PEMERIKSAAN NEUROLOGI
KESADARAN
• Org normal dpt berada dlm keadaan : sadar, mengantuk atau tidur.
• Jika tidur, dapat disadarkan oleh rgs nyeri / bunyi / gerak.
• Rgs ini disampaikan o/ sistem aktv retikuler, yg berfungsi mempertahankan
kesadaran.
• Sistem ini tdp di bgn atas batang otak yaitu mesensefalon & hipotalamus.
A. MEMBUKA MATA
Deserebrasi
• Lengan dlm keadaan ekstensi, adduksi & endorotasi, tungkai dlm sikap
ekstensi.
• Sbg tanda tdp lesi di batang otak bgn atas, diantara nukleus ruber & nukleus
vestibuler.
1. Composmentis
Kesadaran normal.
2. Apatis
Kesadaran sedikit menurun, acuh tak acuh.
3. Somnolen/ Letargi/ Obtundasi
Keadaan mengantuk, kesadaran dapat pulih penuh jika dirangsang. Mudahnya
px dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal & menangkis rasa nyeri.
4. Sopor/ Stupor
Keadaan mengantuk yang mendalam, px dpt dibangunkan jk dirangsang dgn
kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi.
5. Koma Ringan/ Semi-koma
Tdk tdp respon verbal, reflex kornea, pupil baik. Grkn timbul sbg respon thd rgs
nyeri. Px tdk dpt dibangunkan
6. Koma/ GCS 1 1 1
Tdk tdp respon membuka mata, bicara maupun gerakan sama sekali.
2. Tanda Kernig
• Px berbaring dgn kedua tungkai lurus. Tungkai yg 1 difleksikan dgn 90º,
kmdn tungkai bawah diekstensikan pd persendian lutut.
• Positip jk tdk dpt melakukan ekstensi 135º & timbul tahanan & nyeri.
3. Tanda Brudzinski
a. Brudzinski I/ Brudzinski’s Neck Sign
• Tangan ditmptkan di bwh kepala px yg berbaring, kita tekukkan kepala sejauh
mgkn sampai dagu mencapai dada. Tangan yg 1 lg di dada px u/ mcgh
diangkatnya bdn. Positip jk fleksi kedua tungkai.
b. Brudzinski II/
Brudzinski’s Contralateral Leg Sign
• Px berbaring , 1 tungkai difleksikan pd sendi panggul, tungkai yg 1 lg dlm
keadaan ekstensi/ lurus. Positip jk tungkai yg ekstensi ikut fleksi.
3
4. Tanda Lasegue
• Px berbaring dgn kedua tungkai diluruskan, tungkai yg satu diangkat lurus,
Tungkai yg satu lg hrs ekstensi/ lurus. Tungkai yg diangkat, angkat sampai
70º. Positip jk timbul rasa sakit & tahanan < 60º.
• Tdp pd iritasi selaput otak, HNP, isialgia.
Nilai minimum = 6
Nilai maksimum = 12 (makin tinggi makin baik)
SARAF OTAK
N. OLFACTORIUS/ N.I
4
• Bulbus & traktus olfactorius dpt terganggu o.k tumor spt meningioma.
• Meningioma dapat menyebabkan Sindroma Foster Kennedy y/
a. Anosmia ipsilateral o.k tekanan pd bulbus
b. Atrofi optik ipsilateral o.k jejas pd saraf optik ipsilateral.
c. Papiledema kontralateral o.k pean TIK akibat tumor.
Cara Pemeriksaan :
• Periksa lubang hidung, apakah tdp sumbatan/ kelainan spt polip krn dpt
mean ketajaman penciuman.
Zat pengetes spt kopi, tembakau, teh, vanili didekatkan ke hidung px & disuruh
ia menciumnya. Tiap lubang hrs diperiksa satu per satu dgn menutup lubang
hidung lainnya dgn tangan.
N. OPTIKUS/ N. II
• Alat penangkap rangsang cahaya a/ sel batang/ rods & kerucut/cones yg
terletak diretina.
• N. II bkn mrpk saraf yg sebenarnya tp tonjolan otak. Neuron I tdd sel rods &
cones, Neuron II tdd bipolar cells, Neuron III tdd ganglion cells.
• Axon dr gangglion cells menuju ke optic disc, kmdn berkumpul mjd n. opticus.
• Melalui lamina cribrosa n. opticus kanan & kiri mengadakan decussastio partial.
• Neuron III berhenti di corpus geniculatum lateral, sbgn dr ganglion neuron III
msk ke area pretectalis kmdn ke colliculus superior.
