adalah pengaturan arus basis yang
kecil agar menghasilkan arus kolektor yang besar.

Untuk mempermudah dalam mempelajari transistor terlebih dahulu pahami pengertian


dari beberapa istilah berikut ini:
 Bias = panjar : Tegangan dan arus dc yang harus terlebih dahulu dipasang agar
rangkaian transistor bekerja.
 Panjar maju : Tegangan dari kutub positif catu daya atau baterai yang
diberikan pada semikonduktor jenis P.
 Panjar mundur : Tegangan dari kutub positif catu daya atau baterai yang
diberikan pada semikonduktor jenis N.
 Titik-q : Titik kerja transistor.
 Keadaan-q : Keadaan tenang = keadaan tanpa isyarat.

15.2. Penguat Emitor Ditanahkan


Transistor adalah suatu komponen aktif, sehingga memerlukan bias agar dapat bekerja.
Terdapat tiga cara yang umum untuk member bias pada transistor, yaitu:
 Penguat Emitor Ditanahkan (Common Emitter)
 Penguat Kolektor Ditanahkan (Common Collector)
 Penguat Basis Ditanahkan (Common Base)

Pengukuran Elektronika Halaman 21


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Penguat emitor ditanahkan adalah rangkaian yang paling sering digunakan untuk
berbagai aplikasi yang menggunakan transistor. Hal ini disebabkan penguat emitor
ditanahkan mempunyai hambatan masukan besar dan hambatan keluaran kecil, sehingga
memungkinkan digandengkan dengan penguat lain untuk mendapatkan penguatan yang
besar.

1. Parameter Penting dan Rangkaian Dasar


Dari hukum Kirchhoff diketahui bahwa jumlah arus yang masuk ke satu titik akan
sama jumlahnya dengan arus yang keluar. Jika teorema tersebut diaplikasikan pada transistor,
maka hukum itu menjelaskan hubungan:
IE = I C + I B (1)

Gambar 1. Arus yang bekerja pada sebuah transistor

Persamaan (1) diatas mengatakan bahwa arus emitor (IE) adalah jumlah dari arus
kolektor (IC) dengan arus basis (IB). karena IB sangat kecil sekali dibandingkan dengan IC,
maka dapat dinyatakan:
IE = I C (2)

Alpha (α)
Pada datasheet transistor sering dijumpai spesifikasi alpha dc (α dc) yang tidak lain
adalah:
IC
α dc = (3)
IE
Definisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus emitor. Karena besar arus
kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emitor, maka idealnya besar α dc=1 (satu).
Namun umumnya transistor yang ada memiliki α dc kurang lebih antara 0.95-0.99.

Beta (β)
Beta atau hfe didefinisikan sebagai besarnya perbandingan antara arus kolektor dengan arus
basis.
IC
β =hfe= (4)
IB
Dengan kata lain, β adalah parameter yang menunjukkan kemampuan penguatan arus
(current gain) dari suatu komponen. Parameter ini dapat diperoleh dari datasheet transistor
atau melalui pengukuran menggunakan multimeter.

Pengukuran Elektronika Halaman 22


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 2. Rangkaian dasar penguat emitor ditanahkan

Seperti yang terlihat pada Gambar 2, emitor dari penguat emitor ditanahkan
dihubungkan dengan ground atau 0 Volt. Penjelasan mengenai notasi yang terdapat pada
Gambar 2 adalah sebagai berikut:
 VBB = Sumber tegangan yang masuk ke basis
 VCC = Sumber tegangan yang masuk ke kolektor
 VCE = Tegangan jepit kolektor-emitor
 VBE = Tegangan jepit basis-emitor
 RC = Hambatan yang dipasang seri terhadap kolektor sehingga mengalir IC
 RB = Hambatan yang dipasang seri terhadap basis sehingga mengalir IB

Rangkaian pada Gambar 2 sebenarnya merupakan gabungan dari dua rangkaian dioda yang
salah satunya ditunjukkan oleh Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian diode pada sebuah transistor

Jika hukum Ohm diterapkan pada rangkaian Gambar 3 diperoleh persamaan berikut:
VBB = VBE + IB.RB
atau
( V BB - VBE )
IB = (5)
RB

2. Daerah Kerja Transistor


Kurva keluaran transistor dapat digunakan untuk mengetahui dan mempelajari daerah
kerja transistor. Dari kurva pada Gambar 4 terlihat ada beberapa daerah kerja transistor,
yaitu:
1. Daerah Saturasi
Daerah saturasi adalah mulai dari VCE = 0 Volt hingga kira-kira 0.7 Volt (transistor
silikon), yaitu akibat dari efek dioda kolektor-basis yang mana VCE belum mencukupi
untuk dapat menyebabkan aliran elektron.

2. Daerah Cut-Off

Pengukuran Elektronika Halaman 23


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Jika kemudian Vcc dinaikkan perlahan-lahan sampai VCE tertentu tiba-tiba IC mulai
konstan. Pada saat perubahan ini, daerah kerja transistor berada pada daerah cut-off yaitu
dari keadaan saturasi (OFF) lalu menjadi aktif (ON).

Perubahan ini dipakai pada sistem digital yang hanya mengenal angka biner 1 dan 0 yang
tidak lain dapat direpresentasikan oleh status transistor OFF dan ON.

Gambar 4. Kurva keluaran transistor

3. Daerah Aktif
Daerah kerja transistor yang normal adalah pada daerah aktif, dimana IC konstan terhadap
berapapun nilai VCE. Dari kurva tersebut diperlihatkan bahwa IC hanya tergantung dari
besar IB. daerah kerja ini biasa juga disebut daerah linier (linear region).

Jika hukum Kirchhoff mengenai tegangan dan arus diterapkan pada lingkar (loop)
kolektor, maka dapat diperoleh hubungan:
VCC = VCE + IC.RC
atau
VCE = VCC – IC.RC (6)
Disipasi daya transistor adalah:
PD = VCE.RC (7)

Persamaan (7) menyatakan bahwa jumlah disipasi daya transistor adalah tegangan
kolektor-emitor dikalikan jumlah arus yang melewatinya. Disipasi daya ini berupa panas
yang menyebabkan naiknya temperatur transistor. Pada umumnya untuk transistor power
sangat perlu untuk mengetahui spesifikasi P Dmax. Spesifikasi ini menunjukkan
temperatur kerja maksimum yang diperbolehkan agar transistor masih bekerja normal.
Sebab jika transistor bekerja melebihi kapasitas daya PDmax, maka transistor dapat
terbakar dan rusak.

4. Daerah Breakdown
Dari kurva keluaran transistor di atas terlihat bahwa jika VCE > 40 Volt akan terjadi
peningkatan cepat IC. Transistor pada daerah ini disebut berada pada daerah breakdown.
Seharusnya transistor tidak boleh bekerja pada daerah ini, karena akan dapat merusak
transistor tersebut. Untuk berbagai jenis transistor nilai VCEmax yang diperbolehkan
sebelum breakdown bervariasi.VCEmax transistor selalu tercantum pada datasheet.

3. Perancangan Penguat Transistor

Pengukuran Elektronika Halaman 24


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Rangkaian dasar penguat emitor ditanahkan yang ditunjukkan oleh Gambar 2 terdiri dari
sebuah transistor NPN, dua resistor (RB dan RC) serta dua catu daya (VBB dan VCC). Karena
kekutuban catu daya VBB dan VCC sama, orang biasanya menggunakan satu catu daya saja
seperti pada Gambar 5.

