Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR HUKUM PERTANGGUNGAN (ASURANSI)

• Pada umumnya asuransi atau pertanggungan merupakan suatu bentuk


tanggung jawab menurut kontrak.
• Tanggung Jawab Menurut Kontrak
 Tanggung jawab menurut kontrak ini ada, jika sudah ada suatu
perikatan karena persetujuan.
 Tidak atau secara salah melaksanakan perikatannya menimbulkan
alasan untuk tanggung jawab.
 Para asuradir tanggung jawab, pada umunya hendak
menyendirikan pertanggungan mereka akibat dari tanggung jawab
kontraktuil ini sehingga akan dimuat dalam polis asuransi yang
disebut klausula pemeliharaan.
 Klausula ini menetukan bahwa pertanggungan tidak mencakup
penggantian kerugian atas barang, yang dikuasai tertanggung
dalam sewa, dalam pinjam pakai, untuk diangkut, disimpan, diolah
atau karena alasan apapun juga.

HAKEKAT, POKOK DAN BUKTI PERTANGGUNGAN

Hakekat Persetujuan Pertanggungan (Asuransi)


• Persetujuan pertanggungan (Asuransi) merupakan suatu Persetujuan
Untung-Untungan, suatu cagak hidup, permainan judi dan taruhan yaitu
suatu persetujuan yang dirumuskan sebagai”suatu perbuatan yang hasilnya
sehubungan dengan keuntungan dan kerugian, baik untuk semua pihak,
maupun untuk salah satu dari mereka, tergantung suatu kejadian yang tak
pasti”. (Pasal 1811 KUH Perdata)
• Pertanggungan adalah suatu persetujuan untung-untungan dan bahwa
kemungkinan dan perhitungan kemungkinan terikata kepada norma-norma
tertentu.
• Pertanggungan Bukan Kepastian Mutlak yaitu meskipun dalam
penerapannya kemungkinan memberikan kepastian yang besar, namun
kepastiannya tidak tidaklah mutlak.
• Pertanggungan harus dilakukan secara besar-besaran, misalnya pengadaan
satu ”pertanggungan” saja dengan sendirinya bukan pertanggungan.
• Perbedaan antara persetujuan untung-untungan pertanggungan dan
persetujuan untung-untungan permainan judi terletak pada penutupan
kepentingan dan ganti rugi yaitu di mana:
a. Permainan judi atau taruhan merupakan persetujuan untung-untungan
yang bertujuan mencari keuntungan apabila peristiwa tersebut terjadi.
b. Pertanggungan merupakan persetujuan untung-untungan yang akan
mengganti kerugian yang muncul apabila peristiwa tersebut terjadi.
• Pertanggungan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
a. Pertanggungan (Asuransi) Kerugian merupakan suatu
pertanggunga yang benar yang mencakup seluruh asuransi yang lain.
b. Pertanggungan (Asuransi) Jumlah Uang merupakan suatu
pertanggungan tidak benar, termasuk di dalamnya asuransi jiwa dan
sebagian besar dari asuransi kecelakaan dan bentuk-bentuk asuransi
kesehatan.
 Persamaannya:
a. Keduanya termasuk kategori persetujuan untung-
untungan.
b. Para penanggung dari keduanya sama-sama berjanji
akan memenuhi prestasi keuangan dengan menikmati
premi.
 Perbedaannya:
a. Pertanggungan kerugian adalah tidak pasti, apakah dan
kapan peristiwa itu akan terjadi.
b. Pertanggunga kerugian dalah yang diganti kerugian yang
diderita.
c. Pertanggungan jumlah uang tidak diperlukan adanya kedua
ketidakpastian tersebut.
d. Asuransi/pertanggungan jumlah uang yang dibayarkan
ialah berupa sejumlah uang yang ditentuka terlebih dahulu,
yang tidak perlu ada hubungannya dengan kerugian.

