Bab I
Bab I
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gizi Ibu Hamil dan Menyusui
Oleh:
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H.
2011 M
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gangguan hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab kedua tersering
untuk kematian ibu di negara maju (setelah embolisme) dan mencakup 15% dari semua
kematian ibu. Antara 5 dan 8% kehamilan mendapatkan komplikasi hipertensi.
Hipertensi pada kehamilan meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi
essensial, hipertensi kronik dengan pre eklamsi superimposed, dan pre eklamsia. Semua
keadaan hipertensi dapat menyebabkan eklampsia (kejang).
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil menimbulkan dampak bervariasi. Mulai
dari yang ringan hingga berat. Misalnya mengganggu organ ginjal ibu hamil,
menyebabkan rendahnya berat badan bayi ketika lahir, dan melahirkan sebelum
waktunya. Tekanan darah yang tinggi menyebabkan berkurangnya kiriman darah ke
plasenta. Sudah pasti ini akan mengurangi suplai oksigen dan makanan bagi bayi.
Akibatnya, perkembangan bayi pun jadi lambat, dan memicu terjadinya persalinan dini.
Lebih fatal lagi, penyakit ini bisa menyebabkan lepasnya jaringan plasenta secara tiba-
tiba dari uterus sebelum waktunya.
Dampak yang digambarkan diatas dilatarbelakangi oleh berbagai faktor, salah
satu faktor yang berperan penting adalah pengaruh zat gizi. Maka dalam makalah ini
kelompok kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang hipertensi pada kehamilan.
2. Rumusan Masalah
a. Efek kehamilan pada sistem kardiovaskular
b. Pengertian hipertensi pada ibu hamil
c. Jenis-jenis hipertensi pada ibu hamil
d. Gambaran klinis hipertensi
e. Patofisiologi
f. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hipertensi pada ibu hamil
g. Dampak Hipertensi pada Ibu Hamil
h. Zat Gizi dan Hipertensi pada Ibu Hamil
i. Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil
j. Penanganan Hipertensi pada Ibu Hamil
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, At a Glance Obsteteri dan Ginekologi Edisi 2, (Jakarta: PT.
Glora Aksara Pratama, 2007), h.88
2
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/23398147151.pdf, Diakses tanggal 08 April 2011: 9.37 WIB
3
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, op., cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
3
4
Ibid.
5
Corwin, Elizabeth J, Buku Saku Patofisiologi Edisi 3, (Jakarta: EGC Jakarta, 2009), h.487
6
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam jilid I, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1987)
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
4
Kehamilan pertama dianggap berisiko karena belum adanya catatan medis tentang
perjalanan persalinan ibu. Pada usia rawan, risiko kehamilan anak pertama tersebut
meningkat karena ada beberapa faktor ancaman tambahan.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka
belum siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap
menjadi ibu. Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi
remaja putri seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan.
Bagian panggul juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan
letak janin. Kemungkinan komplikasi lainnya adalah terjadinya keracunan
kehamilan/preeklamsia dan kelainan letak ari-ari (plasenta previa) yang dapat
menyebabkan perdarahan selama persalinan.
Kurangnya persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisien asam folat
dalam tubuh. Akibat kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida
(kelainan tulang belakang) atau janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan
berkurang pada ibu yang hamil di usia tua karena biasanya mereka sudah
mempersiapkan kehamilan dengan baik. Selain itu, konsumsi gizinya pun cukup
karena kehidupan yang sudah mapan.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir mirip pada
primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka
ada beberapa risiko yang akan berkurang pada primigravida tua. Misalnya
menurunnya risiko cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko
kelainan letak janin juga berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang.
Panggulnya juga sudah berkembang baik. Bahaya yang mengancam premigravida tua
justru berkaitan dengan fungsi organ reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah
menurun sehingga bisa mengakibatkan perdarahan pada proses persalinan dan
preeklamsia ( Nikita, 2006 )
e. Paritas
Menurut Chapman (1999) paritas adalah jumlah kelahiran yang pernah dialami
ibu dengan mencapai viabilitas. Ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan
menjadi tiga antara lain:
1) Paritas rendah atau primipara
Paritas rendah meliputi nullipara (jumlah anak 0) dan primipara (jumlah anak 2)
2) Paritas sedang atau multipara
Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
7
empat kali. Pada paritas sedang ini, sudah masuk kategori rawan terutama pada
kasus-kasus obstetric yang jelek, serta interval kehamilan yang terlalu dekat
kurang dari 2 tahun
3) Paritas tinggi
Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemulti, adalah ibu hamil
dan melahirkan di atas 5 kali. Paritas tinggi merupakan paritas rawan oleh karena
paritas tinggi banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada
paritas tinggi, antara lain :plasenta praevia, perdarahan postpartum, dan lebih
memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Pada paritas tinggi bisa terjadi pre
eklamsi ringan oleh karena paritas tinggi banyak terjadi pada ibu usia lebih 35
tahun
Sedangkan menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah
melahirkan dan di bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di
mana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima
kali (Manuaba, 1999).
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih
tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal (Winkjosastro, 2002).