• Neuron IV a/ tractus geniculocalcarina yg terltk pd ventriculi lateralis. Kelainan
pd ventriculi lateralis dpt memberikan ggg penglihatan.
Pemeriksaan N.II
Pemeriksaan dpt pki kartu snellen (huruf/ gambar yg disusun mkn bwh mkn
kecil). Px disuruh membaca gambar snellen ini dr jrk 6 m, kmdn tentukan
sampai batas mana dpt dibacanya. Bila ia dpt membaca sampai bwh berarti
normal atau 6/6.
b. Lapangan Pandang
(Tes Konfrontasi dari Donder)
Slrh lap yg terlihat, bl kita memfixasi mata ke satu benda dsb lapangan
pandang.
Px duduk/ berdiri berhadapan dgn pmks dgn jrk 1 m. Jk kita hendak memeriksa
mata kanan, mk mata kiri px hrs ditutup dgn tangan, pemeriksa hrs menutup
mata kanannya, px disuruh melihat terus pd mata kiri pmks & pmks hrs melihat
ke mata kanan px. Kmdn pmks menggerakkan jari tangannya di bidang
pertengahan antara pmks dg px. Grkn dari arah luar ke dlm. Jk px mulai melihat
grkn jari pmks, ia hrs memberi tahu & hal ini dibandingkan dgn pmks.
Skotoma
• a/ bercak ato bidang di dalam lapangan pandang yang tidak dapat dilihat.
• Untuk memeriksanya pakai kampimeter, tetapi lebih baik lagi pakai layar
Byerrum.
• Pada keadaan normal kita punya bercak buta/ blind spot yg disebut skotoma
fisiologis.
• Skotoma yang terdapat di pusat penglihatan/ skotoma sentral disebabkan o/
ggg di makula.
6
• Skotoma dpt disebabkan o.k kelainan optik, bkn o.k kelainan saraf, biasanya
skotoma terlihat sbg bercak hitam (Skotoma Positip).
Skotoma o.k kelainan saraf, bila terletak di luar titik fixasi sering tdk terlihat/ tdk
disadari o/ px, kecuali wkt pmksan.
c.Pengenalan Warna
• Dgn menggunakan :
a. kartu ichihara/ stelling
b. benang-benang wol berwarna
d.Funduscopy
• Untuk memeriksa :
a. miopia, hipermetropia, emetropia
b. pengamatan retina
c. pengamatan pupil n. opticus
• Syarat :
a. px mengarahkan pandangannya jauh ke dpn agar sinar lampu tdk dipantulkan
fovea centralis ke lubang teropong.
b. opthalmoscope didktkan ke mata dr arah temporal bwh dgn 10º thd sumbu
anteroposterior bola mata.
N. OCCULOMOTORIUS, N. III
N. TROCHLEARIS, N. IV
N. ABDUCENS, N. VI
Pemeriksaan meliputi :
1. Pemeriksaan Kedudukan Bola Mata
2. Pemeriksaan Gerakan Bola Mata
3. Pemeriksaan Kelopak Mata
4. Pemeriksaan Pupil
Perhatikan :
a. Apakah mata menonjol/ eksoftalmus ?
Ciri : celah mata nampak lebih besar
Didapatkan pada :
• Tirotoksikosis, biasanya bilateral
• Meningioma, biasanya unilateral
7
Nystagmus
• Jk didptkan vertigo kita hrs mencari adanya nistagmus dgn memeriksa
gerakan bola mata.
• Cara u/ menimbulkan nistagmus dgn tes kalori.
• Nistagmus pny ciri sesuai grknnya, bidang grknnya (horisontal, rotatoar,
vertikal, campuran), arah grkn, amplitudo & lamanya nistagmus berlgs. Selain
itu pengaruh dr sikap kepala jg perlu diperhatikan.
• Nistagmus dpt lbh mdh dievaluasi dgn lensa Frenzel (kacamata dgn lensa + 20
dioptri, berfx sbg kaca pembesar).
• Mata jgn terll jauh dilirikkan krn dpt menimbulkan nistagmus pd org normal
(End Position Nystagmus/ Nistagmus Posisi Ujung)
mudahnya otot menjadi lelah yg bermanifestasi sbg lumpuh & pulih setelah
istirahat lama, dgn prostigmin ptosis dpt dihilangkan/ berkurang.
