Anda di halaman 1dari 8

SINTESIS DIASETIL HEKSAGAMAVUNON-1 DENGAN KATALIS BASA

THE SYNTHESIS OF DIASETIL HEXAGAMAVUNON-1 WITH BASE CATALYZED

Supardjan A.M., Pudjono, dan Monika


Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK

Heksagamavunon-1 (HGV-1) atau 2,6-bis (4-hidroksi-3,5-dimetil benzilidin) sikloheksanon


merupakan salah satu senyawa analog kurkumin, yang telah diketahui memiliki aktivitas sebagai
antiinflamasi. Kekurangan dari HGV-1 adalah bioavaibilitasnya yang rendah. Penelitian ini
dilakukan untuk membuat diasetil heksagamavunon-1 (diasetil HGV-1) yang merupakan ester
asetat dari HGV-1, menggunakan anhidrida asetat dengan katalis basa, yaitu natrium etanolat
(NaOEt). Reaksi dilakukan pada berbagai perbandingan mol HGV-1 dengan mol anhidrida asetat:
1:8, 1:12, 1:16. Dari hasil penelitian diketahui bahwa senyawa yang dihasilkan berupa crude
product dan kemurniannya hanya 82,6%. Diasetil HGV-1 mempunyai jarak lebur 154-156 OC. Hasil
uji kelarutan menunjukkan diasetil HGV-1 yang dihasilkan lebih larut pada pelarut nonpolar
dibanding HGV-1.

Kata kunci: heksagamavunon-1, diasetil heksagamavunon-1, anhidrida asetat, bioavaibilitas

ABSTRACT
Hexagamavunon-1 (HGV-1) or 2,6-bis (4-hidroxy-3,5-dimetylbenzylidin) cyclohexanon is
one of curcumin analogues that has been known having anti inflammation activity. The lack of
HGV-1 is its low bioavailability. This research has done to produce diasetyl hexagamavunon-1
(diasetyl the HGV-1), an acetic ester of HGV-1, by reacting acetic anhydride and base catalyst
Sodium ethanolic. The reaction was carried out at various ratio of mol HGV-1 and mol acetic
anhydride 1:8, 1:12, 1:16. The research yielded a crude product and its purity is only 82,6%.
Melting point of diasetyl HGV-1 is 154-156 C. Solubility test showed that diasetyl HGV-1 more
soluble than HGV-1 in nonpolar solvent.

Key words: hexagamavunon-1, diasetyl hexagamavunon-1, acetic anhydride, bioavaibility.

PENDAHULUAN langsung pada cincin aromatik. Esterifikasi


Heksagamavunon-1 (HGV-1) merupakan fenol tidak melibatkan pemaksapisahan ikatan
salah satu hasil modifikasi dari kurkumin. Kare- C-O yang kuat dari fenol tetapi bergantung
na bioavaibilitas HGV-1 rendah, maka pada pada pemaksapisahan ikatan OH. Esterifikasi
penelitian ini akan disintesis senyawa baru suatu fenol dapat dengan suatu asam karbok-
yang merupakan ester asetat dari HGV-1, yaitu silat atau dengan derivat asam karboksilat yang
diasetil HGV-1, yang dapat disintesis dengan lebih reaktif seperti anhidrida asetat. Esterifikasi
menggunakan metode sintesis diasetil kurku- dengan asam karboksilat rendemennya yang
min. Sintesis ester asetat ini diharapkan dapat lebih kecil sehingga digunakan derivatnya yang
menurunkan titik leburnya sehingga memper- lebih reaktif sehingga rendemennya akan lebih
mudah kelarutannya dalam lipid sehingga banyak (Fessenden and Fessenden, 1994).
mudah melewati membran sel untuk mencapai Reaksi esterifikasi prosesnya sangat
sel sasaran atau tempat aksi dan bioavaibi- lambat tanpa adanya katalis maka penggunaan
litasnya menjadi meningkat. katalis pada asetilasi bertujuan untuk memper-
cepat reaksi. Katalis yang digunakan dalam
esterifikasi dapat berupa katalis asam atau
katalis basa. Dengan katalis asam reaksi esteri-
fikasi merupakan reaksi yang reversibel
(Fessenden and Fessenden, 1995), dan
sebagai intermediate stage-nya adalah enol,
sedang dengan katalis basa sebagai
intermediate stage-nya adalah enolate.