Primipara dan gravida pada usia di atas 35 tahun merupakan kelompok risiko
tinggi untuk toksemia gravidarum. Kematian maternal akan meningkat tinggi jika
sudah menjadi eklamsi (Winkjosastro, 2002).
f. Usia kehamilan
Usia kehamilan adalah lamanya kehamilan ibu. Kehamilan dibagi atas 3 triwulan
(trimester) : kehamilan triwulan I antara 0-12 minggu, kehamilan triwulan II antara
12-28 minggu dan kehamilan triwulan III antara 28-40 minggu ( Manuaba, 1999).
Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan
berumur 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu. Pada
kehamilan berumur 20 minggu berisiko terjadi komplikasi kehamilan sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pada plasenta. Komplikasi tersebut antara lain : hamil
dengan diabetes melitus, hamil dengan hipertensi, hamil yang lewat waktu dan
komplikasi hamil, pre eklamsi dan eklamsi.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
8
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema,
yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada
kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps
dan terjadi koma serta kematian.
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat
lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum
proses persalinan.7
6. Zat Gizi dan Hipertensi pada Ibu Hamil
Wanita hamil dan orang yang baru sembuh dari sakit umumnya memerlukan zat gizi
yang lebih banyak. Namun dengan adanya hipertensi memerlukan diet khusus dimana
ada unsur zat gizi dengan jumlah tertentu yang harus dibatasi. Anjuran diet hipertensi
pada umumnya tidak bisa diterapkan pada kondisi hipertensi pada ibu hamil, karena
kebutuhan asupan yang berbeda. Retensi garam dan air merupakan kondisi fisiologis
pada ibu hamil.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium yang
dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan. Namun pada ibu
hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak dan protein urin
(preeklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk mengurangi konsumsi garam dapur
serta meningkatkan makanan sumber Mg (sayur dan buah-buahan).8
Pada ibu hamil dianjurkan pula untuk menjalankan diet seimbang dengan makanan
TKTP (Tinggi Protein Tinggi Kalori) sebesar 75-80 gram protein sehari, disertai kalsium
yang tinggi pula. Makanan yang dipilih sebaiknya berasal dari bahan yang bernilai
biologi tinggi (misalnya daging, telur, ikan, unggas, susu, dan hasil olahannya yang
mengandung kalsium) dan jangan sekali-sekali mengkonsumsi junkfood.9
7
Ibid. h.487-488
8
http://gizi.net/makalah/Gizi%20Seimbang%20Utk%20Hipertensi.PDF, diakses pada 8 April 2011
pukul 09.19 WIB.
9
Arisman, Gizi dalam Daur Kehidupan, (Jakarta:EGC,2004), h. 28
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
10
10
Syaifudin, dkk, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,(Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo, 2009), h.210-211
11
Corwin, Elizabeth J, op.,cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hipertensi pada masa kehamilan adalah kondisi yang berkaitan dengan tekanan darah
tinggi yang dapat mendahului kehamilan atau dapat timbul pada masa kehamilan.
Hipertensi pada kehamilan meliputi hipertensi yang diinduksi kehamilan, hipertensi
essensial, hipertensi kronik dengan pre eklamsi superimposed, dan pre eklamsia.12
Faktor yang melatarbelangi hipertensi pada ibu hamil yaitu jumlah primigravida
(terutama primigravida muda), distensi rahim berlebihan (hidramnion, hamil ganda, mola
hidatidosa), penyakit yang menyertai hamil (diabetes mellitus, ginkal, dan kegemukan),
jumlah umur ibu < 20 atau >35 tahun, paritas, dan usia kehamilan. Dampak yang
ditimbulkan dari hipertensi kehamilan dapat berupa BBLR, prematur, keracunan
kehamilan, dan bayi lahir mati. Selain itu terdapat dampak sebagai komplikasi yaitu
stroke, gagal ginjal, ensefalofat dan infark miokard.
Pada ibu hamil dianjurkan ntuk menjalankan diet seimbang dengan makanan TKTP
(Tinggi Protein Tinggi Kalori) sebesar 75-80 gram protein sehari, kalsium yang tinggi,
mengurangi garam, dan meningkatkan sumber makanan Mg (sayur dan buah).
Penatalaksanaan hipertensi pada kehamilan dapat dilakukan melalui terapi farmakologi
dan non farmakologi. Untuk hipertensi gestrasional dan preeklampsi membaik setelah
bayi lahir.13
2. Saran
Sebaiknya wanita mengalami kehamilan antara umur 20 tahun sampai umur 30 tahun
karena usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat, sehingga perlu
adanya perencanaan dalam menentukan pernikahan dan kehamilan. Selain itu
perencanaan dalam hal jumlah anak sangat penting, agar terhindar dari faktor-faktor
resiko hipertensi dalam kehamilan, dalam hal ini program KB sangat membantu. Tidak
kalah penting juga untuk menata diet sejak dini karena hipertensi pada kehamilan
dipengaruhi oleh penyakit sebelum hamil.
Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat menjalankan program untuk ibu hamil
dengan baik melalui promotif, preventif, dan kuratif yang dijalankan secara efektif,
mengingat AKI (Angka Kematian Ibu) yang masih tinggi di Indonesia.
12
Norwitz, Erol L dan Schonge, John O, op., cit.
13
Corwin, Elizabeth J, op.,cit.
Hipertensi pada Kehamilan □ Kesehatan Masyarakat 2011
12
DAFTAR PUSTAKA