Anda di halaman 1dari 21

LATAR BELAKANG MASALAH

I . pengertian perilaku

Perilaku adalah sinonim dari aktivitas, aksi, kinerja, respons, atau reaksi. Dengan kata lain,
perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dikatakan oleh manusia yang disadari maupun
tidak disadari. Secara teknis, perilaku adalah aktivitas glandular, muscular, atau elektrikal
seseorang. Ada dua macam perilaku, yaitu perilaku nampak dan tidak nampak. Perilaku yang
nampak, adalah perilaku yang dapat diamati oleh orang lain atau dilihat oleh orang lain, misalnya
berbicara, melempar bola, berteriak, dan perilaku-perilaku yang dapat diamati. Sedangkan
perilaku yang tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain, misalnya berfikir dan
merasakan.

Hal lain yang juga menjadi fokus perhatian dalam membahas mengenai modifikasi perilaku
adalah kata-kata sifat berikut, jujur, peduli, kerja keras, mandiri, egois, menyenangkan,
gugup, minder dan sejenisnya. Kata-kata sifat tersebut bukan menunjuk pada perilaku tertentu
tetapi merupakan label yang diberikan sebagai kesimpulan dari beberapa tindakan. Misalnya,
apabila anda menyatakan bahwa anda cemas, orang lain yang mendengarkan itu akan memahami
apa maksudnya dan dapat membayangkan bagaimana rasanya.

Kedua bentuk perilaku tersebut akan menjadi bahasan dalam modifikasi perilaku. Keduanya pun
dapat diubah dengan metode modifikasi perilaku.

Sebagai catatan, anda mungkin akan menghadapi beberapa istilah lagi, misalnya motivasi dan
kreativitas, seorang yang memiliki motivasi tinggi ditandai dengan keinginan untuk meluangkan
waktu dan berusaha lebih untuk belajar. Anak kreatif seringkali menunjukkan perilaku yang
tidak biasanya. Selain itu beberapa istilah psikologi seperti misalnya developmental disabilities,
learning disabilities, autism, hyperactive, dan lain-lain. Semua hal di atas tidak menunjuk
perilaku tertentu tetapi sangat sering digunakan untuk me label seseorang.

Coba perhatikan beberapa contoh perilaku yang dapat diamati berikut ini:

Seorang anak usia 10 tahun tidak dapat mengikat sendiri tali sepatunya, masih ngompol di
malam hari.. tidak mampu mengkoordinasikan gerakan tangan terutama pada waktu makan,
skor tes IQ <35.

Psikolog atau ahli yang berkecimpung dalam bidang penyimpangan perilaku mengamati sampel-
sampel perilaku tersebut pada usia tertentu. Seorang anak yang berusia 10 tahun umumnya sudah
mampu mengikat tali sepatu mereka sendiri, sudah dapat mengontrol kandung kemihnya
sehingga tidak ngompol lagi, dapat menggunakan sendok dan garpu pada saat makan.

Label severe developmental disabilities digunakan oleh pada psikolog untuk anak-anak dengan
ciri tersebut di atas. Mungjkin anda bertanya, mengapa perlu digunakan label? Pertimbangan
pertama adalah mempermudah komunikasi untuk mendapatkan gambaran umum mengenai
seseorang. Misalnya, bila kita menghadapi seorang anak berusia 10 tahun yang dikatakan
mengalami severe developmental disabilities, mereka tidak akan mampu membaca huruf dengan
baik. Kedua, label ini akan mempermudah kita dalam menyusun rencana tritmen. Seorang yang
mengalami kecemasan, disarankan untuk mengikuti program manajemen kecemasan. Demikian
pula, anak yang pemalu diberi kesempatan mengikuti pelatihan asertivitas. Sebaliknya,
pemberian label ini, mungkin akan memberikan dampak yang negatif. Sebagai contoh, bila
berjumpa dengan seorang akan yang suka menggunakan kata-kata secara terbalik, kita akan
melabel mereka sebagai dyslexia.

Contoh lain dari dampak negatif ini adalah diskriminasi perlakuan yang diterima. Seorang guru
cenderung kurang memberi kesempatan pada anak yang dilabel sebagai sexually abused atau
mentally retarded untuk ikut terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok untuk pemecahan masalah.
Lebih dari itu, orang dewasa seringkali lebih terfokus pada kelemahan anak-anak mereka
sehingga mengabaikan potensi yang masih mungkin untuk dikembangkan.

Definisi/Pengertian Teori Perilaku Teori X dan Teori Y (X Y


Behavior Theory) Douglas McGregor
Wed, 16/07/2008 - 1:02am — godam64

Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh
Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin
organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu
teori x atau teori y.

A. Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka
bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan
balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi,
diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

B. Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-
hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka
memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja
memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri
yang dimiliki dalam bekerja.

Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca
di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan
apa yang anda butuhkan.
Pengertian Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka
mempunyai aktifitas masing-masing.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah
semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.

Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert),
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa
HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, misalnya
seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk
diimunisasi.

B. Perilaku Kesehatan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk


memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana
sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.

c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).


2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
Sering disebut Perilaku Pencarian pengobatan (Heath Seeking Behavior).

Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai
mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat.

Adalah perilaku –perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :

1) Menu seimbang

2) Olahraga teratur

3) Tidak merokok

4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba

5) Istirahat yang cukup

6) Mengendalian stress

7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku Sakit

Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit,
pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)

Perilaku ini mencakup:

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2) Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.

3) Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).


C. Domain Perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut


determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakterisitik orang yang bersangkutan yang
bersifat given atau bawaan misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dsb.

2. Determinan atau faktor eksternal yaitu lingkungan baik lingkungan fisik, sosial, budaya
ekonomi, politik , dsb

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu
ke dalam 3 dominan yakni:

1. Kognitif

2. Afektif

3. Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil


pendidikan kesehatan yakni:

1. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang:

a. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1) Tahu (know)

2) Memahami (comprehension)

3) Aplikasi

4) Analisis

5) Sintesis

6) Evaluasi

a. Komponen pokok sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok:
1) kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek

2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

b. Berbagai tingkatan sikap

Sikap ini terdiri dari berbagai tindakan:

1) Menerima (receiving)

2) Merespon (responding)

3) Menghargai (valuing)

4) Bertanggungjawab (responsible)

c. Praktek atau tindakan (practice)

Mempunyai beberapa tingkatan:

1) Persepsi (perception)

2) Respon terpimpin (guide response)

3) Mekanisme (mecanism)

4) Adopsi (adoption)

D. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya

Perubahan (adopsi) perilaku atau indikatornya Adalah suatu roses yang kompleks dan
memerlukan waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau
mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:

1. Pengetahuan

Dikelompokkan menjadi:

a. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan

c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan


2. Sikap

Dikelompokkan menjadi:

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

3. Praktek dan Tindakan

Indikatornya yakni:

a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit

b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan

E. Aspek Sosio-Psikologi Perilaku

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut
antara lain : susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar persepsi adalah
pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dsb. Motivasi
diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hasil dari
dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

F. Determinan dan Perubahan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku
merupakan resultasi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Pada garis besarnya
perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis dan sosial.

Asumsi Determinan Perilaku Manusia

Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkapkan deteminan perilaku dari
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan antar lain:

1. Teori Lawrence Green

Gren mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan


seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pegetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling faktor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia
atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan,
alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B, Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak pada perilaku itu
merupakan fungsi dari:

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya
(behavior intention)

b. Duikungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of
information)

d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy)

e. Situasi yang emungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action situastion).

3. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang itu berprilaku
tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:

Pemikiran dan perasaan (thought and feeling) yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi,
sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.

a. Pengetahuan

Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi oleh orang-
orang yang dianggap penting.

e. Sumber daya (resources)

Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Semua itu berpengaruh terhadap perilku seseorang atau kelompok masyarakat.

f. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber

Di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan respon Skinner, cit.
Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3 domain yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap psikomotor dan tindakan
(ketrampilan).

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan.

Bentuk-bentuk perubahan perilaku:

1. Perubahan alamiah (natural change): Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam
(lingkungan) secara alamiah

2. Perubahan terencana (planned change): Perubahan perilaku karena memang direncanakan


oleh yang bersangkutan
3. Kesiapan berubah (Readiness to change): Perubahan perilaku karena terjadinya proses
internal (readiness) pada diri yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap
individu.

Strategi perubahan perilaku:

• Inforcement:

1. Perubahan perilaku dilakukan dengan paksaan, dan atau menggunakan peraturan atau
perundangan.

2. Menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, tetapi untuk sementara (tidak langgeng)

• Education:

1. Perubahan perilaku dilakukan melalui proses pembelajaran, mulai dari pemberian informasi
atau penyuluhan-penyuluhan.

2. Menghasilkan perubahan perilaku yang langgeng, tetapi makan waktu lama.

Untuk mencapai perubahan perilaku, ada beberapa cara yang bias ditempuh, yaitu :

