Anda di halaman 1dari 11

[Type the company name]

A. AUDIT KEPATUHAN DAN TES KEPATUHAN


1. AUDIT KEPATUHAN (COMPLIANCE AUDIT)
Audit kepatuhan seringkali dinamakan sebagai audit aktivitas. Audit
kepatuhan merupakan suatu tinjauan atas catatan keuangan organisasi untuk
menentukan apakah organisasi tersebut telah melaksanakan prosedur-prosedur,
kebjakan-kebijakan, atau peraturan yang telah dibuat oleh otoritas yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, tujuan audit kepatuhan sudah tentu menentukan apakah klien telah
mengikuti prosedur, tata cara, serta peraturan yang dibuat oleh otoritas yang lebih
tinggi tersebut. Temuan audit kepatuhan biasanya disampaikan pada seseorang di
dalam unit organisasi yang diaudit daripada disampaikan kepada pihak-pihak di luar
organisasi yang sifatnya lebih luas. Manajemen adalah pihak pertama dan utama
yang menaruh perhatian pada prosedur-prosedur dan peraturan yang berlaku. Oleh
karena itu, audit jenis ini sebagian besar dilaksanakan oleh auditor yang
dipekerjakan pada unit organisasi itu sendiri.

2. TES KEPATUHAN (COMPLIANCE TEST)


Tes Kepatuhan atau Compliance Test adalah tes terhadap bukti pembukuan
untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat
sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Apabila terkadi
penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi walaupun jumlahnya
tidak material, auditor tetap harus memperhitungkan dan penyimpangan terhadap
efektifitas pengendalian intern. Tes kepatuhan ini dilakukan pada waktu interim audit
dan dilanjutkan setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Dalam melaksanakan compliance test ini, auditor harus memperhatikan:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting schedule)
b. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit atau dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan buku besar pembantu
Sama halnya dengan pengujian substantif, tes kepatuhan juga
mengumpulkan bukti-bukti mengenai keefektifan pengendalian internal. Selain itu,
tes ini juga memeriksa ulang tiap-tiap transaksi dan saldo-saldonya untuk memenuhi
tujuan-tujuan audit yang berupa keakuratan, keberadaan, valuasi, dan keterjadian.

B. ISTILAH-ISTILAH TEKNIK/PENDEKATAN MELAKUKAN AUDIT


1. Compliance Test
Tes Kepatuhan atau Compliance Test adalah tes terhadap bukti pembukuan
untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat
sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Apabila terkadi
penyimpangan dalam pemrosesan dan pencatatan transaksi walaupun jumlahnya
tidak material, auditor tetap harus memperhitungkan dan penyimpangan terhadap
efektifitas pengendalian intern. Tes kepatuhan ini dilakukan pada waktu interim audit
dan dilanjutkan setelah perusahaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.
Dalam melaksanakan compliance test ini, auditor harus memperhatikan:
a. Kelengkapan bukti pendukung (supporting schedule)
b. Kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)
c. Otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit atau dikredit
e. Kebenaran posting ke buku besar dan buku besar pembantu
Sama halnya dengan pengujian substantif, tes kepatuhan juga
mengumpulkan bukti-bukti mengenai keefektifan pengendalian internal. Selain itu,
tes ini juga memeriksa ulang tiap-tiap transaksi dan saldo-saldonya untuk memenuhi
tujuan-tujuan audit yang berupa keakuratan, keberadaan, valuasi, dan keterjadian.

2. Substantive Test (Uji Substantif)


Uji substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji
moneter yang langsung mempengaruhi ketepatan saldo laporan keuangan. Uji
substantif terbagi menjadi 3, yaitu:
a. Uji Substantif Transaksi
Tujuannya adalah untuk menentukan apakah keenam sasaran hasil audit
yang terkait dengan transaksi telah terpenuhi untuk masing-masing kelas transaksi.
Dengan kata lain, uji substantif transaksi menekankan verifikasi transaksi yang
dicatat dalam jurnal kemudian memposkannya di buku besar.
b. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan dari jumlah tercatat untuk harapan
yang dikembangkan oleh auditor. Auditor sering melibatkan kalkulasi rasio untuk
perbandingan dengan rasio pada tahun sebelumnya dan data-data terkait lainnya.
Tujuan utama prosedur analitis adalah:
1) Menunjukkan kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2) Mengurangi ujian rincian saldo
Nantinya, selama ujian saldo akhir, auditor akan mengkalkulasi kembali rasio
menggunakan data setahun penuh. Prosedur analitis ini menekankan kewajaran
transaksi dan saldo buku besar
c. Ujian Rincian Saldo
Ujian rincian saldo berfokus pada saldo buku besar akhir baik untuk neraca
saldo dan akun laporan penghasilan tetapi penekanan yang utama dalam ujian
rincian saldo ini adalah pada neraca lajur. Pengujian saldo akhir ini penting karena
bukti-bukti pada umumnya diperoleh dari sumber yang tidak terikat dengan klien
sehingga dianggap sangat dapat dipercaya. Tujuan uji rincian saldo adalah
membuat ketepatan moneter dari akun yang berhubungan dengan akun-akun yang
sebelumnya telah diuji secara substantif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
ujian rincian saldo menekankan saldo akhir di buku besar.

3. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis
maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan
informasi senagaimana yang diminta auditor. Konfirmasi-konfirmasi ini datang dari
sumber independen terhadap klien maka jenis bukti audit ini sangat dihargai dan
merupakan jenis yang paling sering dipergunakan. SAS 67 mengidentifikasi dua
jenis konfirmasi yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi positif
meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan. Sedangkan konfirmasi
negatif meminta penerima untuk merespon pada saat informasi adalah tidak benar.
Konfirmasi negatif kurang kompeten jika dibandingkan dengan konfirmasi positif.
Konfirmasi positif dapat dilakukan dengan meminta penerimanya untuk memberikan
informasi (disebut formulir kosong/ blank form) atau konfirmasi bisa meliputi informasi
dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan infoemasi
itu. Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang layak, konfirmasi harus diawasi
oleh auditor.

4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan
eksistensi atau kejadian. Dengan merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat
menemukan item-item yang tidak dicatat dalam catatan klien. Sebagai contoh,
dalam suatu rekonsiliasi bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang
telah dicatat bank tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian
kelengkapan. Atau auditor dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam
catatan akuntansi klien juga dicatat sebagai pengeluaran oleh bank. Bukti ini
mendukung kejadian dari transaksi pengeluaran kas yang dicatat pada pembukuan
klien.
5. Walkthrough Transaction Test
Walkthrough adalah prosedur menelusuri sebuah transaksi melalui sistem
yang memproses informasi dan semua hal yang berkaitan dengan penyajiannya
dalam laporan keuangan. Penelusuran ini dilakukan mulai dari awal terjadinya
transaksi sampai transaksi tersebut disajikan dalam laporan keuangan.
Walkthrough ini memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Walkthrough procedure akan membantu auditor untuk memahami elemen kunci
dari aliran pemrosesan informasi dan hubungannya dengan pengendalian
sebelum auditor benar-benar melakukan pengujian secara detil.
b. Walkthrough membantu auditor memahami desain kontrol.
c. Walkthrough membantu auditor untuk mengevaluasi efektivitas desain internal
kontrol secara menyeluruh untuk masing-masing transaksi. Ketika
melaksanakan walkthrough ini, kemungkinan auditor juga memperoleh bukti
tentang efektivitas pengoperasian atas pengendalian.
d. Walkthrough juga membantu auditor memahami letak terjadinya material mis-
statement dalam sebuah proses.
Walkthrough harus dilakukan oleh staff audit yang berpengalaman.
Prosesnya sebagai berikut:
a. Menelusuri transaksi dari awal melalui setiap tahap sistem informasi organisasi
termasuk kontrol yang harus dievaluasi oleh auditor sampai ketika transaksi
disajikan dalam dalam catatan akuntansi dan laporan keuangan.
b. Melakukan prosedur secara menyeluruh pada proses permulaan ( initiating),
pengotorisasian (authorizing), pencatatan (recording), pemrosesan (processing)
dan pelaporan (reporting) masing-masing transaksi dan pengendaliannya,
termasuk pengendalian dari antikecurangan ( anti-fraud control).
c. Pada setiap titik dimana prosedur pemrosesan yang penting dan pengendalian
terjadi, ajukan pertanyaan kepada pegawai perusahaan (klien) tentang
pemahaman atas prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh
perusahaan/entitas dan tentukan apakah pemrosesan rosedur yang dilakukan
sesuai pemahamannya serta ketepatan waktunya. Auditor harus mengetahui
berbagai pengecualian pada prosedur-prosedur dan pengendalian
perusahaan/entitas tersebut.

