Anda di halaman 1dari 13

MODUL 8

ANALISIS DINAMIS PONDASI TIANG


&
UJI PEMBEBANAN STATIK TIANG
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 i

DAFTAR ISI
Bab 1 Pengantar....................................................................................................1
1.1. Umum..................................................................................................1
1.2. Tujuan Instruksional Umum................................................................1
1.3. Tujuan Instruksional Khusus..............................................................1
Bab 2 Analisa Dinamis Pondasi Tiang................................................................1
2.1. Formula Pemancangan Tiang.............................................................1
2.1.1. Pacific Coast Uniform Building Code.............................................4
2.1.2. Formula Janbu..............................................................................5
2.2. Tegangan Selama Pemancangan.......................................................5
Bab 3 Uji Pembebanan Tiang...............................................................................7
Bab 4 Contoh Soal................................................................................................9
4.1. Soal 1...................................................................................................9
4.1.1. Penyelesaian...............................................................................10

i
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 1

Bab 1 Pengantar

1.1. Umum

Analisa dinamis pondasi tiang dimaksudkan sebagai analisa pemancangan tiang dengan
menggunakan palu. Disebut dinamis karena pemancangan dengan palu merupakan
transfer energi ke tiang dalam bentuk perambatan gelombang. Analisis dinamis ini telah
menghasilkan begitu banyak formula dinamis pemancangan tiang, namun dalam modul
ini hanya beberapa diantaranya yang dibicarakan.

Bagian kedua dalam modul ini adalah uji pembebanan statik tiang, yang diuraikan singkat
untuk memberi wawasan bahwa uji pembebanan biasanya diperlukan jika berhubungan
dengan kondisi tanah yang sulit atau konstruksi yang besar dan kompleks.

1.2. Tujuan Instruksional Umum

Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan mahasiswa mampu menghitung daya


dukung tiang berdasarkan formula dinamis pemancangan tiang dan mampu
memperkirakan daya dukung dari data uji pembebanan statik.

1.3. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi hal-hal berikut.

1. Mahasiswa memahami konsep formula dinamis yang dikembangkan untuk


menghitung daya dukung tiang.

2. Mahasiswa mampu menggunakan formula dinamis yang tersedia untuk


menghitung daya dukung tiang.

3. Mahasiswa mampu memahami konsep uji pembebanan tiang di lapangan dan


mampu menerapkannya untuk menetapkan daya dukung dan penurunan yang rasional

Bab 2 Analisa Dinamis Pondasi Tiang

2.1. Formula Pemancangan Tiang

Untuk mengembangkan kapasitas dukung yang diinginkan, daya dukung titik tiang harus
cukup mampu menembus lapisan tanah padat atau bisa mencapai lapisan batuan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 2

Persyaratan semacam ini tidak selalu dapat dipenuhi pada saat tiang dipancangkan
hingga mencapai kedalaman yang sudah ditentukan oleh karena begitu beragamnya profil
tanah. Untuk alasan inilah beberapa persamaan dikembangkan untuk mampu menghitung
daya dukung tiang selama proses pemancangan. Persamaan dinamis ini sangat luas
dipakai di lapangan untuk memastikan apakah nilai daya dukung telah tercapai pada
kedalaman yang telah ditentukan. Salah satu persamaan dinamis yang tertua adalah
biasa disebut sebagai formula Engineering News Record (ENR), yang diturunkan dengan
basis teori kerja-energi (work-energy). Ini berarti bahwa

energi yang ditimbulkan oleh palu per


pukulan

Menurut formula ENR, tahanan tiang adalah beban batas Qu yang dapat dinyatakan
sebagai

dimana

WR = berat ram (lihat Modul IV)


h = tinggi jatuh ram
S = masuknya tiang per pukulan palu
C = konstanta

Pemasukan tiang, S biasanya didasarkan pada nilai rata-rata yang diperoleh dari
beberapa pukulan pemancangan yang terakhir. Dalam bentuk persamaan aslinya,
direkomendasikan nilai-nilai C seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Juga faktor keamanan direkomendasikan FS=6 untuk menghitung daya dukung tiang ijin.
Untuk palu dengan kerja tuggal dan ganda (single-and double-acting hammers), suku
WR .h dapat digantikan oleh E.HE (dimana E = efisiensi palu dan HE = laju energi palu).

