Anda di halaman 1dari 13

Hipertensi pada Kehamilan

Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Ibu Hamil dan Menyusui

Oleh:

Deviani Wulandari 108101000052


Risa Sativani 108101000067
Resti Ratnawati 108101000012
Rima Zeinnamira 108101000069
Eka Ariska . L 108101000062

PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H.
2011 M
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab kedua tersering
untuk kematian ibu di negara maju (setelah embolisme) dan mencakup 15% dari semua
kematian ibu. Antara 5 dan 8% kehamilan mendapatkan komplikasi hipertensi.
Hipertensi pada kehamilan meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi
essensial, hipertensi kronik dengan pre eklamsi superimposed, dan pre eklamsia. Semua
keadaan hipertensi dapat menyebabkan eklampsia (kejang).
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak bervariasi. Mulai
dari yang ringan hingga berat. Misalnya mengganggu organ ginjal ibu hamil,
menyebabkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir, dan melahirkan sebelum
waktunya. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan berkurangnya kiriman darah ke
plasenta. Sudah pasti ini akan mengurangi suplai oksigen dan makanan bagi bayi.
Akibatnya, perkembangan bayi pun jadi lambat, dan memicu terjadinya persalinan dini.
Lebih fatal lagi, penyakit ini bisa menyebabkan lepasnya jaringan plasenta secara tiba-
tiba dari uterus sebelum waktunya.
Dampak yang digambarkan diatas dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, salah
satu faktor yang berperan penting adalah pengaruh zat gizi. Maka dalam makalah ini
kelompok kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang hipertensi pada kehamilan.
2. Rumusan Masalah
a. Efek kehamilan pada sistem kardiovaskular
b. Pengertian hipertensi pada ibu hamil
c. Jenis-jenis hipertensi pada ibu hamil
d. Gambaran klinis hipertensi
e. Patofisiologi
f. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hipertensi pada ibu hamil
g. Dampak Hipertensi pada Ibu Hamil
h. Zat Gizi dan Hipertensi pada Ibu Hamil
i. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil
j. Penanganan Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
2

BAB II
PEMBAHASAN

1. Efek Kehamilan pada Sistem Kardiovaskular


Efek kehamilan terhadap sistem kardiovaskular ibu:
 Volume darah meningkat satu liter dalam waktu 12 minggu (2 liter pada
kehamilan kembar).
 Dalam keadaaan normal di awal kehamilan tekanan darah wanita hamil akan
lebih rendah dibandingkan sebelum hamil (saat mulai kehamilan sampai
trisemester 2), kemudian akan meningkat kembali pada trisemester ketiga,
tekanan darah ini akibat adanya vasodilatasi dan penurunan tekanan darah
perifer.1
Pada kehamilan normal cairan ekstraseluler dan plasma akan meningkat secara
progresif sehingga curah jantung juga meningkat, ini merupakan proses adaptasi melalui
retensi natrium ginjal terhadap vasodilatasi pengaruh hormonal. Sejumlah penyebab
vasodilatasi antara lain: pirau arteri vena pada plasenta, produksi prostaglandin yang
lebih banyak oleh sel-sel endotel, dan level estrogen dan progesteron yang tinggi.
Sebagai akibat vasodilatasi ini, respon pressor terhadap angiotensin II eksogen sangat
kurang. Kalor natriunetik atrial serta sirkulasi sentral dalam batas normal.2
2. Hipertensi pada Ibu Hamil
a. Pengertian
Hipertensi pada masa kehamilan adalah kondisi yang berkaitan dengan tekanan
darah tinggi yang dapat mendahului kehamilan atau dapat timbul pada masa
kehamilan. Hipertensi pada kehamilan meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan,
hipertensi essensial, hipertensi kronik dengan pre eklamsi superimposed, dan pre
eklamsia.3
b. Jenis-jenis Hipertensi pada Ibu Hamil
 Hipertensi kronik (esensial), yaitu hipertensi sebelum kehamilan, jenis hipertensi
ini didiagnosis berdasarkan pertimbangan ibu dengan TD ≥140/90 mmHg
sebelum usia gestasi 20 minggu.

