Anda di halaman 1dari 11

c c

   


c 

Penyakit Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya di dunia.
Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan
peradangan hati akut atau menahun. Walaupun terdapat 7 macam virus Hepatitis yaitu A, B, C,
D, E, F dan G, hanya Hepatitis B dan C yang berbahaya karena dapat menjadi kronis dan
akhirnya menjadi kanker hati.

Penularan Hepatitis B dilakukan melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan
darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B. Penularan biasanya terjadi melalui beberapa cara
antara lain, penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum
suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Di
dunia ini, setiap tahun sekitar 10 juta hingga 30 juta orang terkena penyakit Hepatitis B.
Walaupun penyakit Hepatitis B bisa menyerang setiap orang dari semua golongan umur tetapi
umumnya yang terinfeksi adalah orang pada usia produktif. Ini berarti merugikan baik bagi si
penderita, keluarga, masyarakat atau negara karena sumber daya potensial menjadi berkurang.

Penyakit hati yang fatal,hepatitisB,ternyata sudah mampu diobati dengan terapi


khusus.diharapkan bisa mengurangi penularan dan kematian yang diakibatkan.Para penderita
yang terlambat diobati banyak yang meninggal dunia dengan kondisi khas hati (lever)
membengkak dan perut membusung,tapi bagian tubuh lain menjadi kurus.karna nyaris tidak
menunjukkan gejala2 yang tegas,banyak pasien yang terlambat didekteksi hingga menderita
kanker.

Namun kini penyakit hepatitis B dapat disembuhkan.hasil penelitian internasional terbaru


menyimpulkan pasien hepatitis B yang menjalani terapi PEG Interferon Alfa 2-a(40D)ternyata
mampu menghilangkan antigen-s pemicu penyakit itu.kondisi ini bisa disebut sembuh secara
klinis.Selama ini,kesembuhan klinis pada pengobatan hepatitis B dianggap tidak mungkin.hasil
penelitian ini sebagai terobosan penting pada penurunan besar risiko kanker hati,sirosis,dan
penigkatan harapan hidup.

   c diklaim sebagai satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian terbesar.Di
indonesia diperkirakan 10%-15% warganya berisiko mengidap Hepatitis B.Obat-obatan yang ada
kini,tidak bisa membunuh virus hepatitis secara total.Karna ,virus sudah masuk sejak lama ke
dalam inti sel di hati dan terus berkembang didalamnya.Terapi PEG Interferon Asia 2-
a(40D),membangun sistem dari dalam tubuh sendiri,sehingga mampu menghancurkan virus
hepatitisB.

Sebelum ada terapi baru ini,selama hidupnya pasien hepatitis B harus meminum obat yang
mengganggu kemampuan virus untuk bereplikasi dan menginfeksi sel-sel hati lebih banyak lagi.
Pengujian virus itu paling baik melalui pemeriksaan darah dilaboratorium.sangat dianjurkan
pasien untuk rajin atau sadar melakukan cek-up setiap tahun,ini bertujuan agar mendapat
penanganan sejak dini karena itu akan mengurangi peluang penyakit hepatitis B berkembang
menjadi kronis dan merusak hati.Seorang pasien akan dinyatakan mengidap Hepatitis B
kronik,apabila sudah mengidap infeksi selama lebih dari enam bulan.apalagi bila dipastikan
adanya HBV DNA (indikasi replikasi virus aktif) dalam serum,kenaikan enzim hati,bukti
hitologis,serta hasil USG yang menunjukkan peradangan hati.



Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan
kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik
akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain
menjadi lebih beresiko.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B


Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan
dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara
pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.
Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung
meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan
dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi
pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik,
efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi
peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum
dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;


Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang
akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa
Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara
subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek
samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat
depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit
menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin
terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku
sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan
mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

? 

þ 
? 
?

Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati. Agaknya,
respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan kerusakkan. Jadi, pada suatu
infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus bertanggunga jawab untuk kedua-duanya,
eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada
saat yang bersamaan, luka pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada
virus hepatitis B dalam sel-sel hati.

Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan yang merusak
dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana keseimbangan ini dicapai menentukan
hasil akhir pada seorang individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi
virus hepatitis B akut dapat menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut
(jarang), dan adakalanya pada infeksi kronis. Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan
pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus namun tetap
sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari hati) dan komplikasi-
komplikasinya, termasuk kanker hati.
  
? 

Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi atau
pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus hepatitis B yang
paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu ibu, dan air liur.
Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan tidak ada dalam
feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman atau kontak
yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah
karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau
kontaminasi dengan virus hepatitis B.