Gambar 5. Penguat emitor ditanahkan dengan catu daya tunggal

Isyarat dimasukkan pada basis dan keluaran diambil dari kolektor. Agar arus panjar tidak
mengalir ke sumber isyarat masukan dan keluaran penguat, maka dipasanglah kapasitor
penggandeng Cin dan Cout seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Penguat emitor ditanahkan dengan sepasang kapasitor penggandeng

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam merancang suatu penguat adalah penentuan
titik kerja transistor (titik-q). Agar isyarat tegangan dan arus keluaran simetrik dan tanpa
cacat, titik-q kita pilih di tengah garis beban. Dari Gambar 6 diperoleh hubungan:
VCE = VCC – IC.RC
atau
V CC - V CE
IC = (8)
RC

Persamaan (8) dinamakan persamaan garis beban. Garis beban pada kurva keluaran
transistor dapat diperoleh dengan menghubungkan kedua titik potongnya, yaitu titik potong
terhadap sumbu VCE (IC=0) dan sumbu IC (VCE=0). Dengan memilih titik-q di tengah garis
1
beban (VCE(q)= VCC), maka akan diperoleh nilai IB(q) dan IC(q).
2

Arus kolektor pada keadaan-q sangat peka terhadap perubahan suhu, sehingga jika suhu
naik maka titik-q akan bergeser di sepanjang garis beban. Untuk mengatasi hal ini, pada
emitor dipasang hambatan RE dengan nilai hambatan yang besar. Namun demikian, jika
digunakan RE yang terlalu besar akan mempengaruhi besarnya penguatan dan menimbulkan
cacat pada bentuk isyarat keluaran. Pengaruh ini dapat diatasi dengan memasang kapasitor
pintas CE parallel dengan RE. Hal ini menyebabkan arus isyarat kecil (ac) dipintas oleh CE
agar tak melalui RE.

Pengukuran Elektronika Halaman 25


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 7. Garis beban pada kurva keluaran transistor

Faktor kemantapan arus (SI) adalah parameter penting lainnya dalam merancang suatu
RB 1
penguat yang besarnya ≅ . Sutrisno (1986) menggunakan SI ≅ 10 dan RE ≅ RC. Tegangan
RE 5
panjar pada basis diberikan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan seperti pada
Gambar 8 berikut ini.

Gambar 8. Panjar pembagi tegangan pada penguat emitor ditanahkan

Perancangan penguat emitor ditanahkan dimulai dengan menentukan nilai V CC dan RC.
Kemudian gambarkan garis beban pada kurva keluaran transistor untuk mendapatkan I C(q)
dengan memilih titik-q di tengah garis beban. Sehingga diperoleh VB dalam keadaan-q
sebesar:
VB(q) = VBE(q) + VE(q)

VB(q) = VBE(q) + VE(q)

Pengukuran Elektronika Halaman 26


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

1
VB(q) = 0.7 + RC.IC(q)
5
RB1 dan RB2 diperoleh dengan menyelesaikan dua persamaan di bawah ini:
R B2
V = VB(q) (9)
R B1 +R B2 CC
R B1 //RB2
= 10 (10)
RE

4. Analisis Rangkaian Penguat Transistor


Perhitungan rangkaian penguat meliputi perhitungan hambatan masukan, hambatan
keluaran dan penguatan tegangan. Agar dapat melakukan perhitungan tersebut, orang
menggunakan rangkaian setara transistor. Rangkaian setara yang digunakan adalah rangkaian
setara isyarat kecil, yang berlaku untuk isyarat dengan perubahan yang jauh lebih kecil
daripada nilai arus dan tegangan pada keadaan-q. Sehingga dapat digunakan hambatan isyarat
kecil pada keadaan-q.

Ada beberapa macam rangkaian setara isyarat kecil untuk transistor. Rangkaian setara
yang banyak digunakan adalah rangkaian setara parameter-h. Dalam rangkaian setara
parameter-h digunakan rangkaian setara Thevenin pada masukan dan pada keluaran
menggunakan rangkaian setara Norton.

Rangkaian setara parameter-h untuk penguat emitor ditanahkan ditunjukkan oleh


Gambar 9. Dari gambar tersebut diperoleh hubungan:
v i = h ie . i b + h re . v o
i c = h fe . i b + h oe . v o

Gambar 9. Rangkaian setara parameter-h

Dengan menggunakan Gambar 9 dan definisi parameter-h diperoleh hubungan berikut:


1. hie
25
hie = ( 1+ h fe ) r e =( 1+ h fe)
( )
IE ( q )

hie = ( 1+ h fe )
(25I( q ) ) =( 1+ h )( 25V
C
fe
(q)
CE
)
RC+ RE

Pengukuran Elektronika Halaman 27


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

25 ( RC + R E )
hie =( 1+h fe )
( V CE (q) )
2. hoe dan hfe
Kedua nilai tersebut dapat diperoleh dari datasheet transistor.
3. Penguatan tegangan (Kv)
vo
Kv =
vi
1

Kv = -
h fe ( hoe
// RC )
h ie

4. Hambatan masukan (Ri)


R i = RB // h ie

5. Hambatan keluaran (Ro)


1
Ro= ( )
h oe
// RC

16. Percobaan
16.1. Parameter penting transistor
1. Gunakan transistor BC 107 yang telah disediakan oleh asisten sebagai
komponen utama untuk penguat emitor ditanahkan.
2. Carilah nilai hfe, PDmax dan VCEmax pada datasheet transistor yang diberikan
oleh asisten, kemudian isikan pada tabel berikut:
No. Parameter Datasheet Keterangan
1. hfe IC =__ mA
VCE = __ V
f = __ kHz
2. PDmax (Watt) -
3. VCEmax (Volt) -
16.2. Merangkai penguat emitor ditanahkan
Rangkailah komponen-komponen yang ada menjadi penguat emitor ditanahkan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 5 di bawah ini pada protoboard / breadboard.

Pengukuran Elektronika Halaman 28


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 10. Rangkaian penguat emitor ditanahkan


16.3. Menjalankan penguat emitor ditanahkan
Jalankan rangkaian penguat emitor ditanahkan pada Gambar 10 dan lakukan beberapa
pengukuran listrik dengan mengikuti prosedur berikut ini:
 Hubungkan rangkaian dengan catu daya dan ukur VCC, VCC = ____Volt.
 Atur potensiometer RB1 agar VCE = ½ VCC = ____ Volt.
16.4. Mengamati tegangan masukan dan keluaran penguat.
Hubungkan penguat emitor ditanahkan dengan sinyal sinusoidal dari generator sinyal.
Amati tegangan masukan dan keluaran penguat pada layar osiloskop dan
dokumentasikan pada kotak kosong di bawah ini.

Pengukuran Elektronika Halaman 29


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

16.5. Jalankan penguat daya audio yang tersedia dengan memberikan masukan sinyal suara
dari komputer. Lakukan pengamatan keluaran penguat pada layar osiloskop,
dokumentasikan dan tempel pada kotak kosong di bawah ini.

 hfe =
Arti :

Kegunaan :

 PDmax (Watt) =
Arti :

Kegunaan :

 VCEmax (Volt) =
Arti :

Kegunaan :

Pengukuran Elektronika Halaman 30


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

17.3. Apakah yang membedakan antara penguat emitor ditanahkan dengan penguat daya
audio ?

17.4. Analisis rangkaian penguat emitor ditanahkan pada Gambar 10 menggunakan


rangkaian setara transistor. Analisis meliputi perhitungan penguatan tegangan,
hambatan masukan dan hambatan keluaran penguat.

Pengukuran Elektronika Halaman 31


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

17.5. Analisis rangkaian Penguat Gandengan RC di bawah ini (Gambar 11) menggunakan
rangkaian setara transistor. Analisis meliputi perhitungan penguatan tegangan,
hambatan masukan, hambatan keluaran, frekuensi potong bawah dan frekuensi potong
atas.