1
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, At a Glance Obsteteri dan Ginekologi Edisi 2, (Jakarta: PT.
Glora Aksara Pratama, 2007), h.88
2
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/23398147151.pdf, Diakses tanggal 08 April 2011: 9.37 WIB
3
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, op., cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
3

 Hipertensi kronik dengan preeklamsi superimposed yaitu, yang timbul pada


penderita dengan hipertensi kronik atau penyakit ginjal. Kenaikan tekanan sistolik
30 mmHg bersamaan dengan timbulnya proteinuria dan edema.
 Hipertensi yang diiinduksi dengan kehamilan dikenal dengan hipertensi
gestasional nonproteinurik. Peningkatan TD secara menetap hingga ≥140/90 pada
trisemester ketiga tanpa adanya bukti preeklamsia pada seorang ibu yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
 Preeklamsi, keadaan ini dikenal sebagai hipertensi gestasional proteinurik,
toksemia preeklmatik (TPE) Gangguan multisistem yang bersifat spesifik
terhadap kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan
penyakit plasenta karena juga terjadi pada kehamilan dimana terdapat trofoblas
tetapi tidak ada jaringan janin.4
c. Gambaran Klinis
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa:
 Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium,
 Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina,
 Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,
 Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus,
 Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.5
3. Patofisiologi
Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal, kelainannya terutama pada
peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan kenaikan tahanan perifer ini disebabkan
karena vasokonstriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos pembuluh darah tersebut.
Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan dijumpai perubahan-perubahan
struktural pada pembuluh darah arteriol berupa penebalan tunika intima dan hipertrofi
tunika medika.6

4
Ibid.
5
Corwin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi Edisi 3, (Jakarta: EGC Jakarta, 2009), h.487
6
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1987)
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
4

Dalam keadaan normal maka asam arakidonat memacu terjadinya 2 jalur:


1. Prostasiklin: penurunan tekanan darah melalui:
 Pengurangan vasokonstriksi
 Peningkatan aliran darah uteroplacental
2. Tromboksan: peningkatan tekanan darah uteroplacental
Pada keadaan hipertensi dalam kehamilan, keseimbangan dianggap terjadi melalui
jalur tromboksan.
Pada pre eklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa
kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel
darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerulus.
4. Faktor yang melatarbelakangi Hipertensi pada Ibu Hamil
a. Jumlah primigravida, terutama primigravida muda.
Gravida adalah jumlah kehamilan seorang wanita. Gravida dapat pula
didefinisikan sebagai seorang wanita hamil, terdapat beberapa istilah dalam gravida :
1) Nulligravida atau gravida 0
Nulligravida adalah seorang wanita yang belum pernah hamil.
2) Primigravida atau gravida 1
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali atau pernah
hamil 1 kali.
3) Multigravida atau lebih spesifik gravida 2 (secundigravida), gravida 3 dan
seterusnya. Multigravida adalah seorang wanita yang telah hamil lebih dari satu
kali.
4) Primigravida tua
Seorang wanita yang baru pertama kali hamil pada usia minimal 35 tahun disebut
primigravida tua.
Menurut Manuaba (1999) gravida dapat pula diartikan sebagai wanita yang
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
5

sedang hamil dan terdapat beberapa istilah antara lain :


1) Primigravida yaitu wanita yang hamil untuk pertama kali
2) Multigravida yaitu wanita yang telah hamil lebih dari satu kali (Manuaba, 1999).
Pre eklamsi lebih sering terjadi pada primigravida hal ini dikarenakan terjadinya
patologi akibat implantasi sehingga timbul iskemia yang diikuti sindrom inflamasi
(Prawirohardjo, 2002). Kehamilan yang terjadi pada anak belasan tahun maupun
wanita – wanita yang melebihi umur 35 tahun, terutama wanita primipara ; keduanya
menambah risiko terjadinya pre eklamsi (Nelson, 1999).
Primipara dan gravida pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko
tinggi untuk toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika
sudah menjadi eklamsi. Bahaya yang mengancam premigravida tua berkaitan dengan
fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa
mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia.
b. Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa.
Pada kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa terjadi keregangan otot
rahim yang dapat menyebabkan iskemia uteri sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan pre eklamsi dan eklamsi (Winkjosastro, 1999).
c. Penyakit yang menyertai hamil: diabetes mellitus, kegemukan.
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau
lupus, akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan dengan hipertensi
esensial atau hipertensi yang telah ada sebelum kehamilan dapat berlangsung sampai
aterm tanpa gejala mejadi pre eklamsi tidak murni. Penyakit gula atau diabetes
mellitus dapat menimbulkan pre eklamsi dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal
karena dapat meingkatkan tekanan darah sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi.
d. Jumlah umur ibu < 20 atau >35 tahun.
Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat adalah antara
umur 20 tahun sampai umur 30 tahun. Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya
pre eklamsi lebih tinggi dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini
disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba, 1998).
Yang perlu diketahui, kategori rawan ternyata hanya berlaku pada kehamilan
anak pertama. Sedangkan pada kehamilan kedua dan ketiga, risiko akan menurun
dengan sendirinya. Namun, bahaya akan kembali meningkat saat kehamilan keempat
dan berikutnya karena ibu menghadapi risiko perdarahan pada proses persalinan.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
6