1. Dengan Paksaaan.

2. Dengan memberi imbalan.

3. Dengan membina hubungan baik.

4. Dengan menunjukkan contoh-contoh.

5. Dengan memberikan kemudahan.

6. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi

B. Saran

Dengan mengetahui teori, bentuk dan bagaimana cara perubahan perilaku kita sebagai
tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan dalam promosi kesehatan secara efektif.
Sebaiknya para tenaga kesehatan menggunakan cara-cara ini sebagai pegangan dalam membina
masyarakat yang sehat dan produktif.
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi.
menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan,
naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat
sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk
perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia
dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat
minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.
Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena
mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada
hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung
maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).
Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui
proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka
teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan
adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan –
rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena
menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent
respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih
atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan
sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation
atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan
melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian
memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan
lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya

Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :

• Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung
atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
• Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice).

Domain Perilaku

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari
luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari
setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan
perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

• Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau
bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
• Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai
perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)

Proses Tejadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus
(objek) terlebih dahulu
2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3) Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti
sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh
pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan
atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122.
Perilaku adalah tindakan/aksi yang mengubah hubungan antara organisme dan lingkungannya.

Perilaku dapat terjadi sebagai akibat stimulus dari luar. Reseptor diperlukan untuk mendeteksi
stimulus, saraf diperlukan untuk mengkoordinasikan respon dan efektor untuk melaksanakan
aksi.

Perilaku dapat pula terjadi sebagai stimulus dari dalam. Stimulus dari dalam, misalnya rasa
lapar, memberikan motivasi akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar terlihat atau
tercium.

Umumnya perilaku suatu organisme merupakan akibat gabungan stimulus dari dalam dan dari
luar.

Bentuk Perilaku:

• Perilaku bawaan, dan


• Perilaku terajar.

Perilaku bawaan
Taksis: Bereaksi terhadap stimulus dengan bergerak secara otomatis langsung mendekati atau
menjauh dari atau pada sudut tertentu terhadapnya. Macam-macam taksis: kemotaksis,
fototaksis, magnetotaksis.

Refleks: Respon bawaan paling sederhana yang dijumpai pada hewan yang mempunyai
system saraf. Refleks adalah respon otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus.
Respon terbawa sejak lahir, artinya sifatnya ditentukan oleh pola reseptor, saraf, dan efektor
yang diwariskan.

Contoh: refleks rentangan

Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik, yang:

1. mengarahkan kontraksi refleks otot


2. menghambat kontraksi otot-otot antagonis
3. terus-menerus memonitor keberhasilan yang dengannya perintah-perintah dari otak
diteruskan, dan dengan cepat dan secara otomatis membuat setiap penyesuaian
sebagai pengganti yang perlu.

Naluri: Pola perilaku kompleks yang, sebagaimana refleks, merupakan bawaan, agak tidak
fleksibel, dan mempunyai nilai bagi hewan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Naluri lebih rumit dibandingkan dengan refleks dan dapat melibatkan serangkai aksi.

Pelepas Perilaku Naluriah: sekali tubuh siap di bagian dalam untuk tipe perilaku naluriah
tertentu, maka diperlukan stimulus luar untuk mengawali respon. Isyarat yang memicu aksi
naluriah disebut pelepas (release). Begitu respon tertentu dilepaskan, biasanya langsung
selesai walaupun stimulus efektif segera ditiadakan.

Isyarat kimia, yaitu feromon, berfungsi sebagai pelepas penting pada serangga sosial.
Perilaku Ritme dan Jam Biologis: perilaku berulang-ulang pada interval tertentu yang
dinyatakan sebagai ritme atau periode. Daur perilaku ritme dapat selama dua jam atau setahun.

Perilaku Terajar
Perilaku terajar adalah perilaku yang lebih kurang diperoleh atau dimodifikasi secara permanen
sebagai akibat pengalaman individu.

Kebiasaan: hampir semua hewan mampu belajar untuk tidak bereaksi terhadap stimulus
berulang yang telah dibuktikan tidak merugikan. Fenomena ini dikenal sebagai kebiasaan
(habituasi) dan merupakan suatu contoh belajar sejati.

Keterpatrian/Tanggap Tiru Imprinting: Merupakan salah satu contoh belajar yang khusus dan
nyata. Contoh: jika seekor anak angsa yang baru menetas dihadapkan pada sebuah benda
yang dapat bergerak dan mengeluarkan bunyi yang dapat terdengar, hewan itu akan
mengikutinya sebagaimana mereka mengikuti induknya, Waktu penghadapan cukup kritis,
karena jika dilakukan beberapa hari setelah menetas, keterpatrian tidak terjadi. Keterpatrian ini
dikenal berkat penelitian Konrad Lorenz.