Pokok Persetujuan Pertanggungan (Asuransi)


• Mencakup:
A. Sebagian dari kekayaan pihak tertanggung, yaitu terdiri dari hak-hak atas:
I. Benda Badani (rumah-rumah, kapal-kapal, dsb)
II. Benda bukan Badani, yaitu:
1. hak-hak kebendaan, misal: hak pakai hasil
2. gadai dan hipotik
3. hak-hak tuntutan ( pertanggungan sewa misalnya tuntutan
kepada penyewa, yang ditiadakan karena kebakaran)
4. reasuransi
B. Kekayaan tetanggung pada umumnya, yang terdapat pada:
1. Pertanggungan tanggung jawab yaitu pertanggungan
kekayaan terhadap akibat-akibat daripada tanggung
jawab.
2. Asuransi Usaha

Bukti Persetujuan Pertanggungan (Asuransi)


• Pertanggungan atau asuransi mulai berlaku pada
saat terbentuk persesuaian kehendak, di mana untuk membuktikan adanya
suatu pertanggungan atau asuransi ialah adanya suatu Polis yang perlu
dibedakan ke dalam dua periode, yaitu:
a. Periode Sampai Penyerahan Polis
b. Periode Jika Polis telah diserahkan
• Polis merupakan suatu alat bukti terpenting untuk adanya dan
besarnya pertanggungan bagi pihak tertanggung. Sedangkan bagi Pihak
Penanggung, Polis merupakan alat bukti untuk adanya pertanggungan.
• Polis harus memuat apakah yang termasuk hakikat persetujuan
pertanggungan dan apa yang berdasarkan undang-undang dengan ancaman
bakal tidak boleh dilupakan.
• Macam-macam polis, meliputi:
a. Polis Perusahaan.
b. Polis Bursa.
c. Polis Khusus (Polis deklarasi, Polis Terbuka, Polis Penyesuaian)..
d. Polis Penebusan (Kontrak Pauschal)
e. Klausula pengembalian pro-rata.
f. Kontrak Panen.
g. Sertifikat.
h. Polis Pengiriman.
i. Polis Penyusutan.
j. Polis Duplikat.
k. dsb.
JUMLAH UANG PERTANGGUNGAN (ASURANSI), NILAI, TAKSASI
TETAP.

JUMLAH UANG PERTANGGUNGAN (ASURANSI)


• Jumlah uang dalam pertanggungan tau asuransi khususnya asuransi
kerugian dapat dilihat dari tiga segi, yaitu:
1. Jumlah uang pertanggungan/asuransi adalah kewajiban maksimum dari
penanggung.
2. Jumlah uang pertanggungan/asuransi adalah jumlah, atas nama biasanya
dihitung premi.
3. Jumlah uang pertanggungan/asuransi adalah menentukan bagian
penanggung di dalam kerugian.

Jumlah Uang Pertanggungan/Asuransi adalah Kewajiban Maksimum dari


Penanggung.
• Kontrak-kontrak, pertanggungan transpor biasanya menyebutkan
suatu ”jumlah maksimum yang dipertanggungkan tiap-tiap kesempatan”
yaitu jumlah yang ditanggung oleh penanggung berdasarkan kontrak untuk
semua jumlah barang-barang dalam suatu transportasi..
• Di dalam usaha asuransi, polis-polis yang ada ialah dengan lebih
dari satu jumlah pertanggungan, misalnya pada asuransi kendaraan
bermotor.
• Polis harus mengandung atau memuat sejumlah uang, agar
pertanggungan atau asuransi tersebut berlaku.(Pasal 256 D KUH Perdata)
Jumlah Uang Pertanggungan/asuransi adalah Jumlah, Atas Nama Biasanya
Dihitung Premi.
• Di mana jumlah pertanggungan dipakai sebagai patokan untuk menghitung
premi.
• Terdapat beberapa pengecualian, a.l:
a. Polis Pauschal, di mana preminya biasanya tidak dihitung dari ”maksimum
tiap kesempatan”, tetapi dari peredarannya yang terkadang tidak disebut di
dalam polisnya.
b. Pertanggungan resiko Perdana, di mana tidak hanya jumlah
pertanmggungan, tetapi juga nilai penuh memainkan peranan.
Misal: Pertanggungan tanggung jawab, di mana berbagai keadaan lain
daripada tingginya jumlah pertanggungan menetapkan preminya.

Jumlah Uang Pertanggungan/asuransi adalah Menentukan Bagian Penanggung di


dalam Kerugian.
• Terdapat beberapa kemungkinan, yaitu pertanggungan atas nilai,
pertanggungan bawah nilai, pertanggungan risiko perdana dan
pertanggungan sesuai dengan nilainya.
• Pertanggungan jumlah uang tidak dapat diaktakan tentang pertanggungan
atas nilai, bawah nilai, dsb di mana jumlah pertanggungan adalah jumlah
yang dibayarkan oleh penanggung, jika terjadi atau tidak terjadi suatu
peristiwa tertentu.

