Inovator merupakan individu-individu yang selalu ingin mencoba sesuatu yang baru.
Kemampuan finansialnya harus cukup mendukung keinginan tersebut, karena belum tentu
inovasi yang dicobanya menghasilkan sesuatu yang menguntungkan secara finansial. Mereka
juga berhadapan dengan resiko ketidakpastian dalam mengadopsi inovasi. Tidak jarang
inovator harus kembali kepada praktek atau metode lama karena inovasi yang dicobanya
ternyata tidak sesuai dengan kondisi lingkungannya. kategori inovator ini, yang memiliki
akses yang lebih baik terhadap informasi, serta memiliki kemampuan finansial yang lebih
baik pula. Hal ini dalam prosesnya dapat berakibat pada makin besarnya skala usaha petani
besar, dengan kemampuannya untuk melakukan konsolidasi terhadap usahatani-usahatani
yang lebih kecil. Apabila inovator cenderung bersifat kosmopolit, maka pengadopsi awal
lebih bersifat lokalit. Banyak diantara mereka termasuk kedalam kelompok pembentuk opini.
Mereka dapat menjadi panutan bagi anggota sistem sosial lainnya dalam menentukan
keputusan untuk mencoba sesuatu yang baru. Hal ini berhubungan dengan jarak sosial
mereka relatif dekat dengan sistem sosial yang lain. Mereka mengetahui dengan pasti bahwa
untuk memelihara kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka harus membuat
keputusan-keputusan inovasi yang tepat, baik dari segi materinya maupun dari segi
waktunya.
Pengadopsi awal dengan demikian harus mampu menerima resiko ketidakpastian, dan
sekaligus evaluasi subyektifnya mengenai suatu inovasi kepada mereka di lingkungannya.
Mayoritas awal mengadopsi suatu ide baru lebih awal dari pada kebanyakan anggota suatu
sistem sosial. Mereka sering berhubungan dengan lingkungannya, tetapi jarang dipandang
sebagai pembentuk opini. Kehati-hatian merupakan kata kunci bagi mereka sehingga jarang
diangkat sebagai pemimpin.
Di pihak lain, mayoritas akhir memandang inovasi dengan skeptisme yang berlebihan,
mereka baru mengadopsi suatu inovasi setelah sebagian besar anggota sistem sosial
mengadopsi. Mereka memang memerlukan dukungan lingkungannya untuk melakukan
adopsi. Hal ini berhubungan dengan ciri-ciri dasarnya yang cenderung kurang akses terhadap
sumberdaya. Untuk itu mereka harus yakin bahwa ketidakpastian tidak harus menjadi resiko
mereka.
Kelompok akhir adalah kelompok yang paling bersifat lokalit di dalam memandang suatu
inovasi. Kebanyakan mereka terisolasi dari lingkungannya, sementara orientasi mereka
kebanyakan adalah pada masa lalu. Keputusan-keputusan diwarnai dengan pertimbangan apa
yang telah dilakukan pada masa lampau, sedangkan interaksi mereka kebanyakan hanya
dengan sesamanya yang mempercayainya tradisi lebih dari yang lain. Mereka memiliki
kecurigaan yang tinggi terhadap inovasi, kelompok terdahulu telah berpikir untuk
mengadopsi inovasi yang lain lagi.
Semuanya bermula dari keterbatasan sumberdaya yang ada pada mereka, sehingga mereka
benar-benar harus yakin bahwa mereka terbatas dari resiko yang dapat membahayakan
ketersediaan sumberdaya yang terbatas tersebut. Dengan pengetahuan tentang kategorisasi
adopter ini dapatlah kemudian disusun strategi difusi inovasi yang mengacu pada kelima
kategori adopter, sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal, sesuai dengan kondisi dan
keadaan masing-masing kelompok adopter. Hal ini penting untuk menghindari pemborosan
sumberdaya hanya karena strategi difusi yang tidak tepat. Strategi untuk menghadapi adopter
awal misalnya, haruslah berbeda dengan strategi bagi mayoritas akhir, mengingat gambaran
ciri-ciri mereka masing-masing (Rogers, 1983).