Respon yang Diperlazimkan: merupakan perilaku terajar yang paling sederhana, yang pada
dasarnya adalah respon sebagai hasil pengalaman, disebabkan oleh suatu stimulus yang
berbeda dengan yang semula memicunya. Ivan Pavlov, fisiologiawan Rusia, dalam
penelitiannya dengan anjing menemukan bahwa jika anjing diberi makanan pada mulutnya, ia
akan mengeluarkan air liur yang mungkin merupakan refleks bawaan yang melibatkan kuncup
rasa, neuron sensori, jaring-jaring neuron di otak, dan neuron motor yang menuju kelenjar
ludah. Pavlov kemudian menemukan jika pada saat meletakkan makanan di mulut anjing ia
membunyikan bel, anjing selanjutnya akan berliur setiap kali anjing tersebut mendengar bel. Hal
ini merupakan respon yang diperlazimkan. Anjing telah belajar bereaksi terhadap stimulus
pengganti, yaitu stimulus yang diperlazimkan.

Percobaan mengenai pelaziman telah banyak memberi keterangan tentang proses belajar pada
manusia. Pelaziman terjadi paling cepat bila (1) stimulus yang bukan diperlazimkan dan
stimulus yang diperlazimkan sering diberikan bersama-sama, (2) tidak ada pengalihan
perhatian, dan (3) diberikan semacam hadiah/imbalan untuk penampilan/prestasi yang berhasil
terhadap respon bersyarat tadi.

Pelaziman Instrumental: Prinsip pelaziman dapat dipakai untuk melatih hewan melakukan
tugas yang bukan pembawaan lahir. Dalam hal ini, hewan ditempatkan pada suatu keadaan
sehingga dapat bergerak bebas dan melakukan sejumlah kegiatan perilaku yang berlain-lainan.
Peneliti dapat memilih untuk memberi imbalan hanya pada perilaku tertentu. Latihan ini dikenal
sebagai pelaziman instrumental atau pelaziman operan (istilah kedua diberikan oleh psikolog
B.F. Skinner yang terkenal karena dapat melatih merpati untuk bermain pingpong dan bermain
piano mainan).

Motivasi: Diantara kebanyakan hewan, motivasi (terkadang disebut juga dorongan)


dihubungkan dengan kebutuhan fisiknya. Seekor hewan yang haus akan mencari air dan yang
merasa lapar akan mencari makanan. Kepuasan terhadap dorongan merupakan kekuatan
motivasi dibalik perilaku hewan tersebut. Sebagian besar perilaku spontan hewan-hewan ini
merupakan akibat usaha memelihara homeostasis. Banyak diantara dorongan ini bersumber
dalam hipotalamus. Dalam semua kasus, hipotalamus mengawali respon yang berakibat
penurunan dorongan tersebut, dan dapat pula menghambat beberapa di antara respon tadi bila
titik kepuasan tercapai.

Pada manusia, sebagian besar perilaku terhadap keinginan memuaskan kebutuhan fisik, tidak
selalu dapat diterangkan seperti keterangan di atas. Banyak kegiatan yang dilakukan
kendatipun tidak ada imbalan atau hukuman luar yang didapatkan. Melakukan proses
(kegiatan) itu sendiri sudah merupakan imbalan. Simpanse dan manusia juga kadang mau
bekerja untuk tujuan yang belum tampak.

Konsep: Kebanyakan hewan memecahkan masalah dengan mencoba-coba. Selama ada


motivasi yang memadai hewan akan mencoba setiap alternatif dan secara bertahap, melalui
kegagalan dan keberhasilan yang berulang, belajar memecahkan masalahnya. Manusia
umumnya tidak sekedar belajar dengan cara mencoba-coba. Bila dihadapkan pada suatu
masalah, manusia mungkin melakukan satu atau dua usaha sembarang sebelum “berhasil”
memecahkannya. Respon ini disebut wawasan.

Wawasan mencakup menanamkan hal-hal yang telah dikenal dengan cara-cara baru. Jadi
merupakan tindakan kreatif sejati. Wawasan juga bergantung pada perkembangan konsep atau
prinsip.

Pemecahan masalah dengan menggunakan konsep melibatkan suatu bentuk penalaran. Ada
dua proses pemikiran berlainan namun berkaitan yang terlibat, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif. Penalaran induktif berarti mempelajari prinsip umum dari pengalaman
dengan situasi khusus dan jelas. Penalaran deduktif, menerapkan prinsip umum pada situasi
khusus yang baru.