Gambar 1–Struktur Heksagamavunon-1 (HGV-1) METODE PENELITIAN


Heksagamavunon-1 merupakan suatu Alat: Alat yang digunakan adalah seperangkat
fenol, yang memiliki gugus hidroksil yang terikat alat gelas untuk sintesis, lempeng KLT silika gel

48 PHARMACON, Vol. 5, No. 2, Desember 2004, 48 – 55


60 GF254 (E-Merck), termopan (Reichert Austria; pada lempeng silika gel 60 GF254, kemudian
Nr.340 579), spektrofotometer IR (Shimadzhu dielusi dengan fase gerak kloroform dengan
FTIR-8201 PC), spektrofotometer UV-Vis jarak elusi 8,5 cm. Bercak yang terjadi
(Spectronic Genesys 5 Milton Roy), spektro- diamati dengan sinar tampak dan kadarnya
meter 1H-NMR (JEOL-MY 60), spektrometer ditentukan secara semi kuantitatif dengan
massa (Mariner Mass), densitometer (Shimad- densitometer pada  = 342 nm.
zu C5-930), mikroskop. Uji Kelarutan. Sebanyak 2 mg senya-
wa hasil sintesis ditimbang, kemudian ditam-
Bahan: Bahan yang dipergunakan adalah bah pelarut: aquades, dimetilsulfoksida
natrium hidroksida (NaOH), anhidrida asam (DMSO), etanol, etil asetat, kloroform, tetrahi-
asetat, etanol absolut, metanol, tetrahidrofuran drofuran (THF), karbontetraklorida (CCl4), n-
(THF), dimetilsulfoksida (DMSO), etil asetat, heksan atau aseton. Dihitung volume yang
kloroform, karbontetraklorida (CCl4) (p.a. E- dibutuhkan hingga tepat larut.
merck), HGV-1 dan aquadest (Laboratorium Elusidasi Struktur:
Molnas UGM). 1. Pemeriksaan spektrum UV-Vis. Senyawa
hasil sintesis dilarutkan dengan etanol. Laru-
Jalan Penelitian tan diperiksa absorbansinya dan maks de-
Sintesis diasetil heksagamavunon-1 (diasetil ngan spektrofotometer UV-Vis (Spectronic
HGV-1) Genesys 5 Milton Roy).
a. Pembuatan larutan natrium 2. Pemeriksaan spektrum IR. Senyawa hasil
etanolat (NaOEt) sintesis diperiksa dengan spektrofotometer
Sebanyak 10 g NaOH ditimbang kemudian IR (Shimadzhu FTIR-8201 PC) mengguna-
dilarutkan dengan etanol absolut p.a. sam- kan KBr pelet, pita absorpsi yang terbentuk
pai volume 100 ml. dinyatakan dalam cm-1. Hasil spektrum IR
b. Pembuatan enolat senyawa hasil sintesis diinterpretasikan dan
heksagamavunon-1 (HGV-1). HGV-1 dibandingkan dengan spektrum IR senyawa
ditambah dengan 10 ml larutan NaOEt dalam HGV-1.
