Skripsi
Disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Sri Wahyuningsih
NIM : 2501906030
Prodi : Pendidikan Seni Tari
Jurusan : Pendidikan Sendratasik
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FBS
Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 26 Juni 2007
Panitia Ujian :
Ketua Sekretaris
Penguji
Pembimbing I
Drs. Agus Cahyono, M.Hum
NIP: 132058805
ii
MOTTO
Pemenang tidak pernah putus asa dan orang yang putus asa tidak akan menang
(Vince Lambardi)
Perkataan yang jujur lebih tinggi harganya dari pada harta benda yang diwarisi
(HR. Ad Dailani)
PERSEMBAHAN
Untuk :
Ayah,
Ibu,
Suami,
Anak-anaku,
ini
iii
PERNYATAAN
satu syarat untuk memeperoleh gelar sarjana ini benar-benar karya saya sendiri,
pemaparan ujian. Semua kutipan, baik yang langsung maupun tidak langsung,
walaupun tim penguji dan pembimbing penulis skripsi ini telah membubuhkan
tanda tangan sebagai tanda keabsahannya, seluruh karya ilmiah ini tetap menjadi
Sri Wahyuningsih
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PENGESAHAN ..................................................................................... ii
PERNYATAAN ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI........................................................................................... v
v
5. Tempat pertunjukan .................................................... 14
B. Dolalak .............................................................................. 15
1. Lokasi .......................................................................... 18
b. Gerak ..................................................................... 28
vi
f. Durasi Penyajian ................................................... 49
A. Simpulan ........................................................................... 69
B. Saran .................................................................................. 70
LAMPIRAN ........................................................................................... 74
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
3. Piagam ..................................................................................................... 76
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Tari Prigel Kabupaten Purworejo secara terperinci, baik dalam bentuk tulisan
maupun dalam bentuk gambar agar bisa menambah wawasan pembaca tentang
skripsi ini.
Fakultas Bahasa dan Seni yang telah memberi ijin dan dorongan
x
5. Dra. Malarsih, M.Sn, dosen Pembimbing I yang telah banyak
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
Penulis
xi
ABSTRAK
Wahyuningsih, Sri. Bentuk Penyajian Dolalak Paket Padat di Sanggar Tari
Prigel Kabupaten Purworejo. Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Semarang.
Penulis
xii
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menurut kondisi dari kebudayaan itu sendiri (Kayam 1981 : 15). Sebagai bagian
yang penting dari kebudayaan, kesenian tidak pernah berdiri lepas dari kehidupan
masyarakat. Di dunia ini tidak ada satu masyarakatpun yang tidak mengembangkan
ungkapan rasa keindahan, kesenian tidak hanya menjadi milik orang-orang tertentu
tetapi menjadi milik semua orang. Kesenian adalah ungkapan kreatifitas dari
kebudayaan (Kayam 1981: 39) yang berupa ekspresi gagasan ungkapan perasaan
manusia dengan wujud berupa pola kelakuan yang menghasilkan karya bersifat
estetis dan bermakna dengan cabang-cabangnya meliputi: seni rupa, seni suara, seni
gerak, dan seni drama atau teater (Soehardjo 1990: 7-11). Dalam seni terdapat nilai-
nilai keindahan sehingga dapat menggerakan jiwa dan perasaan manusia seperti
yang dikemukakan Bastomi (1992: 10) bahwa seni adalah pewujudan rasa indah
529). Corak dan ragam kesenian tiap-tiap cabang seni bersifat kolektif yang sarat
primitif, seni tradisional, dan seni modern. Seni primitif ada sejak jaman primitif
dimana masyarakatnya belum begitu mengenal adat dan budaya. Seni tradisi hadir
45). Seni tradisi dibedakan menjadi dua yaitu seni tradisi klasik dan seni tradisi
rakyat. Seni tradisi klasik lahir dan berkembang dilingkungan keraton atau pusat
(rakyat biasa).
Kesenian rakyat tidak dapat dipisahkan dari rakyat yang memilikinya dan
2006: 101) Kesenian rakyat khususnya tari rakyat adalah jenis tari yang hidup dan
(kebersamaan), pola lantai sederhana dan sering diulang-ulang (Jazuli 1994: 63).
Ciri-ciri tersebut membedakan antara seni tradisi klasik dengan seni tradisi rakyat.
Seni tradisi klasik lebih adiluhung karena diciptakan dan banyak berkembang
dilingkungan istana sedang seni tradisi rakyat berupa seni yang berkembang turun
Bentuk kesenian rakyat contohnya: Reog, Jathilan, Madyo Pitutur, Tayub, Cekok
sebelah utara, Kabupaten Wonosobo di sebelah barat laut dan Kabupaten Kebumen
rakyat antara lain: Jaran Kepang, Kidung, Madyo Pitutur, Kubro Siswo, Karawitan,
dan Dolalak.