Kehamilan pertama dianggap berisiko karena belum adanya catatan medis tentang
perjalanan persalinan ibu. Pada usia rawan, risiko kehamilan anak pertama tersebut
meningkat karena ada beberapa faktor ancaman tambahan.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka
belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap
menjadi ibu. Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi
remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan.
Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan
letak janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan
kehamilan/preeklamsia dan kelainan letak ari-ari (plasenta previa) yang dapat
menyebabkan perdarahan selama persalinan.
Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisien asam folat
dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida
(kelainan tulang belakang) atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan
berkurang pada ibu yang hamil di usia tua karena biasanya mereka sudah
mempersiapkan kehamilan dengan baik. Selain itu, konsumsi gizinya pun cukup
karena kehidupan yang sudah mapan.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir mirip pada
primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka
ada beberapa risiko yang akan berkurang pada primigravida tua. Misalnya
menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko
kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang.
Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam premigravida tua
justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah
menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan
preeklamsia ( Nikita, 2006 )
e. Paritas
Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami
ibu dengan mencapai viabilitas. Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan
menjadi tiga antara lain:
1) Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan primipara (jumlah anak 2)
2) Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
7

empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada
kasus-kasus obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat
kurang dari 2 tahun
3) Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil
dan melahirkan di atas 5 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada
paritas tinggi, antara lain :plasenta praevia, perdarahan postpartum, dan lebih
memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi pre
eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak terjadi pada ibu usia lebih 35
tahun
Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah
melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di
mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima
kali (Manuaba, 1999).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Winkjosastro, 2002).
Primipara dan gravida pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko
tinggi untuk toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika
sudah menjadi eklamsi (Winkjosastro, 2002).
f. Usia kehamilan
Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan ibu. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan
(trimester) : kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan II antara
12-28 minggu dan kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu ( Manuaba, 1999).
Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan
berumur 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu. Pada
kehamilan berumur 20 minggu berisiko terjadi komplikasi kehamilan sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada plasenta. Komplikasi tersebut antara lain : hamil
dengan diabetes melitus, hamil dengan hipertensi, hamil yang lewat waktu dan
komplikasi hamil, pre eklamsi dan eklamsi.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
8

5. Dampak Hipertensi pada Ibu Hamil


Tekanan darah tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak bervariasi. Mulai dari
yang ringan hingga berat. Misalnya mengganggu organ ginjal ibu hamil, menyebabkan
rendahnya berat badan bayi ketika lahir, dan melahirkan sebelum waktunya.
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan berkurangnya kiriman darah ke plasenta.
Sudah pasti ini akan mengurangi suplai oksigen dan amakanan bagi bayi. Akibatnya,
perkembangan bayi pun jadi lambat, dan memicu terjadinya persalinan dini. Lebih fatal
lagi, penyakit ini bisa menyebabkan lepasnya jaringan plasenta secara tiba-tiba dari
uterus sebelum waktunya. Pada kasus tekanan darah tinggi kronis atau gestational
hypertention pada ibu hamil yang serius, bisa berkembang menjadi penyakit pre eklamsi
atau keracunan kehamilan.
Pre eklamsi berakibat fatal jika tidak segera ditindak. Ia merusak plasenta sehingga
menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir hidup namun berat
badannya rendah, atau lahir prematur. Penyakit ini juga membahayakan ginjal, hati, dan
otak ibu hamil. Pada beberapa kasus, bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma.
Selain itu, hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan:
 Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi
pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri
otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga menigkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
 Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan
hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi
dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga, hipertrofi
ventrikel dapat menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan
bekuan.
 Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit
fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
9

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
 Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian.
 Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat
lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan.7
6. Zat Gizi dan Hipertensi pada Ibu Hamil
Wanita hamil dan orang yang baru sembuh dari sakit umumnya memerlukan zat gizi
yang lebih banyak. Namun dengan adanya hipertensi memerlukan diet khusus dimana
ada unsur zat gizi dengan jumlah tertentu yang harus dibatasi. Anjuran diet hipertensi
pada umumnya tidak bisa diterapkan pada kondisi hipertensi pada ibu hamil, karena
kebutuhan asupan yang berbeda. Retensi garam dan air merupakan kondisi fisiologis
pada ibu hamil.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang
dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu
hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin
(preeklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur
serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan).8
Pada ibu hamil dianjurkan pula untuk menjalankan diet seimbang dengan makanan
TKTP (Tinggi Protein Tinggi Kalori) sebesar 75-80 gram protein sehari, disertai kalsium
yang tinggi pula. Makanan yang dipilih sebaiknya berasal dari bahan yang bernilai
biologi tinggi (misalnya daging, telur, ikan, unggas, susu, dan hasil olahannya yang
mengandung kalsium) dan jangan sekali-sekali mengkonsumsi junkfood.9