Bahasa: Semua manusia, bahkan dalam masyarakat yang paling primitif pun, memiliki bahasa
yang sangat maju. Hal ini merupakan abstraksi yang kedua (konsep merupakan abstraksi juga).

Memori: Belajar bergantung kepada memori (ingatan). Jika organisme bermaksud


memodifikasi perilakunya dari pengalaman, maka ia harus mampu mengingat-ingat apa
pengalamannya itu. Sekali sesuatu dipelajari, maka memori diperlukan agar yang dipelajarinya
itu tetap ada.

Ada dua teori dasar tentang memori. Yang pertama menyatakan bahwa memori merupakan
proses dinamik. Menurut teori ini, sensasi menimbulkan impuls saraf, yang kemudian beredar
untuk jangka waktu tak terbatas melalui jaring-jaring neuron dalam sistem saraf pusat. Hal ini
memungkinkan karena jaring-jaring interneuron yang amat luas dalam serebrum manusia. Teori
dinamik ini ditunjang oleh fakta yang menakjubkan bahwa belum pernah ditemukan daerah
khusus dalam otak manusia untuk penyimpanan memori yang lama. Teori yang kedua
mengatakan bahwa setiap sensasi yang diingat kembali mengakibatkan sedikit perubahan fisik
yang permanen di dalam otak. Beberapa biologiwan mengemukakan bahwa memori mungkin
disimpan dalam kode kimiawi di dalam otak. Beberapa memperhatikan RNA, beberapa
memperhatikan protein, sebagai substansi yang menyandikan memori. Masih terlalu dini untuk
menyatakan apa sifat memori itu. Bisa jadi proses dinamik maupun perubahan fisika-kimia
terlibat didalamnya.

Perolehan memori terjadi paling sedikit dalam dua langkah yang berbeda. Pada manusia,
kerusakan pada lobus temporal dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mengingat
pengetahuan baru selama kira-kira satu jam lebih. Kerusakan seperti itu tidak berpengaruh
pada memori yang diperoleh dalam tahun-tahun sebelum kerusakan terjadi. Penderita sakit jiwa
yang menjalani pengobatan kejutan listrik tidak mengingat-ingat kejadian yang berlangsung
sejenak sebelum perlakuan tersebut, tetapi memori tentang peristiwa sebelumnya tidak
terhalang.

Arti Penting Perilaku Adaptif: Berbagai macam perilaku bergantung pada mesin perilaku:
reseptor indera, sirkit dalam sistem saraf, dan organisasi otot.

Hewan dihadapkan pada empat bentuk perintah yang menopang hidupnya, yaitu: (1) makan,
(2) mencegah jangan sampai dimakan, (3) mampu bertahan hidup dalam kondisi fisik
lingkungannya, dan (4) meneruskan gen-gennya kepada generasi berikutnya.

1) Perilaku Makan: Hewan beragam dalam keluasan cita rasanya. Dari yang sangat khusus
hingga ke pemakan umum yang dapat memilih di antara sekumpulan spesies yang
dapat dimakan. Tujuan makanan ialah energi, tetapi energi diperlukan untuk mencari
makanan. Jadi hewan berperilaku sedemikian rupa untuk memaksimumkan
perbandingan kerugian/keuntungan dari pencarian makanan itu. Kerugian energi dari
mencari makanan diusahakan seminimum mungkin melalui perkembangan “citra
mencari” untuk macam makanan yang, untuk sementara, menghasilkan keuntungan
yang besar. Untuk beberapa species, citra mencari itu mungkin bukan perwujudan
makannya saja, melainkan tempatnya yang khusus. Banyak pula hewan yang
menggunakan energinya untuk membangun perangkap, daya tarik dan sejenisnya untuk
menarik mangsanya agar berada dalam jangkauannya. Sebagian besar kehidupan
hewan sosial berkisar pada makan bersama.

2) Perilaku Mempertahankan diri: Perilaku berkisar dari melarikan diri dari pemangsa
potensial sampai dengan menggunakan senjata bertahan dan penggunaan kamuflase
dan mimikri (meniru).

3) Bertahan Hidup dalam Lingkungan Fisik: Kebanyakan hewan hanya dapat bertahan hidup
dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu, dan sebagainya. Kisaran ini relatif
luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung, yang banyak mempunyai mekanisme
yang efisien untuk mempertahankan kendali homeostatis terhadap lingkungannya.