Maka

Tabel 1 Rekomendasi untuk nilai C

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 3

Formula pemancangan ENR telah mengalami beberapa perubahan hingga saat ini.
Bentuk yang paling akhir (formula modifikasi ENR) dapat diberikan sebagai,

Efisiensi berbagai pemancangan tiang dengan palu, E dapat dilihat dalam jangkauan nilai
yang diberikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Nilai efisiensi E

Nilai representatif untuk koefisien pemulihan n dapat diperoleh pada Tabel 3.


Tabel 3 Nilai koefisien pemulihan, n

Faktor keamanan sebesar 4-6 dapat digunakan dalam Pers. (3) untuk memperoleh daya
dukung ijin tiang.

The Michigan State Highway Commission (1965) telah melakukan penyelidikan untuk
memperoleh persamaan pemancangan tiang yang rasional. Pada tiga tempat lokasi yang

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 4

jauh berbeda, sejumlah total 88 tiang dipancangkan. Berdasarkan pada pengujian ini,
mereka memodifikasi formula ENR:

dimana
HE = laju energi palu maksimum buatan pabrik

C = 0.254 cm atau 0.1 in, bergantung pada satuan S dan HE


FS = 6 direkomendasikan

Persamaan lain yang dikenal dengan formula Danish juga menurunkan hasil seandal
persamaan lainnya dinyatakan sebagai berikut:

Pada persamaan di atas penggunaan satuan harus konsisten. Faktor keamanan dapat
diambil bervariasi antara 3 sampai 6 untuk menghitung daya dukung izin tiang.
Persamaan pemancangan tiang lain yang sering juga dipakai adalah yang dibuat oleh m
Pacific Coast Uniform Building Code (International Conference of Building Officials, 1982)
dan yang diajukan oleh Janbu (1953). Persamaan mereka diuraikan berikut ini.

2.1.1. Pacific Coast Uniform Building Code

Nilai n pada persamaan ini harus diambil sebesar 0.25 untuk tiang baja dan 0.1 untuk
tiang jenis lainnya. Faktor keamanan sebesar 4 biasanya direkomendasikan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 5

2.1.2. Formula Janbu

Faktor keamanan sekitar 4-5 umumnya digunakan.

2.2. Tegangan Selama Pemancangan

Tegangan maksimum yang dikembangkan dalam tiang selama operasi pemancangan


dapat diperkirakan dari formula pemancangan yang telah diberikan. Hal ini dapat
ditunjukkan, sebagai contoh, dengan mengambil formula modifikasi ENR dalam Pers. (3)
berikut:

Pada persamaan ini S adalah sama dengan rata-rata pemasukan tiang per pukulan palu.
Ini dapat juga dinyatakan sebagai,

dimana S adalah centimeter dan N = jumlah pukulan palu per 2.54 cm pemasukan tiang.
Maka

Dengan mengetahui jenis palu dan tiang yang digunakan maka Qu dapat dihitung untuk
suatu nilai N yang diasumsikan. Sehingga tegangan pemancangan dapat dihitung untuk

setiap nilai N sebagai Qu / A p . Prosedur ini dapat didemonstrasikan dengan bilangan.


Andaikanlah bahwa sebuah tiang beton prategang dengan panjang 25 m dipancangkan
dengan menggunakan palu 11B3 (MKT). Sisi tiang adalah 254 mm. Dari Tabel 3 pada
Modul IV untuk tiang ini diperoleh

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 6

Berat tiang Wp = A pL = (645 /10000)(25)(23,58) ≈ 38 kN . Ambillah berat topi = 3 kN.