• Tanda Sindroma Horner :
a. Ptosis ringan, o.k lumpuhnya m. tarsalis
b. Miosis, o.k lumpuhnya otot dilator pupil
c. Enoftalmus, o.k lumpuhnya otot dari muller
d. Vasodilatasi pemb darah kepala, kuduk & konjungtiva sisi ipsilateral
e. Anhidrosis pd kepala & muka ipsilateral
4. Pemeriksaan Pupil
• Pupil yg melebar sesisi & tdk bereaksi menandakan tekanan pd saraf otak ke-
3/ herniasi tentorial/unkus
Perhatikan :
a. diameter pupil, normal 3 mm.
b. miosis/ midriasis/ sama besar
c. bandingkan kiri & kanan (isokor/ unisokor)
d. bentuk bulatan pupil teratur atau tidak
e. reflex pupil
• reflex cahaya langsung & tidak langsung
Cara pemeriksaan :
Px disuruh melihat jauh stl itu mata kita senter & lihat apakah apakah ada reaksi
pada pupil, jk lgs mengecil maka reaksi cahaya langsung (+), kmdn perhatikan
pupil mata yg satu lg apakah ikut mengecil, jk mengecil mk reaksi cahaya tdk
langsung (+).
• reflex akomodasi
Cara Pemeriksaan :
Px disuruh melihat telunjuk pemeriksa pd jarak yg cukup jauh, kmdn dgn tiba-
tiba dekatkanlah pada px. Positip pd org normal bila pupil mengecil. Pd
kelumpuhan N.III reflek ini mengecil
• reflek thd obat-obatan
Atropin & skopolamine midriasis
Pilocarpine & acetylcholine miosis
Reflex pupil (-) tapi reflex akomodasi (+) dsb sbg gejala Argyll Robertson/ Pupil
Argyll Robertson. Dijumpai pada sifilis, diabetes melitus, arteriosklerosis, tumor
otak, alkoholisme kronik.
Bila reaksi cahaya langsung (-) sedangkan reaksi cahaya tidak langsung (+)
maka kerusakan pada nervus II. Jika reaksi cahaya langsung & tidak langsung
(-) maka kelumpuhan nervus III.
N. TRIGEMINUS/ N. V
Tdd 2 bagian : sensorik (yg besar, portio mayor) & motorik (yg kecil, portio
minor)
Bagian motorik mengurus otot u/ mengunyah, yaitu :
a. m. masseter
9
b. m. temporalis
Fx : menarik rahang ke belakang
c. m. pterigoideus medialis
Fx : menutup mulut
d. m. ptergoideus lateral
Fx : menggerakkan rahang bawah ke samping & membuka mulut
Inti motorik saraf V mendapat persarafan dari kedua hemisfer. Lesi pada 1
hemisfer tidak melumpuhkan otot mengunyah karena persarafan dapat
dilakukan hemisfer yg lainnya.
Pemeriksaan N. Trigeminus :
a. Pemeriksaan Motorik
• Px diminta merapatkan gigi sekuatnya, kmdn meraba m. masseter & m.
temporalis. Normalnya kiri & kanan kekuatan, besar & tonusnya sama.
• Px diminta membuka mulut & perhatikan apakah ada deviasi rahang bawah,
jika ada kelumpuhan maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yg lumpuh.
Sebagai pegangan diambil gigi seri atas & bawah yg harus simetris. Bila tdp
parese di sbl kanan, rahang bawah tdk dpt digerakkan ke samping kiri. Cara lain
px diminta mempertahankan rahang bawahnya ke samping & kita beri tekanan
u/ mengembalikan rahang bawah ke posisi tengah.
• U/ memeriksa m. pterygoideus lateralis, gerakan mandibula ke kanan-kiri.
b. Pemeriksaan sensorik
• Dengan kapas & jarum dapat diperiksa rasa raba, nyeri & suhu, kmdn
dilakukan pemeriksaan pada dahi, pipi & rahang bawah.
• Reflek kornea, berasal dari sensorik N.V
Kornea disentuh dengan kapas, bila normal px akan berkedip kanan & kiri/
menanyakan apakah px dapat merasakan.
• Reflek maseter/ Jaw reflek, berasal dari motorik N. V
Dengan menempatkan satu jari pemeriksa melintang pada bagian tengah dagu,
lalu px dlm keadaan mulut ½ membuka dipukul dgn “hammer reflek” normalnya
didapatkan sdkt aja gerakan, malah kadang tidak ada. Bila ada gerakannya
hebat yaitu kontraksi m. masseter, m. temporalis, m. pterygoideus medialis yg
menyebabkan mulut menutup ini disebut reflek meninggi lesi pd UMN
10
• Reflek supraorbital
Dengan mengetuk jari pd supraorbital, normalnya akan menyebabkan mata
menutup homolateral (tetapi sering diikuti dengan menutupnya mata lain).