4) Perilaku Reproduktif:

Pembentukan Karakter
lewat Olahraga
Oleh Mudjito AK

Selasa, 15 Juni 2010


Keprihatinan terhadap fenomena degradasi moral dan karakter bangsa makin terasa akut
dari masa ke masa. Di kalangan masyarakat makin mewabah patologi sosial dan
penyalahartian praktik kehidupan demokrasi dengan kebebasan tanpa aturan. Selain itu
juga ada perkembangan sentimen kedaerahan dan kesukubangsaan yang makin
melunturkan semangat nasionalisme, maraknya kekerasan dan pelanggaran hak asasi
manusia, terhadinya degradasi lingkungan, radikalisme atas nama puritanisme dan
otensitas agama.
Banyak kalangan berpandangan bahwa problem multidimensional ini harus dipikul
oleh institusi pendidikan. Berbeda dengan peran pendidikan di negara-negara maju
yang lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, pendidikan di Indonesia
memikul beban ganda. Beban ganda itu ialah tidak saja transformasi pengetahuan,
tetapi ditambah lagi dengan enkulturasi berbagai bidang kehidupan, termasuk
pembentukan karakter dan kepribadian dalam kerangka nation and character
building.
Sayangnya, meski secara konseptual pokok pikiran ini relatif lebih mudah
dirumuskan, tetapi praktiknya sungguh rumit. Anatominya meliputi horizon yang
amat luas: ada perilaku moral, nilai moral, karakter, emosi, logika moral, dan
penggalian identitas. Moral karakter berhubungan erat dengan perilaku dan nilai-nilai
yang dapat didefinisikan sebagai sikap yang konsisten untuk merespons situasi
melalui ciri-ciri seperti kebaikan hati, kejujuran, sportivitas, tanggung jawab, dan
penghargaan kepada orang lain (Lickona, 1997).
Bagaimana membudayakan perilaku dan nilai-nilai tersebut? Dalam tulisan ini
dideskripsikan bahwa melalui pendidikan olahraga, yang selama ini banyak
dipandang sebelah mata, ternyata banyak nilai perilaku yang secara riil dapat
diwujudkan apabila direncanakan secara sistematis.
Nilai Dasar

