Buletin Ok2
Buletin Ok2
Kartini ‘Menggugat’
Waduh….belum apa-apa judulnya udah syerem banget neh. Ibu Kartini kan udah
lama meninggal, kok bisa dia menggugat? Pasti seru neh! Nah, mumpung bulan Apri
l rasanya kurang afdhol kalo kita nggak ikut membicarakan beliau yang setiap tah
un selalu ada peringatan hari kelahiran putri keraton Jawa ini. Kartini sudah te
rlanjur jadi jargon emansipasi perempuan Indonesia. Di setiap waktu dan bidang,
semua mengelu-elukan beliau sebagai peletak tonggak persamaan hak perempuan deng
an laki-laki. Semua profesi yang berkaitan dengan perempuan sebagai pelaku aktif
di dalamnya, tidak pernah ketinggalan selalu menyelipkan nama Kartini dengan pe
nuh kekaguman dan terima kasih yang mendalam. Benarkah Kartini sehebat itu? Jang
an-jangan pemujaan ini menyimpan makna tertentu di baliknya.
Perempuan Hebat Lainnya
Pernah nggak kamu mendengar nama Dewi Sartika dan Cut Nyak Dien? Hmm….kaya
knya nggak asing ya meskipun namanya tak setenar Kartini. Kalo nama-nama yang in
i: Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah
, Malahayati dan Rohana Kudus? Hehehe….siap-siap aja kamu pada mengerutkan kening
karena merasa tak kenal sama sekali dengan mereka. Para sejarawan membuktikan ba
hwa nama-nama yang tersebut itu hidup sezaman dengan Kartini. Namun kenapa Karti
ni yang dijadikan satu nama utama ya? Padahal nama-nama perempuan hebat tersebut
telah melakukan sesuatu yang lebih dahsyat daripada Kartini di saat itu. Di saa
t Kartini masih dikungkung oleh budaya Jawa saat itu yang melarang perempuan ber
sekolah tinggi dan harus menunduk-nunduk di hadapan laki-laki meski itu adiknya
sendiri, perempuan-perempuan tersebut di atas sudah melakukan lebih. Dewi Sartik
a berkiprah di sekolah yang didirikannya bernama Kautamaan Istri (1910) yang ber
diri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung.
Kamu akan semakin bengong bila mendengar kiprah Tengku Fakinah, yang sel
ain ikut berperang, beliau juga adalah seorang ulama-wanita. Yang namanya ulama,
levelnya bukan lagi sekadar bisa baca tulis namun beliau sudah menjadi rujukan
umat karena kecerdasan dan kesalehannya. Jauh sebelum Kartini lahir, ada nama Ma
lahayati, Panglima Angkatan Laut wanita pertama di kepulauan Nusantara. Awalnya,
Malahayati membentuk barisan prajuritnya terdiri dari para janda untuk melawan
Belanda yang berusaha menjajah kerajaan Aceh. Karirnya pun semakin cemerlang seh
ingga pada tahun 1599, beliau membawahi ratusan armada perang dan berhasil membu
nuh Cornelis de Houtman yang terkenal bengis itu dengan tangannya sendiri. Nama
ini kemudian diabadikan menjadi nama Universitas, rumah sakit dan pelabuhan sert
a kapal perang. Fantastis!
INSPIRASI
Remaja Cerdas Pendukung
Syariah dan Khilafah
Dari mana perempuan hebat itu?
Yupz, pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kok sepertinya nama perempua
n hebat Indonesia didominasi oleh nama-nama yang bukan berasal dari Jawa? Satu-s
atunya nama Jawa adalah Kartini dan dia sangat terkenal seantero Indonesia karen
a hari lahirnya selalu diperingati secara nasional tiap 21 April. Usut punya usu
t, para perempuan menjadi hebat itu bukan tanpa sebab. Mereka tidak muncul secar
a sim salabim. Mereka muncul ternyata ada kaitannya dengan sejarah bangsa lainny
a yang memang sengaja belum terkuak. Aceh pada faktanya pernah menjadi bagian da
ri Kekhilafahan Islam di nusantara.
