Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif
umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum
kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan
bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami
kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase
distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal
telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat
diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di
bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan
adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi
A. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel
usus) dimulai sebagai polop jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).
B. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi.
Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup
anemia yang tidak diketahu penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses hitam seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi
sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram,
penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya datah merah segar dalam feses.
Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap
C. Pertimbangan Gerontologi
Insidens karsinoma kolon dan rektum meningkat sesuai usia. Kanker ini biasanya ganas
pada lansia kecuali untuk kanker prostatik pada pria. Gejala sering tersembunyi. Keletihan
hampir selalu ada, akibat anemia defisiensi besi primer. Gejala yang sering dilaporkan oleh
Kanker kolon pada lansia berhubungan erat dengan karsinogen diet. Kekurangan serat
adalah faktor penyebab utama karena hal ini menyebabkan pasase feses melalui saluran
usus menjadi lama, sehingga terpajan karsinogen cukup lama. Kelebihan lemak diyakini
mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi senyawa yang mempunyai sifat
karsinogen.
D. Evaluasi Diagnostik
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rektal, prosedur diagnostik paling penting
untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema barium, proktosigmoidoskopi, dan
kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan
sigmoidoskopi dengan biopsi atau apusan sitologi. E. Pemeriksaan Antigen
Karsinoembrionik
karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker
kolon karena tidak semua lesi menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar
CEA dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada eksisi tumor komplet, kadar CEA yang
meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada tanggal
F. Penatalaksanaan Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah
dapat diberikan.
Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam pentahapan kanker
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk pendukung atau
terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup
Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon kelas C adalah
program 5-FU/ Levamesole. Pasien dengan kanker rektal Kelas B dan C diberikan 5-FU dan
pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik dari pembedahan,
dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor yang tidak dioperasi atau tidak
dapat disekresi, radiasi digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna. Alat
Data paling baru menunjukkan adanya pelambatan periode kekambuhan tumor dan
peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapat beberapa bentuk terapi
ajufan.
G. Komplikasi
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
H. Penatalaksanaan Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebnayakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat
diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur
yang baru dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus.
Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di kolon; massa tumor
kemudian di eksisi. Laser Nd: YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus
diindikasikan ntuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B serta lesi C. Pembedahan
kadang dianjurkan untuk mengatasi kakker koon kelas D. Tujuan pembedahan dalam situasi
ini adalah paliatif. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi
tidak dapat dilakukan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor.
Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut (Doughty & Jackson, 1993) :
a. Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus
pada
sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
b. Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen
(pengangkatan
tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
c. Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis serta reanastomosis
lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan usus sebelum
reseksi)
nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengang
makan atau defekasi); pola eliminasi terdahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau
dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus. Informasi tambahan mencakup
riwayat masa lalu tentang penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal; dan terapi
obat saat ini. Kebiasaan diet diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta
Pengkajian objektif adalah mencakup auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan
palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan utama mencakup
yang
berikut :
•
Konstipasi berhubungan dengan lesi obstruksi
•
Nyeri berhubungan dengan kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
•
Keletihan berhubungan dengan anemia dan anoreksia
•
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan mual dan
anoreksia
•
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
•
Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan dan diagnosis kanker
•
Kurang pengetahuan mengenai diagnosa, prosedur pembedahan dan perawatan
diri setelah pulang
•
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan insisi bedah (abdomen dan
perianal), pembentukan stoma, dan kontaminasi fekal terhadap kulit periostomal
•
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan kolostomi
Masalah Kolaborasi Komplikasi Potensial
Berdasarkan data pengkajian, komplikasi potensial dapat mencakup •
Infeksi intraperitoneal
•
Obstruksi usus besar komplet
•
Perdarahan / hemoragi GI
•
Perforasi usus
•
Peritonitis / abses / sepsis
informasi tentang diagnosis, prosedur pembedahan, dan perawatan diri setelah pulang,
adekuat, penggalian dan pengungkapan perasaan dan masalah tentang kolostomi serta
b. Menghilangkan Nyeri
Analgesik diberikan sesuai resep. Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan
meredupkan lampu, mematikan televisi atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon
bila diinginkan oleh pasien. Tindakan kenyamanan tambahan ditawarkan : Perubahan posisi,
Toleransi aktivitas pasien dikaji. Aktivitas diubah dan dijadwalkan untuk memungkinkan
periode tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien. Terapi
komponen darah diberikan sesuai resep bila pasien menderita anemia berat. Apabila
transfusi darah diberikan, pedoman keamanan umum dan kebijakan institusi mengenai
dipantau.