N. FACIALIS/ N. VII
Pemeriksaan Fungsi Motorik
• Wajah px kiri & kanan, simetris/ tidak.
• Perhatikan kerutan dahi, pejaman mata, lebarnya celah mata, lipatan kulit
nasolabial & sudut mulut. Jk muka asimetris o.k kelumpuhan jenis perifer, u/
kelumpuhan jenis sentral bila muka simetris saat istirahat, kelumpuhan nyata jk
px disrh menyeringai/menunjukkan gigi geligi.
• Minta px u/ mengerutkan dahi (di bgn yg lumpuh lipatannya tdk dlm) &
mengangkat alis.
• Menutup mata dgn rapat & coba buka dgn tangan pemeriksa. Pd org normal
ada yg tdk dpt memejamkan matanya satu per satu.
• Minta px u/ menyeringai, bersiul, dalam keadaan pipi mengembung tekan kiri
& kanan apakah sama kuat (bila ada yang lumpuh maka angin akan keluar ke
bagian sisi yang lumpuh). Jk px tdk sadar, maka u/ menyeringai dpt diberi rgs
nyeri dgn menekan pd sudut rahangnya (m. masseter)
• Gejala Chvostek, dibangkitkan dgn mengetok N.VII, ketokan dilakukan di bgn
depan telinga. Positip jk tdp kontraksi otot yg disarafinya, misal pd tetanus &
org normal.
N. VESTIBULO-KOKHLEARIS/
N. STATO-AKUSTIKUS/ N. VIII
A. Rinne Test
11
B. Schwabach Test
C. Weber Test
• Telinga yg satu diberi 5 ml air es diinjeksikan ke telinga scr lambat. Amati ada
nistagmus atau tdk. Jika tdk ulangi. Jk msh blm berarti labirin tdk berfungsi. Bila
telinga kiri yg didinginkan maka nistagmus ke kanan, krn air yg disuntikkan lbh
dingin dari suhu badan)
• Catatlah arah gerak nistagmus, frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) & lamanya
nistagmus berlsg (biasanya ½ - 2 menit) tiap org beda.
B. Past Pointing Test/ Salah Tunjuk
• Px diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dgn jari telunjuknya, kmdn dgn
mata tertutup dgn mengangkat/ menurunkan lengan sampai vertikal, px diminta
u/ mengulangi. Normalnya px hrs dpt melakukannya.
• Didptkan pd ggg vestibular & serebelar.
D. Romberg Test
• Px berdiri dgn kaki yg satu di depan kaki yg lainnya. Tumit kaki yg satu berada
di depan jari kaki yg lainnya, lengan dilipat pd dada & mata kmdn ditutup. Org
yg normal mampu berdiri dlm sikap romberg yg dipertajam selama 30 detik/
lebih.
N. GLOSSOPHARINGEUS/ N. IX
N. VAGUS/ N. X
Pemeriksaan Motorik :
• Perhatikan kualitas suara px, apakah suaranya normal/ berkurang/ serak
(disfonia)/ tdk sama sekali (afonia)
• Px diminta u/ membuka mulut & mengatakan huruf aaaaaaaaaaaa.
Pembentukan suara ini dilakukan o/ pita suara yg dipersarafi N.X
• Kelumpuhan cabang N.X y/ N. laringeus rekurens didapatkan disfonia, tjd o.k
tekanan pada saraf tsb o.k tumor, kelenjar yang membengkak.
• U/ mengucapkan kata2 dibutuhkan otot2 artikulasi spt otot mulut, lidah, laring
& faring. Jd mrpkn kerjasama antara N. V, VII, IX, X & XII. Kelumpuhan otot
mengakibatkan px tdk mampu mengucapkan kata dgn baik/ disartria.
• Kelumpuhan N.IX & X, palatum molle tdk sanggup menutup jalan ke hidung
waktu bicara, & didptkan suara hidung/ bindeng. Selain itu bila mengejan/
menggembungkan pipi tdk dpt melakukan dgn baik krn udara terlepas melalui
hidung, dpt dicegah bila lubang hidung ditutup.
• Kelumpuhan N.IX & X dpt tjd disfagia/ tersedak.