NILAI
• Untuk menetapkan, apakah jumlah pertanggungan terlampau tinggi, cukup
atau masih kurang, maka hendaknya di bandingkan dengan nilai.
• Nilai yang dimaksud dalam persetujuan pertanggungan ialah berupa
gantirugi, di mana tidak lebih dan pada umunya tidak kurang.
• Beberapa macam nilai dalam suatu pertanggungan/asuransi, a.l:
a. Nilai pada pertanggungan jumlah uang.
 Dalam asuransi jiwa, tidak bisa menetukan kehilangan atas suatu
jiwa dengan kerugian berupa uang.
 Pertanggungan/asuransi jumlah uang tau jiwa tidak terdapat masalh
nilai.
b. Nilai pada pertanggungan kebakaran.
 Didasarkan pada adanya benda tetap seperti bangunan dan
benda bergerak.
 Nilai ganti rugi atau kerugian dapat dihitung dari nilai
sebelum kebakaran atau nilai sesudah terjadi kebakaran.
c. Nilai pada pertanggungan transpor.
• Pertanggungan-nilai Tambah
 Yaitu apabila barang-barang yang dipertanggungkan ats
suatu polis transpor atu polis kebakaran biasa, maka diadakan suatu
pertanggungan tambahan tersendiri untuk kemungkinan nilai
tambah.
 Pertanggungan ini menyimpang dari polis biasa, karena:
1. Jika polis, utamanya memeberikan tanggungan penuh atau berjalan
dengan taksasi tetap, maka polis nilai-tambah tidak dapat
mengambil keuntungan dari hak subrogasi dalam hal terjadi
kerugian.
Hal ini karena hak-hak tertanggung terhadap pihak ketiga
sudah beralih sepenuhnya kepada penanggung atas polis-
utama, yang mengganti kerugian sepenuhnya atau melalui
taksasi tetap dianggap telah mengganti sepenuhnya.
2. Pertanggungan nilai-tambah pada umunya hanya berfungsi jika
terjadi kehilangan total.
3. polis nilai-tambah seringkali memuat ketentuan ”to pay as cargo”
di mana jika terjadi kerugian akan mengikuti saja polis- utama.
TAKSASI TETAP
• Dalam pertanggungan/asuransi perlu dilihat juga relasi
yang diletakkan antara keduanya dalam polis. Sehingga harus diperhatikan
kemungkinan-kemungkinan berikut, a.l:
1. Polis Terbuka
 Yaitu suatu polis yang nilainya tidak ditentukan.
 Nilainya dapat dibuktikan dengan segala upaya pembuktian di
mana jika terjadi kerugian, nilainya harus dibuktikan oleh
tertanggung.(Pasal 273 D KUH Perdata)
 Jika orang berpendapat, bahwa jumalh yang disebut di dalam polis
melukiskan jumlah yang dipertanggungkan yaitu tidak disebut nilai
dalam polisnya, maka polis tersebut ialh polis terbuka.
2. Polis dengan Taksasi oleh Kedua Belah Pihak
 Nialinya dinyatakan di dalam polis yaitu di mana selain
umlah yang dipertanggungakn disebutkan nilai di dalam polis juga
dinyatakan dalam satu jumlah.
 Beban pembuktiannya adalah kesebalikannya, yaitu:
a. Bertolak dari dalil bahwa jumlah yang disebutkan dalam polis
sesuai dengan nilai jika penanggung dapat mengemukakan alasan-
alsan kepada hakim karena tuntutan yang terlalu tinggi, maka hkim
berwewenang atau tidak berkewajiban memeberikan kebenaran
lebih lanjut kepada tertanggung mengenai nilai yang dinyatakan.
b. Penanggung dalam senua hal mempunyai hak untuk membuktikan
di hadapn hakim, bahwa tuntutan terlalu tinggi.
3. Polis dengan Taksasi oleh para ahli.
 Bahwa penanggung dan tertanggung pada waktu
mengadakan pertanggungan menyuruh menaksir pokok yang
dipertanggungkan oleh para ahli dan bhawa mereka juga telah
memperjanjikan bahwa jumlah yang sudah ditaksir tersebut jika
terjadi kerugian tidak dapat diganggu gugat. (Pasal 275 D KUH
Perdata)
 Polis ini sangat memberatkan beban pembuktian
penanggung karena terikat pada penentuan nilai atas jumlah yang
disebut dalam polis kecuali dalam hal penipuan.
4. Polis dengan Klausula Seolah-olah
 Terdapat kesepakatan bahwa diterima sebagai nilai sebelum
bencana, jumlah yang dipertanggungkan , seolah-olah ditetapkan
oleh para ahli ”conform”. (Pasal 275 D KUH Perdata)
 Klausula seolah-olah yaitu penanggung, jika tidak ada
permainan iktikad buruk. Jika terjadi kerugian, tidak akan menarik
diri sehingga pada umunya klausula ini sangat memuaskan.