Gambar 11. Penguat Gandengan RC

Pengukuran Elektronika Halaman 32


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

17.6. Apakah yang dimaksud dengan penguat gandengan ?

17.7. Sebutkan jenis-jenis penguat gandengan beserta ciri-cirinya!

17.8. Bagaimana cara anda untuk mengetahui suatu transistor apakah masih berfungsi dengan
baik atau sudah rusak ?

17.9. Pelajari rangkaian Penguat Daya Audio yang disediakan oleh asisten, kemudian
kerjakan hal-hal berikut:
1. Menggambar ulang rangkaian
2. Mengukur tegangan dan arus setiap titik yang ditentukan
3. Menghitung hambatan masukan dan keluaran
4. Membuat rangkaian setara untuk masing-masing tahapan penguatan
5. Analisis grafik isyarat pada penguat daya setangkup komplementer
6. Membuat ulang penguat daya audio

Pengukuran Elektronika Halaman 33


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Pengukuran Elektronika Halaman 34


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

18. Ringkasan Praktikum


(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)

Referensi:
 Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
 Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
 Sutrisno. Elektronika Jilid 2. Penerbit ITB.

PRAKTIKAN NILAI ASISTEN


Nam
a

Pengukuran Elektronika Halaman 35


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

NIM

Modul Praktikum 1.4


ELEKTRONIKA DIGITAL

1. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.1. Membuat analisis terhadap berbagai alat digital jika diketahui rangkaiannya
1.2. Memahami bacaan tentang komponen-komponen digital
1.3. Menganalisis rangkaian gerbang logika
1.4. Menganalisis rangkaian flip-flop.

2. Alat dan Komponen

2.1. Osiloskop 2.4. Protoboard 2.7. Kapasitor


2.2. Multimeter 2.5. Catu daya 2.8. Transistor
2.3. Generator Sinyal 2.6. Resistor 2.9. Jumper

3. Teori Dasar
3.1. Isyarat Digital
Isyarat yang diproses oleh suatu penguat dapat mempunyai daerah nilai tegangan yang
kontinu. Isyarat semacam ini dikatakan bersifat analog. Isyarat yang banyak digunakan dalam
elektronika digital hanya mempunyai dua nilai saja, satu nilai dinyatakan dengan H (High)
dan nilai yang lain dinyatakan dengan L (Low). Nilai tegangan untuk isyarat H dan L
bergantung kepada sistem rangkaian yang digunakan. Misalnya untuk sistem rangkaian yang
dikenal dengan nama TTL (Transistor Transistor Logic), nilai tegangan antara 2 V dan 5 V
adalah isyarat H , sedang isyarat antara 0 V dan 0.8 V adalah isyarat L. isyarat H pada
umumnya juga disebut logika 1 dan isyarat L pada umumnya disebut logika 0. Jelaslah
bahwa dalam elektronika digital isyarat bersifat diskrit. Kata digital sendiri berasal dari kata
digit yang berarti angka. Jam digital menggunakan penunjukkan berupa angka-angka yang
diskrit dengan satuan detik. Jam yang menggunakan jarum penunjuk adalah jamanalog, sebab
penunjukkan jarum dinyatakan oleh letak jarum yang dapat mempunyai harga sudut yang
kontinu.

3.2. Sistem Bilangan Biner

Kita sudah terbiasa menghitung dengan menggunakan angka berupa kelipatan 10. Kita
menghitung dari 0 hingga 9 dan angka berikutnya kita beri simbol 10. Selanjutnya kita
menghitung dari 11 hingga 19 dan angka selanjutnya ditulis 20. Sistem angka seperti di atas
disebut sistem desimal.
Elektronika digital bekerja dengan logika biner, sehingga hanya dapat bekerja dengan dua
nagka saja, yaitu 0 dan 1. Dikatakan sistem yang digunakan mempunyai basis 2 dan disebut
sistem bilangan biner. Oleh karena bilangan biner tak mudah diingat, maka pada komputer

Pengukuran Elektronika Halaman 36


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

orang menggunakan sistem bilangan yang dekat dengan sistem bilangan, yaitu: sistem
bilangan oktaf dengan basis 8 dan sistem bilangan heksadesimal dengan basis 16. Dalam
kegiatan ini hanya dibahas sistem bilangan biner.
Seperti dikemukakan di depan, sistem bilangan biner hanya menggunakan dua angka
dasar, yaitu: 0 dan 1. Kedua angka ini disebut bit (binary digit). Dengan menggunakan 3 bit
kita dapat membentuk angka biner, yaitu seperti pada tabel berikut:

Biner Desimal

000 0

001 1

010 2

011 3

100 4

101 5

110 6

111 7

Untuk membedakan angka 110 biner dengan 110 desimal, maka angka 110 biner ditulis
1102 dan 110 desimal ditulis 11010. Secara umum dapat dikatakan bahwa dengan
menggunakan bilangan biner n bit kita dapat bentuk 2n buah bilangan biner. Suatu bilangan
desimal 13410, misalnya diartikan sebagai 100+30+ 4=1 x 10 2+3 x 10 1+ 4 x 1 00 sejajar
dengan ini suatu bilangan biner 5 bit

1100 12=1 x 2 4+ 1 x 23+ 0 x 22+ 0 x 21 +1 x 20

¿ 1 610+ 810+ 110=25 10

Suatu bilangan desimal dapat diubah menjadi biner dengan cara seperti pada contoh
berikut. Misalnya kita ingin mengubah bilangan 8910 menjadi bentuk biner. Angka 8910 terus
kta bagi dengan 2 cara dan sisanya akan menghasilkan bilangan biner bila dibaca dari bawah.
Sehingga kita peroleh: 8910 = 10110012. Untuk memeriksa apakah ini betul, angka biner
kita ubah lagi menjadi angka desimal:

101100 12=1 x 26 +0 x 25+1 x 2 4 +1 x 23+ 0 x 22 +0 x 21 +1 x 20

¿ 64+ 0+16+6+ 0+0+1=8 910

Cara lain untuk menyatakan bilangan desimal secara biner, adalah dengan mengubah trap
angka desimal, dengan bilangan biner 4 bit. Sebagai contoh angka 175 angka 5 dinyatakan
denan 0101, angka 7 dengan 0111, dan angka 1 dengan 0001, maka bilangan 175 10 = 0001
0111 0101. Cara ini disebut kode BCD (Binary Coded Decimal). Jadi 17510 = 000101110101
BCD. Kode ini banyak digunakan pada rangkaian pencacah (counter). Bilangan biner dapat
dijumlahkan, dikalikan dan dikurangkan seperti pada bilangan desimal. Pada penjumlahan

Pengukuran Elektronika Halaman 37


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

sebelah kanan, kita telah menggunakan sifat penjumlahan biner 1+1=0 beserta suatu bawaan
(carry).

3.3. Rangkaian Digital

3.3.1. Gerbang Logika Dasar


Terdapat beberapa gerbang logika yang digunakan dalam dalam elektronika digital, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:

3.3.1.1. Rangkaian Gerbang Logika Kombinasional

Rangkaian Gerbang logika Kombinasional dipakai dipakai pada rangkaian Adder,  rangkaian
adder ini banyak dipakai dalam aritmatika yang menjadi dasar dari ALU (Arithmatic and
Logical unit) atau yang merupakan otak dari sistem mikro komputer.

A. Rangkaian Half Adder (2 bit)

Ini adalah rangkain dasar dari rangkaian adder, rangkaiannya sebagai berikut :

Pengukuran Elektronika Halaman 38


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Rangkaian diatas diatas  adalah adalah rangkaian half  adder 1 bit, rangkaian diatas berfungsi
untuk menjumlahkan sebanya satu bit,  misalnya pada masukan A berlogika 1 dan B
berlogika 1, maka keluarannya adalah 10, CO (Carry out) bisa dipakai jika rangkaian ini akan
dikembangkan menjadi lebih dari 2 bit.