13
• Perhatikan palatum molle & faring. Bila tdp parese otot faring & palatum molle,
maka palatum molle, uvula & arkus faring sisi yg lumpuh letaknya lbh rendah
drpd yg sehat & bila bergerak uvula & arkus seolah-olah tertarik ke arah yg
sehat. Bila tdp parese pd keduanya tdk didptkan gerakan & posisi uvula lbh
rendah.
Reflex Faring
• Px membuka mulut, Pemeriksa meraba dinding pharynx dgn tong-spatel,
terlihat faring terangkat dan lidah ditarik (reflek positip) & bila diberi rgsan yg
keras dpt timbul refleks muntah. Bila ada ggg N.IX & X refleks dpt (-).
Refleks Wahing
• Mukosa hidung dirangsang dgn sentuhan kapas, timbul wahing (N.X dibantu o/
N. VII & IX)
Cekukan/ Hiccup/Singultus
• Mrpk kontraksi diafragma yg menyebabkan udara diinspirasi dgn kuat, spasme
faring & berhentinya inspirasi krn menutupnya glotis. Hal ini memberikan suara
cekukan.
• Dpt timbul pd iritasi lambung, diafragma & laring. N. frenikus berperan
penting.
Pengecapan
• N.IX mengandung serabut aferen khusus u/ pengecapan y/ 1/3 bgn posterior
lidah.
• Dilakukan pmks di blk lidah, tdk diperiksa scr rutin, krn sukar.
• Menggunakan elektroda dari kawat tembaga yg ditempatkan sbg anoda pd
lidah posterior, Pd org normal akan terasa asam.
Fungsi Autonom
• Paralisa N. Vagus takikardia (o.k anemia, suhu yg tinggi), sedang iritasi
bradikardia (TIK yg tinggi, mekanisme belum jelas)
• Penting u/ pmks frekuensi nadi.
14
Refleks Okulokardiak
• Bila kita tekan enteng biji mata, hal ini mengakibatkan berkurangnya detak
jantung.
• Serabut aferen refleks ini melalui N. trigeminus sedang impuls eferen melalui
N. vagus.
• Digunakan sebagai petunjuk adanya kepekaan vagus, dipengaruhi o/ emosi.
Tidak ada patokannya. Meningkat pd orang vagotonik.
N. AKSESORIUS/ N.XI
Cara Pemeriksaan :
• Memeriksa m. sternocleidomastoideus. Px diminta u/ menoleh ke kanan & ke
kiri & ditahan o/ pemeriksa, kmdn dilihat & diraba tonus dari m.
sternocleidomastodeus.
• Memeriksa kekuatan otot dari m. trapezius. Dengan menekan pundak px & px
diminta u/ mengangkat pundaknya.
N. HYPOGLOSSUS/ N. XII
kontralateral.
• Lesi nervus ini dpt bersifat supranuklir mis pd lesi di kortex/ kapsula interna yg
dpt disebabkan o/ stroke, tanpa adanya atrofi & fasikulasi sdkan pd lesi nuklir
terdapat.
Cara Pemeriksaan :
• Px membuka mulut, perhatikan lidah dalam keadaan istirahat & bergerak.
• Perhatikan besarnya lidah, kesamaan bgn kiri & kanan & adanya atrofi.
• Pd lesi perifer didapatkan lidah berkerut & atrofi.
• Apakah lidah mencong ke sisi yg lumpuh, supaya tdk bingung dgn mulut yg
mencong maka sudut mulut perlu diangkat & setelah itu baru lidah disuruh
dijulurkan.
• Adakah tremor, fasikulasi & gerakan tdk terkendali pada lidah.
SISTEM MOTORIK
Sikap
Perhatikan, bagaimana sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring, bergerak
dan berjalan.
Bentuk
Perhatikan adanya deformitas.
Ukuran
Perhatikan apakah pjg bgn tbh sblh kiri = kanan. Org dws yg mengalami lumpuh
sejak masa kanak, ukuran ekstremitas yg lumpuh lbh pendek drpd yg sehat.
Perhatikan besar (isi) kontur (bentuk) otot. Adakah atrofi / hipertrofi ? Pd atrofi
besar otot berkurang & bentuknya berubah.
Perhatikan besarnya otot. bandingkan dengan otot sisi lainnya. Bila dicurigai
atrofi, ukurlah kelilingnya. Pengukuran dilakukan dgn menyebutkan tempat di
mana dilakukan pengukuran. Biasanya digunakan tonjolan tulang sbgi patokan.
Misalnya 3 cm di atas olekranon/ patela. Stlh itu perhatikan pula bentuk otot.