6. Footing-Cross Footing
Footing atau casting atau totting adalah penjumlahan bilangan pada tabel
berdasarkan lajur (dari atas ke bawah/vertikal). Tujuan teknik ini adalah untuk
menentukan apakah data atau laporan yang disediakan auditi dapat diyakini
ketepatan perhitungannya. Sedangkan cross footing atau cross totting adalah
penjumlahan bilangan pada tabel berdasarkan baris (dari kiri ke kanan). Sama
halnya dengan footing, cross footing digunakan untuk perhitungan yang dibuat oleh
auditi.

7. Kontrol Total
Istilah kontrol total biasanya terdapat pada teknik audit yang menggunakan
bantuan komputer. Total kontrol merupakan kemampuan pada program piranti lunak
audit yang memungkinkan auditor dapat melihat sejauh mana efektivitas
pengendalian secara menyeluruh yang diterapkan perusahaan melalui aplikasi
komputer yang digunakan klien.

8. Kontrol Hubungan
Kontrol hubungan merupakan teknik dalam audit dengan mengaitkan bukti
transaksi dengan kejadian transaksi. Tujuannya adalah agar hal-hal yang berkaitan
dengan transaksi, baik berupa kecurangan ataupun hanya sekedar pengendalian,
dapat ditelusuri. Biasanya kontrol hubungan dilakukan jika bukti transaksi telah
terkumpul.

9. Pengujian Analitik
Pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audit dan pada
tahap review secara menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan
dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu
dengan data yang lain. Pada tahap awal proses audit, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor
melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus
memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk
itu, rasio analisis, analisis laba bruto, analisis terhadap laporan keuangan
perbandingan (comparative financial statements) merupkan cara yang umumnya
ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis
besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.
Jadi, tujuan pengujian analitik ini adalah:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya
b. Sebagai pengujian subdtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu
yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi
c. Sebagai rewiew menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit

10. Audit Around Computer


Audit sekitar komputer merupakan pemeriksaan yang dilakukan auditor
terhadap efektivitas pengendalian secara manual ( manual user control). Tujuannya
adalah untuk memeriksa pelaksanaan manual user control tersebut memenuhi
tujuan audit seperti keterjadian ( occurence), kelengkapan (completeness),
keakuratan (accuracy), pisah batas (cut-off), dan klasifikasi (classification) seluruh
transaksi yang dicatat pada akun-akunnya atau saldo yang signifikan.
Contoh dari pengendalian IT secara manual seperti menerapkan peraturan
atau kebijakan dan prosedur dalam pengendalian mengakses sistem dan data
komputer, mereview laporan klausul hukum ( exception report), mengoreksi
kesalahan dan menginput data transaksi. Contoh pengendalian aplikasi adalah
seperti membandingkan penginputan batch data sebagai inputnya dengan cetakan
(printout) yang merupakan hasil proses aplikasi tersebut.