B. Rangkaian Full Adder

Rangkaian Full adder adalah sebagai berikut :

Dalam rangkaian diatas, merupakan penyempurnaan dari Half adder, sehinnga pada
rangkaian ini dapat dapat menyertakan Carry out dari dari penjumlahan sebelumnya, dengan
adanya Carry in maka rangkaian diatas dapat dikembankan menjadi lebih dari 1 bit masukan,
bisa 8bit, 16bit, dll.

Pengukuran Elektronika Halaman 39


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

3.3.1.2. Rangkaian Gerbang Logika Sekuensial

Rangkaian Gerbang Logika sekuensial adalah suatau rangkaian yang keluarannya


dipengaruhi oleh logika masukan sebelumnya (Waktu sebelumnya).

Rangkaian Gerbang Logika Sekuensial adalah sebagai berikut :


A. Flip – Flop RS

B. D Flip – Flop

Pengukuran Elektronika Halaman 40


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

C. Flip – Flop JK

3.3.2. Timer 555


Fungsi dari IC555 dapat menghasilkan sinyal pendetak/sinyal kotak. bagaimana kreativitas
kita untuk merangkainya, fungsi IC 555 bisa digunakan untuk beberapa fungsi diantaranya
adalah sebagai clock untuk jam digital, hiasan menggunakan lampu LED, menyalakan 7-
segment dengan rangkaian astable, metronome dalam industry music, timer counter, atau
dengan lebih dalam mengutak-atik lagi dapat memberikan PWM (pulse width modulation)
yang mengatur frekuensi sinyal logika high untuk mengatur duty cycle yang diinginkan.

Tentunya dalam melakukan/membuat sebuah rangkaian agar dapat berfungsi sebagaimana


mestinya alangkah baiknya kita memahami fungsi dari masing-masing kaki IC 555 tersebut.
Fungsi kaki IC 555 tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Pin 1(Ground). Adalah titik referensi untuk seluruh sinyal dan tegangan pada rangkaian
555, baik rangkaian intenal maupun rangkaian eksternalnya.
2. Pin 2(Trigger). Untuk membuat output high, ini terjadi pada saat level tegangan pin trigger
dari High menuju < 1/3 Vcc 

Pengukuran Elektronika Halaman 41


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

3. Pin 3(Output). Output mempunyai 2 keadaan, High dan Low 


4. Pin 4(Reset). Saat low, pin 4 akan reset. Pada saat reset, output akan Low. Supaya bisa
bekerja, pin 4 harus diberi High. 
5. Pin 5(Voltage Control). Jika diberi tegangan, maka level tegangan threshold akan berubah
dari 2/3 Vcc menjadi V5. Level tegangan trigger akan berubah dari 2/3 Vcc menjadi V5 
6. Pin 6(Threshold). Untuk membuat output Low, terjadi pada saat tegangan pin 6 dari Low
menuju > 1/3 Vcc
7. Pin 7(Discharge). Output Low, pin 7 akan Low Impedance. Output High, pin 8 akan High
Impedance.
8. Pin 8 (Vcc). Pin ini untuk menerima supply DC voltage yang diberikan. Biasanya akan
bekerja jika diberi tegangan 5 –12V(maksimum 18 V).

IC 555 dapat dioperasikan dalam tiga mode,


yaitu: astable, monostable dan bistable.
Untuk mode astable, IC 555 akan berfungsi
sebagai osilator yang menghasilkan
gelombang persegi dengan frekuensi berikut:

1.4
f=
( R1 +2 R 2 ) × C1

T m=0.7 × ( R1 + R2 ) ×C1
T s=0.7 × R2 × C1

Perbandingan antara Ts dengan Tm


dinamakan dengan duty cycle yang
dinyatakan dalam persen (%).

3.3.3. Counter

Pengukuran Elektronika Halaman 42


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Setelah mengetahui tentang pintu-pintu logika dan timer kini kita siap untuk membahas
komponen digital yang canggih, yaitu counter atau pencacah. Pencacah terbuat dari beberapa
buah flip-flop yang dihubungkan dengan cara tertentu.
Pada dasarnya pencacah dilakukan secara linier, namun dengan rangkaian decoder yang
akan kita bahas pada kegiatan belajar 3,kita dapat membuat agar mencacah dengan bacic
bilangan 10. Pencacah digunakan untuk mencacah pulsa yang samapai pada masukkannya.
Apabila jangka waktu antara satu pulsa dengan yang berikutnya selalu membuat rangkaian
yang mengubah suatu isyarat analog menjadi pulsa-pulsa seperti diatas. Dengan cara ini kita
dapat memperagakan nilai suatu besaran analogmisalnya nilai tegangan secara digital.

Kita juga dapat memakai pencacah untuk mencacah kejadian misalnya mengunjungi
pameran, jumlah pel yang masuk total, atau apa saja. Penggunaan lain adalah untuk membagi
frekuensi suatu isyarat. Kita akan mulai dengan membahas pencacah linier yang dibuat dari
beberapa flip-flop, kenudian kita bahas IC pencacah TTL, pencacah asinkron dan pencacah
sinkron dan terakhir kita bahas pencacah CMOS. Flip-flop dapat digunakan untuk mencacah
pulsa. Cara paling sederhana untuk mencacah pulsa adalah dengan menggunakan flip-flop T
(toggle). Flip-flop ini dapat dirakit dengan menggunakan flip-flop JK atau flip-flop atau flip-
flop D. Salah satu aplikasi dari pencacah adalah stop watch digital.

4. Tugas Praktikum

4.1.

Pengukuran Elektronika Halaman 43


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

5. Ringkasan Praktikum
(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)

Referensi:
 Modul Praktikum Elektronika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika ITB.
 Sutrisno. Elektronika Jilid 1. Penerbit ITB.
 Sutrisno. Elektronika Jilid 2. Penerbit ITB.

PRAKTIKAN NILAI ASISTEN


Nam
a
NIM

Pengukuran Elektronika Halaman 44


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Modul Praktikum 1.5


SISTEM MIKROKONTROLER

6. Tujuan Praktikum
Setelah selesai melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan:
6.1. Memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan mikroprosesor, mikrokomputer dan
mikrokontroler.
6.2. Mampu merangkai sistem minimum (sismin) mikrokontroler.
6.3. Mampu meng-interface sismin dengan LCD.
6.4. Mampu meng-interface sismin dengan PC.
6.5. Mampu meng-interface sismin dengan RTC.
6.6. Mampu meng-interface sismin dengan sensor.
6.7. Menguasai pemrograman untuk komunikasi antar mikroprosesor.
6.8. Mampu membuat kapasitansi meter.

7. Alat dan Komponen

7.1. Multimeter 7.6. Personal Computer


7.2. Protoboard 7.7. LCD
7.3. Baterai 7.8. Penakar Hujan
7.4. Catu Daya 7.9. Mikrokontroler
7.5. Downloader 7.10. IC 232

8. Teori Dasar

8.1. Mikroprosesor, Mikrokomputer dan Mikrokontroler


Setiap komputer yang kita gunakan didalamnya pasti terdapat mikroprosesor.
Mikroprosesor dikenal juga dengan sebutan CPU (Central Processing Unit) atau unit
pengolahan pusat. CPU adalah pusat dari proses perhitungan dan pengolahan data yang
terbuat dari sebuah lempengan yang disebut chip. Chip sering disebut juga dengan IC
(Integrated Circuit), bentuknya kecil, terbuat dari lempengan silikon dan bisa terdiri dari 10
juta transistor. Mikroprosesor pertama adalah Intel 4004 yang dikenalkan tahun 1971, tetapi
kegunaan mikroprosesor ini masih sangat terbatas, hanya dapat digunakan untuk operasi
penambahan dan pengurangan. Mikroprosesor pertama yang digunakan untuk komputer di
rumah adalah Intel 8080, merupakan komputer 8 bit dalam satu chip yang diperkenalkan pada
tahun 1974. Tahun 1979 diperkenalkan mikroprosesor baru yaitu 8088. Mikroprosesor 8088
mengalami perkembangan menjadi 80286, berkembang lagi menjadi 80486, kemudian
menjadi Pentium, yaitu Pentium I, II, III hingga IV.