Hal dilakukan dalam keadaan otot beristirahat & sewaktu berkontraksi. Bila
17
Kelumpuhan & atrofi otot pd anggota gerak menimbulkan bentuk & sikap
abnormal yg khas. Perubahan2 btk bgn anggota gerak a/
a. Winging skapula krn paralisis otot trapezius.
Tremor
• a/ serentetan grkn involunter, agak ritmis, mrpkn getaran, yg timbul krn
berkontraksinya otot2 yg berlawanan scr bergantian, dpt melibatkan 1/ lbh bgn
tbh.
• Jenis tremor a/ tremor normal/ fisiologis, tremor halus/ tremor toksik & tremor
kasar.
• Tremor fisioiogis, jk anggota gerak ditmptkan pd posisi yg sulit/ bl kita
melakukan grkn volunter dgn sgt lambat. Co/ pd org normal yg sedang marah/
ketakutan.
• Tremor halus/ essential/ striatal, ada pd wkt diam/ istirahat, o.k ggg
18
Khorea
• Dr kata Yunani : menari.
• Khorea a/ gerak otot berlgsg cepat, sekonyong-konyong, aritmik & khas;dpt
melibatkan 1 ekstremitas, ½ badan/ slrh badan.
• Khorea disebabkan o/ lesi di corpus striatum, substantia nigra, corpus
subtalamicus.
• Pmksan khorea jelas dgn melakukan 2 mcm gerakan y/ ia disuruh menaikkan
lengannya ke atas sambil menjulurkan lidah.
• Didptkan dlm keadaan istirahat & mjd lbh hebat bl ada aktivitas & ketegangan
khorea menghilang jk pxnya tidur.
• Dijumpai pd px khorea Sydenham, khorea Huntington, & khorea gravidarum.
Atetose
• Dari kata Yunani : berubah.
• Ditandai o/ grkn yg lbh lamban, spt gerak ular, & melibatkan otot bgn distal
• Biasanya bersama2 dgn khorea.
• Cenderung menyebar juga ke proksimal. Atetosis dpt dijumpai pd byk penyakit
yg melibatkan ganglia basal.
Distonia
• Jk tjd kerskan besar pd ekstrapiramidal, melibatkan ganglia basal, didptkan gjl
yg kompleks. Dijumpai pd distonia muskulorum deformans, didptkan gerakan
distonia.
• Biasanya distonia ini dimulai dgn gerak otot berbtk atetose pd lengan/ anggota
gerak lain, kmdn grkn otot btk atetose ini mjd kompleks, y/ menunjukkan torsi
yang keras & berbelit. Grkn torsi otot (memutar berbelit) tjd jg pd otot leher &
punggung, shg didptkan tortikolis & tortipelvis.
• Gerak ini dpt tjdnya skoliosis, pes ekuinovarus, pes valgus & kontraktur.
Balismus/ Hemibalismus
• a/ gerak otot yg dtg sekonyong2, kasar & cepat, trtm pd otot2 skelet yg ltknya
proksimal
19
• Grkn px spt melempar cakram, o.k lesi corpus subthalamicus, corpus luysi,
prerubral.
Tik (tic)
• Penyebab blm diketahui. pakar menganggap sbg conditioned reflex, faktor
psikogen, ekstrapiramidal memainkan peranan pula.
• a/ grkn yg terkoordinir, berulang, & melibatkan seklpk otot dlm hub yg
sinergistik. Ada tik yg menyerupai spasme klonik dsb sbg spasme-kebiasaan
(habit spasm).
Spasme
• a/ grkn abnormal yg tjd o.k kontraksi otot2 yg biasanya disarafi o/ 1 saraf.
• Spasme klonik mulai sekonyong-konyong, berlgsg sebentar & dpt berulang-
ulang.
• Spasme tonik dpt berlgsg lama & terus menerus.
• Spasme dpt timbul krn iritasi saraf perifer/ otot, ttp dpt jg timbul krn iritasi di
suatu tmpt, mulai dr korteks sampai ke serabut otot.
• Co/ trismus, rhisus sardonikus & hiccup. Trismus a/ spasme tonik otot
pengunyah, Rhisus sardonikus a/ spasme tonik otot fasial.
Fasikulasi
• a/ grkn halus, cepat & berkedut dr 1 berkas (fasikulus) serabut otot/ 1 unit
motorik.
• 1 unit motorik a/ 1 sel neuron motorik, aksonnya & sma serabut otot yg
disarafinya.
• Gerak fasikulasi biasanya tdk menyebabkan grkn pd persendian, kecuali bila
fasikulasi tdpt di jari2. Dlm hal sdmkn kdg tjd grkn pd persendian.