E. Penerapan Dan Keterkaitan Teori
Pada awalnya, bahkan dalam beberapa perkembangan berikutnya, teori Difusi Inovasi
senantiasa dikaitkan dengan proses pembangunan masyarakat. Inovasi merupakan awal untuk
terjadinya perubahan sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari
pembangunan masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi
merupakan bagian dari proses perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana
perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial terjadi dalam 3
(tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan (3) konsekuensi
(consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru diciptakan atau
dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru dikomunikasikan kepada
anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu perubahan dalam sistem sosial
sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.
Sejak tahun 1960-an, teori difusi inovasi berkembang lebih jauh di mana fokus kajian
tidak hanya dikaitkan dengan proses perubahan sosial dalam pengertian sempit. Topik studi
atau penelitian difusi inovasi mulai dikaitkan dengan berbagai fenomena kontemporer yang
berkembang di masyarakat. Berbagai perpektif pun menjadi dasar dalam pengkajian proses
difusi inovasi,seperti perspektif ekonomi, perspektif ’market and infrastructure’ (Brown,
1981). Salah satu definisi difusi inovasi dalam taraf perkembangan ini antara lain
dikemukakan Parker (1974), yang mendefinisikan difusi sebagai suatu proses yang berperan
memberi nilai tambah pada fungsi produksi atau proses ekonomi. Dia juga menyebutkan
bahwa difusi merupakan suatu tahapan dalam proses perubahan teknik (technical change).
Menurutnya difusi merupakan suatu tahapan dimana keuntungan dari suatu inovasi berlaku
umum. Dari inovator, inovasi diteruskan melalui pengguna lain hingga akhirnya menjadi hal
yang biasa dan diterima sebagai bagian dari kegiatan produktif.
Berkaitan dengan proses difusi inovasi tersebut National Center for the
Dissemination of Disability Research (NCDDR), 1996, menyebutkan ada 4 (empat) dimensi
pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization), yaitu
1. Dimensi Sumber (SOURCE) diseminasi, yaitu insitusi, organisasi, atau individu yang
bertanggunggung jawab dalam menciptakan pengetahuan dan produk baru.
2. Dimensi Isi (CONTENT) yang didiseminasikan, yaitu pengetahuan dan produk baru
dimaksud yang juga termasuk bahan dan informasi pendukung lainnya.
3. Dimensi Media (MEDIUM) Diseminasi, yaitu cara-cara bagaimana pengetahuan atau
produk tersebut dikemas dan disalurkan.
4. Dimensi Pengguna (USER), yaitu pengguna dari pengetahuan dan produk dimaksud.
Mengenai saluran komunikasi sebagai sarana untuk menyebarkan inovasi, Rogers
menyatakan bahwa media massa lebih efektif untuk menciptakan pengetahuan tentang
inovasi, sedangkan saluran antarpribadi lebih efektif dalam pembentukan dan percobaan
sikap terhadap ide baru, jadi dalam upaya mempengaruhi keputusan untuk melakukan adopsi
atau menolak ide baru.
Contoh yang lebih fenomenal adalah keberhasilan Pemerintah Orde Baru dalam
melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program tersebut, suatu inovasi
yang bernama Keluarga Berencana, dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi
baik saluran interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa, kepada
suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu terjadi dalam kurun waktu
tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga Berencana Tersebut dapat dimengerti,
dipahami, diterima, dan diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program
Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan prinsip difusi inovasi. Ini
adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya adalah suatu ide atau program kegiatan,
bukan produk.Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil
keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan
bagaimana suatu inovasi berfungsi
2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan
lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau
penolakan sebuah inovasi.
4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil
keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan
inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dilla, S. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pendekatan Terpadu. Simbiosa. Bandung.
Levis, L. R. 1996. Komunikasi Penyuluhan Pedesaan. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Nasution, Z. 2004. Komunikasi Pembangunan. Pengenalan Teori dan Penerapannya. Rajawali
Pers. Jakarta.
Nurudin. 2005. Sistem Komunikasi Indonesia. Rajawali Pers. Jakarta.
Rogers, E. M (Ed). 1989, Komunikasi dan Pembangunan: Perspektif Kritis. LP3S. Jakarta.
Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker. Communication of Innovations. Terjemahan Abdillah
Hanafi Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Usaha Nasional. Surabaya.
Rogers, E. M. 2003, Diffusion of Innovations: Fifth Edition. Free Press. New York
PESPEKTIF KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI ERA REFORMASI
Mei 7, 2010 Choir Amri 1 comment
A. PENGERTIAN PEMBANGUNAN
Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari
nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang
lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan
warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, 1967).
