DISUSUN OLEH :
Kelompok B 4
Winda Setiawan (6103007002)
Florence Ong (6103007007)
Anastasia Kristien (6103007014)
Alexander Sanjoto (6103007125)
Penggaraman
Salah satu cara pengawetan ikan adalah dengan cara penggaraman.
Penggaraman merupakan perlakuan pendahuluan pada proses pengasapan dan
pengeringan pada ikan. Proses penggaraman merupakan kombinasi proses fisika
kimia air dengan adanya penetrasi garam ke dalam ikan dan keluarnya air dari dalam
jaringan daging ikan yang akan menyebabkan perubahan berat. Garam yang halus
mudah larut dalam air sehingga menyebabkan penarikan air dari jaringan daging
hanya terjadi pada bagian permukaan saja. Penetrasi garam yang hanya terjadi di
permukaan ikan saja dapat menyebabkan saltburn. Bila garam yang ada di permukaan
terlalu banyak, maka ikan akan terasa lengket sekali (Kahoni, 1991).
Garam dalam konsentrasi rendah (1-3%) sebenarnya tidak bersifat membunuh
mikroorganisme, justru membantu pertumbuhan bakteri, sedangkan pada konsentrasi
yang tinggi, di samping dapat mengakibatkan proses osmosis dengan sel daging ikan,
garam juga menyebabkan osmosis pada sel mikroorganisme sehingga mengakibatkan
plasmolisis (Moeljanto, 1992).
Garam memiliki sifat higroskopis yang tergantung pada komponen
kimiawinya. Garam murni mempunyai sifat tidak sangat higroskopis dan hanya dapat
menyerap air dari udara bila RHnya lebih besar dari 76%. Selain sifat higroskopis,
garam juga memiliki sifat mudah larut dalam air, tidak larut dalam eter, etil alkohol,
lemak, atau hidrokarbon. Garam dapat mengkristal apabila suhu menurun sangat
drastis karena kelarutan NaCl menurun sebanyak kurang lebih 20% seiring
menurunnya suhu dari 25°C sampai -20°C.
Mekanisme garam dalam proses pengawetan adalah menunda autolisis dan
membunuh bakteri secara langsung. Menurut Murniyati dan Sunarman (2000),
kematian bakteri dalam proses penggaraman disebabkan oleh :
1. Garam menyerap air dari tubuh ikan melalui proses osmose,
akibatnya air yang tersedia bagi pertumbuhan bakteri berkurang.
2. Garam juga menyerap air dari tubuh bakteri sehingga
mengalami plasmolisis yang mengakibatkan kematian.
Dengan melakukan proses penggaraman, ikan diharapkan memiliki masa
simpan yang lebih lama. Menurut Tranggono (1991), dalam penggaraman perlu
diatur waktu agar hasil yang didapat baik. Adapun faktor yang mempengaruuhi waktu
penggaraman adalah :
a. Ukuran ikan dan penyiangan
Ikan yang besar membutuhkan waktu penggaraman yang lebih pendek
dibanding ikan yang tebal.
b. Suhu
Peningkatan suhu 1°C meningkatkan kecepatan penggaraman sebesar 2,5-
3,6% sehingga waktu lebih pendek.
c. Mutu garam
Garam yang berukuran besar larut dan secara perlahan akan memakan waktu
yang lama untuk menggarami ikan. Akan tetapi, garam yang lembut dapat
menghambat penggaraman akibat dehidrasi yang berlebihan dan pengerasan
permukaan ikan.
Asap Cair
Untuk menambah citarasa dari ikan bandeng yang sudah ada, dapat dilakukan
penambahan asap cair sehingga ikan tersebut memiliki flavour asap. Asap cair
merupakan dispersi uap asap dalam air, dikenal sebagai kondensat alami dari kayu
yang disaring untuk mengurangi kandungan air. Salah satu cara membuat asap cair
yaitu dengan mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu.
Selama pembakaran, komponen utama dari kayu yaitu selulosa, hemiselulosa dan
lignin akan mengalami pirolisa menghasilkan bermacam senyawa yaitu fenol,
karbonil, asam, furan, alkohol, lakton, hidrokarbon polisiklis aromatis dan lain
sebagainya (Darmadji, 2001).
Menurut Pszezola (1995), asap cair memiliki beberapa keuntungan, antara
lain:
1. Tidak mengandung lemak, kolesterol dan sodium
2. Aman digunakan (terdaftar masuk dalam daftar GRAS oleh FDA tahun 1991)
3. Menghasilkan flavor dan warna lebih seragam daripada pengasapan tradisional
4. Tersedia dalam aneka flavor sesuai kayu yang digunakan dalam pembakaran
5. Dapat digunakan sebagai antioksidan dengan mencegah oksidasi lemak dan
menstabilkan radikal bebas serta efektif mencegah terjadinya oksidasi off
flavor.
6. Fenol dan asam organik memiliki fungsi bakteriosida
7. Asap cair dapat digunakan berulang-ulang (ekonomis)
8. Mempersingkat waktu proses
Bandeng Presto
Pada umumnya pengolahan dan pengawetan hasil perikanan khususnya pada
ikan bandeng adalah bandeng presto, bandeng asap, pengalengan dan sebagainya.
Pengolahan ikan bandeng tersebut sudah dikenal oleh masyarakat, tetapi pengawetan
ikan bandeng dalam bentuk segar kurang dapat diterima masyarakat karena kendala
banyaknya dari duri dalam daging ikan bandeng. Duri bandeng sebenarnya adalah
tulang dari bandeng. Duri ini mengganggu kenikmatan dalam memakan dagingnya.
Gangguan ini dapat diatasi dengan penggunaan panci bertekanan tinggi (presto atau
autoklaf) dalam waktu tertentu, sehingga duri ini menjadi lunak dan dapat
dihancurkan jika dikunyah. Produk yang dihasilkan dinamakan bandeng presto
(Anonymous1, 2007).
Presto adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan
yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan
rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap
air yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan
bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang
digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak
(Wikipedia, 2007).
Ikan bandeng
Pencucian I
Penyiangan
Pencucian II
Penirisan
VII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous2. 2007. Teknik Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos chanos forskal) Segar
Tanpa Duri di Malang.
http://72.14.235.104/search?
q=cache:WyKztmUbUB4J:digilib.bi.itb.ac.id/go.php%3Fid%3Djiptumm-gdl-
res-1997-khusnul-1263-
bandeng+bandeng+adalah&hl=id&ct=clnk&cd=9&gl=id (19/03/08)
Kahoni, S. 1991. Kimia dan Teknologi Pengolahan Ikan. Yogyakarta : PAU Pangan
dan Gizi, Universitas Gadjah Mada.
Munoz, Estrada., E.A.E Boyle dan J.L. Marsden. 1998. Liquid Smoke Effects on
Escherichia Coli 0157:H7 and Its Antioxidant Properties in Beef Products.
Jou of food sci, vol 63 (1), 150-154.
Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: PAU
Pangan dan Gizi, IPB.
Tranggono. 1991. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta : PAU Pangan & Gizi
UGM.
Wikipedia. 2007. Bandeng. http://72.14.235.104/search?q=cache:6jG2-
CyTwYkJ:id.wikipedia.org/wiki/Bandeng_presto+bandeng+presto+wikipedia
&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id (20/03/08).