LUAS PERTANGGUNGAN

• Pertanggungan itu mencakup:


1. Kejadian yang Tidak Pasti
 Ada dua macam:
a. Ketidakpastian Obyektif yaitu bahwa peristiwa itu tidak boleh
terjadi sebelum pertanggungan berlaku.
b. Ketidakpastian Subyektif yaitu jika pihak tidak mengetahui tentang
peristiwa itu pada waktu perjanjian diadakan.
 Pada dasar azasnya semua kejadian-kejadian tidak pasti
ialah dapat dipertanggungkan tetapi dalam prakteknya terdapat
batasan-batasan.
 Kejadian tidak pasti yang tidak dapat dipertanggungkan
menurut Hukum, meliputi:
a. Kejadian-kejadian tidak pasti yang sifatnya alamiah, seperti
kebakaran, gempa bumi, tersambar petir, penyakit, kecelakaan.
Ditentukan oleh pembentuk undang-undang bahwa di luar
sederetan bahaya-bahaya yang ditutup kerugian karena
cacat alamiah dan yang dilahirkan dari sifat dan hakekat
benda yang dipertanggungkan. (Pasal 249 D)
b. Kejadian tidak Pasti sebagai akibat perbuatan-perbuatan manusia
seperti pencurian, pembakaran, tindakan-tindakan perang,
penggelapan dan pada umunya tindakan melanggar hukum. Di
mana kesalahan tertanggung dikecualikan (Pasal 276 D)

2. Pertanggungan ”atas berita baik dan buruk”


 Merupakan suatu pemberatan beban pembuktian untuk
penanggung, asal tertanggung menyuruh menyebutkan berita yang
terakhir ini di dalam polis.
 Aturan ini digunakan untuk melindungi tertanggung.

SUBROGASI

• Pengertian
 Apabila penanggung membayar gantirugi yang terhutang
olehnya kepada tertanggung maka hutangnya terhapus dan karena
pembayaran tersebut maka terjadi peralihan kepada penanggung hak-hak
yang dimiliki tertanggung mengenai kerugian itu kepada pihak ketiga.
(KUH Dagang, pasal 1825)
 Atau merupakan suatu penggantian hak menuntut kerugian
oleh penanggung kepada pihak ketiga atas kesalahan pihak ketiga dengan
catatan penanggung harus sudah membayar kerugian terhadap tertanggung
terlebih dahulu.
 Menurut Eks Pasal 284 D, Penanggung adalah orang yang
berkewajiban untuk memenuhi suatu hutang tetapi jika ada pihak ketiga
yang bersalah tentang timbulnya kerugian, maka tertanggung mempunyai
suatu tuntutan kepada yang bersalah itu. Di mana pasal ini juga dimaksud
untuk mencegah bahwa tertanggung disuruh menjadi dari yang bersalah
kepada penanggung dan kembali lagi dengan menetapkan penanggung
harus membayar.
 Apabila Pasal 284 D tidak ada, Pertanggungan
dimaksudkan mengganti kerugian jika yang bersalah membayar, tidak
dapat dikatakan lagi adanya kerugian dan jika penanggung membayar,
mak untuk pihak ketiga yang bersalah tidak ada lagi yang harus diganti
rugi.
• Menurut Pasal 284 D, Subrogasi tidak berlaku untuk
pertanggungan sejumlah uang atau tidak ada subrogasi dalam pertanggungan
jumlah uang atau asuransi jiwa.

Anda mungkin juga menyukai