Munculnya terminologi komputer sebenarnya berawal dari kebutuhan akan suatu alat
yang dapat dijalankan secara otomatis, memiliki kemampuan untuk mengerjakan hal yang
diinginkan. Perkembangan teknologi semikonduktor, dengan diawali penemuan transistor,

Pengukuran Elektronika Halaman 45


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

telah membawa kemajuan teknologi elektronika kepada penemuan sebuah alat canggih yang
dinamakan komputer.

Bila sebuah komputer dibangun dalam sebuah PCB tunggal maka disebut dengan
mikrokomputer atau minikomputer. Sebuah mikroprosesor yang digabungkan dengan I/O
dan memori akan membentuk sebuah sistem mikrokomputer. Terilhami dengan CPU yang
dapat dikonstruksi dalam sebuah single chip semiconductor, maka sebuah mikroprosesor, I/O
dan memori dapat pula dibangun dalam level chip. Konstruksi ini menghasilkan SCM (Single
Chip Microcomputer). SCM inilah yang disebut sebagai mikrokontroler.

Secara singkat, mikrokontroler adalah mikroprosesor yang dikhususkan untuk


instrumentasi dan kendali. Mikrokontroler dapat digunakan untuk mengendalikan motor,
misalnya pengaturan pengapian dan injeksi bahan bakar pada kendaraan bermotor.
Mikrokontroler juga dapat diaplikasikan sebagai pengendali pada suatu sistem sensor,
misalnya sensor suhu, kelembaban, tekanan udara dan besaran-besaran fisis lainnya.

8.2. Sistem Komputer

Berbicara mengenai mikrokontroler maka tidak terlepas dari bagaimana sebuah sistem
komputer itu bekerja. Seperti halnya sebuah sistem komputer yang sederhana, mikrokontroler
terdiri dari beberapa komponen pendukung diantaranya: mikroprosesor atau CPU (Central
Processing Unit), I/O (Input/Output), clock, memori dan program. Gambar 3.1 berikut ini
adalah skema sederhana dari sebuah sistem komputer.

Gambar 3.1 Skema sederhana sebuah sistem komputer.

8.2.1. Central Processing Unit


Mikroprosesor atau CPU (Central Processing Unit) merupakan komponen terpenting di
dalam sebuah sistem komputer. Karena seluruh proses komputasi (perhitungan dan
pengolahan data) diatur oleh perangkat ini. Dengan kata lain, CPU-lah yang bertugas

Pengukuran Elektronika Halaman 46


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

mengeksekusi instruksi-instruksi yang telah dibuat oleh seorang programmer. Secara


sederhana, ketika sebuah program atau urutan instruksi dijalankan, maka CPU akan membaca
input, kemudian mengolahnya sesuai dengan instruksi yang dijalankannya,
mengkoordinasikan dengan perangkat-perangkat lainnya dan kemudian mengeluarkan
hasilnya pada perangkat output.

Di dalam CPU dikenal istilah register. Register adalah sarana memori yang kecil dan
dapat menahan serta mentransfer data. Tiap-tiap register terdiri dari sel-sel biner yang
menyimpan bit-bit data. Jumlah bit yang dapat disimpan register menandakan panjang data
yang dapat ditangani oleh komputer tersebut.

8.2.2. Input/Output
Perangkat input seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas (switch, keypad dan
sensor) berfungsi menghubungkan dunia luar dengan sebuah sistem komputer. Pada sebuah
PC (Personal Computer), perangkat ini diwakili oleh keyboard, mouse, joystick dan beberapa
komponen lain yang mana semakin hari semakin bervariasi jenisnya sesuai dengan semakin
berkembangnya kemajuan di bidang komputer. Demikian halnya dengan mikrokontroler,
perangkat input yang sering digunakan mungkin lebih sederhana, seperti: switch, keypad dan
sensor. Sebagian besar input mikrokontroler berupa input digital.

Input yang bernilai < 0.9 Volt didefinisikan sebagai logika 0 (low), sedangkan input
yang bernilai > 2 Volt didefinisikan sebagai logika 1 (high). Logika ini disebut dengan
logika TTL (Transistor-Transistor Logic). Sistem digital bekerja menggunakan logika TTL.
Untuk input berupa besaran analog harus diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk besaran
digital. Oleh karena itulah beberapa mikrokontroler perlu ditambahkan fasilitas ADC
(Analog to Digital Converter), baik di dalam maupun di luar sistem mikrokontroler. ADC
sangat berguna terutama ketika kita membaca input dari sensor, karena sebagian besar output
sensor berupa besaran analog.

Perangkat output berfungsi menghubungkan atau mengeluarkan apa yang telah diproses
di dalam sistem komputer ke dunia luar. Pada sebuah PC, perangkat ini umumnya berupa
monitor atau layar CRT (Cathode Ray Tube). Sedangkan pada sebuah sistem mikrokontroler
perangkat output jauh lebih sederhana lagi, yaitu: lampu LED, bel (beeper), relai (relay) dan
layar LCD (Liquid Crystal Diode). Beberapa perangkat tersebut masih berupa besaran digital.
Namun beberapa aplikasi terkadang memerlukan output berupa besaran analog dari sebuah
mikrokontroler. Oleh karena itulah perlu ditambahkan perangkat DAC (Digital to Analog
Converter) pada sistem mikrokontroler.

8.2.3. Clock
Dalam menjalankan fungsinya sebuah sistem komputer memerlukan sebuah osilator
clock yang berfungsi memicu CPU berjalan dari satu langkah ke langkah berikutnya
berdasarkan urutan tertentu. Satu clock dapat diartikan sebagai satu satuan waktu terkecil
dalam sebuah sistem komputer. Fungsi clock dalam sebuah sistem komputer dapat
dibayangkan sebagai ketukan (metronome) dalam sebuah orkestra.

8.2.4. Memori
Memori merupakan perangkat penyimpan program dan data hasil olahan sebuah sistem
komputer. Dalam sebuah sistem komputer dikenal dua macam memori, yaitu:

Pengukuran Elektronika Halaman 47


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

 ROM (Read Only Memory)


ROM digunakan untuk menyimpan program atau data yang sifatnya permanen dan
tidak hilang jika power dimatikan (non volatile).

 RAM (Random Acces Memory)


RAM digunakan untuk menyimpan data yang sifatnya sementara atau sebagai tempat
menampung hasil perhitungan sementara (intermediate calculation). Karena sifatnya
sementara, maka datanya akan hilang jika power dimatikan (volatile).

Jika dilihat dari isi memori, maka memori dibagi menjadi dua, yaitu: memori program
dan memori data. Memori program berisi program yang harus dieksekusi setiap saat oleh
sebuah CPU. Sedangkan memori data dialokasikan untuk menyimpan data, baik dari input
maupun dari hasil perhitungan sementara.