Dolalak merupakan salah satu kesenian rakyat yang memiliki ciri khas dan
dan Ronodimejo pada sekitar tahun 1915 (Susanti 2006: 2). Sebagai kesenian rakyat
fungsi sosial, disajikan secara bersama-sama dengan gerak yang sederhana, spontan,
tak berlakon serta irama yang ringan, mengandung nilai magis yaitu pada puncak
pertunjukan ada trance. Gerak-gerak yang ada pada seni Dolalak merupakan
peniruan gerak dansa yang dilakukan Tentara Belanda pada waktu istirahat.
angguk, Jidur alat musik utamanya adalah jidur, dan Bangilun karena gerak
penarinya seperti orang bercermin (Nanik 2000: 1). Penamaan Dolalak sendiri
diambil dari bunyi nada yang dinyanyikan untuk mengiringi tarian tersebut yang
sangat sederhana dan merupakan peniruan gerak yang dilakukan Serdadu Belanda
baik pada saat latihan kemiliteran maupun gerak dansa saat istirahat. Busana
dolalak juga meniru busana Serdadu Belanda yaitu kemeja lengan panjang dipadu
Musik pengiring Dolalak yaitu: Jidur, kendang, dan terbang dengan teknik
kalimatnya berpantun.
dengan jumlah penari yang banyak (tari kelompok) dan pada puncak pertunjukan
salah satu penarinya akan trance (mendem) yaitu adegan dimana penari akan
yang luas karena berupa tari kelompok. Sajian Dolalak menampilkan beberapa jenis
tarian yang tiap jenis dibedakan dengan perbedaan syair lagu yang dinyanyikan
dengan jumlah 20 sampai 60 lagu dan tiap pergantian lagu berhenti sesaat sehingga
Sejak lahirnya Dolalak sampai kurun waktu 2006 terdapat banyak grup
ragam geraknya, jenis tari yang ditampilkan, atau bentuk penyajiannya. Selain grup
Dolalak ada beberapa sanggar tari antara lain: Sanggar Tari Ngudi Laras, Sanggar
Tari Kusumo Laras, Sanggar Tari Mardi Susilo, Sanggar Tari Pragata, Sanggar Tari
Paseban, Sanggar Tari Larasati dan Sanggar Tari Prigel yang kemudian menjadikan
Dolalak sebagai materi pelatihan, salah satu diantaranya adalah Sanggar Tari Prigel.
Sanggar Tari Prigel merupakan salah satu sanggar yang banyak berperan
Kabupaten Purworejo. Sanggar Tari sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai tempat
pelatihan tari, tempat diskusi, sarana apresiasi dan kreasi seni tari siswa-siswa
sanggar dan beberapa seniman terutama dibidang seni tari. Di Sanggar Tari Prigel
5
Dolalak menjadi salah satu materi pelatihan bagi siswa sanggar yang telah
Dolalak Paket Padat juga termasuk salah satu materi yang diajarkan di
Sanggar Tari Prigel. Dolalak Paket Padat yaitu salah satu hasil garapan seni Dolalak
penyajian, serta unsur-unsur yang mendukung sajian Dolalak Paket Padat seperti
pelaku yang meliputi penari, pemain musik, gerak, iringan (musik pengiring), tata
Penyajian Dolalak Paket Padat dari maju beksan, isi sampai mundur beksan
menampilkan tari masal, isi sajian menampilkan tari berpasangan, trio dan kwartet,
dan pada puncak sajian yaitu saat Trance menampilkan tari tunggal sedang pada
Dolalak Paket Padat dari awal hingga akhir penyajian menampilkan tari kelompok
jadi semua penari dari maju beksan hingga mundur beksan menari bersama kecuali
pada kiprah yang dilakukan hanya oleh satu orang penari. Keistimewaan lain yang
sanggar bukan penari Dolalak sedang pemain musiknya adalah pemain musik
beberapa gerak yang biasa ditarikan pada Dolalak Tradisional, iringan musik
bervariasi tempo dan dinamiknya serta dimainkan tanpa jeda (berhenti), pola lantai
bervariasi, dan durasi penyajiannya antara 15 hingga 30 menit saja. Dolalak Paket
Padat hasil garapan Sanggar Tari Prigel telah mampu membuktikan keberadaannya
kabupaten, provinsi maupun tingkat nasional serta pada setiap penampilannya pada
banyak acara selalu mendapat Applause yang luar biasa dari penonton.
Daerah Kabupaten Purworejo untuk mengikuti festival seni rakyat yang diadakan di
Surakarta tahun 1995. Sanggar Tari Prigel yang ditunjuk untuk mewakili lomba
tersebut kemudian menjalin kerja sama dengan beberapa seniman untuk mengolah
seni tradisi rakyat Khas Purworejo yaitu Dolalak menjadi sebuah sajian yang
meliputi: pelaku, gerak, iringan, tata rias dan busana, pola lantai dan durasi
Dolalak Paket Padat belum ada yang meneliti dan membahas bentuk penyajiannya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan :
Purworejo”.