• Penyebab fasikulasi blm jelas. intasi pd sel neuron motorik dpt menimbulkan
fasikulasi. Adanya fasikulasi dapat dibuat lebih nyata dng jln memberikan rgs
mekanis pd otot tersebut, misalnya dgn pukulan.
• Mkn byk fasikulasi, mkn cepat progresivitas pykt. Kdg fasikulasi dijumpai pd
org yg normal., bs didptkan pd mata & betis. Dlm hal demikian fasikulasi tdk
disertai o/ atrofi.
• Fenomena yg serupa (miokimia) dpt kontraksi spasmodik m. orbikularis
okuli, m. levator palpebra sup/ otot wjh lain. Ini keadaan yg benigna & dpt
dicetuskan o/ kelelahan atau kecemasan serta berlgs lama dr fasikulasi.
Miokloni
• a/ grkn involunter yg timbul krn kontraksi otot scr cepat, sekonyong-konyong,
sebentar, aritmik, asinergik & tdk terkendali.
• Otot yg berkontraksi dpt meliputi sbgn dr 1 otot, slrh otot/sekelompok otot2
tanpa memandang asosiasi fungsional otot tsb.
• Gerak mioklonia ini trtm pd otot2 ekstremitas & bdn, ttp srg jg difus & meluas,
& melibatkan otot muka, rahang, lidah, faring dan laring. la timbul secara
paroksismal.
20
2. PALPASI OTOT
• Pengukuran bsr otot & pengukuran pjg anggota gerak kedua sisi hrs dilakukan
(polimielitis, koksitis TB, pykt Perthes)
• Nyeri tekan ada/ tdk ?
• Kontraktur ada/ tdk ?
• Konsistensi/ Kekenyalan, Normal = kenyal.
Konsistensi otot yg meningkat/keras tdp pada
a. Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal meningitis, HNP
b. Perubahan patologik pd otot sendiri spt miotonia, jenis distrofia muskulorum,
pykt penimbunan glikogen di otot (McArdle Disease)
c. Kelumpuhan UMN, adanya spastisitas
d. Gangguan UMN ekstrapiramidal yg diiringi o/ rigiditas
e. Pd kelumpuhan UMN srg tjd kontraktur otot o.k tdk dilakukan fisioterapi.
Konsistensi otot yg menurun (lembek/ kendor) tdp pada :
a. Kelumpuhan LMN akibat denervasi otot o.k lesi di akson motorneuron/ motor
neuronnya sendiri
a. Kelumpuhan LMN akibat lesi di “motor end plate” spt paralisis periodik &
paralisis akibat infeksi botulismus.
3. PERKUSI OTOT
• Normal (otot yg diperkusi akan berkontraksi yg bersifat setempat & berlgsg
hny 1 atau 2 detik saja).
• Miodema (penimbunan sejenak tempat yg tlh diperkusi, tdp pd mixedema, px
gizi buruk)
• Miotonik (tmpt yg diperkusi mjd cekung u/ bbrp detik o.k kontraksi otot yg
bersangkutan lbh lama drpd biasa).
4. TONUS OTOT
• Px diminta melemaskan ekstremitas yg hendak diperiksa kmdn kita gerak-
gerakkan fleksi & ekstensi pd sendi siku & lutut. Pd org normal thd tahanan yg
wajar.
5. KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan ini menilai kekuatan (kontraksi) otot. U/ memeriksa kekuatan otot
ada 2 cara :
a. Px disuruh menggerakkan bgn ekstremitas/bdnnya & kita menahan grkn.
b. Pemeriksa menggerakkan bgn ektremitas bdn px & ia disuruh menahan.
21
7. GAIT
• Macam – macam gait :
Hemiplegik gait (gaya jln dgn kaki yg lumpuh digerakkan scr sirkumduksi)
Waddling gait (gaya berjln dgn pantat & pinggang bergoyang berlebihan khas u/
22
Parkinsonian gait (gaya berjln dgn sikap tubuh agak membungkuk, kedua
tungkai berfleksi sedikit pd sendi lutut & panggul. Langkah dilakukan setengah
diseret dgn jangkauan yg pendek2).