Di Amerika, dewasa-dewasa dan dewasa-dewasa muda bertanggung jawab pada kebanyakan


kasus-kasus infeksi hepatitis B yang dilaporkan. Kontak seksual (intercourse) adalah cara-cara
penularan yang paling umum. Virus juga dapat ditularkan oleh darah atau cairan tubuh yang
tercemar virus hepatitis B dalam beberapa cara-cara yang berbeda. Cara-cara ini termasuk
penggunaan obat secara intravena, skin-popping (suntikan dibawah kulit), tato, menindi tubuh
(body piercing), dan akupunktur menggunakan alat-alat yang tidak steril. Sebagai tambahan,
virus hepatitis B dapat ditulari melalui penggunaan bersama sikat-sikat gigi dan alat-alat cukur.
Akhirnya, serangga-serangga penghisap darah seperti nyamuk-nyamuk dan kutu-kutu ranjang
didaerah tropis dilaporkan telah menularkan virus hepatitis B.

Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-ibu yang
terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini
adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-wilayah dimana infeksi virus hepatitis
B selalu hadir (endemik), seperti di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Angka penularan
virus hepatitis B kepada bayi-bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah
sangat tinggi, mendekati 100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua
dari bayi-bayi ini akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.

? 

Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang
mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B. Suatu diskusi dari setiap tes-tes
darah virus hepatitis B menyusul. Tes-tes serologi virus hepatitis B ini berbeda dari tes-tes darah
hati standar (seperti ALT/SGPT dan AST/SGOT) yang dapat menjadi abnormal ketika hati
dirusak oleh penyebab apa saja, termasuk infeksi virus hepatitis B.

c c

Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen
(HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan
ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan
pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada
inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan
dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus
hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan.

Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya
timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya.
Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B
mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.

c

Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam
darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati
mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya
aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-
HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-
antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.

IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut.
IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan
setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus
hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau
mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat
digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu,
menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak
bermanfaat.

c c ! 

Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda


(markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang
menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam
darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti
aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya,
sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan
risiko penularan yang lebih kecil.

Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk
virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core.
Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg,
meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada
HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih
tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.


c"  

Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari
hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus
hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu
reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis
B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus
hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk
mengukur hepatitis B virus DNA.

PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan
tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk
mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja
dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya.
Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel)
dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk
penggunaan diagnosis yang praktis.

Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus
hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis
B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi
yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif
(tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta
partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif
mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang
HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat
hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.

Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode
yang disebut !#$% &!, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada
PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa
pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika
banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata
lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode
hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.

'  (   #) c

Tabel 1 memberikan interpretasi-interpretasi diagnostik untuk beragam kumpulan-kumpulan


(sets) dari hasil yang didapatkan dengan suatu deretan tes-tes darah virus (serologi) hepatitis B.
Ingat, bagaimanapun, bahwa interpretasi dari tes-tes darah virus hepatitis B harus selalu dibuat
dengan pengetahuan dari sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil dari tes-tes
darah hati standar yang dapat mengindikasikan kerusakan pada hati.
Tabel 1: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B

Anti- Anti-
Anti- Anti- HBV
HBsAg Hbc HBc HBeAg Interpretasi
HBs HBe DNA
(total) IgM

+ - + + + + + Tahap awal infeksi akut

Tahap Kemudian infeksi


+ - + + - + -
akut

Tahap kemudian infeksi


- - + + - + -
akut

Kesembuhan dengan
- + + - - - -
kekebalan

- + - - - - - Vaksinasi yang sukses

Infeksi kronis dengan


+ - + - + - +
reproduksi aktif

Infeksi kronis dalam


+ - + - - + -
tahap tidak aktif

Infeksi kronis dengan


+ - + - - + +
reproduksi aktif

Kesembuhan, Hasil
- - + - - + atau - - positif palsu, atau
infeksi kronis

?? 

Suatu biopsi hati adalah suatu bagian yang penting dari pengkajian seorang pasien dengan virus
hepatitis B kronis. Tes ini bernilai karena inti yang kecil dari jaringan yang diambil dari hati
pada umumnya mewakili keseluruhan dari hati. Lebih jauh, suatu diagnosis dari hepatitis kronis
biasanya dapat dibuat dari biopsi. Bagaimanapun, tipe hepatitis kronis (atau sirosis yang
diakibatkannya), apakah itu hepatitis B, C, atau hepatitis autoimun, tidak dapat ditentukan secara
pasti dari biopsi.

Sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, tes-tes darah hati standar, dan testes darah virus
hepatitis B (serologi), bersama dengan biopsi hati, digunakakn semuanya untuk membuat
diagnosis dari tipe spesifik hepatitis kronis. Meski demikian, biopsi hati adalah tes yang
menunjukan jumlah hati yang luka (peradangan) dan luka parut (fibrosis) pada hepatitis kronis
atau sirosis. Informasi yang didapat dari biopsi kemudian digunakan untuk membantu
menentukan prognosis (perjalanan dan hasil akhir) dari penyakit dan begitu juga keperluan untuk
perawatan anti-virus.
c c
   


  c*(

Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat menyebabkan Kejadian Luar
Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit
Hepatitis B juga merupakan infeksi virus yang paling banyak tersebar dan dapat menimbulkan
infeksi yang berkepanjangan, sirosis hati, kanker hati hingga kematian.
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang bersifat akut atau kronik dan
termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibanding dengan penyakit hati yang lain karena
penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata
dan kulit disertai lesu. Penderita sering tidak sadar bahwa sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan
tanpa sadar pula menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).
Penyebaran penyakit Hepatitis B sangat mengerikan. Menurut °   
    (WHO)
Tahun 1990 diperkirakan satu biliun individu yang hidup telah terinfeksi Hepatitis B, sehingga lebih
dari 200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, dan 1-2 juta kematian setiap tahun dikaitkan dengan
VHB. Pada Tahun 2008 jumlah orang terinfeksi VHB sebanyak 2 miliar, dan 350 juta orang berlanjut
menjadi pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik (Shulman, 1994).
Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada di masyarakat, sekitar 90 persen diantaranya
mengalami infeksi saat masih bayi. Infeksi dari ibu yang mengidap virus Hepatitis B bisa terjadi
sejak masa kehamilan hingga bayi mencapai
usia balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu munyusui karena terjadi kontak luka pada puting ibu
sehingga menjadi jalan mudah masuknya virus Hepatitis B (Budihusodo, 2008).
Berdasarkan data WHO Tahun 2008, penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh nomor 10 di dunia dan
endemis di China dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia. Indonesia menjadi negara dengan
penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di dunia setelah China dan India dengan jumlah penderita 13
juta orang, sementara di Jakarta diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B.
Sebagian besar penduduk kawasan ini terinfeksi VHB sejak usia kanak-kanak. Sejumlah negara di
Asia, 8-10 persen populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2010).
Ningsih (2010) mengatakan bahwa mayoritas pengidap Hepatitis B terdapat di negara berkembang.
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007, prevalensi penduduk
yang pernah terinfeksi virus Hepatitis B adalah sebesar 34% dan cenderung meningkat karena jumlah
pengidapnya terus bertambah terlebih lagi terdapat  atau pembawa penyakit dan dapat menjadi
penyakit pembunuh diam-diam    bagi semua orang tanpa kecuali. Di pedesaan penyakit
Hepatitis menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian pada golongan semua umur dari
kelompok penyakit menular, sedangkan di daerah perkotaan menduduki urutan ketiga.
Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang paling efektif untuk mencegah penularan
penyakit Hepatitis B. Di Indonesia program imunisasi Hepatitis B dimulai pada Tahun 1987 dan
telah masuk ke dalam program imunisasi rutin secara nasional sejak Tahun 1997. Pada Tahun 1991
Indonesia dinyatakan telah mencapai
Universitas Sumatera Utara
V    (UCI) secara nasional, akan tetapi tetap saja masih ada ditemukan
kasus            (PD3I) seperti kasus Hepatitis. Kasus penyakit
Hepatitis B masih ada ditemukan di beberapa desa terutama desa dengan cakupan imunisasi Hepatitis
B rendah khususnya imunisasi Hepatitis B (0-7 hari) (Anwar, 2000).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, cakupan imunisasi Hepatitis B 0-7 hari di
Indonesia sebesar 59,19% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Provinsi
Sumatera Utara Tahun 2008 jumlah kasus Hepatitis B di Sumatera Utara adalah sebanyak 48 kasus
sedangkan pada Tahun 2009 jumlah kasus Hepatitis B di Sumatera Utara adalah sebanyak 64 kasus.
Ini berarti menunjukkan adanya kenaikan kejadian Hepatitis B.
Hasil laporan bulanan imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Aek Habil Kota Sibolga Tahun 2009
didapatkan jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B sebanyak 295 bayi. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
%*
 Kelurahan Sasaran Bayi Bayi yang Jlh %
Mendapat
* Imunisasi
!  Hepatitis B ( 0-
c* 7 Hari)

c

(
(%*
!
%!*
#+,,-
No
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1 Ae 200 8 8 0 5 14 5 12 11 10 10 15 0 98 49,
k 0
Ha
bil
2 Ae 183 7 10 0 6 13 6 12 10 12 10 10 0 96 52,
k 5
Ma
nis
3 Ae 194 7 7 0 3 2 2 10 11 13 15 0 0 70 36,
k 1
Par
om
bun
an
4 Ae 146 8 5 0 2 1 0 5 3 2 5 0 0 31 21,
k 2
Mu
ara
Pin
ang

Anda mungkin juga menyukai