7
D. Manfaat Penelitian
2. Sanggar tari dan seniman Dolalak khususnya serta seniman seni tradisi rakyat
pada umumnya agar lebih kreatif dalam berkarya untuk tetap menjaga
Dolalak.
menjadi kesenian khas daerah agar tidak hilang dari Purworejo yang menjadi
E. Sistematika Penulisan
yang berisi gambaran umum obyek penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
pokok masalah yaitu bentuk penyajian tari, Dolalak Paket Padat, dan sanggar tari.
Bentuk Penyajian Dolalak Paket Padat di Sanggar Tari Prigel Kabupaten Purworejo
LANDASAN TEORI
sebagai corak atau motif. Sedangkan Bastomi (1992: 550) mengartikan bentuk
sebagai wujud fisik yang dapat dilihat atau dinikmati secara visual. Kata bentuk
yang dipakai oleh semua cabang seni bertujuan untuk menerangkan sitem dalam
setiap kehadiran cabang seni (Soeharto 1985: 6). Berdasarkan bentuknya kesenian
dapat dibagi atas tiga kategori yaitu: seni rupa (visual art), seni pertunjukan
(ferforming art), dan seni arsitektur (Alfian 1984: 106). Bentuk juga digambarkan
tari jadi tidak hanya menunjuk pada bentuk atau aransemen gerak saja tetapi
menopang perwujudan keindahan yang meliputi: pelaku, gerak, suara, dan rupa.
Pelaku adalah orang-orang yang terlibat dalam seni pertunjukkan, gerak yaitu
segala sesuatu yang dikerjakan pelaku yang menimbulkan keindahan, suara yaitu
unsur yang berhubungan dengan bunyi seperti musik dan nyanyian, dan rupa yaitu
Tari sebagai salah satu cabang dari kesenian juga memiliki ciri tersendiri
dalam ungkapannya dan bentuk penyajiannya. Tari adalah gerak tubuh dengan
10
bentuk yang disajikan secara selaras dengan unsur tempo, dinamik, ritme, ruang
Rustopo 1992: 9). Pendapat ini juga diperkuat oleh Soeharto (1985: 30) bahwa:
”kebanyakan tari merupakan penyajian gerak yang simbolis, tetapi bila berhasil
Tari memiliki dua sifat pokok yang sangat mendasar yaitu sifat individual
serta sifat sosial. Disebut sifat individual karena tari merupakan ungkapan
perasaan atau ekspresi jiwa seseorang, dan disebut sifat sosial karena gerak-gerak
tari tidak terlepas dari pengaruh keadaan yang mengacu pada kepentingan
kepada orang lain (Jazuli 1994: 42). Sebagai bagian dari seni pertunjukan, bentuk
tari akan tampak pada desain gerak, pola kesinambungan gerak dan ditunjang
dengan unsur-unsur penampilan tari sesuai dengan maksud dan tujuan tari (Jazuli
1994: 4)
dari seluruh badan yang selaras dengan bunyi gamelan, diatur oleh irama yang
sesuai dengan maksud dan tujuan tari. Tari menurut bentuk dan tujuan
pengadaannya dibedakan menjadi 5 yaitu: tari rakyat, tari sosial, tari etnis, tari
spektakuler, dan ekspresi seni (Jazuli 1994: 63). Unsur-unsur yang mendukung
tari meliputi ide, irama, dan harmoni (Wardhana 1990: 35-42) yang dapat
1. Irama yaitu dimensi waktu yang dalam pengertian nyata dapat ditunjukkan
dengan alat pencatat waktu seperti jam. Irama pada tari berhubungan dengan
11
lamanya suatu gerak dilakukan, sikap, adegan, dan lamanya suatu pertunjukan
2. Ide yaitu aspek kebebasan berpikir dengan watak kreatif. Dalam kehidupan
beberapa komponen atau unsur yang saling terkait. Jadi dapat disimpulkan bahwa
bentuk penyajian adalah wujud fisik yang menunjukkan suatu kesatuan integral
yang terdiri atas beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan dan dapat
dilihat atau dinikmati secara visual (Hadi 2003: 36). Menurut Jazuli (1994: 9)
penyajian tari yaitu menampilkan serangkaian gerak yang tertata baik, rapi dan
indah dilengkapi dengan unsur rupa serta unsur pendukung yang meliputi: iringan
(musik), tema, tata busana (kostum), tata rias, tata tempat (panggung), tata
lampu, dan tata suara. Wardhana (1990: 44) menyatakan bahwa pengalaman
sajian tari yang lengkap meliputi tari tunggal, tari berpasangan, tari kelompok dan
drama tari. Jadi pada sebuah penyajian tari menurut Kusumastuti (2006:186-189)
akan ditemukan hal-hal yang berhubungan dengan bentuk penyajian tari yang
meliputi urutan penyajian dan unsur pendukung seperti: pemain, gerak, iringan,
tata rias dan busana, ruang pentas atau panggung. Beberapa bentuk penyajian tari
identik dengan kondisi masyarakat yang digambarkan oleh Persons dalam teori
12
mewujudkan sebuah struktur (Malarsih 2004: 5). Struktur yang terdapat dalam
penyajian tari menurut Jazuli (1994: 4-25) terdiri dari gerak, iringan musik, tata
rias, tata busana, dan tempat pementasan yang meliputi pola lantai.