Maka Wp = 38 + 3 = 41kN kN. Kembali dari Modul IV untuk palu 11B3,

Berat ram = 22.2 kN. Asumsikan bahwa efisiensi palu = E = 0.85, dan n = 0.35. Dengan
mengisikan nilai-nilai ini ke Pers. (12),

Sekarang dengan memberi sejumlah nilai N, maka Qu dapat diperoleh untuk masing-
masing N. Agar lebih mudah daftar perhitungannya dapat dibuat dalam bentuk tabel
berikut:

Jumlah pukulan per 2.54 cm, N dan tegangan dapat diplot menjadi sebuah grafik, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Apabila grafik ini dibuat, maka hubungan antara jumlah
pukulan per 2.54 cm pemasukan tiang dan tegangan ijin pemancangan dapat dengan
mudah ditentukan.

Di dalam praktek, tegangan pemancangan tiang kayu dibatasi hingga kira-kira 0,7 × fu .

Demikian juga halnya tiang beton dan baja yang dibatasi hingga berturut-turut 0,6 × fc′ dan

0,85 × σ y .

Dalam banyak kasus, tiang kayu dipancangkan dengan suatu energi palu yang kurang
dari 60 kN-m. Tahanan pemancangan kebanyakan dibatasi hingga 4-5 pukulan per 2.54
cm pemasukan tiang. Untuk beton dan baja nilai N yang biasa dipakai berturut-turut
adalah 6-8 dan 12-14.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 7

Gambar 1 Hubungan antara N dengn tegangan pemancangan

Bab 3 Uji Pembebanan Tiang


Pada proyek-proyek besar, sejumlah tertentu uji pembebanan tiang harus dilakukan.
Pada pokoknya hal ini diperlukan karena tidak cukup andalnya metode perkiraan yang
ada. Daya dukung beban vertikal dan lateral yang dapat dipikul tiang dapat diuji di
lapangan. Gambar 2(a) memperlihatkan secara skematik diagram pengujian pembebanan
tiang di lapangan. Dalam gambar ini pengujian dilakukan untuk pembebanan tekan aksial.
Beban yang dipakaikan pada tiang berasal dari dongkrak (jack) hidrolis. Pembebanan
dilakukan secara bertahap, dan antara pembebanan yang satu ke pembebanan
berikutnya harus ada selang waktu yang cukup agar laju penurunan tiang mencapai suatu
nilai yang kecil. Penurunan tiang akibat pemberian beban ini dicatat dengan
menggunakan cakra pengukur (dial gauges). Besar pembebanan yang dipakai untuk
setiap tahap beragam bergantung pada peraturan bangunan setempat. Kebanyakan
peraturan bangunan mensyaratkan bahwa setiap tahap pembebanan sekitar seperempat
dari beban kerja yang akan dipikul tiang. Dan tahap pembebanan ini dilakukan hingga
beban mencapai sekurang-kurangnya dua kali beban kerja. Setelah mencapai beban
tiang yang diinginkan, pembebanan kemudian dikurangi secara bertahap (unloading).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 8

Gambar 2 (a) Diagram skematik uji pembebanan tiang; (b) hubungan beban dengan
penurunan total; (c) hubungan beban dengan penurunan bersih

Uji pembebanan tiang pada pasir dapat dilakukan segera setelah tiang dipancangkan.
Namun perlu hati-hati untuk memutuskan selang waktu yang diperlukan antara
pemancangan dengan dimulainya uji pembebanan pada tanah lempung. Selang waktu ini
dapat berada dalam rentang 30-60 hari atau lebih, karena tanah perlu waktu untuk
mencapai kembali kekuatan thixotropicnya (thixotropic strength).

Gambar 2 (b) menunjukkan hubungan antara beban dan penurunan untuk kondisi
memuat beban (loading) dan bongkar muat beban (unloading). Untuk suatu beban Q

tertentu, penurunan tiang bersih dapat dihitung sebagai berikut: Apabila Q = Q1

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 9

Apabila Q = Q2

Nilai-nilai Q ini kemudian diplot menjadi sebuah grafik hubungan antara Q dengan

penurunan bersih snet . Grafik seperti ini dicontohkan dalam Gambar 2(c). Beban batas
tiang dapat diperoleh dari grafik ini. Penurunan tiang bisa bertambah dengan
bertambahnya beban hingga pada suatu titik tertentu dimana setelah titik ini grafik akan
berubah menjadi vertikal. Beban yang berkenaan dengan titik ini akan menjadi beban

batas tiang ( Qu ). Hal ini ditunjukkan oleh Kurva 1 pada Gambar 2(c). Namun dalam
kebanyakan kasus, bagian terakhir kurva adalah hampir linier, yang menunjukkan
besarnya derajat penurunan pada pertambahan beban yang sangat kecil. Ini ditunjukkan

oleh Kurva 2 dalam Gambar 2(c). Beban batas ( Qu ) untuk kasus seperti ini ditentukan

dari titik kurva hubungan Q dan snet dimana bagian linier yang curam dimulai.