c. Tandem Walking
d. Jalan lurus lalu putar
e. Jalan mundur
f. Hopping/ engklek
g. Berdiri dgn 1 kaki
SISTEM SENSORIK
SENSIBILITAS
PERASAAN NYERI
Cara menggunakan jarum bundel & ‘rader’lah yg penting & bukannya kwalitas &
bentuk alat yg menentukan mutu hasil pemeriksaan
PERASAAN SUHU
PERASAAN RABA
• Autotopognosis (Daya u/ mengenal setiap titik & daerah tubuh diri sendiri)
• Sensory extinction (Mrgs scr serentak pd kedua titik di anggota gerak kanan &
kiri yg letaknya setangkup dgn mata tertutup)
REFLEKS
(Jawaban atas rangsang)
26
A. REFLEK SUPERFICIAL
1. Reflek Dinding perut
• Stimulus : goresan ddg perut daerah epigastrik, supraumbilical, infraumbilical
dr lateral ke medial
• Respons : Kontraksi ddg perut
• Afferent : n. intercostalis T 5-7 (epigastrik), n. intercostalis T 7-9
(supraumbilical), n. intercostalis T 9-11 (umbilical), n. intercostalis T 11 – L1
(infraumbilical), n. iliohypogastricus, n. ilioinguinalis.
• Efferent : idem
2. Reflex Gluteal
• Stimulus : bokong digores atau ditusuk dengan jarum/ ujunga gagang palu
reflex.
• Respons : gerakan reflektorik otot gluteus ipsilateral.
3. Reflex Anal
• Stimulus : Penggoresan pada kulit/ mukosa daerah perianal.
• Respon : kontraksi otot sfingter ani eksterna.
4. Reflex Plantar
• penggoresan thd kulit telapak kaki.
5. Reflek Cremaster
• Stimulus : goresan pd kulit paha sbl medial dr atas ke bwh.
• Repons : elevasi testis ipsilateral
• Afferent : n. ilioinguinalis (L12)
• Efferent : n. genitofemoralis
B. REFLEK FISIOLOGIS
1. Reflek Biceps/ BPR
• Stimulus : ketokan pd jari pmks yg ditmptkan pd tendon m. biceps brachii,
posisi lengan setgh ditekuk pd sendi siku.
• Respons : fleksi lengan pd sendi siku.
• Afferent : n. musculocutaneus (C 5-6)
• Efferent : idem
5. Reflex Pectoralis
• Stimulus : ketukan pd jari si pmks yg ditmptkan pd tepi lat m. pectoralis.
• Respons : kontraksi m. pectoralis
• Afferent : N. pectoralis medialis et lateralis (C 5, T 1)
• Efferent : idem
9. Klonus Lutut
• Stimulus : pegang & dorong os patella ke arah distal.
• Repons : kontraksi reflektorik m. quadriceps femoris selama stimulus
28
berlangsung
C. REFLEK PATOLOGIS
1. Reflek Babinski
• Stimulus : penggoresan telapak kaki bgn lat dr post ke ant
• Respons : ekstensi ibu jari kaki & pengembangan jari-jari kaki.
2. Reflek Chaddock
• Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bgn lat, sekitar malleolus lat dr
post ke ant.
• Respons : seperti babinski.
3. Reflek Oppenheim
• Stimulus : pengurutan crista anterior tibia dr proks ke distal.
• Respons : seperti babinski.
4. Reflek Gordon
• Stimulus : penekanan betis scr keras.
• Respons : seperti babinski.
5. Reflek Schaffer
• Stimulus : memencet tendon achilles scr keras.
• Respons : seperti babinski.
6. Reflek Gonda
• Stimulus : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki keempat.
• Respons : seperti babinski.
7. Reflek Stransky
• Stimulus : penekukan (lateral) maksimal jari kaki kelima.
• Respons : seperti babinski.
8. Reflek Rossolimo
• Stimulus : pengetukan pd telapak kaki
• Respons : fleksi jari-jari kaki pd sendi interphalangealnya.
9. Reflek Mendel-Bechtrew
• Stimulus : pengetukan dorsum pedis pd daerah os cuboideum.
29
D. REFLEX PRIMITIF
1. Sucking Reflex/ Menetek
• Stimulus : sentuhan pd bibir.
• Respons : gerakan bibir, lidah & rahang bawah seolah-olah menyusu.
2. Snout Reflex
• Stimulus : ketukan pd bibir atas.
• Respons : kontraksi otot-otot di sekitar bibir/ di bawah hidung (menyusu).
3. Graps Reflex
• Stimulus : penekanan/ penempatan jari si pmks pd telapak tangan px.
• Respons : tangan px mengepal.
4. Palmo-mental Reflex
• Stimulus : goresan ujung pena thd kulit telapak tangan bagian thenar.
• Respons : kontraksi otot mentalis & orbicularis oculi ipsilateral.