Anda di halaman 1dari 7

9/25/2008

HISTAMINE

By:
Ernawati, dr.

HISTAMINE
 Dibentuk dari asam amino histidine
 Dimetabolisme oleh enzim monoamine oksidase dan
diamine oksidase
 Dirilis dari mast cell karena respons reaksi alergi
segera IgE
 Berperan dalam reaksi alergi : rhinitis, urtikaria,
angioneurotik edema
 Kontrol terhadap sekresi asam lambung
 Sebagai neurotransmitter

1
9/25/2008

Reseptor dan efek


1. Reseptor H1
 terdapat pada otot polos dan endotel
pembuluh darah
 menyebabkan bronkodilatasi dan
vasodilatasi yang disebabkan oleh pelepasan
nitric oxide, komponen terbesar dari EDRF

2. Reseptor H2
 terdapat pada mukosa lambung, otot jantung
dan sel mast
 peningkatan sekresi asam lambung
 stimulasi jantung
 menurunkan rilis histamine dari sel mast (
efek negative feedback )
 disebabkan oleh aktivasi ensim adenil siklase
yang menyebabkan peningkatan C-AMP

2
9/25/2008

3. Reseptor H3
 terdapat pada nerve ending, CNS
 menurunkan rilis transmitter dari saraf
histaminergik dan saraf lain yang diduga
terjadi dengan cara penurunan aliran masuk
kalsium melalui kanal kalsium tipe N pada
akhiran saraf

Jaringan dan sistem organ yang


dipengaruhi histamine :
1. Sistem saraf : rasa gatal dan nyeri
2. CV : penurunan tekanan darah,
peningkatan denyut jantung
3. Otot polos bronkus : bronkokonstriksi
4. Otot polos saluran cerna : peristaltik
meningkat
5. Sekresi asam lambung meningkat

3
9/25/2008

Penggunaan klinis :
Histamine tidak digunakan dalam terapi

ANTAGONIS HISTAMINE
1. ANTAGONIS HISTAMINE H1
 Klasifikasi :
 Generasi pertama
 efek sedasi kuat, autonomic efek kuat
 contoh : diphenhydramine, doxylamine
 efek sedasi ringan, autonomic efek ringan
 contoh : chlorpheniramin, cyclizine
 T½ : 4 – 12 jam

4
9/25/2008

 Generasi kedua
 efek sedasi negative, autonomic efek
negative
 contoh : fexofenadine, loratadine, cetrizine
 sering dipakai pada penggunaan kronis
 T½ : 12 – 24 jam

 Mekanisme kerja :
 Antagonis reseptor H1 bekerja secara
kompetitif inhibisi dengan reseptor H1
 Penggunaan klinis
 reaksi alergi tipe segera : hay fever,
urtikaria, rinnore, rhinitis
 anti motion sickness drug :
diphenhidramine, dimenhydrinate,
cyclizine, meclizine, dan prometazine
 muntah akibat kemoterapi :
diphenhydramine

5
9/25/2008

 Toksisitas
 sedasi terutama pada AH generasi pertama

 mulut kering, pandangan kabur, hipotensi


ortostatik, vertigo, tinitus dan kelelahan
 Interaksi obat
 Kombinasi terfenadine / astemizole dengan
ketokonazole, itrakonazole, atau antibotik
makrolide dapat menyebabkan aritmia ventrikel
yang dapat menyebabkan kematian
 AH1 bersifat aditif dengan alkohol, obat
penenang / hipnotik sedatif

2. ANTAGONIS HISTAMINE H2
 Klasifikasi :
 cimetidine ( prototip )
 ranitidine
 famotidine
 nizatidine
 Pemberian oral, T½ nya 1 – 3 jam
 Relatif non toksik, dapat diberikan dalam dosis
besar
 Lama kerja dosis tunggal 12 – 24 jam
 Mekanisme dan efek
 Blokade pada reseptor histamine H2
 Menurunkan sekresi asam lambung

6
9/25/2008

 Penggunaan klnis :
 ulkus peptic terutama ulkus duodenum
 ( mengurangi keluhan, mempercepat
penyembuhan dan mencegah kekambuhan )
 Syndroma Zollinger Ellison
 ( gejalanya hipersekresi asam lambung, ulkus
peptic berulang, perdarahan GIT, diare )
 GERD ( gastroesofageal reflux disease )

 Efek samping :
 Cimetidine & Ranitidine : nyeri kepala, pusing,
malaise, mialgia, mual, diare
 Cimetidine mengikat reseptor androgen dengan
akibat disfungsi seksual dan ginekomastia
 Cimetidine terikat sitokrom P450 sehingga
menurunkan aktivitas ensim mikrosom hati dan
obat lain akan terakumulasi bila diberikan
bersamanya

Anda mungkin juga menyukai