Latar Belakang
Bahan Baku
Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa,
nira aren, nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati: a.l. tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu,
singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.
Bahan berselulosa (Þ lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll.
Sekarang belum ekonomis, teknologi proses yang efektif diperkirakan akan
komersial pada dekade ini !
Pemanfaatan Bioetanol
Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin;
digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium
(EXX)
Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa
mengharuskan mesin dimodifikasi).
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik
yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane),
gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn),
singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.
Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum
terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
2. Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana
(glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan
enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum.
Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu
optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi
oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki
mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut
akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu
dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama
proses distilasi.
3. Pemurnian / Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan
etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi
standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan
mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa
dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel
berikut ini:
Peralatan Proses
Peralatan penggilingan
Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi
External Heat Exchanger
Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)
Tangki Penampung Bubur
Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor
Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol
Boiler, termasuk system feed water dan softener
Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting
Biodiesel
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam
lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau
esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel
(BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah
1-XX %
Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari
minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin.
Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-
ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang
hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 –
XX) %-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi
kendaraan diesel pada level B2 !.
Minyak nabati sebagai sumber utama biodiesel dapat dipenuhi oleh berbagai macam
jenis tumbuhan tergantung pada sumberdaya utama yang banyak terdapat di suatu
tempat/negara. Indonesia mempunyai banyak sumber daya untuk bahan baku
biodiesel.
Beberapa sumber minyak nabati yang potensial sebagai bahan baku Biodiesel.
Isi
Sumber
Nama Lokal Nama Latin % Berat P / NP
Minyak
Kering
Jarak Pagar Jatropha Curcas Inti biji 40-60 NP
Jarak Kaliki Riccinus Communis Biji 45-50 NP
Kacang Suuk Arachis Hypogea Biji 35-55 P
Kapok / Randu Ceiba Pantandra Biji 24-40 NP
Karet Hevea Brasiliensis Biji 40-50 P
Kecipir Psophocarpus Tetrag Biji 15-20 P
Kelapa Cocos Nucifera Inti biji 60-70 P
Kelor Moringa Oleifera Biji 30-49 P
Kemiri Aleurites Moluccana Inti biji 57-69 NP
Kusambi Sleichera Trijuga Sabut 55-70 NP
Nimba Azadiruchta Indica Inti biji 40-50 NP
Saga Utan Adenanthera Inti biji 14-28 P
Pavonina
Sawit Elais Suincencis Sabut dan 45-70 + 46-54 P
biji
Nyamplung Callophyllum Inti biji 40-73 P
Lanceatum
Randu Alas Bombax Biji 18-26 NP
Malabaricum
Sirsak Annona Muricata Inti biji 20-30 NP
Srikaya Annona Squosa Biji 15-20 NP
Biofuel
Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya alam yang
sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat potensial untuk
dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan,
agroklimat dan sumber daya manusia yang memadai. Kondisi iklim tropis dengan
curah hujan yang cukup, ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah
berkembangnya teknologi optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan
pengembangan usaha agribisnis.
Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang diinduksi oleh
meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia perlu mencari sumber-
sumber bahan bakar alternatif yang mungkin dikembangkan di Indonesia. Salah satu
tanaman yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar adalah tanaman jarak
pagar (Jatropha curcas). Selama ini ini tanaman jarak pagar hanya ditanam sebagai
pagar dan tidak diusahakan secara khusus. Secara agronomis, tanaman jarak pagar ini
dapat beradaptasi dengan lahan maupun agroklimat di Indonesia bahkan tanaman ini
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi kering (curah hujan < 500 mm per tahun)
maupun pada lahan dengan kesuburan rendah (lahan marjinal dan lahan kritis).
Walaupun tanaman jarak tergolong tanaman yang bandel dan mudah tumbuh, tetapi
ada permasalahan yang dihadapi dalam agribisnis saat ini yaitu belum adanya varietas
atau klon unggul, jumlah ketersediaan benih terbatas, teknik budidaya yang belum
memadai dan sistem pemasaran serta harga yang belum ada standar.
Luas lahan kritis di Indonesia lebih dari 20 juta ha, sebagian besar berada di luar
kawasan hutan, dengan pemanfaatan yang belum optimal atau bahkan cenderung
ditelantarkan. Dengan memperhatikan potensi tanaman jarak yang mudah tumbuh,
dapat dikembangkan sebagai sumber bahan penghasil minyak bakar alternatif pada
lahan kritis dapat memberikan harapan baru pengembangan agribisnis. Keuntungan
yang diperoleh pada budidaya tanaman jarak di lahan kritis antara lain (1) menunjang
usaha konservasi lahan, (2) memberikan kesempatan kerja sehingga berimplikasi
meingkatkan penghasilan kepada petani dan (3) memberikan solusi pengadaan
minyak bakar (biofuel).
Pemanfaatan Biofuel
Biogas Pengganti miyak tanah Limbah cair dan limbah kotoran ternak
Pengembangan Biofuel
Penyediaan Bahan Baku (Sektor Hulu) sebagai focal point adalah
Departemen Pertanian
Pengolahan (Sektor Tengah) sebagai focal point adalah Departemen
Perindustrian
Pemanfaatan biofuel (Sektor Hilir) sebagai focal point adalah Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (SNI Biofuel, sertifikasi, tata niaga).
Kegiatan pendukung lainnya sebagai focal point adalah cq (Departemen
Keuangan dan instansi terkait lainnya)