erlenmeyer, diaduk selama satu jam di atas 3. Pemeriksaan spektrum 1H-NMR. Sampel hasil
waterbath pada suhu 50- 60 OC sampai sintesis dilarutkan dengan CDCl3 dalam ta-
semua HGV-1 larut yang ditandai dengan bung, kemudian diperiksa dengan spektro-
terbentuknya warna merah dan didiamkan meter NMR (JEOL-MY 60). Hasil spektrum
selama satu malam. 1
H-NMR senyawa hasil sintesis diinterpreta-
c. Pembuatan diasetil sikan dan dibandingkan dengan spektrum 1H-
heksagamavunon-1 (diasetil HGV-1). NMR senyawa HGV-1.
Larutan di atas kemudian ditambah dengan 4. Pemeriksaan spektrum MS. Spektrum MS
anhidrida asetat, diaduk selama tiga jam di diperoleh dengan ESI-MS menggunakan
atas waterbath pada suhu 50-60OC, dengan Mariner Mass Spectrometer. Spektrum MS
perbandingan mol HGV-1:mol anhidrida ase- senyawa hasil sintesis diinterpretasikan de-
tat = 1:8; 1:12; 1:16. Endapan berwarna kuning ngan melihat ion molekul yang muncul
dikumpulkan, dicuci dengan air sampai sebagai M+1, sehingga dapat diketahui bo-
netral, kemudian dicuci dengan etanol. bot molekul (BM) senyawa hasil sintesis.
Analisa Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Kemurnian Hasil. Analisis kemurnian Percobaan sintesis diasetil heksagamavu-
dilakukan dengan pemeriksaan : non-1 (diasetil HGV-1)
1. Titik Lebur. Pemeriksaan Pada percobaan ini perlu dilakukan uji
titik lebur dilakukan dengan menggunakan kemurnian dari HGV-1 sebagai starting mate-
termopan Reichert Austria; Nr.340 579. rial, yang dapat dilihat dari pengukuran jarak
Sedikit senyawa hasil sintesis diletakkan pada lebur dan profil KLT.
gelas obyek, mikroskop diatur sedemikian
rupa sehingga diperoleh pandangan yang
Tabel 1–Harga Rf Senyawa HGV-1 pada berbagai fase gerak
jelas. Naikkan temperatur perlahan-lahan
hingga senyawa tersebut melebur. Rf Perbandingan fase gerak
Temperatur saat senyawa yang diperiksa 0,65 Kloroform
mulai meleleh sampai meleleh semua
dicatat. 0,82 Karbontetraklorida : Etil asetat = 1 : 1
2. Kromatografi Lapis Tipis
0,82 Karbontetraklorida : Etil asetat = 2 : 1
(KLT). Senyawa hasil sintesis sebanyak 10
mg dilarutkan dalam 5 ml kloroform. 0,89 Karbontetraklorida : Etil asetat = 1 : 4
Sebanyak kurang lebih 1 l larutan ditotolkan

Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1……………(Supardjan. A.M) 49


Dari hasil uji kemurniaan HGV-1, dapat disim- basa akan terbentuk anion enolat yang lebih
pulkan bahwa senyawa HGV-1 yang digunakan reaktif daripada bentuk enol yang dihasilkan
adalah cukup murni. dengan katalis asam.
Dalam percobaan ini, diasetil HGV-1 Reaksi esterifikasi ini menggunakan
disintesis dengan cara mereaksikan HGV-1 anhidrida asetat yang lebih reaktif daripada
dengan NaOEt agar terbentuk suatu anion eno- asam karboksilat karena ion karboksilat pada
lat, yang merupakan intermediate yang reaktif. anhidrida asetat merupakan leaving group yang
Bila fenolat HGV-1 telah terbentuk, yang ditan- lebih baik dibanding gugus –OH pada asam
dai dengan terjadinya perubahan warna dari karboksilat.
kuning muda kehijauan menjadi merah tua, Secara teoritis diperlukan dua ekivalen
dengan penambahan anhidrida asetat akan anhidrida asam asetat, karena HGV-1 mempu-
terjadi reaksi substitusi asil nukleofilik dan akan nyai dua gugus -OH fenolik yang bisa diasetil-
terbentuk endapan yang berwarna kuning kan Akan tetapi dalam sintesis ini, dibutuhkan
pucat. Kemudian senyawa hasil sintesis dicuci anhidrida asetat yang lebih besar yaitu 8
menggunakan etanol untuk menghilangkan ekivalen. Hal ini mungkin disebabkan karena
HGV-1 yang tidak bereaksi, karena HGV-1 pada sintesis ini digunakan katalis basa yang
lebih larut dalam etanol dibanding ester yang membuat suasana menjadi basa maka
dihasilkan. anhidrida asetat yang dibutuhkan menjadi lebih
Dalam sintesis diasetil HGV-1 digunakan banyak. Pada percobaan ini, sintesis dilakukan
katalis basa yaitu NaOEt karena NaOEt meru- dengan variasi perbandingan mol antara HGV-1
pakan suatu alkoksi sekaligus basa yang kuat, dengan anhidrida asetat seperti terlihat pada
umumnya lebih kuat daripada hidroksida tabel 2.
(Fessenden and Fessenden, 1994). Dengan Dari data di atas, dapat diketahui bahwa
menggunakan katalis basa, diharapkan kece- terjadi peningkatan hasil sintesis dengan
patan reaksinya akan lebih cepat dibanding penambahan jumlah anhidrida asetat.
dengan katalis asam karena dalam suasana

Tabel 2–Hasil sintesis diasetil HGV-1menggunakan anhidrida asetat dengan katalis basa.
Sintesis I Sintesis II Sintesis III

1g 1g 1g
Jumlah HGV-1
(2,76.10-3 mol) (2,76.10-3 mol) (2,76.10-3 mol)

2 ml 4 ml 6 ml
Jumlah Anhidrida asetat
(0,02 mol) (0,03 mol) (0,04 mol)

Hasil sintesis 0,69 g 0,73 g 0,74 g

Warna Kuning pucat Kuning pucat Kuning pucat


Titik lebur 154-156C 154-156C 154-156C

50 PHARMACON, Vol. 5, No. 2, Desember 2004, 48 – 55


Mekanime Reaksi Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1 (Diasetil HGV-1) Menggunakan Katalis Basa
O

H3C CH3

HO OH

CH3 CH3
HGV-1
(Kuning muda kehijauan)
-H2O NaOH

O O Na+
H3C CH3 H3C CH3

Na O O Na O O Na
CH3 CH3
CH3 CH3
CH3Garam dinatrium HGV-1
Merah ungu
H3C
O (merah ungu) O
O O
O O
CH3
H3C

H3C CH3

CH3 H3C

O O O O

O CH3 CH3 O

O O

CH3 H3C

O -2 CH3 C O- Na+
H3C CH3

O O

H3C C O O C CH 3

CH 3 CH 3
Diasetil HGV-1
(Kuning pucat)

Pengujian Senyawa Hasil Sintesis menggunakan fase gerak kloroform. Hasil KLT,
Uji kemurnian senyawa hasil sintesis memberikan informasi bahwa senyawa hasil
dilakukan dengan menentukan jarak lebur dan sintesis belum murni karena pada KLT muncul
profil KLT. Pada pemeriksaan jarak lebur 2 bercak yang masing-masing mempunyai
senyawa hasil sintesis, terlihat bahwa senyawa harga Rf, yaitu 0,68 and 0,88 berbeda dengan
melebur pada suhu 154-156C. Apabila diban- Rf HGV-1 0,49 yang digunakan sebagai
dingkan dengan jarak lebur senyawa HGV-1 pembanding.
yang memiliki jarak lebur 225-226C (Sardji- Untuk menentukan kemurnian senyawa
man, 2000), telah terjadi penurunan titik lebur yang dihasilkan digunakan densitometer.
pada senyawa hasil sintesis. Berdasarkan hasil densito dengan
Uji KLT senyawa hasil sintesis dilakukan menggunakan maks = 342 nm (maks diasetil
dengan menggunakan silika gel 60 GF 254 dan HGV-1) diketahui bahwa kemurnian senyawa
hasil sintesis hanya 82,5%.

Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1……………(Supardjan. A.M) 51


Tabel 3–Hasil uji kelarutan Heksagamavunon-1 (HGV-1) dan senyawa hasil sintesis
Berat senyawa HGV-1 = 2 mg
Berat senyawa hasil sintesis = 2 mg
Pelarut Senyawa hasil sintesis HGV-1

Air Tidak larut Sangat sukar larut


Dimetil sulfoksida Mudah larut Sangat mudah larut
Etanol Agak sukar larut Larut
Etil asetat Mudah larut Sukar larut
Kloroform Mudah larut Mudah larut
THF Mudah larut Mudah larut
Aceton Sukar larut Tidak larut
n-Heksana Sangat sukar larut Sangat sukar larut

Dari data di atas, dapat disimpulkan


bahwa telah berhasil disintesis senyawa yang
lebih nonpolar daripada HGV-1. Hal ini dapat
dilihat bahwa senyawa hasil sintesis lebih
mudah larut dalam pelarut yang lebih nonpolar
dibanding HGV-1.

Elusidasi Struktur
Elusidasi struktur dilakukan dengan
menginterprestasikan data dari spektrum UV-
Vis, IR, 1H-NMR, dan MS, digunakan untuk
menentukan struktur molekul dari senyawa
hasil sintesis.
Gambar 2–Spektrum UV-Vis diasetil HGV-1 etanol
Dari hasil pengukuran panjang gelom-
bang () dalam etanol, senyawa hasil sintesis
mempunyai maks = 342 nm dan maks HGV-1 = Dari spektrum IR dapat diketahui telah
484 nm, menunjukkan adanya pergeseran  ke terjadi asetilasi pada kedua gugus -OH fenolik
arah yang lebih pendek. Kromofor pada HGV-1 dari HGV-1. Hal ini dibuktikan dengan hilang-
lebih panjang dibanding kromofor pada senya- nya peak dari gugus -OH fenolik pada 3188,1
wa diasetil HGV-1, karena adanya gugus -OH cm-1, munculnya peak dari karbonil ester pada
fenolik pada HGV-1 memungkinkan elektron 1759,0 cm-1 dan peak dari O-C=O asetat pada
pada atom O gugus -OH fenolik dapat bereso- 1191,9 cm-1.
nansi ke dalam sehingga dapat menambah
panjang kromofor. Penggantian atom H pada
gugus –OH fenolik oleh gugus asetil, menyebab-
kan elektron pada atom O yang terikat inti
aromatis pada diasetil HGV-1 tidak dapat
beresonansi ke dalam , yang akibatnya panjang
kromofor dari diasetil HGV-1 lebih pendek
sehingga akan menyerap pada panjang
gelombang lebih pendek.

Gambar 3–Spektrum IR HGV-1(Pellet KBr)

Gambar 1–Spektrum UV-Vis HGV-1 dalam etanol

52 PHARMACON, Vol. 5, No. 2, Desember 2004, 48 – 55


Tabel 4–Analisis vibrasi gugus fungsional senyawa HGV-1
Bilangan gelombang (cm-1) Intensitas Gugus Fungsional

3188,1 Kuat, melebar Vibrasi rentang –OH


2918,1 Kuat, tajam Vibrasi rentang C-H metilen
1652,9 Sedang, tajam Vibrasi rentang C=C (alkena)
1585,4 Kuat, tajam Vibrasi rentang C=O (sikloheksanon)
1417,6 Kuat, tajam Vibrasi tekukan C-H alkena
1377,1 Sedang, tajam Vibrasi tekukan C-H metil
1149,5 Kuat, tajam Vibrasi tekukan C-O
(Silverstein and Webster, 1998)