Pendapat dan analisis para ahli Barat, pembangunan seperti sekarang, bermula dan
dipengaruhi oleh program pemerintah Amerika Serikat yang dicetuskan presiden Harry S.
Truman dalam pidato pelantikannya 20 Januari 1949 yang dikenal sebagai Poin IV. Riwayat
itu menyebabkan Lerner (1977) bahkan menyebut ”pembangunan” sebagai suatu ideologi
internasional yang bermula dari suatu komunikasi: yakni pidato Presiden Truman kepada
Kongres AS tersebut. Poin IV dianggap merupakan awal dari paradigma pembangunan: yaitu
bantuan negara yang lebih kaya kepada negara yang miskin.
Prioritas masalah utama, dalam pandangan para ahli ekonomi adalah perbedaan yang
mencolok dalam tingkat pendapatan masyarakat di negara-negara maju dengan negara-negara
miskin, Inilah sebabnya timbul perhatian para perencana pembangunan waktu itu terpusat
keinginan meningkatkan pendapatan perkapita bagi negara-negara baru. Hal tersebut
diasumsikan, jika pendapatan perkapita berhasil ditingkatkan, maka masyarakat ataupun
bangsa yang bersangkutan dengan sendirinya berhasil pindah dari tahap lessdeveloped ke
tahap developed.
Berdasarkan asumsi ini, gambaran anak panah pembangunan meliputi unsur-unsur berikut
ini: Produksi –> Pendapatan perkapita –> Tabungan –> Investasi
1. Masyarakat Tradisional
Pendapat Rogers dan Svenning (1969), modernisasi pada tingkat individual berkaitan dengan
pembangunan pada tingkat masyarakat. Modernisasi merupakan proses perubahan individual
dari gaya hidup tradisional ke suatu cara hidup yang lebih kompleks, secara teknologis lebih
maju dan berubah cepat.
1. Konsep Pembangunan
Pembangunan meniru model Barat, sebenarnya belum tentu cocok bagi konsep untuk negara-
negara berkembang. Yang mencolok dirasakan adalah terciptanya keadaan ketergantungan
negara-negara berkembang kepada negara maju, terutama dalam bidang ekonomi.
Teori Depedensi Secara garis besar, maksud depedensi adalah, suatu keadaan di mana
keputusan-keputusan utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang
seperti keputusan harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu
atau institusi di luar negara yang bersangkutan. Proses keterbelakangan yang melanda negara-
negara baru, menurut Furtado (1972), meliputi tiga tahapan historis yang terdiri atas:
Menurut Serves (1968), hal-hal yang dikritik pada teori depedensi dan keterbelakangan itu
pada pokoknya adalah :
1. Tidak berhasil memperhitungkan struktur- struktur kelas yang bersifat internal dan kelas
produksi di ngera-negara Pinggiran yang mendambakan terbentuknya tenaga produktif.
2. Cenderung berfokus pada masalah Pusat dan modal internasional, daripada masalah
pembentukan kelas-kelas lokal.
4. Mengabaikan produktivitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam pembangunan ekonomi
nasional, dan meletakkan tenaga penggerak pembangunan kapitalis dan masalah
keterbelakangan pada transfer surplus ekonomi Pusat dan Periferi.
5. Dinilai menggalakkan suatu ideologi berorientasi ke Dunia Ketiga yang meruntuhkan
potensi solidaritas kelas Internasional dengan menyatukan semuanya sebagai ”musuh”, baik
elit maupun massa yang berada di bangsa-bangsa pusat.
6. Dinilai statis, karena ia tidak mampu untuk menjelaskan dan memperhitungkan perubahan-
perubahan ekonomi di negara-negara terbelakang menurut waktunya.
B. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber
pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai
komunikasi manusia yaitu :
Human communication is the process through which individuals –in relationships, group,
organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment
and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-
individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan
menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara efektif
dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma
yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk
menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi adalah
pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Uraian di atas sesuai dengan pengertian komunikasi pembangunan yang dikemukakan oleh
beberapa sumber, antara lain:
Aplikasi komunikasi dalam program pembangunan (Andi Faisal Bakti. Communication and
Family Planning Islam in Indonesia, South Sulawesi Muslim Perseptions of Global
Development Program. Jakarta: Seri INIS XLV, 2004).