1. Gerak Tari
sudah distilir contohnya gerak ulap-ulap, gerak lumaksono, dan gerak srisig.
c. Gerak wantah adalah gerak yang asli tidak disilir contohnya gerak memukul,
sehari-hari yang telah melalui perombakan atau dipindahkan dari yang wantah
dipindah bentuknya menjadi seni dan melalui gerak ritmis seseorang dapat
13
menyenangkan.
Keberadaan musik dalam tari menurut Jazuli (1994: 10) mempunyai 3 aspek
dasar yang berkaitan erat dengan tubuh dan kepribadian manusia yaitu :
a. Melodi yang didasari nada dan mengandung pengertian rangkaian atau untaian
b. Ritme yaitu aksen yang timbul secara teratur dari awal musik di mainkan
hingga akhir.
c. Dramatik yaitu alur musik yang akan memberikan suasana tertentu pada
penyajianya.
Iringan tari harus dipilih agar bisa menunjang tarian yang diiringi baik
secara ritmis atau emosional berdasarkan pertimbangan ritme dan tempo, suasana,
3. Tema Tari
Tema adalah pokok pikiran utama atau gagasan utama (ide dasar) yang
terkandung dalam sajian tari (Jazuli 1994: 14). Tari sebagai sebuah seni yang
komunikatif menurut Hadi (2003: 3), menggunakan gerak sebagai materinya dan
tertentu. Beberapa tema dalam tari menurut Wardhana (1990: 64-67) yaitu :
14
b. Tema khusus yaitu tema yang tidak dijumpai secara umum yang dapat
Rias diperlukan dalam sajian tari namun pemakaian rias tidak perlu tebal
tetapi harus tepat dan rapi sehingga dapat membantu mengekspresikan peranan
maupun desain cara-cara pemakaianya yang lebih efektif (Jazuli 1994: 20).
Tata busana atau kostum dalam seni tradisi menurut Jazuli (1994: 17-19)
berfungsi untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas peranan
suatu sajian tari selain itu dalam tari tradisi busana tari sering mencerminkan
identitas (ciri khas) suatu daerah sekaligus menunjukkan dari mana tarian tersebut
berasal. Di beberapa daerah yang memiliki banyak jenis kesenian rakyat akan
banyak pula macam busananya. Selain itu untuk daerah yang berbeda meskipun
5. Tempat Pertunjukan
(Supriyanto 1980: 31). Cara pementasan dilihat dari segi arsitekturnya dibedakan
menjadi 2 yaitu :
b. Arsitektur pentas non prosenium yaitu tempat pentas yang tidak menggunakan
bingkai pentas jadi tempat penonton dan tempat pemain tidak ada batasan
yang pasti contohnya pentas di arena terbuka seperti lapangan yang mana
B. Dolalak
dikenal oleh masyarakat Desa Sejiwan Kecamatan Loano sejak tahun 1915.
yang diilhami dari kegiatan para serdadu Belanda saat berbaris atau berlatih
Ronodimejo. Bastomi (1986: 45) mengemukakan, seni tradisi rakyat berasal dari
kebiasaan. Pemberian nama Dolalak diambil dari bunyi nada lagu yang
16
dinyanyikan untuk mengiringi geraknya yaitu nada do-la-la dan karena pengaruh
pengucapan lidah jawa menjadi Ndolalak atau Dolalak (Suryo 1985: 65).
Busana Dolalak yaitu kemeja lengan panjang hitam dipadu dengan celana
pendek yang juga berwarna hitam dengan atribut mirip atribut Tentara Belanda,
topi, selendang (sampur), kacamata dan kaos kaki (Moelyohadiwinoto 1993: 11).
Musik yang mengiringi Dolalak merupakan musik yang sederhana terdiri dari
Dolalak hanya berfungsi sebagai pengiring karena Dolalak bukan tari bertema
sebagaimana dikemukakan oleh Hadi (2003: 52) bahwa musik sebagai iringan
Menurut Subandi (2003: 26) bentuk sajian tari terdiri dari awal (maju
beksan), inti sajian, dan mundur beksan. Maju beksan yaitu keadaan saat penari
memasuki tempat pertunjukan, inti sajian yaitu bagian utama dari penyajian tari
yang dapat menggambarkan tema sedang mundur beksan yaitu bagian akhir dari
Dolalak diawali dengan Pembukaan yaitu iringan berbunyi semua penari duduk
bersila di arena pertunjukan, pada lagu kedua semua penari melakukan gerak-
dilakukan berpasangan, trio, dan kwartet. Pada puncak sajian tarian dilakukan
secara tunggal dan penari tersebut akan trance (Moelyohadiwinoto 1993: 23).