Satuan terkecil dari sebuah memori disebut bit, yang hanya mampu menyimpan satu
buah logika 1 (high) atau logika 0 (low). Jika data ini dikelompokkan menjadi urutan data
sebesar 8 bit, maka disebut byte. Untuk sistem yang lebih besar biasanya tersusun dari
rangkaian 16 bit sampai 32 bit data, yang lebih dikenal dengan istilah word.

8.2.5. Program
Sebuah program pada Gambar 3.1 diwakili dengan bentuk sebuah awan. Hal ini karena
program itu sendiri tak lain adalah hasil imajinasi dan kreasi atau kreatifitas seorang
programmer. Sebuah program merupakan sekumpulan instruksi yang tersusun berdasarkan
sebuah algoritma tertentu. Program ditulis berdasarkan bahasa tertentu tergantung dari
programmer. Namun pada akhirnya hanya urutan instruksi-instruksi dasar (instruction set)
yang bisa langsung dieksekusi oleh sebuah CPU. Program ini tersimpan dalam memori
program yang akan dieksekusi oleh CPU secara berkesinambungan.

8.3. Sistem Minimum Mikrokontroler


Sistem minimum (sismin) mikrokontroler adalah rangkaian elektronik minimum yang
diperlukan agar sebuah mikrokontroler dapat bekerja. Sismin ini dapat dihubungkan dengan
rangkaian lain untuk menjalankan fungsi tertentu.

Pengukuran Elektronika Halaman 48


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 3.2 Sistem minimum mikrokontroler.

Sebuah mikrokontroler dapat bekerja jika dialiri tegangan dc minimum, yaitu dalam rentang
(range) 4.5 – 5.5 Volt. Mikrokontroler bisa terbakar jika diberi tegangan > 5.5 V DC. Oleh
sebab itu, sebelum dihubungkan dengan pin atau kaki VCC mikrokontroler, baterai atau catu
daya dipasangi dengan regulator tegangan 5 Volt (IC L7805). Regulator ini berfungsi dengan
baik jika dihubungkan dengan sumber dc dengan tegangan > 7.5 Volt. X-Tal atau kristal
berfungsi sebagai generator pulsa atau osilator bagi mikrokontroler tersebut.

8.4. Mikrokontroler AVR ATMega32


Jenis mikrokontroler dan perusahaan pembuatnya sangat banyak di pasaran. Kita perlu
mempertimbangkan beberapa hal dasar dalam memilih jenis mikrokontroler yang akan
digunakan, yaitu: low cost dan low volume. Low cost artinya seberapa besar biaya yang
nantinya harus kita keluarkan untuk membangun sistem dan mengaplikasikan dari jenis
mikrokontroler tersebut. Low volume artinya apakah fasilitas-fasilitas dan kefungsian yang
kita inginkan dapat terpenuhi oleh mikrokontroler tersebut dengan ukuran sekecil dan
sesederhana mungkin. Kedua hal ini harus kita kompromikan, karena secara ideal kedua hal
tersebut jarang dipenuhi sekaligus. Jadi intinya adalah seberapa jeli kita dalam memilih dan
mencari informasi mengenai produk-produk mikrokontroler yang ada di pasaran.
Mikrokontroler AVR RISC produksi ATMEL termasuk salah satu pilihan yang cukup bagus
berdasarkan kedua hal tersebut.

Mikrokontroler AVR RISC ini mempunyai keunggulan dalam hal efisiensi. Efisiensi
yang dimaksud adalah kecepatan eksekusi instruksi tiap detik yang biasa dikenal dengan
istilah MIPS (Million Instruction Per Second) terhadap konsumsi daya (power consumption)
yang digunakan. Dengan mikrokontroler jenis ini memungkinkan satu instruksi dieksekusi
cukup dengan satu clock. Karena pada jenis ini tidak dikenal istilah pembagi clock (clock
divider). Jika dibandingkan dengan beberapa jenis lainnya yang ada di pasaran (yang
umumnya mempunyai clock ratio 1:4 hingga 1:12), maka AVR akan lebih cepat dalam
mengeksekusi instruksi, yaitu sekitar 4 – 12 kali dengan osilator yang sama. Jadi secara teori,
jika AVR bekerja dengan 4 MHz maka kinerjanya akan sebanding dengan PIC yang bekerja
dengan frekuensi 16 MHz atau dengan mikrokontroler keluarga 8051 produksi Intel yang
Pengukuran Elektronika Halaman 49
DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

bekerja pada frekuensi 48 MHz. Dalam teknologi CMOS, konsumsi daya dari sebuah
perangkat kendali atau kontrol digital proporsional dengan besarnya frekuensi yang
digunakan.

Selain itu, semakin besar frekuensi yang digunakan maka semakin besar pula EMI
(Electro Magnetic Induction = induksi elektro magnetik) yang dihasilkan. Dan tentu saja di
dunia digital, hal ini sangat ditakuti dan perlu dihindari. Sehingga boleh dikatakan jika
dibandingkan dengan mikrokontroler lain dengan kecepatan yang sama, maka mikrokontroler
AVR jauh lebih kecil konsumsi daya serta resiko EMI-nya.

Pemrograman AVR dapat menggunakan low level language (assembly) atau high level
language (C language). Hal ini karena AVR mengadopsi arsitektur RISC (Reduction
Instruction Set Computer) dengan 32 register yang dapat digunakan sebagai accumulator.
Accumulator adalah register yang berfungsi dalam melakukan perhitungan aritmatika.
Dengan mengadopsi arsitektur RISC, proses pengkodean atau pemrograman dapat dilakukan
dengan lebih efisien. Efisien dalam segi ukuran kode dan kecepatannya. Persyaratan inilah
yang cocok dalam pemrograman, baik bahasa tingkat tinggi maupun bahasa tingkat rendah.
Beberapa mikrokontroler yang ada di pasaran hanya cocok untuk pemrograman dengan
menggunakan bahasa tingkat rendah (assembly). Sebagian besar mikrokontroler di pasaran
berarsitektur CISC (Complex Instruction Set Computer).

Keluarga ATMega produksi ATMEL merupakan mikrokontroler AVR yang sudah


beredar di pasaran dan memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Salah satu kelebihan dari
keluarga ATMega ini dibandingkan dengan produk lain yang sudah beredar di pasaran adalah
adanya 8 kanal (channel) ADC (Analog to Digital Converter). Fasilitas ini diberikan untuk
mengakomodir akan kebutuhan input analog. Jadi dengan adanya fasilitas ini, kita tidak perlu
lagi menambahkan perangkat ADC lagi di luar sistem mikrokontroler (ADC eksternal). Dan
secara tidak langsung hal ini akan mengurangi biaya, ukuran dan tentu saja waktu.

Setelah diperoleh jenis mikrokontroler yang memenuhi pertimbangan low cost dan low
volume, langkah selanjutnya adalah memilih anggota keluarga mikrokontroler tersebut yang
sesuai dengan fasilitas yang kita miliki. Fasilitas yang dimaksud adalah jenis solder dan
development board. Solder yang kita gunakan adalah jenis manual. Solder manual banyak
dijumpai di pasaran, tetapi hanya mampu menyolder komponen-komponen elektronik yang
berdiameter > 0.8 mm dan jarak antar kaki komponen > 2.54 mm. Anggota keluarga
ATMega yang cocok dengan penyolderan manual adalah mikrokontroler dengan jumlah kaki
40 dan 44 pin. Akan tetapi, development board mikrokontroler 44 pin jarang ada di pasaran.
Anggota keluarga ATMega yang berkaki 40 pin antara lain ATMega8535, ATMega16 dan
ATMega32.

Konfigurasi pin dan fasilitas yang dimiliki dari ketiga mikrokontroler tersebut hampir
sama. Namun demikian, ketiganya memiliki ukuran memori yang berbeda seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Perbandingan ukuran memori mikrokontroler


AVR ATMega berkaki 40 pin.