Sebagai sistem hidup, Islam memang mampu memberi efek dahsyat pada para
pemeluknya. Tidak dulu, tidak sekarang, tidak di masa depan. Bila Islam yang dip
akai sebagai standar dan aturan hidup, maka bisa dipastikan kondisi perempuan ak
an termuliakan secara benar. Begitu sebaliknya, bila Islam ditinggalkan maka han
ya kehinaan saja yang akan didapatkan. Lihatlah Kartini yang tertatih-tatih memp
erjuangkan harkat dan martabat kaumnya di tengah dominasi budaya Jawa yang sarat
dan kental dengan aturan dari luar Islam. Hingga akhirnya Kartini mendapat penc
erahan ketika al-Quran mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan beliau pun m
encampakkan kekagumannya pada gaya hidup perempuan Barat.
Sejarah Rancu?
Sudah saatnya bangsa ini meluruskan kembali sejarah nasionalnya. Bukan z
amannya lagi meminggirkan peran Islam bahkan membungkam aktivisnya dengan dalih
apa pun. Nama Malahayati, Tengku Fakinah, Rohana, Nyak Raniah, Cutpo Hasbi dan b
anyak nama lain telah menunjukkan kiprahnya tentang hak dan kewajiban berdasarka
n Islam.
Toh Kartini juga tidak pernah meminta dilahirkan sebagai perempuan Jaw
a yang terkungkung dan terbelakang. Yang ia inginkan hanyalah hak perempuan untu
k dihormati secara layak dan mendapat pendidikan sebaik-baiknya.
Jadi tidak perlu mendramatisir kehidupan Kartini apalagi menungganginya
atas nama kebebasan perempuan yang kebablasan. Biarkan sejarah berbicara apa ada
nya dengan bukti-bukti otentik yang kuat, bukan diada-adakan untuk kepentingan p
ihak tertentu saja.
Kasihan Kartini. Andai ia sudah mengenal Islam saat itu sebagai sebuah s
istem kehidupan dan bukan hanya kitab suci yang tak diketahui maknanya, maka sud
ah tentu surat-surat semacam curhat dan keluhan Kartini itu tak akan muncul. Kar
tini akan menjadi setangguh Cut Nyak Dien, Malahayati, Tengku Fakinah dan juga R
ohana Kudus. Laki-laki di sekelilingnya sudah barang tentu akan memberikan pendi
dikan layak padanya karena hal itu adalah kewajiban bagi perempuan juga.
Sungguh pantas Kartini ‘menggugat’. Karena sistem yang ada tidak berdasar pa
da Islam, meminggirkan dan menghinakan perempuan. Kartini yang semula menyanjung
dan memuja perempuan Barat, akhirnya berubah haluan mengkritik mereka ketika se
bagian isi al-Quran diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa oleh Kyai Sholeh Darat. M
asih sepertiga isi al-Quran, Kartini dipanggil oleh Allah. Baru juga sepertiga,
Kartini sudah sedemikian cemerlang berani mencela Barat, menentang praktik Krist
enisasi, dan membela Islam di hadapan teman perempuannya dari Eropa. Apakah lagi
bila Kartini sempat memahami keseluruhan isi al-Quran ya? Tak terbayangkan!
Finally, Biarlah Kartini tenang di alam sana. Tidak perlu mendompleng na
manya atau menunggangi perjuangannya. Satu poin penting yang kita telah tahu bah
wa ada penyelewengan sejarah tentang kiprah perempuan Indonesia. Dan yang lebih
parah lagi, penyembunyian wajah Islam sebenarnya sebagai sebuah sistem hidup. Pa
dahal, Islam mampu menuntaskan semua permasalahan termasuk masalah perempuan.
Perbanyaklah kamu mengingat mati, karena hal itu bisa membersihkan dosa dan meny
ebabkan kamu zuhud atau tidak cinta kepada dunia.(Rasulullah)
Mutiara Hadist
Tidak dibaca saat Guru sedang mengajar
Tidak dibaca saat Guru sedang mengajar