C. Sanggar Tari
17
kegiatan. Ada banyak sanggar yang dikenal masyarakat seperti sanggar musik,
sanggar rias, sanggar senam, sanggar lukis, dan sanggar tari. Margono (1984: 69)
dalam upaya menjaga dan melestarikan kesenian tari baik seni tari tradisi maupun
seni tari moderen, sebagai tempat pelatihan yang di dalamnya akan terjadi proses
menghasilkan suatu kreativitas pada seni khususnya tari, dan sebagai tempat
meliputi : pembiasaan pada seni, belajar tentang seni, dan kegiatan berkarya seni
atau berolah seni jadi tidak menutup kemungkinan sebuah sanggar menjadi sarana
berkreasi dan menghasilkan produk seni dengan bentuk baru meskipun produk
unsur-unsur lama.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
antropologi, yang mana kesenian sebagai subjek disoroti dalam hal-hal sistem
perkembangan serta menguraikan bentuk penyajian tari Dolalak Paket Padat serta
mempengaruhi wahana seni pertunjukan rakyat yang banyak berkembang saat ini.
yang lengkap, dapat dipercaya, mendalam serta data yang berhubungan dengan
nilai, norma, keyakinan, kebiasaan, sikap mental, dan budaya yang dianut
1. Lokasi
Dolalak Paket Padat hingga membawa kesuksesan tidak hanya bagi Sanggar Tari
19
Prigel tetapi juga Kabupaten Purworejo. Pada setiap penyajian Dolalak Paket
Padat di mana saja baik di Sanggar Tari Prigel maupun di luar sanggar applause
penonton sangat luar biasa. Penonton seolah dibuat terpesona dengan penyajian
iringan musiknya juga monotan termasuk pola lantainya maka pada saat disajikan
Dolalak Paket Padat ada perasaan lain. Selain itu Dolalak Paket Padat garapan
Sanggar Tari Prigel telah banyak mengikuti event lomba dan sering mendapatkan
4. Juara I festival kesenian rakyat tingkat Jawa Tengah di Tegal tahun 1998
5. Juara II festival Borobudur II tahun 2002 bekerja sama dengan ISI jurusan
etnomusikologi
6. Peserta Duta Seni Pelajar se Jawa Bali mewakili Jawa Tengah tahun 2003
di Surakarta
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah bentuk penyajian Dolalak Paket Padat yang
merupakan salah satu hasil karya Sanggar Tari Prigel yang telah berhasil
20
maupun tingkat Nasional yang meliputi: gerak, iringan, rias dan busana, tempat
penyajian, pola lantai, dan durasi penyajian serta hal-hal yang berhubungan
Penelitian dilakukan baik pada saat latihan rutin, latihan menjelang pementasan
1. Teknik Observasi
fenomena yang diselidiki. Observasi adalah kegiatan yang tidak terbatas pada satu
obyek pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung
penggarapan Dolalak Paket Padat meliputi tempat latihan, suasana latihan, dan
susana pentas Dolalak Paket Padat. Observasi juga dilakukan pada kegiatan yang
dilakukan Sanggar Tari Prigel yang meliputi: latihan rutin yang diadakan setiap
21
pada acara- acara tertentu seperti acara resmi di pemerintah Kabupaten Purworejo
termasuk mengikuti lomba baik atas nama sanggar, atas nama sekolah, maupun
atas nama Kabupaten Purworejo dan ujian yang diadakan sekali dalam sekali
penyajiannya.
2. Teknik Wawancara
1996: 145). Guba dan Lincoln (1991) membagi wawancara dalam 4 bentuk yaitu:
dibatasi, wawancara riwayat secara lisan ditujukan pada seseorang secara khusus
masalah serta pertanyaan tidak disusun lebih dahulu namun disesuaikan dengan
karakter dan ciri responden, sehingga wawancara mengalir seperti dialog atau
percakapan sehari-hari.
koreografer Dolalak Paket Padat, tokoh kesenian Dolalak, pemain musik Dolalak
Paket Padat, penari dan orang tua Dolalak Paket Padat, pengamat seni serta
wartawan.
3. Teknik Dokumentasi
Menurut Arikunto (1998: 234) teknik dokumentasi adalah salah satu usaha
untuk mencari data dan variable yang berupa catatan, transkrip, surat kabar,
majalah, agenda, buku, prasasti, notulen rapat, leger, foto, video, VCD, dan kaset.
merupakan sumber data yang stabil dalam menunjukkan suatu fakta, mudah
sehingga semua data dapat diperjelas. Data yang dimiliki Sanggar Tari Prigel
berupa foto, catatan, AD dan ART, piagam, nutulen, surat kabar, dan audio visual
23
(kaset VCD). Dokumentasi merupakan arsip yang sangat penting bagi kegiatan
penarikan kesimpulan yang akan menjawab masalah penelitian terhadap data yang
dikumpulkan secara terperinci dan valid. Milles dan Huberman (dalam Rohidi
1992) menyatakan bahwa data yang muncul dari penelitian kualitatif berupa kata-
penelitian ini dengan proses analisis data yang meliputi tiga jalur kegiatan yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Reduksi
penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun yang akan memberi
meupakan suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh (Rohidi 1992: 16-19).