11. Audit Through Computer


Uji prosedur audit pengendalian tertentu tidak dapat dilaksanakan secara
manual karena sistem yang prosesnya lebih rumit dan melibatkan jumlah data yang
sangat besar atau karena hanya terdapat informasi secara elektronik yang tersedia
sebagai bukti pengendalian operasi. Ketika organisasi memperluas penggunaan TI-
nya, pengendalian dilakukan dalam aplikasi yang hanya terlihat dalam format
elektronik. Ketika dokumen sumber tradisionla seperti faktur, pesanan pembelian,
arsip penagihan, dan arsip akuntansi seperti jurnal penjualan, daftar persediaan, dan
catatan tambahan piutang dagang hanya dalam format elektronik, auditor harus
mengubah pendekatan audit. Pendekatan untuk kondisi seperti di atas disebut
mengaudit melalui komputer (audit through computer).
Dalam pendekatan ini, auditor harus memastikan apakah pengendalian yang
bersifat otomatis ini memenuhi tujuan audit yang berupa keterjadian ( occurence),
kelengkapan (completeness), keakuratan (accuracy), pisah batas (cut-off), dan
klasifikasi (classification) untuk transaksi ataupun saldonya. Pendekatan ini juga
dibagi mejadi tiga kategori, yaitu:
a. Pendekatan Data Ujian (Data Test Control)
Pendekatan ini melibatkan pengolahan data ujian auditor dengan
menggunakan sistem komputer dan program aplikasi klien untuk menentukan
ketepatan pengendalian yang dilakukan komputer dalam memproses data ujian itu.
Auditor membandingkan data keluaran yang dihasilkan oleh sistem dari ujian data
terhadap keluaran yang diharapkan untuk menilai efektivitas dari aplikasi
pengendalian internal program. Ketika menggunaka pendekatan ini, ada tiga
pertimbangan auditor yang utama, yaitu:
1) Data ujian harus meliputi semua kondisi relevan yang ingin diuji auditor
2) Program aplikasi yang diuji oleh data ujian auditor harus sama dengan yang
digunakan klien sepanjang tahun
3) Data ujian harus dihapuskan dari arsip klien
b. Simulasi Paralel
Auditor menggunakan perangkat lunak yang dikontrol oleh auditor sendiri
untuk melaksanakan operasional paralel terhadap perangkat lunak klien dengan
menggunakan arsip data yang sama. Ketiadaan dalam hasil keluaran menandakan
perangkat lunak klien berfungsi secara efektih tetapi sebaliknya jika terdapat
perbedaan maka menandakan adanya kelemahan potensial. Perangkat lunak
auditor dirancang untuk memparalel suatu operasi yang dilakukan oleh perangkat
lunak klien.
Alat yang biasa digunakan auditor untuk melakukan simulasi paralel adalah
perangkat lunak audit umum ( generalized audit software/GAS ). Ada dua
keuntungan perangkat lunak audit umum. Pertama, Relatif mempermudah melatih
staf audit dalam penggunaanya bahkan bila mereka memiliki sedikit pelatihan TI
terkait audit. Kedua, perangkat lunak audit umum dapat diterapkan pada beragam
klien dengan penyesuaian yang minimal.
c. Pendekatan Modul Audit Tertanam
Saat menggunaka pendekatan ini, auditor memasukkan suatu modul audit
dalam sistem aplikasi klien untuk menangkap transaksi dengan karakteristik yang
menjadi minat spesifik auditor. Keuntungan pendekatan ini antara lain:
1) Kemampuan auditor untuk menguji secara terus-menerus dan
membandingkannya dengan data ujian dan pendekatan seimulasi paralel yang
dilaksanakan pada titik waktu tertentu
2) Kemampuan mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa untuk menjadi bahan
evaluasi auditor
Auditor biasanya menggunakan data ujian untuk melaksanakan ujian
substantif dan ujian pengendalian dari transaksi. Simulasi paralel sering digunakan
untuk pengujian substantif seperti menghitung kembali jumlah transaksi dan
membuat foot arsip induk catatan tambahan dari saldo akun. Sedangkan
pendekatan modul audit tertanam untuk mengidentifikasi transaksi yang tidak biasa
dalam pengujian substantif.
d. Pendekatan Integrated Test Facility (ITF)
Integrated Test Facility (ITF)Adalah suatu pendekatan teknik terotomatisasi
yang memungkinkan auditor menguji alur logika dan kendali suatu aplikasi pada saat
operasi normal berlangsung. ITF ini, bekerja dengan cara membuat sebuah entitas
fiktif dalam database untuk memproses uji transaksi secara berkala melalui input.
Keuntungan menggunakan ITF yaitu pengujian berkala tersebut tidak memerlukan
proses pengujian secara terpisah. Namun, perencanaan tetap dibutuhkan dan data
yang diuji harus diisolasi dari data produksi. ITF berguna dalam proses audit
komputer karena menggunakan program yang sama untuk membandingkan
pengolahan data dengan melakukan penghitungan data secara independen.