7
Ibid. h.487-488
8
http://gizi.net/makalah/Gizi%20Seimbang%20Utk%20Hipertensi.PDF, diakses pada 8 April 2011
pukul 09.19 WIB.
9
Arisman, Gizi dalam Daur Kehidupan, (Jakarta:EGC,2004), h. 28
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
10

7. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil10


 Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi
karena kehamilan malah dapat membahayakan janin.
 Manfaat aspirin, kalsium dan lain-lain dalam mencegah hipertensi karena
kehamilan belum terbukti.
 Yang lebih perlu adalah deteksi dini dan penanganan cepat tepat. Kasus harus
ditindaklanjuti secara reguler dan diberi penenrangan yang jelas bilamana harus
kembali ke pelayanan kesehatan..
8. Penanganan Hipertensi pada Ibu Hamil
Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat
membantu individu mengurangi tekanan darahnya.
 Pada sebagian orang, penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung, sehingga kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup juga berkurang.
 Olahraga, terutama bila disertai penurunan berat, menurunkan tekanan darah dengan
menurunkan kecepatan denyut jantung, istirahat, dan mungkin TPR. Olahraga
meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya aterosklerosis akibat
hipertensi.
 Berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
 Penghambat enzim pengubah angiotensin II atau inhibitor ACE berfungsi untuk
menurunkan angiotensin II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Kondisi ini menurunkan tekanan
darah secara tidak langsung dengan menurunkan TPR dan secara tidak langsung
menurunkan sekresi aldoisteron, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium
pada urin kemudian menurunkan volume plasma dan curah jantung. Inhibitor ACE
juga menurunkan tekanan darah dengan efek bradikinin yang memanjang, yang
normalnya memecah enzim. Inhibitor ACE dikontradiksikan untuk kehamilan.
 Hipertensi gestrasional dan preeklampsi membaik setelah bayi lahir.11

10
Syaifudin, dkk, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,(Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2009), h.210-211
11
Corwin, Elizabeth J, op.,cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
11

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipertensi pada masa kehamilan adalah kondisi yang berkaitan dengan tekanan darah
tinggi yang dapat mendahului kehamilan atau dapat timbul pada masa kehamilan.
Hipertensi pada kehamilan meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi
essensial, hipertensi kronik dengan pre eklamsi superimposed, dan pre eklamsia.12
Faktor yang melatarbelangi hipertensi pada ibu hamil yaitu jumlah primigravida
(terutama primigravida muda), distensi rahim berlebihan (hidramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa), penyakit yang menyertai hamil (diabetes mellitus, ginkal, dan kegemukan),
jumlah umur ibu < 20 atau >35 tahun, paritas, dan usia kehamilan. Dampak yang
ditimbulkan dari hipertensi kehamilan dapat berupa BBLR, prematur, keracunan
kehamilan, dan bayi lahir mati. Selain itu terdapat dampak sebagai komplikasi yaitu
stroke, gagal ginjal, ensefalofat dan infark miokard.
Pada ibu hamil dianjurkan ntuk menjalankan diet seimbang dengan makanan TKTP
(Tinggi Protein Tinggi Kalori) sebesar 75-80 gram protein sehari, kalsium yang tinggi,
mengurangi garam, dan meningkatkan sumber makanan Mg (sayur dan buah).
Penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan dapat dilakukan melalui terapi farmakologi
dan non farmakologi. Untuk hipertensi gestrasional dan preeklampsi membaik setelah
bayi lahir.13
2. Saran
Sebaiknya wanita mengalami kehamilan antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun
karena usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat, sehingga perlu
adanya perencanaan dalam menentukan pernikahan dan kehamilan. Selain itu
perencanaan dalam hal jumlah anak sangat penting, agar terhindar dari faktor-faktor
resiko hipertensi dalam kehamilan, dalam hal ini program KB sangat membantu. Tidak
kalah penting juga untuk menata diet sejak dini karena hipertensi pada kehamilan
dipengaruhi oleh penyakit sebelum hamil.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat menjalankan program untuk ibu hamil
dengan baik melalui promotif, preventif, dan kuratif yang dijalankan secara efektif,
mengingat AKI (Angka Kematian Ibu) yang masih tinggi di Indonesia.

12
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, op., cit.
13
Corwin, Elizabeth J, op.,cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
12

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. 2004.


Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC. 2009.
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O. At a Glance Obsteteri dan Ginekologi Edisi 2.
Jakarta: PT. Glora Aksara Pratama. 2007.
Saifuddin, Abdul Bahri. Adriaanz, George, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo. 2009.
Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1987.
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/23398147151.pdf, Diakses tanggal 08 April
2011pukul 9.37 WIB.
http://gizi.net/makalah/Gizi%20Seimbang%20Utk%20Hipertensi.PDF, diakses pada 8 April
2011 pukul 09.19 WIB.

Anda mungkin juga menyukai