kesahihan atau keabsahan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid atau
24
sahih apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto 1998:
160).
yang lain di luar data untuk pengecekan dan pembanding terhadap data tersebut
tari Bagong Kusudiharjo dan berasal dari daerah Istimewa Yogyakarta. Berada di
Purworejo yang sejak berada di Purworejo tahun 1994 membaca peluang yang ada
untuk membuka sanggar tari dengan tujuan mengembangkan seni budaya lewat
tari. Awal berdirinya sanggar tari tersebut diberi nama Arena Latihan Tari Prigel
2007).
hari Minggu mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 dan dibagi kelas
perkelas sesuai dengan kemampuan siswa terhadap materi tari dan juga
Jumlah kelas yang ada 7 kelas yang terdiri dari kelas: IA, IB, II, III, IV, V,
dan kelas VI. Materi yang diajarkan di Sanggar Tari Prigel adalah tari klasik, tari
25
kreasi baru dan tari dari berbagai daerah seperti tari dari Aceh, Jawa Barat, Jawa
Timur, dan Bali. Materi tari diberikan bergantian secara periodik antara tari
klasik, tari kreasi baru atau tari daerah lain dengan jangka waktu 3 atau 4 bulan
tergantung kemampuan anak menerima materi yang diajarkan untuk satu tarian.
1. Kelas IA diberikan teknik tari dan tari dasar seperti Tari Kupu-kupu atau Tari
Kelinci.
2. Kelas IB diberikan materi Tari Meong, Tari Menthok Megol atau Tari Angsa.
3. Kelas II diberikan materi Tari Golek, Tari Yapong atau Tari Pangpung.
4. Kelas III diberikan materi Tari Puspita, Tari Kukilo, Tari Tepak-tepak Putri
6. Kelas V diberikan materi seperti Tari Dolalak, Gambyong, atau Gunung Sari.
7. Kelas VI diberikan materi Tari seperti Tari Pendet, Dolalak Paket Padat,
Jumlah siwa di Sanggar Tari Prigel pada 5 tahun terakhir berdasarkan data
orang yang merangkap tenaga administrasi 2 orang. Asisten pelatih berasal dari
siswa yang telah mengakhiri jenjang kelas tertinggi dan memiliki kemampuan dan
materi tarian yang cukup. Meskipun telah jadi asisten pelatih mereka tetap berlatih
menambah materi atau mengulang materi untuk memperdalam tiap ragam gerak.
Bangsa Indonesia
untuk hidup dan kehidupan yang lebih baik kini dan masa
tujuan:
yaitu Sanggar Tari Prigel (berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
pembinaan, pelestarian, dan pengembangan seni pertunjukan tari yang pada kurun
27
waktu 1985 sampai tahun 2006 banyak menghasilkan produk seni tari
diantaranya Dolalak Paket padat, kolaborasi Dolalak dengan Jaran Kepang untuk
acara duta seni pelajar se Jawa dan Bali, garapan Kubro Siswo, drama tari
umumnya. Ada beberpa keunikan tersendiri dari penyajian Dolalak Paket Padat.
Keunikan terlihat pada urutan penyajian, pemain, gerak, iringan, rias dan busana,
Penyajian Dolalak Paket Padat dimulai dari maju beksan yang diawali
dengan lagu Ikan Cucut, semua penari keluar memasuki arena pertunjukan dari
dua arah yang berlawanan dengan gerak Ngetol menthang kanan atau kiri, tangan
kanan atau kiri nekuk di depan puser dengan bentuk jari-jari ngrayung. egan
berikutnya dilanjutkan ragam gerak dengan lagu: Pakek Nanti, Kembang Mlati,
Numpak Sepur, Main-main, Atas Pisang, dan Saya Cari (Pari Cempo).
Pada puncak sajian Dolalak Paket Padat salah satu penari akan melakukan
mendem. Saat salah satu penari melakukan gerak kiprah, penari yang lain
pertunjukan dengan jalan Ngetol sama seperti saat memasuki arena pertunjukan.
28
iringan, rias dan busana, tempat pertunjukan, pola lantai dan durasi penyajian.
a. Pelaku (pemain)
Pelaku sajian Dolalak Paket Padat di Sanggar Tari Prigel terdiri dari:
6). Wiraswara atau penembang utama 1 orang merangkap penata musik dan lagu.
b. Gerak
Tradisional yang dirangkai serta disusun sedemikian rupa sehingga menarik dan
estetik. Penyajian Dolalak Paket Padat tanpa jeda atau berhenti dari awal hingga
akhir pertunjukan dan semua penari melakukan gerak tari kecuali saat kiprah yang
hanya dilakukan seorang penari. Ciri khas gerak Dolalak yaitu: Pencik,Kirig
Ngetol, dan Siak tetap menjadi inti garapan dan lebih dipertegas bentuk dan
29
mbandul, tepis engklek, lambean miwir sampur, dan kiprah yang dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Pencik yaitu gerak kesamping kiri atau kanan dengan satu kak jinjit posisi
tanjak, tangan seperti tanjak bapang. Bila kaki kiri yang jinjit maka tangan kanan
lebih tinggi dari tangan kiri demikian sebaliknya (lihat gambar 1).