Memori
No. Mikrokontroler Flash EPROM SRAM EEPROM
1. ATMega8535 8 Kbyte 512 byte 512 byte

Pengukuran Elektronika Halaman 50


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

2. ATMega16 16 Kbyte 1 Kbyte 512 byte


3. ATMega32 32 Kbyte 2 Kbyte 1024 byte

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa mikrokontroler AVR ATMega32 memiliki ukuran
memori (baik Flash EPROM, SRAM maupun EEPROM) terbesar dibandingkan dua anggota
keluarga ATMega yang lain.

8.5. Pemrograman Mikrokontroler


Terdapat beberapa cara yang dapat ditempuh untuk memrogram mikrokontroler. Cara-
cara tersebut didasarkan pada perangkat lunak (software) yang digunakan pada PC (Personal
Computer), yaitu:
1. Menggunakan software AVR Studio yang berbasis pada bahasa assembly.
2. Menggunakan software BASCOM (Basic Compiler) yang berbasis pada bahasa basic.
3. Menggunakan software CV AVR (Code Vision AVR) yang berbasis pada bahasa C.
Kita menggunakan cara yang ketiga dengan pertimbangan bahwa CV AVR memiliki
keunggulan dari segi bahasa dan fasilitas. Dari segi bahasa, CV AVR menggunakan bahasa C
yang merupakan bahasa tingkat tinggi sehingga akan memudahkan kita dalam
mengembangkan algoritma. Dari segi fasilitas, CV AVR dilengkapi dengan generator
program otomatis (automatic program generator) yang berfungsi sebagai pembangkit kode
program untuk inisialisasi interface antara mikrokontroler dengan berbagai devais secara
otomatis sehingga mempercepat proses pemrograman.

Code Vision AVR merupakan software In-System Programmer AVR yang


memungkinkan transfer program dari PC ke mikrokontroler secara otomatis (setelah proses
kompilasi berhasil). Dalam pemrograman dengan software ini, kita memerlukan perangkat
keras (hardware) tambahan yang bernama downloader. Downloader adalah pengunduh
program dari PC untuk disimpan pada Flash EPROM mikrokontroler. CV AVR kompatibel
dengan berbagai macam downloader, yaitu:
 STK500/AVRISP/AVRProg
 Kanda Systems STK200+/300
 Dontronics DT006
 Vogel Elektronik VTEC-ISP
 Futurlec JRAVR
 MicroTronics ATCPU/Mega2000

Gambar 3.3 DT Hi-Q AVR ISP Gambar 3.4 DT Hi-Q AVR USB ISP
(Sumber: http://www.innovativeelectronics.com)

Pengukuran Elektronika Halaman 51


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Kita menggunakan DT Hi-Q AVR ISP produksi Innovative Electronics yang merupakan
Kanda Systems STK200+/300. Innovative Electronics juga menyediakan development board
sebagai tempat mikrokontroler yang akan diisi atau di-download-kan program dari PC
melalui downloader. Development board yang kita gunakan adalah DT-AVR Low Cost
Micro System yang kompatibel dengan mikrokontroler AVR dari keluarga ATMega 40 pin.

Gambar 3.5 DT-AVR Low Cost Micro System


(Sumber: http://www.innovativeelectronics.com)
8.6. Konfigurasi Pin ATMega32
ATMega32 merupakan sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan
maksimal 16 MHz yang memiliki konfigurasi pin seperti pada Gambar 3.6. Dari gambar
tersebut dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega32 sebagai berikut:
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya
2. GND merupakan pin ground.
3. Port A (PA0 .. PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.
4. Port B (PB0 .. PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu:
Timer/Counter, komparator analog dan SPI.
5. Port C (PC0 .. PC7) merupakan pin I/O dua arah.
6. Port D (PD0 .. PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu: interupsi
eksternal dan UART.
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

Pengukuran Elektronika Halaman 52


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 3.6 Konfigurasi pin ATMega32

8.7. Komunikasi Antar Mikroprosesor


Saat ini mikroprosesor digunakan dalam berbagai peralatan mulai dari mainan anak-
anak, mesin cuci, mesin fotokopi, handphone hingga media penyimpan seperti SD (Secure
Digital) Card. Beberapa mikrokontroler dilengkapi dengan fasilitas untuk komunikasi antar
mikroprosesor yang salah satu diantaranya adalah ATMega32. Fasilitas tersebut bernama SPI
yang merupakan kependekan dari Serial Pheripheral Interface. SPI memungkinkan
komunikasi sinkron berkecepatan tinggi antar mikrokontroler ATMega32 atau antara
ATMega32 dengan perangkat lain yang mendukung aplikasi multiprosesor.

Antarmuka (interface) tersebut memungkinkan sebuah perangkat master berhak


memulai dan mengendalikan komunikasi. Perangkat lain yang menerima dan mengirimkan
data kembali ke master disebut slave.

Gambar 3.7 Register geser master dan slave ketika belum ada pulsa.

Gambar 3.8 Master menghasilkan pulsa pertama.

Pengukuran Elektronika Halaman 53


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 3.9 Master menghasilkan pulsa kedua.

Gambar 3.10 Master menghasilkan pulsa kelima.

Gambar 3.11 Master menghasilkan pulsa terakhir.

Inti dari komunikasi SPI adalah register geser 8 bit pada kedua piranti master dan slave,
serta sinyal clock yang dibangkitkan oleh master. Misalnya, master ingin mengirimkan data
A ke slave dan dalam waktu yang sama master menerima data B dari slave. Sebelum
memulai komunikasi SPI, master meletakkan data A ke shift registernya dan B juga
meletakkan data B di shift register. Selanjutnya, master membagkitkan 8 pulsa clock sehingga
data pada shift register master ditransferkan ke shift register slave dan sebaliknya. Pada akhir
pulsa, clock master telah menerima data B dan slave telah menerima data A. Oleh karena data
diterima pada saat yang sama, maka SPI termasuk dalam komunikasi full duplex.

Gambar 3.12 SPI dengan satu master dan satu slave.


(Sumber: http://www.mikroe.com)

Pengukuran Elektronika Halaman 54


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Komunikasi dengan SPI membutuhkan empat jalur sinyal, yaitu:


1. SCK (Serial Clock)
Sinyal clock yang menggeser bit yang hendak dituliskan ke dalam register geser terima
AVR lain, dan menggeser bit yang hendak dibaca dari register geser kirim AVR lain.
2. MOSI (Master Out Slave In)
Sinyal bit data serial yang hendak dituliskan dari master ke slave.
3. MISO (Master In Slave Out)
Sinyal bit data serial yang hendak dibaca dari slave ke master.
4. SS (Slave Select)
Sinyal untuk memilih dan mengaktifkan slave.

SPI memungkinkan komunikasi dengan beberapa slave dengan satu master. Cara master
memilih slave yang diinginkan untuk berkomunikasi adalah menggunakan pin SS. Jika pin
SS diset pada logika high, maka pin SPI slave berfungsi sebagai normal input dan tidak akan
menerima data SPI masuk. Di lain pihak, apabila pin SS berlogika low, maka SPI akan aktif.
Pada konfigurasi master, pin SS harus diset sebagai output atau dapat berupa input, tetapi
harus berlogika high.

Gambar 3.13 SPI dengan satu master dan tiga slave.


(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki)
9. Eksperimen
9.1. Merangkai Sistem Minimum Mikrokontroler AVR ATMega32
Rangkailah sistem minimum mikrokontroler seperti pada Gambar 3.2 pada
protoboard.