Prosedur uji pembebanan yang baru saja dijelaskan memerlukan pemakaian beban
secara bertahap pada tiang dan kemudian mengukur penurunannya. Pengujian seperti ini
disebut dengan model kontrol-beban (load controlled). Teknik pengujian yang berbeda
dengan ini ada yang disebut dengan uji laju penetrasi konstan (constant-rate-penetration).
Pada pengujian jenis ini, beban tiang secara terus menerus ditingkatkan agar menjaga
laju penetrasi tetap konstan yang berkisar pada rentang 0.25-2.5 mm/menit. Pengujian ini
memberi plot beban-penurunan yang sama seperti pada uji kontrol beban. Model uji
pembebanan tiang yang lain meliputi pembebanan siklik (cyclic loading), dimana
peningkatan beban secara berulang-ulang dipakaikan dan dihilangkan.

Bab 4 Contoh Soal

4.1. Soal 1

Sebuah tiang beton pracetak dengan ukuran (0.305 x 0.305) m dipancangkan dengan
palu Vulcan (Model No. 08). Berikut ini diketahui:

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 10

Laju energi palu maksimum = 35.3 kN-m


Berat ram = 35.6 kN
Panjang tiang total = 20 m
Efisiensi palu = 0.8
Koefisien pemulihan = 0.45
Berat kepala tiang = 3.2 kN
Jumlah pukulan terakhir untuk 25.4 mm pemasukan = 5
Hitunglah daya dukung ijin tiang dengan:
a. Pers. (2), gunakan FS = 6
b. Pers. (3), gunakan FS = 5
c. Pers. (5), gunakan FS = 4

4.1.1. Penyelesaian
Bagian (a): Menggunakan Pers. (2)

Diketahui: E = 0,8, HE = 35,3 kN − m

Jadi

Bagian (b): Menggunakan Pers. (3)

Jadi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II
Analisis Dinamis & Uji Pembebanan Statik Pondasi Tiang-Modul 8 11

Bagian (c): Menggunakan Pers. (5)

Ep ≈ 20,7 × 106 kN / m2 . Jadi

Maka

Referensi
[1]. Bowles, J.E.: Foundation Analysis and Design, 4th ed., Mc-Graw-Hill, New York,
1988.

[2]. Das, B.M.: Principles of Foundation Engineering, PWS Publishers, Boston, 1984.

[3]. Meyerhof, G.G.: Bearing capacity and settlement of pile foundations, Journal of the
Geotechnical Engineering Divisions, ASCE, Vol. 102, No. GT3, pp. 197-228,

[4]. Teng, W.C.: Foundation Design, Prentice-Hall, New Jersey, 1962.

[5]. Tomlinson, M.J.: Pile Design and Construction Practice, A Viewpoint Publication,
Cement and Concrete Association, 1977.

[6]. Tschebotarioff, G.P.: Foundation, Retaining and Earth Structures, 2nd ed., Mc-Graw-
Hill, New York, 1973.

[7]. Vesic, A.S.: Experiment with instrumented pile groups in sand, American Society for
Testing and Materials; Special Technical Publication, No. 444, pp. 177-222, 1969.

[8]. Vesic, A.S.: Test on instrumented piles-Ogeechee River site, Journal of the Soil
Mechanics and Foundations Divisions, ASCE, Vol. 96, No. SM2, pp. 561-584, 1970.

[9]. Vesic, A.S.: Design of Pile Foundations, National Cooperative Highway Research
Program Synthesis of Practice No. 42, Transportation Research Board, Washington,
D.C., 1977.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. Pintor Tua Simatupang MT
MEKANIKA TANAH II

Anda mungkin juga menyukai