Dari spektrum 1H-NMR senyawa hasil inti proton pada molekul diasetil HGV-1dan
sintesis yang diperoleh, dapat diketahui bahwa tidak munculnya peak pada ± 8,78 ppm yang
proton-proton yang muncul pada spektrum 1H- merupakan peak dari proton –OH fenolik
NMR sesuai dengan proton-proton yang dimiliki (Sardjiman, 2000) tetapi munculnya peak baru
senyawa diasetil HGV-1 karena pada spektrum pada ± 2,35 ppm yang merupakan peak dari
terlihat ada 6 puncak yang muncul yang proton metil gugus asetil.
menunjukkan ada 6 macam lingkungan kimia

Tabel 5–Analisis vibrasi gugus fungsional senyawa hasil sintesis


Bilangan gelombang(cm-1) Intensitas Gugus Fungsional

2925,8 Lemah, tajam Vibrasi rentang C-H metilen


1759,0 Kuat, tajam Vibrasi rentang C=O (ester)
1666,4 Lemah, tajam Vibrasi rentang C=C alifatik
1610,5 Kuat, tajam Vibrasi rentang C=O (sikloheksanon)
1
Tabel 6–Data spektrum
1596,9 H-NMR HGV-1 dan diasetil HGV-1
Kuat, tajam Vibrasi rentang C=C aromatik
1415,7
Chemical shift () Lemah, tajam Vibrasi tekukan C-H alkena
Signal 1218,9 Integrasi
Kuat, tajam Menunjukkan (proton)
Vibrasi rentang O-C=O (asetat)
(ppm)
1191,9 Kuat, tajam Vibrasi rentang O-C=C (asimetris)
H
C
Singletand Webster, 1998)
(Silverstein
7,75 2H 2 –CH=
melebar
H

C
Singlet 7,2 4H 2 inti aromatik

H
O

metilen pada
Multiplet 2,75 – 3,1 4H
sikloheksanon H H

H H
O
2 –CH3 pada gugus
Singlet 2,35 6H
asetil CH3 C
O
H3C

4 –CH3 pada
Singlet 2,2 12H
aromatik
CH3

metilen pada
Multiplet 1,65 – 2 2H
sikloheksanon

H H

Gambar 5–Spektrum 1H-NMR senyawa hasil sintesis (CDCl3, 60 MHz)

Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1……………(Supardjan. A.M) 53


Metode spektroskopi massa yang digu- trum juga muncul peak dengan m/z=405,
nakan dalam percobaan ini adalah metode ESI- muncul sebagai ion (M+H) +, yang menunjukkan
MS yang digabung dengan KCKT, jadi senyawa bahwa hanya ada satu gugus –OH fenolik yang
yang akan dianalisis dipisahkan terlebih dahulu terasetilkan.
dengan KCKT agar senyawa yang akan diana-
lisis dengan ESI-MS benar-benar murni akan
sehingga mempermudah dalam menginterpres-
tasikannya. Metode ESI-MS ini dipilih karena
metode ini cukup sensitif dan sampel yang
dianalisis relatif sedikit mengalami fragmentasi
sehingga ion molekul dalam keadaan relatif
utuh dapat memberikan informasi mengenai
bobot molekul dari senyawa yang dianalisis
karena mempunyai kelimpahan paling tinggi.
Kromatogram KCKT senyawa hasil sin-
tesis menunjukkan terdapat empat peak yaitu
pada Rt = 4,1; 10,1; 11,4; dan 24,3 menit, berarti
senyawa hasil sintesis tersebut belum murni
karena ada empat senyawa yang berbeda.