Strategi yang menekankan pada perlunya sosialisasi pembangunan kepada para pelaku
pembangunan daerah dan masyarakat secara umum melalui berbagai media strategis.
Penggunaan media-media strategis tersebut sangat disesuaikan dengan karakteristik
khalayak sasaran yang berkepentingan dengan informasi pembangunan daerah (Rosalita
Bekti dalam Pranata Pusat Komunikasi Pembangunan Daerah, Bangda Depdagri).
Suatu cabang teori atau praktek komunikasi yang mempunyai kaitan dengan penerapan
pengertian yang mendalam dari teori komunikasi untuk menunjuk permasalahan
pengembangan dan modernisasi. Tujuannya yaitu menemukan strategi untuk mengerahkan
orang-orang dan sebagai konsekwensi sumber daya, untuk tujuan pengembangan (The Free
Encyclopedia. Development communication.
http://en.wikipedia.org/wiki/Development_communication).
Proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna
mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah
dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh
rakyat (Onong Uchjana Effendy)
Suatu wilayah yang luas untuk menemukan pendekatan dari seseorang kepada khalayak dari
berbagai ideologi dengan pendekatan metodologis, dengan menggarisbawahi pentingnya
penekanan interaktif dan proses partisipasi untuk perluasan informasi dari masyarakat yang
sedang berproses (Guy Bassette dalam Development communication. http://web.idrc.ca)
Komunikasi yang berdampak langsung pada hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan
untuk mencapai tujuan-tujuan dalam pembangunan itu
(http://www.commit.com/interac.html)
Usaha-usaha terorganisir menggunakan proses komunikasi dan media untuk membawa
kemajuan sosial dan ekonomi, umumnya di negara-negara berkembang
(http//:www.museum.tv/archives).
Usaha yang terorganisir untuk menngunakan proses komunikasi dan media dalam
meningkatkan taraf sosial dan ekonomi, yang secara umum berlangsung dalam negara
sedang berkembang (Peterson dalam Dila).
Berdasarkan pandangan dan kenyataan yang berkembang, dapat dirangkum dalam dua
perspektif pengertian:
Melibatkan masalah yang luas: komunikasi politik, komunikasi sosial-budaya, dan kebijakan
komunikasi. Komunikasi pembangunan dalam arti luas meliputi peran dan fungsi komunikasi
sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik di antara masyarakat dan
pemerintah, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
Dalam arti sempit pengertian komunikasi pembangunan adalah segala upaya, cara dan teknik
penyampaian gagasan dan keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang
memprakarsai pembangunan kepada masyarakat yang menjadi sasaran, agar dapat
memahami, menerima dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Berdasarkan berbagai pemikiran yang dikemukakan para ahli komunikasi, Dila (2007)
menyimpulkan bahwa komunikasi pembangunan merupakan proses penyebaran informasi,
penerangan, pendidikan dan keterampilan, rekayasa sosial dan perubahan perilaku.
Sebagai proses penyebaran informasi dan penerangan kepada masyarakat, titik pandang
komunikasi pembangunan difokuskan pada usaha penyampaian dan pembagian (sharing)
ide, gagasan, dan inovasi pembangunan antara pemerintah dan masyarakat. Pada proses
tersebut, informasi dibagi dan dimanfaatkan bersama-sama dan seluas-luasnya sebagai
sesuai yang berguna untuk kehidupan.
Sebagai proses pendidikan dan keterampilan bagi masyarakat, titik pandang komunikasi
pembangunan difokuskan pada penyediaan model pembelajaran publik yang murah dan
mudah dalam mendidik, dan mengajarkan keterampilan yang bermanfaat. Dengan bekal
pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, masyarakat dapat lebih kritis dan mandiri
memahami posisinya serta lingkungannya. Melalui interaksi, informasi, komunikasi, dan
sosialisasi dalam berbagai saluran, proses komunikasi pembangunan kemudian dianggap
sebagai bentuk pencerahan, penguatan dan pembebasan dari ketergantungan dan
keterbelakangan sehingga mempermudah menerima suatu inovasi yang ditujukan kepada
mereka.
§ Bagaimana caranya agar saya dapat menggunakan televisi untuk menyampaikan pesan
saya?
