Anda di halaman 1dari 15

UU 32 Tahun 2004

Pasal 167
(2) . Perlindungan dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta
Mengembangkan sistem jaminan sosial.

Pasal 22
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan
nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
UU NOMOR 28 TAHUN 2002
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
Persyaratan Kesehatan
• Pasal 21
Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1)
meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan
bangunan gedung

• Pasal 24
(1) Sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 merupakan kebutuhan sanitasi
yang harus disediakan di dalam dan di luar bangunan gedung untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, pembuangan air kotor dan/atau air limbah, kotoran dan sampah,
serta penyaluran air hujan.
(2) Sistem sanitasi pada bangunan gedung dan lingkungannya harus dipasang sehingga
mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, tidak membahayakan serta tidak
mengganggu lingkungan.
(3) Ketentuan mengenai sistem sanitasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32/PERMEN/M/2006
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS KAWASAN SIAP BANGUN DAN
LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
33);
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2005
• Pasal 26
(1) Perencanaan pengembangan SPAM meliputi penyusunan rencana induk, studi kelayakan, dan/atau
perancangan teknik terinci.
(2) Rencana induk pengembangan SPAM disusun dengan memperhatikan:
a. rencana pengelolaan sumber daya air;
b. rencana tata ruang wilayah;
c. kebijakan dan strategi pengembangan SPAM;
d. kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat di
daerah/ wilayah setempat dan sekitarnya; dan
e. kondisi kota dan rencana pengembangannya.

• Pasal 78
(1) Penyelenggara SPAM yang berada di kota metropolitan atau kota-kota yang memiliki
kepadatan yang tinggi yang belum memiliki rencana induk sistem penyediaan air
minum yang terpadu dengan pembuangan air limbah secara terpusat dan sistem
pengelolaan persampahan wajib melengkapinya dalam jangka waktu paling lambat 1
Januari 2010.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2007
TENTANG
PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 12 TAHUN
2001 TENTANG IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

• Pasal 2
(1) Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang
bersifat
strategis berupa:
(2) Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
bersifat strategis berupa:
• air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh
• Perusahaan Air Minum sebagaimana dimaksud
• dalam Pasal 1 angka 1 huruf g; dan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2004
TENTANG
SUMBER DAYA AIR
Pasal 6
Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang
bersangkutan, yaitu:
a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategisnasional menjadi kewenangan Pemerintah.
b. wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;
c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan
sumber daya air kepada
pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang
ada belum
• Sejalan dengan Pasal
• 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang ini
• menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar
• kemakmuran rakyat secara adil. Atas penguasaan sumber daya air oleh negara dimaksud,
negara
• menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari dan
• melakukan pengaturan hak atas air. Penguasaan negara atas sumber daya air tersebut
diselenggarakan
• oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati
kesatuankesatuan
• masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, seperti hak ulayat masyarakat hukum
• adat setempat dan hak-hak yang serupa dengan itu, sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan
• perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
NOMOR 82 TAHUN 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN
PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
• Pasal 13
(1) Pemantauan kualitas air pada
a. sumber air yang berada dalam wilayah Kabupaten / Kota
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten / Kota;
b. sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah
Kabupaten / Kota dalam satu propinsi dikoordinasikan oleh
Pemerintah Propinsi dan dilaksanakan oleh masing-masing
Pemerintah Kabupaten / Kota;
c sumber air yang berada dalam dua atau lebih daerah
propinsi dan atau sumber air yang merupakan lintas batas
negara kewenangan pemantauannya berada pada
Pemerintah.
• Pasal 5
(1) Pemerintah dilakukan pengelolaan kualitas air lintas
propinsi dan atau lintas bataas negara.
(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan
kualitas air lintas Kabupaten / Kota.
(3) Pemerintah Kabupaten / Kota melakukan pengelolaan
kualitas air di Kabupaten / Kota.
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 20/PRT/M/2006
TENTANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL
PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
(KSNP-SPAM)
• Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan
1. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
yang selanjutnya
disingkat KSNP-SPAM, merupakan pedoman untuk pengaturan, penyelenggaraan,
dan
pengembangan sistem penyediaan air minum, baik bagi pemerintah pusat maupun
daerah, dunia
usaha, swasta dan masyarakat.
2. KSNP-SPAM meliputi uraian tentang visi dan misi pengembangan sistem
penyediaan air minum,
isu strategis, permasalahan, dan tantangan pengembangan SPAM, tujuan/ sasaran
serta kebijakan
dan strategi nasional pengembangan SPAM dengan rencana tindak yang diperlukan
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 197 TAHUN 2004
TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH KABUPATEN DAN DAERAH KOTA

• BAB II (STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP)


Pasal 2
(1) Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dalam menyelenggarakan pelayanan dasar kepada
masyarakat sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Bidang Lingkungan Hidup di
Daerah Kabupaten dan Daerah Kota yang terdiri dari jenis pelayanan indicator kinerja
dan nilai :
a. Pelayanan perlindungan sumber air:
1) Jumlah sumber air di hutan lindung yang dilindungi (100%)
2) Jumlah mata air di luar hutan lindung yang dilindungi (100%)
3) Jumlah kawasan tertentu yang ditetapkan sebagai kawasan penyangga (satu
kawasan)
b. Pelayanan pencegahan pencemaran air:
Jumlah usaha dan atau ke giatan menaati persyaratan administrative dan teknis
pengendalian pencemaran air (100%).
c. Pelayanan pemulihan pencemaran air pada sumber air:
Jumlah sumber air yang telah dipulihkan akibat pencemaran air (50%).
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 18/PRT/M/2007
TENTANG
PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN
SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
• Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air
yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau
tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung
diminum.
3. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan
produktif.
4. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM adalah satu kesatuan
sistem fisik (teknik) dan non-fisik dari prasarana dan sarana air minum.
5. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas
dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non-fisik (kelembagaan, manajemen,
keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih
baik.
NSPM Pengelolaan Perko
• Undang-undang No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, mengamanatkan
bahwa pengembangan dan pengelolaan sumber daya air harus mengikuti Norma,
Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM). Kemudian disusul dengan terbitnya
Instruksi Menteri PU No.2/IN/M/2005 tentang penerapan Standar,
Pedoman dan Manual dalam dokumen kontrak.
• Namun kenyataannya masih banyak temuan pada audit mutu konstruksi bangunan
air yang tidak mengikuti NSPM. Hal ini umumnya disebabkan kurang lengkapnya
informasi berbagai NSPM secara terstruktur berdasarkan jenis kegiatan atau
komponen bangunan air terkait.
Untuk memacu penerapan NSPM di tingkat pelaksana pembangunan, Pusat
Litbang SDA membuat Database NSPM-SDA yang merupakan kumpulan judul-judul
NSPM yang dibutuhkan untukberbagai jenis bangunan air dari mulai tahapan
kegiatan Survei, Investigasi, Desain, Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
(SIDKOP). Metodologi penyusunan Database NSPM–SDA adalah metode deskriptif
dalam menyusun list judul-judul NSPM untuk berbagai jenis bangunan air ataupun
tahapan prosesnya.

Anda mungkin juga menyukai