C. TEKNIK-TEKNIK AUDIT
Teknik audit adalah cara yang dipergunakan oleh auditor untuk memperoleh
bukti. Teknik audit yang umum digunakan adalah:
1. Pengujian Fisik
Pengujian fisik adalah inspeksi atau penghitungan yang dilakukan oleh
auditor atas aktiva yang berwujud. Pengujian fisik yang secara langsung berarti
verifikasi atas aktiva yang benar-benar ada ( existence), dianggap sebagai bukti audit
yang paling terpercaya dan berguna. Tujuannya untuk meyakinkan kebenaran
kuantitas ataupun uraian aktiva. Namun, pengujia fisik bukan merupakan bukti yang
cukup untuk memverifikasi bahwa aktiva yang ada adalah aktiva yang memang
dimiliki klien. Selain itu, penilaian yang tepat bagi berbagai tujuan dalam penyajian
laporan keuangan umumnya tidak dapat ditentukan oleh teknik ini.
2. Konfirmasi
Konfirmasi menggambarkan penerimaan tanggapan baik secara tertulis
maupun lisan dari pihak ketiga yang independen yang memverifikasikan keakuratan
informasi senagaimana yang diminta auditor. Konfirmasi-konfirmasi ini datang dari
sumber independen terhadap klien maka jenis bukti audit ini sangat dihargai dan
merupakan jenis yang paling sering dipergunakan. SAS 67 mengidentifikasi dua
jenis konfirmasi yaitu konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi positif
meminta penerima untuk merespon dalam semua keadaan. Sedangkan konfirmasi
negatif meminta penerima untuk merespon pada saat informasi adalah tidak benar.
Konfirmasi negatif kurang kompeten jika dibandingkan dengan konfirmasi positif.
Konfirmasi positif dapat dilakukan dengan meminta penerimanya untuk memberikan
informasi (disebut formulir kosong/ blank form) atau konfirmasi bisa meliputi informasi
dan permintaan responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan infoemasi
itu. Agar dapat dikategorikan sebagai bukti yang layak, konfirmasi harus diawasi
oleh auditor.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengujian auditor atas berbagai dokumen dan catatan
klien untuk mendukung informasi yang tersaji atapun yang seharusnya tersaji dalam
laporan keuangan. Dokumentasi adalah suatu bentuk bukti audit yang dipergunakan
secara luas karena dokumentasi telah tersedia bagi auditor dengan biaya perolehan
bukti yang relatif rendah.
Dokumen secara sederhana diklasifikasikan sebagai dokumen internal dan
eksternal. Dokumen internal adalah dokumen yang dipersiapkan dan dipergunakan
oleh organisasi klien sendiri dan tidak pernah disampaikan kepada pihak di luar
organisasi. Dokumen eksternal adalah dokumen yanng pernah ada pada pihak luar
organisasi yang mewakili pihak klien dalam melakukan transaksi tetapi dokumen ini
dapat dengan mudah diakses oleh klien dengan segera. Dokumen eksternal
memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi.
Ketika para auditor menggunakan teknik dokumentasi sebagai alat untuk
mendukung pencatatan transaksi atau nilai transaksi, hal tersebut disebut dengan
vouching. Pada banyak perusahaan merupakan hal yang telah umum bahwa
sejumlah besar proporsi dokumentasi klien hanya tersedia dalam bentuk formulir
elektronik.
4. Prosedur Analitis
Teknik ini menggunakan perbandingan-perbandingan dan hubungan-
hubungan untuk menilai saldo-saldo akun atau data lainnya agar disajikan secara
wajar. Prosedur analitis digunakan untuk tujuan yang berbeda-beda. Tujuannya
adalah sebagai berikut:
a. Memahami industri klien
b. Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
c. Menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan penyajian dalam laporan
keuangan
d. Mengurangi ujian audit rinci
Sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara rinci dan mendalam
terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai
perusahaan yang diaudit. Untuk itu, rasio analisis, analisis laba bruto, analisis
terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements)
merupkan cara yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran
menyeluruh dan secara garis besar mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha
klien
5. Wawancara kepada Klien
Wawancara adalah upaya memperoleh informasi baik secara lisan ataupun
tulisan dari klien sebagai tanggapan atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor.
Bukti dari hasil wawancara dapat sinyatakan sebagai bukti yang meyakinkan karena
tidak diperoleh dari sumber yang independen dan barangkali cenderung mendukung
pihak klien. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi auditor untuk mendapatkan bukti
audit lainnya yang lebih meyakinkan melalui teknik audit yang lain. Selanjutnya
auditor akan melakukan sejumlah pengujian audit dengan menggunakan
dokumentasi dan observasi untuk memutuskan apakah berbagai transaksi tersebut
telah dicatat (completeness) dan diotorisasikan (authorized) sesuai dengan
pernyataan klien.
6. Hitung Uji
Teknik ini melibatkan penghitungan kembali sebagai pengujian dan transfer
informasi yang dibuat klien pada suatu periode yang terdapat dalam periode audit
pada sejumlah sampel yang diambil auditor. Pengujian atas penghitungan ini
merupakan pengujian atas keakuratan aritmetis klien. Sejumlah besar hitung uji ini
dilakukan dengan bantuan piranti lunak pembantu audit berbasis komputer.
7. Observasi
Observasi adalah penggunaan indera-indera perasa untuk menilai aktivitas
tertentu. Dalam audit terdapat banyak kesempatan bagi auditor untuk
mempergunakan indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan penciumannya
dalam mengevaluasi berbagai item yang sangat beraneka ragam. Kelayakan bukti
audit dari teknik sangat jarang diandalkan karena terdapat risiko bahwa karyawan
klien yang terlibat aktivitas-aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari
kehadiran auditor. Merupakan kewajiban bagi auditor untuk memnindaklanjuti
berbagai kesab pertama yang didapat dengan berbagai bukti audit lainnya yang
bersifat nyata. Walaupun begitu, observasi sangat berguna dalam pelaksanaan
sebagian besar proses audit.

Anda mungkin juga menyukai