serta rendah residu diberikan pada periode praoperatif selama beberapa hari
untuk memberikan nutrisi adekuat dan meminimalkan kram dengan menurunkan peristaltik
berlebihan. Diet cair penuh dapat diberikan 24 jam sebelum pembedahan untuk menurunkan
bulk. Nutrisi parenteral total diberikan pada beberapa pasien untuk menggantikan penipisan
nutrien, vitamin dan mineral. Penimbangan berat badan harian dicatat dan dokter diberitahu
bila pasien terus mengalami penurunan berat badan pada saat menerima nitrisi parenteral.
Masukan dan haluaran mencakup muntah diukur dan dicatat, untuk menyediakan data
akurat tentang keseimbangan cairan. Masukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi
untuk mencegah muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. Cairan penuh atau jernih dapat
ditoleransi, atau pasien dipuasakan. Selang nasogastrik akan dipasang pada periode
praoperatif untuk mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen. Kateter
urinarius indwelling dapat dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam.
Haluaran kurang dari 30 ml/jam dilaporkan sehingga terapi cairan intravena dapat
Pemberian cairan intravena dan elektrolit dipantau. Kadar elektrolit serum dipantau untuk
cairan gastrointestinal. Tanda vital dikaji untuk mendeteksi tanda hipovolemia, takikardia,
hipotensi, dan penurunan jumlah denyut. Status hidrasi dikaji, dan penurunan turgor kulit,
membran mukosa kering, urin pekat, serta peningkatan berat jenis urin dilaporkan.
f. Menurunkan Ansietas
Tingkat ansietas pasien dikaji, seperti mekanisme koping yang digunakan untuk menghadapi
stress. Upaya pendukung mencakup pemberian privasi bila diinginkan dan meninstruksikan
pasien untuk latihan relaksasi. Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, kesedihan,
atau pertanyaan yang diajukan oleh pasien. Perawat akan mengatur pertemuan dengan
rohaniawan bila pasien menginginkannya, dengan dokter bila pasien mengharapkan diskusi
pengobatan atau prognosis dan dengan ahli terapi enterostomal. Penderita stoma yang lain
dapat diminta untuk berkunjung bila pasien mengungkapkan minat untuk berbicara dengan
mereka.
perilaku empati. Pertanyaan yang diajukan dijawab dengan jujur. Semua tes dan prosedur
dijelaskan menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien. Setiap informasi dari dokter
harus dijelaskan, jika perlu. Kadang – kadang kecemasan berkurang jika pasien mengetahui
persiapan fisik yang diperlukan selama periode praoperatif dan mengetahui kemungkinan
hasil pascaoperatif. Beberapa pasien akan lebih senang jika diperbolehkan melihat hasil
pemeriksaan, sementara yang lain memilih untuk tidak mengetahuinya. Kebutuhan dan
keinginan pasien akan informasi dikaji dan digunakan sebagai pedoman pengajaran.
g. Mencegah Infeksi
Antibiotik seperti kanamisin sulfat (kantrex), eritromisin (erythromycin), dan neomisin sulfat
diberikan sesuai resep utuk mengurangi bakteri usus dalam rangka persiapan pembedahan
usus. Preparat ini diberikan melalui mulut untuk mengurangi kandungan bakteri kolon dan
melunakkan serta menurunkan bulk dari isi kolon. Selain itu, usus dapat dibersihkan dengan
laksatif, enema, atau irigasi kolonis. Antibiotik dapat diberikan pada periode pasca operatif
Pengetahuan pasien saat ini tentang diagnosis, prognosis, prosedur bedah, dan tingkat
fungsi yang diinginkan pada pascaoperatif harus dikaji. Informasi yang diperlukan,
bagaimana hal ini ditunjukkan, kapan pasien paling dapat menerimanya, dan siapa yang
Luka abdomen diperiksa dengan sering selama 24 jam pertama untuk meyakinkan bahwa
luka akan sembuh tanpa komplikasi (infeksi, dehisens, hemoragi, edema berlebihan).