Volume injection : 10 l
Flow rate : 0,1 ml/min
Eluent metanol + water : 90 +10
Coloumn C 18 (RP 18) Phenomenex Gambar 7–Spektrum ESI-MS senyawa hasil sintesis pada
Coloumn length : 150 mm Rt 10,1 menit
ID : 2 mm
Particle size : 5m Tabel 7–Harga m/z ion molekul dan ion fragmen dari hasil
sintesis yang terdeteksi dengan cara ion positif
Ion molekul / ion fragmen m/z

M+H 447
M + 2H 448
M + 3H 449
M + Na 469
2M + 893
2M + Na 915

KESIMPULAN
Diasetil HGV-1 dapat diperoleh dengan
jalan mereaksikan HGV-1 dan anhidrida asetat
dengan katalis basa, yaitu NaOEt. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa senyawa hasil sinte-
sis yang dihasilkan adalah crude product kare-
na belum murni dan masih ada pengotor.

Gambar 6–Kromatogram KCKT senyawa hasil sintesis


SARAN
Perlu dilakukan penelitian untuk menda-
Cara yang digunakan dalam ESI-MS patkan metode terbaik dan kondisi optimal
adalah cara positif, yang spektrum massanya untuk sintesis diasetil HGV-1. Perlu dilakukan
akan dikarakteristik oleh serangkaian quassi uji aktivitas biologis secara in vitro dan in vivo
molecular ions. Dari spektrum ESI-MS, dapat senyawa diasetil HGV-1, sebagai antiinflamasi.
diketahui bobot molekul senyawa yang diperik- Perlu dilakukan penelitian aktivitas biologis
sa adalah 447, yang merupakan puncak de- yang lain dari senyawa ini, seperti sebagai
ngan intensitas tertinggi (100%), muncul seba- antikanker, antioksidan, antiproliferasi maupun
gai ion M+. Berarti bobot molekul senyawa antimutagenik. Perlu dilakukan penelitian lanju-
tersebut adalah 447-1=446, yang merupakan tan untuk memperoleh cara pemurnian senya-
bobot molekul dari diasetil HGV-1. Pada spek- wa ini.

DAFTAR ACUAN
Carey, F.A. and Sunberg, R.J., 1990, Advanced Organic Chemistry, 3rd Ed, Plenum Press, New
York- London

54 PHARMACON, Vol. 5, No. 2, Desember 2004, 48 – 55


Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka,
A.H., Jilid 1, Ed. III, Erlangga, Jakarta

Majeed, M., Badmaev, V., Shivakumar, U., and Rajendran, R., 1995, Curcuminoids Antioxydant
Phytonutriens, pp : 1-78, Nutriscience Publisher, Piscataway, New Jersey, USA

Mukhopadhyay, A., Basu, N., Ghatak, N., and Gujral, P.K., 1982, Anti-Inflammatory and Irritant
Activities at Curcumin Analogues In Rats, Agent and Action, 12, 508–515

Roughley, P.J., and Whiting, D.A., 1973, Experiment in The Biosynthesis of Curcumin, J.C.S.
Perkin, I, Nottingham

Sadik, I. H. I., 2003, Uji Daya Analgetik Pentagamavunon-1 (PGV-1) Pada Mencit Putih Betina
Galur DDY, Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta

Sardjiman, 2000, Synthesis of Some New Series of Curcumin Analogues, antioxydative,


antiinflammatory, Antibacterial Activity, and Qualitative Structure Activity Relationship, Dissertation,
Gadjah Mada University, Yogyakarta

Sardjoko, 1993, Rancangan Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Sastrohamidjojo, H., 2001, Spektroskopi, Edisi Kedua, Liberty, Yogyakarta

Silverstein, R.M., and Webster, F.M., 1998, Spectrometric Identification of Organic Compounds, 6th
Ed, John Wiley & Sons, Inc, New York

Solomons, T.W.G., 1996, Organic Chemistry, 2nd Ed, John Wiley and Sons, Inc, New York

Sintesis Diasetil Heksagamavunon-1……………(Supardjan. A.M) 55

Anda mungkin juga menyukai