Sejumlah penelitian yang diarahkan pada strategi media tertentu telah dilakukan terutama
untuk mengetahui:
Para desainer intruksional merupakan orang-orang yang berorientasi rencana dan sistem (plan
and system oriented). Mereka pertama-tama melakukan identifikasi mengenai:
b. Kriteria keberhasilan
c. Partisipan
d. Sumber-sumber
f. Waktu
Secara tipikal kegiatan mereka digolongkan ke dalam tiga tahapan yang luas dan saling
berkaitan:
- Perencanaan
- Implementasi
Terbagi atas siklus yang jelas. Setiap putaran meliputi informasi dasar yang sama dengan
suatu pendekatan yang sedikit berbeda.
- Evaluasi
1. Bagaimana suatu mikrokosmik dari khalayak yang dituju merasakan petunjuk yang mereka
terima melalui program komunikasi pembangunan tertentu?
2. Apakah khalayak menerima petunjuk tersebut?
3. Hambatan apa yang mereka hadapi?
3. Strategi-strategi partisipasi
Dalam strategi ini, prinsip-prinsip penting dalam mengorganisir kegiatan adalah kerjasama
komunitas dan pertumbuhan pribadi. Yang dipentingkan dalam strategi ini bukan berapa
banyak informasi yang dipelajari seseorang melalui program komunikasi pembangunan, tapi
lebih pada pengalaman keikutsertaan sebagai seorang yang sederajat dalam proses berbagi
pengetahuan atau keterampilan.
4. Strategi-strategi pemasaran
Strategi ini tumbuh sebagai suatu strategi komunikasi yang sifatnya paling langsung dan
terasa biasa. “Kalau anda bisa menjual produk, kenapa tidak dapat menjual kesehatan,
pertanian, dan keluarga berencana?”.
Banyak sekali pengertian difusi inovasi yang dikemukakan oleh para ahli komunikasi
pembangunan. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Difusi adalah proses tersebarnya suatu inovasi ke dalam sistem sosial melalui saluran
komunikasi selama periode waktu tertentu. Dalam kaitannya dengan sistem sosial, difusi
juga merupakan suatu jenis perubahan sosial, yaitu proses terjadinya perubahan struktur
dan fungsi dalam suatu sistem sosial. Ketika novasi baru diciptakan, disebarkan, dan diadopsi
atau ditolak anggota sistem perubaha sosial, maka konsekuensinya yang uatam adalah
terjadinya perubahan sosial (Everett M. Rogers dan F. Floyd Shoemaker.)
Difusi teknologi adalah kegiatan adopsi dan penerapan hasil inovasi secara lebih ekstensif
oleh penemunya dan/atau pihak-pihak lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya guna
potensinya. Sedangkan inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/ atau
perekayasaan yang bertujuan mengem-bangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu
pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi (Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
Difusi inovasi diartikan sebagai suatu proses penyebaran inovasi dari satu individu kepada
individu lainnya dalam suatu sistem sosial yang sama (Leta Rafael Levis).
Seringkali difusi dipandang sebagai suatu proses otonom yang datang dari langit, yang pasti
akan menyebarkan ide-ide tentang peningkatan pendapatan dan kemakmuran, yang oleh
karena itu menjamin pemerataannya di antara anggota masyarakat (Niels G. Rolling dalam
Rogers).
Difusi inovasi termasuk ke dalam pengertian peran komunikasi secara luas dalam mengubah
masyarakat melalui penyebarserapan ide-ide dan hal-hal yang baru. Berlangsungnya suatu
perubahan sosial, di antaranya disebabkan diperkenalkannya ataupun dimasukkannya hal-
hal, gagasan-gagasan, dan ide-ide yang baru. Hal-hal baru tersebut dikenal sebagai inovasi
(Zulkarimen Nasution).
DAFTAR PUSTAKA
Depari, Eduard dan Mc Andrew, Collin, 1991. Peranan Komunikasi Massa Dalam
Pembangunan, Gadjah Mada University : Yogyakarta.
BAB I
PENDAHULUAN
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Pancasila memiliki arti lima asas dasar digunakan oleh presiden
Soekarno untuk memberi nama pada lima prinsip dasar Negara Indonesia yang di usulkannya.
Pada tanggal 17 agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan keesokan
harinya (18 agustus 1945) mengesahkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia yang di dalamnya
memuat isi rumusan lima prinsip dasar Negara yang diberi nama pancasila.
Daftar Pustaka