Balutan diganti sesuai kebutuhan untuk untuk mencegah infeksi. Pasien dibantu untuk
membebat insisi abdomen selama batuk dan nafas dalam untuk mengurangi tegangan pada
tepi insisi. Suhu, nadi, dan frekuensi pernapasan dipantau terhadap adanya peningkatan
Stoma diperiksa terhadap pembengkakan (edema ringan akibat manipulasi bedah adalah
normal), warna ( stoma sehat adalah merah jambu), rabas ( rembesan berjumlah sedikit
Apabila malignansi telah diangkat dengan rute perineal, luka di observasi dengan cermat
untuk tanda hemoragi. Luka ini dapat mengandung drain dan tampon yang diangkat secara
bertahap. Mungkin terdapat jaringan yang terkelupas selama beberapa minggu. Proses ini
dipercepat dengan irigasi mekanis luka atau rendam duduk yang dilakukan dua atau tiga kali
sehari. Kondisi luka perineal dan adanya perdarahan, infeksi atau nekrosis
didokumentasikan.
Perencanaan pulang memerlukan upaya gabungan dari dokter, perawat, ahli terapi
enterostoma, pekerja sosial dan ahli diet. Pasien dipulangkan dari rumah sakit diberikan
informasi khusus, individual sesuai kebutuhan mereka, tentang perawatan ostomi dan
komplikasi yang harus diobservasi. Instruksi diet penting untuk membantu pasien
mengidentifikasi dan menghindari makanan pengiritasi yang dapat menyebabkan diare atau
konstipasi. Pasien diajarkan tentang obat yang diresepkan (kerja, tujuan, dan kemungkinan
Tindakan (irigasi, pembersihan luka) dan penggantian balutan ditinjau ulang, dan keluarga
pasti kapan komplikasi memerlukan perhatian segera (perdarahan, distensi abdomen, dan
kekakuan, diare, dan sindrom dumping). Apabila terapi radiasi diperlukan, efek samping
yang mungkin terjadi (anoreksia, muntah, diare, dan kelelahan) harus ditinjau ulang.
Perawatan kesehatan di rumah sering diperlukan untuk memberikan perawatan esensial
pada pasien yang lemah atau untuk mengawali perawatan tindak lanjut terhadap luka.
Pasien didorong untuk mengungkapkan perasaan dan masalah yang dialami serta
mendiskusikan tentang pembedahan dan stoma (bila telah dibuat). Perawatan kolostomi
harus dipelajari dan pasien harus mulai merencanakan untuk memasukkan perawatan
stoma dalam kehidupan sehari-hari. Lingkungan pendukung dan sikap dari pihak perawat
penting dalam meningkatkan adaptasi pasien terhadap perubahan yang terjadi akibat
pembedahan.
d. Pemantauan dan Penatalaksanaan Komplikasi
Kondisi pasien diobservasi terhadap gejala komplikasi. Pengkajian yang sering terhadap
abdomen, termasuk penurunan atau perubahan bising usus dan peningkatan lingkar
abdomen harus dilakukan. Pasien perlu dipersiapkan untuk menjalani pembedahan darurat.
Tanda vital dipantau akan adanya peningkatan dan penurunan nadi dan pernapasan,
penurunan tekanan darah, serta perdarahan rektal yang menunjukkan adanya hemoragi.
Hematokrit dan hemoglobin dipantau. Terapi komponen darah diberikan sesuai ketentuan.
Adanya perubahan tiba – tiba pada nyeri abdomen harus dilaporkan karena ini dapat
menunjukkan perforasi. Peningkatan jumlah sel darah putih suhu dan / atau gejala syok
dilaporkan karena dapat menunjukkan sepsis. Antibiotik diberikan sesuai pesanan untuk
6. Evaluasi
pulang