Dalam kehidupan sehari-hari olahraga sering disikapi sebagai media hiburan, pengisi
waktu luang, senam, rekreasi, kegiatan sosialisasi, dan meningkatkan derajat
kesehatan. Secara fisik olahraga memang terbukti dapat mengurangi risiko terserang
penyakit, meningkatkan kebugaran, memperkuat tulang, mengatur berat badan, dan
mengembangkan keterampilan. Sayangnya, nilai-nilai yang lebih penting dalam
konteks pendidikan dan psikologi, yaitu pembentukan karakter dan kepribadian,
masih kurang disadari.
Kepribadian, sosialisasi, dan pendidikan kesehatan, serta kewarganegaraan
hakikatnya adalah agenda penting dalam proses pendidikan. Sebagaimana
pentingnya membaca, menulis, dan berhitung, saat ini perlu ditambahkan lagi
dengan respect and responsibility. Mengapa? Sebab, sesungguhnya dalam perspektif
sejarah sudah sejak lama pendidikan jasmani dan olahraga dijadikan andalan
sebagai wahana yang efektif untuk pembentukan watak, karakter, dan kepribadian.
Bahkan pembentukan sifat kepemimpinan seseorang dapat dicapai melalui media ini.
Dalam ruang lingkup kehidupan masyarakat, orang tua mengharapkan generasi baru
memahami norma salah-benar, kearifan dalam hidup bermasyarakat, memiliki sikap
sportif, disiplin, serta taat asas dalam tata pergaulan. Hidup bersama melalui
aktivitas olahraga bagi anak-anak dapat memberi pelajaran bahwa permainan
dengan tata aturan tertentu dapat menguntungkan semua pihak dan mencegah
konflik perbedaan pandangan. Anak-anak juga dapat belajar bersosialisasi melalui
permainan-permainan, yang sayangnya fasilitas seperti ini nyaris luput dari
perhatian layanan publik. Padahal melalui aktivitas seperti ini, mereka yang memiliki
minat sejenis dapat berbagi pengalaman dalam common ground yang dapat
ditransformasikan melalui komunikasi dan interaksi yang kohesif.
Peran olahraga kian penting dan strategis dalam konteks pengembangan kualitas
SDM yang sehat, mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki sifat kompetitif yang
tinggi. Selain itu juga penting dalam pengembangan identitas, nasionalisme, dan
kemandirian bangsa. Olahraga yang dikelola secara professional akan mampu
mengangkat martabat bangsa dalam percaturan internasional.
Sejarah telah mencatat bahwa olahraga dapat menjadi media pendidikan atau
menjadi ikon bisnis dan industri yang prospektif. Olahraga secara potensial dan
aktual dapat menjadi rujukan yang efektif bagi pembentukan watak kepribadian dan
karakter masyarakat.
Fair Play
Olahraga dengan segala aspek dan dimensinya, lebih-lebih yang mengandung unsur
pertandingan dan kompetisi, harus disertai dengan sikap dan perilaku berdasarkan
kesadaran moral. Implementasi pertandingan tidak terbatas pada ketentuan yang
tersurat, tetapi juga kesanggupan mental menggunakan akal sehat. Kepatutan
tindakan itu bersumber dari hati nurani yang disebut dengan istilah fair play.
Dalam dua tahun terakhir, model kompetisi yang dijiwai fair play telah
diimplementasikan pada kompetisi nasional dalam forum Olimpiade Olahraga
Sekolah Nasional (O2SN) dan forum internasional, yaitu ASEAN Primary School Sport
Olympiade (APSSO). Hasilnya sungguh menggembirakan karena penerapan tersebut
berimplikasi pada perilaku peserta kompetisi yang lebih mencerminkan jiwa
sportivitas, kejujuran, persahabatan, rasa hormat, dan tanggung jawab dengan
segala dimensinya.
Dalam kode fair play terkandung makna bahwa setiap penyelenggaraan olahraga
harus dijiwai oleh semangat kejujuran dan tunduk pada tata aturan, baik yang
tersurat maupun tersirat. Setiap pertandingan harus menjunjung tinggi sportivitas,
menghormati keputusan wasit/juri, serta menghargai lawan, baik saat bertanding
maupun di luar arena pertandingan.
Kemenangan dalam suatu pertandingan, meski penting, tetapi ada yang lebih
penting lagi, yaitu menampilkan keterampilan terbaik dengan semangat
persahabatan. Lawan bertanding sejatinya adalah juga kawan bermain.
Tidaklah diragukan bahwa pendidikan olahraga adalah wahana yang sangat ampuh
bagi persemaian karakter dan kepribadian anak bangsa apabila dikembangkan
secara sistematis. Olahraga mengandung dimensi nilai dan perilaku positif yang
multidimensional.
Pertama, sikap sportif, kejujuran, menghargai teman dan saling mendukung,
membantu dan penuh semangat kompetitif. Kedua, sikap kerja sama, team work,
saling percaya, berbagi, saling ketergantungan, dan kecakapan membuat keputusan
bertindak. Ketiga, sikap dan watak yang senantiasa optimistis, antusias, partisipasif,
gembira, dan humoris. Keempat, pengembangan individu yang kreatif, penuh
inisiatif, kepemimpinan, determinasi, kerja keras, kepercayaan diri, kebebasan
bertindak, dan kepuasan diri.
Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada
konkretisasi nilai-nilai ke dalam perilaku. Itu suatu ciri yang tidak mudah dilakukan
pada substansi yang lain dalam kurikulum dan pembelajaran yang cenderung
teorestik, abstrak, dan verbalistik. Mari kita budayakan pendidikan karakter melalui
aktivitas olahraga di kalangan siswa secara sistematis. ***
Penulis adalah Direktur Pembinaan TK-SD Kementerian Pendidikan Nasional