2. Kirig yaitu gerak menggetarkan bahu kiri dan kanan dengan pelaksanaan gerak:
pada posisi berdiri badan mendhak kaki rapat, kaki kanan jinjit, kedua tangan
malangkerik lalu kedua bahu digetarkan. Pose gerak kirig dapat dilihat pada
gambar 2.
30
4. Siak yaitu seblak kedua tangan, tangan kiri tanpa sampur, tangan kanan dengan
tangan kemudian kaki diangkat bergantian kiri dan kanan (engklek) sambil kedua
6. Taweng lilingan yaitu tangan kanan atau kiri seperti ulap-ulap tetapi ibu jari
dan jari telunjuk ditekuk, badan sedikit membungkuk dan tangan satunya di
pinggang belakang.
7. Kesutan yaitu tangan kiri nekuk ngrayung, telapak tangan menghadap ke atas di
bawah tangan kiri, kaki kanan jinjit dilanjutkan tanjak kaki kanan, tangan kanan
diukel menghadap ke atas melingkari tangan kiri jadi menthang. Tangan kiri naik
ke atas dekat telinga kiri kemudian ukel buka dan tutup (gambar 5).
32
8. Mbandul yaitu kaki kanan jinjit satu pecak di dekat kaki kiri. Tangan kanan
mengepal, ibu jari mengarah ke lutut kaki kanan, dilanjutkan mengangkat kaki
9. Tepis Engklek yaitu menepukkan punggung tangan kanan ke telapak tangan kiri
sambil lari-lari kecil maju, kaki jejer dan engklek (meloncat dengan satu kaki),
pada saat engklek tangan kanan ditarik mendekati telinga kanan, telapak tangan
kanan menghadap ke belakang dan tangan kiri lurus dengan telapak tangan
menghadap ke depan.
10. Lambean Miwir Sampur ( selendang) yaitu gerak jalan di tempat, kaki kanan
di depan, tangan kanan menjepit sampur tangan kiri lenggang tanpa sampur.
11. Kiprah yaitu gerak yang dilakukan salah satu penari sebagai penggambaran
adegan trance jadi tidak benar-benar trance. Gerak kiprah merupakan perpaduan
dari beberapa gerak antara lain gerak kirig, taweng, tepis engklek, menthang dua
beberapa gerak Dolalak menjadi bentuk gerak yang baru. Meskipun tetap
mengacu pada pola gerak Dolalak yang asli. Pengolahan ruang dan waktu pada
gerak sangat kelihatan untuk mendapatkan harmonisasi gerak serta tempo gerak
yang sesuai dengan jumlah penari dan pola lantai. Urutan penyajian Dolalak Paket
Padat yaitu diawali dengan Ikan Cucut, Pakek Nanti, Kembang Mlati, Makanlah
Sepur, Main-main, Atas Pisang, dan Saya Cari (Pari Cempo) serta diakhiri dengan
Ikan Cucut
5-8 : Siak
1-8 : Kirig
5-8 : Siak
(1-8) x 2 : Ngetol
1-4 : Ngetol
5-8 : Siak
(1-8) x 2 : Ngetol
1-4 : Ngetol
5-8 : Siak
(1-8) x 2 : Dansa
1-4 : Dansa
5-8 : Siak
1-8 : Pencik
5-8 : Siak
Pakek Nanti
5-8 : Siak
(1-8) x 3 : Kesutan
35
5-8 : Siak
Kembang Mlati
(1-8) x 2 : mbandul
1-4 : Mbandul
5-8 : siak
5-8 : Siak
Makanlah Sirih
5-8 : Siak
5-8 : Siak
5-8 : Siak
Kembang Menur
(1-8) x 2 : Mbandul
5-8 : Siak
Makanlah Sirih
5-8 : Siak
5-8 : Siak
5-8 : Siak
Kembang Aren
(1-8) x 2 : Mbandul
5-8 : Siak
Kelap-kelip (2x)
5-8 : Tanjak
5-8 : Siak
5-8 : Tanjak
5-8 : Siak
Main-main
Atas Pisang
Saya Cari
38
1-4 : Kirig
1-4 : Pencik
Pari cempo
-8 : Engklek muter
Kiprah
c. Musik Pengiring
memainkan yang sederhana. Alat musik yang digunakan yaitu kendang 1 buah,
yaitu:
nyanyiaan atau tembang yang syairnya berpantun. Alat musik pengiring Dolalak
ditimbulkan dari ketiga jenis alat musik tersebut sangat menarik pada garapan
Dolalak Paket Padat karena ditata sedemikian rupa dengan permainan tempo dan
dinamik yang bervariasi. Pada sajian Dolalak Paket Padat digunakan tempo dan
1. Pada lagu Ikan Cucut menggunakan tempo sedang dan dinamik sedang.
|. . . . . . . . | . . . . . . . . |
2. Pada Lagu Pakek Nanti menggunakan tempo lambat dan dinamik lembut
dinamik sedang
4. Pada lagu Numpak Sepur dengan tempo lambat dan dinamik sedang
5. Pada lagu Main-main dengan tempo sangat lambat dan dinamik sangat
lembut
6. Pada lagu Atas Pisang kembali ketem,po sedang dan dinamik sedang
dinamiknya semakin lama semakin keras sampai lima ragam gerak kiprah
tempo dan dinamiknya sama dengan saat memeasuki arena yaitu tempo
Iringan Dolalak Paket Padat dari awal maju beksan hingga mundur beksan
tidak ada jeda atau berhenti pada pergantian lagu, jadi mengalir terus menerus.
Peralihan lagu yang satu dengan lagu lainnya tertata sangat menarik dan pada
antara lagu yang satu dengan lainnya tampak menyatu. Syair lagu yang
dinyanyikan pada Dolalak Paket Padat adalah syair lagu yang biasa dinyanyikan
pada kesenian Dolalak Tradisional yang tiap lagu hanya diambil beberapa bait
Ikan Cucut
Gunung mana yang paling tinggi, gunung mana yang paling tinggi
42
Dukun mana yang paling sakti, dukun mana yang paling sakti
Pakek Nanti
Makanlah Sirih
Kelap-kelip
Numpak Sepur
Main-main
Atas Pisang
Saya Cari
rias dan busana Dolalak Paket Padat tidak banyak mengalami perubahan.
Pada rias hanya ada penambahan penggunaan gliter pada eye shadow dan lipstick
adalah kemeja lengan panjang dipadu celana pendek warna hitam, topi, selendang,
kaos kaki, dan kacamata. Hanya pada asesoris busana lebih banyak dan topi
Bulu
Topi
Kacamata
Kemeja
Selendang
Celana
Kaos Kaki
e. Pola Lantai
Pola lantai dan komposisi yang digunakan pada Dolalak Paket Padat
bervariasi. Dari awal hingga akhir penampilan pola lantai yang digunakan yaitu:
f. Durasi Penyajian
disebut paket padat. Pemadatan terjadi pada ragam gerak dan waktu penyajian
yaitu antara 10 hingga 30 menit saja namun isi di dalamnya mewakili hampir
keseluruhan ragam gerak yang biasa disajikan pada pertunjukan Dolalak biasa
PENUTUP
A. Simpulan
Dolalak Paket Padat sebagai salah satu hasil karya beberapa seniman dengan
maju beksan, isi, dan mundur beksan yang disajikan tanpa jeda dengan punak
sajian berupa kiprah yang dilakukan seorang penari, serta unsur pendukung sajian
e. Rias dan Busana lebih menarik dengan menggunakan gliter pada lipstick dan
eye shadow
festival seni rakyat yang diadakan di Surakarta tahun 1995. sanggar Tari Prigel
70
B. Saran
Dolalak Paket Padat sangat menarik dan pada setiap penampilannya applause
1. Dolalak Paket Padat dijadikan contoh sarana melestarikan seni tradisi rakyat
yang lain sehingga tetap digemari masyarakat dan tidak hilang dari kancah
sebagai bentuk perkembangan seni tradisi rakyat Dolalak Khususnya dan Seni
sebagai sarana mengembangkan apresiasi dan kreasi seni bagi siswa Sekolah
Dasar.
Demikian saran dan harapan penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi
pembaca.
71
DAFTAR PUSTAKA
Dharsono, 2006. “Simbolisme Bilangan dan motif Batik dalam Sistem Budaya
Jawa”. Imajinasi Volume 6 Desember 2006. Semarang : UNNES Press.
______, 2000. “Seni Tari Dalam Persepsi Masyarakat Jawa”. Harmonia vol 1 No
2 September-Desember 2000. Semarang: UNNES Press.
Jazuli, M, 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
72
Soehardjo, AJ, 1990. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Suryo, Joko, 1985. Gaya Hidup Masyarakat Jawa di Pedesaan: Pola Kehidupan
Sosial-Ekonomi dan Budaya. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Nusantara.
Wardhana, Wisnu, 1990. Pendidikan Seni Tari Buku Guru Sekolah Menengah
Atas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
a. Ketua Sanggar
b. Pelatih
c. Petugas Administrasi
3. Management Sanggar
4. Siswa Sanggar
6. Kegiatan sanggar
a. Latihan
b. Pementasan
c. Ujian
7. Dolalak Tradisional
a. Latihan
b. Pementasan
a. Latihan
b. Pementasan
75
Lampiran 2
Umur : 47 tahun
Purworejo
Umur : 45 tahun
Purworejo
3. Nama : R. Ciptosiswaya
Umur : 63 tahun
Purworejo
Penata Iringan
4. Nama : Meran
Umur : 54 tahun
Purworejo
Pekerjaan : Tani
Umur : 16 tahun
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Wartawan
Lampiran 3
78
Lampiran 4