9.2. Interfacing Sismin dengan LCD


9.2.1. Hubungkanlah LCD ke pin-pin ATMega32 seperti ditunjukkan oleh gambar
berikut:

Pengukuran Elektronika Halaman 55


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 4.1 Interfacing ATMega32 dengan LCD.

9.2.2. Jalankan program Code Vision AVR dengan cara mengklik ikonnya pada
desktop PC.
9.2.3. Pada Toolbar, klik File ⟶Close All.
9.2.4. Kemudian Klik File ⟶ New, maka akan muncul Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Dialog project baru

9.2.5. Pilih Project kemudian klik OK, maka akan muncul Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Dialog konfirmasi


9.2.6. Klik Yes pada dialog konfirmasi. Selanjutnya akan muncul Gambar 4.4.

Pengukuran Elektronika Halaman 56


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 4.4 Konfigurasi Chip Gambar 4.5 Konfigurasi LCD

9.2.7. Pada tab Chip terdapat isian Chip dan Clock, atur agar Chip: Atmega32 dan
Clock: 4.000000 MHz.
9.2.8. Setelah selesai mengkonfigurasi chip, pilih tab LCD seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 4.5.
9.2.9. Atur LCD Port: PORTA dan Chars/Line: 16 seperti pada Gambar 4.6.
9.2.10. Simpan konfigurasi dengan mengklik File ⟶ Generate, Save and Exit seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.7.
9.2.11. Simpan di D:\AKADEMIK\instrumentasi meteorologi\Latihan Program dengan
nama lcd_praktikan, maka akan muncul baris-baris kode berikut ini:

#include <mega32.h>

#asm

.equ __lcd_port=0x1B ;PORTA

#endasm

#include <lcd.h>

void main(void)

Pengukuran Elektronika Halaman 57


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

PORTA=0x00;

DDRA=0x00;

PORTB=0x00;

DDRB=0x00;

PORTC=0x00;

DDRC=0x00;

PORTD=0x00;

DDRD=0x00;

TCCR0=0x00;

TCNT0=0x00;

OCR0=0x00;

TCCR1A=0x00;

TCCR1B=0x00;

TCNT1H=0x00;

TCNT1L=0x00;

ICR1H=0x00;

ICR1L=0x00;

OCR1AH=0x00;

OCR1AL=0x00;

OCR1BH=0x00;

OCR1BL=0x00;

ASSR=0x00;

TCCR2=0x00;

TCNT2=0x00;

OCR2=0x00;

Pengukuran Elektronika Halaman 58


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

MCUCR=0x00;

MCUCSR=0x00;

TIMSK=0x00;

ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;

lcd_init(16);

while (1)

// Place your code here

};

Pada bagian // Place your code here, silahkan anda ketikkan kode-kode di bawah
ini:

lcd_clear();
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_putsf("PRAKTIKUM ....");
lcd_gotoxy(1,0);
lcd_putsf("INST.METEOROLOGI");

9.2.12. Lakukan konfigurasi project (proyek) dengan mengklik Project ⟶ Configure,


maka akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4.8. Klik tab After Build dan
centang Program the Chip.
9.2.13. Compile dan Build the project. (Lihat di Gambar 4.9)
9.2.14. Setelah itu akan muncul tampilan, silahkan anda klik tombol Program.

Pengukuran Elektronika Halaman 59


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 4.6 Konfigurasi LCD Gambar 4.7 Simpan konfigurasi

Gambar 4.9 Tombol Compile dan


Build the project

Pengukuran Elektronika Halaman 60


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 4.8 Konfigurasi Proyek


9.3. Interfacing Sismin dengan penakar hujan
9.3.1. Hubungkanlah keluaran penakar hujan ke pin-pin ATMega32 seperti
ditunjukkan oleh gambar berikut:

Gambar 4.10 Interfacing ATMega32 dengan Penakar Hujan.

9.3.2. Lakukan kembali langkah 4.2.3 s/d 4.2.7.


9.3.3. Aktifkan Counter 0 dengan cara mengatur pilihan pada tab Timers seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.11.

Pengukuran Elektronika Halaman 61


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

Gambar 4.11 Konfigurasi Counter 0.


9.3.4. Lakukan kembali langkah 4.2.10 s/d 4.2.14.

9.4. Perancangan Kapasitansi Meter


Kapasitansi meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kapasitansi listrik suatu
bahan. Kapasitansi meter sangat berguna pada aplikasi sensor kapasitif. Berbagai macam
metode pengukuran kapasitansi menggunakan mikrokontroler sudah banyak dilakukan oleh
orang. Kita akan menggunakan metode integrasi waktu untuk mengukur kapasitansi suatu
bahan. Silahkan anda mencari informasi mengenai cara mengukur kapasitansi suatu
benda/bahan menggunakan metode integrasi waktu.

10. Tugas Praktikum


10.1. Buatlah diagram alir (flowchart) dari program pada Eksperimen 4.2 !
10.2. Buatlah diagram alir (flowchart) dari program pada Eksperimen 4.3 !
10.3. Gambar rangkaian interfacing sismin dengan PC beserta flowchart programnya !
10.4. Gambar rangkaian interfacing sismin dengan RTC beserta flowchart programnya !
10.5. Gambar rangkaian kapasitansi meter beserta flowchart programnya !

11. Tugas Pendahuluan

11.1. Jelaskanlah perbedaan antara mikroprosesor, mikrokomputer, mikrokontroler dan


komputer !
11.2. Jelaskanlah persamaan antara sistem komputer dengan sistem mikrokontroler !
11.3. Apakah yang dimaksud dengan sistem mikrokontroler ?
11.4. Apakah yang dimaksud dengan register itu ?
11.5. Jelaskanlah perbedaan antara Flash EPROM, SRAM dan EEPROM !
11.6. Apakah keunggulan ATMega32 dibandingkan dengan jenis mikrokontroler lain ?
11.7. Bagaimanakah cara anda memrogram sebuah mikrokontroler ?
11.8. Jelaskanlah perbedaan antara downloader dan development board !
11.9. Apakah yang dimaksud dengan I/O, ADC, SPI, LCD, PC, RTC, UART, Timer dan
Counter ?
11.10. Jelaskanlah prinsip kerja dari penakar hujan tipe tipping bucket !
11.11. Jelaskanlah prinsip kerja dari kapasitansi meter yang akan anda buat pada praktikum
modul ini !
11.12. Apakah yang dimaksud dengan metode integrasi waktu pada pengukuran kapasitansi
suatu benda/bahan ?

12. Tugas Karya

Buatlah suatu rangkaian kapasitansi meter menggunakan PCB (Printed Circuit Board)
Matrik beserta RAB (Rencana Anggaran Biaya). Jangan lupa juga untuk membuat
programnya agar kapasitansi meter yang anda buat dapat bekerja.

Pengukuran Elektronika Halaman 62


DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

13. Ringkasan Praktikum


(Tuliskan semua hal yang sudah anda pelajari pada praktikum ini secara singkat &
jelas)

Referensi:
 Sudjadi. 2005. Teori dan Aplikasi MIKROKONTROLER. Penerbit GRAHA ILMU.
 Wardhana. 2006. Belajar Sendiri Mikrokontroler AVR Seri ATMega8535. Penerbit ANDI.
 Atmel AVR Microcontroller Training Guide. Lab. Otomasi & Robotika Mesin ITB.
 Perkembangan Mikroprosesor. Mikroprosesor & Mikrokomputer Univ. Gunadarma.
 Getting Started with the CodeVisionAVR C Compiler.
 User Manual of CodeVisionAVR.

PRAKTIKAN NILAI ASISTEN


Nama
NIM

Pengukuran Elektronika Halaman 63

Anda mungkin juga menyukai