teori+perilaku+manusia+olahraga
Pada umumnya para ahli teori perilaku beropini bahwa dalam setiap perilakunya
manusia mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Keberadaan tujuan tersebut, menjadi tumpuan
sinergi dengan para ahli teori motivasi yang berusaha berfikir dan mencari cara agar manusia
dapat didorong berkontribusi memenuhi kebutuhan dan keinginan organisasi. Tenaga kerja
penting dimotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa motivasi mereka bekerja dalam
keadaan sakit hati yang menjurus pada ketiadaan kontribusi bahkan terbuka peluang kontribusi
yang merugikan. Teori hierarkhi kebutuhan Maslow menyiratkan manusia bekerja dimotivasi
oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja
termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi dimana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi
muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut, tidak lain :
kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak
ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap. Terlepas menerima atau
tidak kebutuhan berhierarkhi, mengetahui jenis-jenisnya adalah memberikan kontribusi silang
saling memenuhi. Seperti seseorang berusaha keras mencari pekerjaan yang tidak lain
mengimplementasikan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Lantas bagaimana
dengan fakta bayi yang baru dilahirkan adalah bukan langsung makan tetapi dia menangis yang
tidak lain kebutuhan sosial. Juga masih tentang bayi, beberapa penelitian membuktikan bayi
menangis jika ingin disusui oleh ibunya. Yang paling tidak lucu tampak kejadian banyak
perusahaan merekrut tenaga penjualan langsung dengan syarat memiliki kendaraan beroda
empat (Mobil). Secara umum diketahui Frederick Herbertg berteori dua situasi yang
mempengaruhi tenaga kerja saat bekerja. Situasi pertama,yaitu, pemuasan yang berarti sumber
kepuasan kerja seperti:prestasi, pengukuhan hasil kerja, daya tarik pekerjaan, dan tanggung
jawab serta kemajuan. Situasi kedua tidak lain ketidak puasan yang bersumber dari: kebijakan,
supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja. Dalam hal ini, jika
situasi pertama tidak ada tidak menimbulkan ketidak puasan berlebihan. Karena ketidakpuasan
muncul dari tidak memperhatikan situasi kedua. Perhatian terhadap indikator situasi pertama
menjadi motivasi tenaga kerja dalam bekerja. Tampak berbasis teori ini jika ingin tenaga kerja
termotivasi maka mesti memberikan situasi pertama. Kemudian Mc Gregor terkenal dengan teori
X dan teori Y. Teori X memberikan petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat,
tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman. Hal tersebut, karena manusia
lebih suka diawasi daripada bebas, segan bertanggung jawab, malas dan ingin aman saja,
motivasi utamanya memperoleh uang dan takut sanksi. Sebaliknya teori Y mengarahkan manajer
mesti terbuka dan mendorong inisiatif kompetensi tenaga kerja. Teori Y berasumsi manusia suka
kerja, sebab bekerja tidak lain aktifitas alami. Pengawasan sendiri bersifat esensial. Dengan
demikian, teori X kurang baik dan teori Y adalah baik. Tidak ..tidak demikian melainkan secara
bijak teori X dan Y digunakan sesuai keadaan. Terkadang mesti egois, dan terkadang juga
demokratis. Intensitas motif seseorang melakukan sesuatu adalah fungsi nilai setiap hasil yang
mungkin dicapai dengan persepsi kegunaannya. Motivasi sama dengan hasil dikali nilai terus
hasil perhitungannya dikalikan kembali dengan ekspektasi. Akan tetapi hal tersebut, bersyarat
manusia meletakkan nilai kepada sesuatu yang diharapkannya dan mempertimbangkan
keyakinan memberi sumbangan terhadap tujuan. Lantas kemampuan bekerja dan persepsi yang
akurat tentang peranannya dalam organisasi diperlukan. Demikian itu, merupakan teori motivasi
harapan dimana Vroom ialah orang yang menelurkannya. Sedangkan Porter dan Lawler
memberikan peringatan persepsi usahayang dilatarbelakangi kemampuan dan peranan kerjanya
menghasilkan cara kerja yang efektif untuk mencapai prestasi baik inisiatif sendiri maupun
bukan inisiatif sendiri sehingga memperoleh imbalan yang layak dan kepuasan. Teori motivasi
prestasi menegaskan manusia bekerja didorong oleh kebutuhan prestasi, afiliasi, dan kekuasaan.
Kebutuhan prestasi tercermin dari keinginan seseorang mengambil tugas secara konsisten
bertanggung jawab dimana untuk mencapai tujuannya ia berani mengahdapi risiko serta
memperhatikan feedback. Kebutuhan afiliasi ditunjukan oleh keinginan bersahabat,
memperhatikan aspek antar pribadi, bekerja sama, empati, dan efektif dalam bekerja. Sedangkan
kebutuhan kekuasaan tampak pada seseorang yang mau untuk berpengaruh terhadap orang lain,
cepat tanggap terhadap masalah, aktif menjalankan kebijakan organisasi, senang membantu
orang ldengan mengesankan dan selalu menjaga prestasi, reputasi serta posisinya. Sekarang kita
coba integrasikan teori-teori yang telah dikemukakan dengan basis pendekatan integratif.
Kombinasi dari dua arah gejala harapan dan kebutuhan sebagai usaha memotivasi. Berbasis
pendekatan demikian, maka kita kenal tiga hal tentang motivasi kerja. Pertama, kebutuhan
individu yang terpenting adalah pencapaian, kekuasaan, afiliasi, perhitungan, ketergantungan,
perluasan. Kedua, motivasi kerja berkembang pada kekuatan yang diubah dalam pola kebutuhan
dan kepercayaan untuk bekerja dalam organisasi. Ketiga, hasil akhir psikologis orang bekerja
tidak lain kepuasan yang diperoleh dari kerja dan peranannya. Pendek kata memotivasi
dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan dan kepuasan tenaga kerja dimana organisasi dapat
menetukan sendiri pola kebutuhan dan kepuasannya tanpa mengabaikan tenaga kerja

Anda mungkin juga menyukai