Anda di halaman 1dari 5

MUSLIM BUKAN TERORIS

Sebutan muslim teroris,secara kategoris mengandung contradictio-interminis,karena

sejatinya seorang muslim bukanlah teroris.karena islam sangat jelas melarang terorisme maka

idealnya seorang muslim tak mungkin menjadi terorisme.

Sebutan muslim teroris,karena islam sangat jelas melarang terorisme maka idealnya

seorang muslim bukanlah seorang teroris.Memang benar bahwa terorisme tak ada

hubungannya dengan islam.tak ada satupun ayat dalam al-quran yang mengijinkan ,apalagi

menyuruh seseorang menjadi teroris.Demikian juga hadis Rasulullah.Tapi,harus cepat-cepat

digaris bawahi bahwa hal itu sebatas doktrinal.Secara historis barangkali amat sulit

menghindarkan islam dengan tindakan apapun yang mungkin bisa dilakukan oleh para

pemeluknya,termasuk teror sekalipun.Mengapa ? Karenaislam,seperti juga agama-agamalain,

tidak berada diruang hampa.Islam senantiasa bergumul dalma realitas obyektif yang

menyejarah.ikut mewarnai dan membentuk kebudayaan indonesia.Dalam bahasa antropolog

clifford geertz,sebagai agama,islam bukanlah sesuatu yang otonom.

Secara apologetis siapapun bisa mengatakan bahwa islam tak bisa dikait-kaitkan

dengan tindakan kejahatan seseorang karena islam adalah ajaran suci sedangkan yang

melakukan kejahatan adalah orangnya. Islam harus dibedakn dengan orangnya.Tetapi,sesuatu

yang berbeda,tentu bukan berarti tak bisa berhubungan sama lain. Islam bahkan senantiasa

berhubungan dengan orang ,karena seseorang baru bisa dikatan muslim setelah ia

berhubungan dengan islam, dengan menjadi pemeluknya, meyakini kebenaranya, dan

mengimplementasikan ajaran-ajarannya.Apalagi,islam sendiri tidak akan diturunkan Allah

jika tidak ada orang (manusia) di muka bumi. Islam justru diturunkan Allah untuk menjadi

petunjuk bagi manusia(hudan linnas). Jadi,Islam dan muslim tak bisa dipisahkan satu sama

lain.
Sebab-sebab terorisme

Mengapa ada muslim yang menjadi teroris? Ada banyak sebab. Dari sudut pandang

agama bisa dijawab dengan mengatakan bahwa manusia diciptakan bahwa Allah dengan

segala kekurangan. Tentang kekurangan manusia banyak sekali disebutkan,baik dalam al-

quran maupun Hadist. Dalam satu ayat al-quran misalnya disebutkan bahwa ketika manusia

diciptakan Allah,sudah inheren dalam jiwanya dua potensi:

(1) berbuat kebajikan (dimensi takwa0; dan

(2) berbuat kebajikan (dimensi fujur).

Dan, seseorang yang sudah memeluk islam pun, tak ada jaminan untuk bisa

menghindarkan diri dari demensi fujur, karena manusia memang tempatnya

kesalahan dan kealpaan (mahal al-khatha wa al nisyan). Bahkan Rasulullah yang

ma’shum sekalipun, suatu ketika pernah berbuat kesalahan walaupun ringan.itu yang

pertama

Kedua, seorang muslim juga bisa menjadi teroris karena pemahamannya yang tidak

proporsional tentanhg agama, bak karena kesalahan metodenya maupun karena kedangkalan

ilmu agamanya. Dari segi metode, mereka cenderung memahami agama secara literal

(dhahiry) misalnya, akan potensial menjadi pemeluk agama yang ekstrem. Demikian juga

yang dangkal (setengah-setengah) ilmu agamanya. (baca, Dr. Yusuf Qardhawi, Islam

Ekstrem: Analisa dan Pemecahannya, Bandung: Mizan, 1985). Diantara aspek agama yang

paling sering ditafsirkan secara literal dan dangkal adalah konsep mengenai jihad fi sabilillah

yang dianggap identik dengan aksi-aksi fisik seperti perang mengangkat pedang, senapan,

atau meledakkan bom.

Selain itu, ketidakadilan politik global juga sangat potensial melahirkan

terorisme,termasuk dari kalangan muslim. Kebijakan politik dunia yang tidak adil terhadap
beberap anegara muslim. Misalnya, telah menimbulkan perlawanan dari segenap muslim

yang menyadari betul ketidak adilan itu. Sialnya, karena tidak berdaya melawan secara

terang-terangan, ada diantaranya yang menempuh jalur inkonvensional ,yakni dengan cara

kekerasan dan teror. Kalau memang demikian, cara yang paling proporsional untuk

menghindari kemungkunan tindakan teror, bagi muslim adalh dengan cara memperbaiki

kembali pemahaman dan implementasi keislaman. Pemahaman yang sempit dan dangkal

harus diperluas dan diperdalam; pemahaman yang subyektif individual harus diobyektifkan

sehingga konstruktif secara sosial.

Padahal,,pada pada hakikatnya perang adalah teror juga. Perbedaan antara perang dan

teror hanya sebatas prosedural. Yang pertama legal yang kedua ilegal. Pada faktanya sama

saja, berupa pembantaian massal, Dan, karena pembantaian akan menimbulkan trauma dan

dendam kesumat yang berkepanjangan maka,tampaknya , terorpun kemungkinan besar tidak

ataupun belum akan lenyap dari muka bumi.

Bebenah diri dan membersihkan kotoran

Terorisme adalah tindakan yang patut kita kutuk bersama. Sebab, apapun motifnya

atau tujuannya,ataupun alasannya, perbuatan ini adalah puncak dari suatu kebiadaban.

Apakah ada hubunganya dengan operasi Al qaeda atau tidak,apakah ada kerjasama dengan

golongan-golongan tertentu di indonesia atau tidak, apakah kejadian ini merypakan rekayasa

dari satu kekuatan luarnegeri atau dalam negeri untuk meninbulkan kekacauan politik ,

ekonomi, sosial,atau bukan.

Selama ini , Islam di indonesia dikenal didunia sebagai islam yang moderat,yang

terbuka ,yang toleran , dan bahkan bersahabat. Wajah inilah yang selanjutnya perlu dipupuk

terus, atau bahkan dikembangkan lebih lanjut, sesuai dengan cita para pejoang kemerdekaan

dan para pendiri republik kita . hanya dengan islam yang demikianlah kiranya negara dan
bangsa kita akan mendapat tempat yang terhomat dikalangan bangsa-bangsa. Bukan

sebaliknya

Terorisme telah memakan banyak korban jiwa dan mendatangkan kerugian di bidang

politik dan ekonomi yang amat besar bagi negara dan bangsa. Namun dari peristiwa ini

pulalah kita bisa mengharapkan adanya seleksi dan kristalisasi di kalangan aparat pemerintah,

di kalangan elite politik, di kalangan berbagai komponen bangsa (terutama di kalangan

Islam), sehingga kehidupan bersama dalam Republik kita lebih nyaman, sejuk, damai dan

sejahtera bagi semua.


TUGAS
FILSAFAT HUKUM ISLAM
ISLAM BUKAN TERORIS

Dosen Pengampu : Bp.Natangsa surbakti,SH

Anda mungkin juga menyukai