Anda di halaman 1dari 3

Lukito Ardhi Nugroho

Teknik Mesin
08/268827/TK/34093
“TUGAS POLITIK BURUH”

Pada awalnya jaminan sosial diadakan dalam konsepsi ‘amal’ (charity) atau kemurahan hati
komunitas sosial terhadap anggotanya komunitas sosial yang tidak beruntung secara ekonomi.
Penyedia jaminan sosial tersebut, biasanya adalah organisasi keagamaan, para tuan tanah,
komunitas adat, atau keluarga besar. Mereka menyediakan jaminan sosial berdasarkan prakarsa
sendiri yang didorong oleh rasa tanggung jawab sosial bersama. Konsep jaminan sosial yang
bergantung pada rasa tanggung jawab kelompok sosial seperti ini terjadi karena saat itu belum
dikenal relasi perburuhan formal.

Revolusi industri (di Inggris)dan kebangkitan kapital di pertengahan abad 18 berdampak terhadap
perubahan ekstrim dalam relasi sosial. Komunitas sosial mulai mengenal hubungan perburuhan
formal dan upah sebagai imbalan kerja. Sifat relasi perburuhan yang subordinatif, relasi yang tidak
seimbang karena kaum pemodal memiliki otoritas untuk menentukan berlanjut atau tidaknya
hubungan kerja, menyebabkan kaum buruh dan keluarganya sama sekali tidak memiliki jaminan jika
suatu saat mereka di-PHK, sakit, atau tidak memperoleh pekerjaan. Itu sebabnya dirasa perlu ada
jaminan [ekonomi] yang dapat membuat buruh dan keluarganya dapat bertahan hidup jika ia
mengalami sakit, kecelakaan kerja, atau pun di-PHK. Kaum buruh kemudian menganggap perlu
adanya campur tangan Negara untuk membangun sistem jaminan sosial.
Desakan yang dilakukan oleh kaum buruh dan kelompok-kelompok sosial lainnya berhasil
mendorong banyak negara untuk memainkan peran aktif dalam membangun sistem perlindungan
sosial. Jerman pada masa pemerintahan Kanselir Bismarck adalah negara pertama yang
membangun sistem jaminan sosial tahun 1883-1889. Sistem ini diperuntukkan hanya bagi mereka
yang memiliki penghasilan, yang dibiayai dari kontribusi buruh dan majikan. Pada tahun 1911,
pemerintah Inggris menerapkan sistem jaminan sosial yang juga mencakup manfaat bagi mereka
yang kehilangan pekerjaan. Sejak sebelum Perang Dunia II, negara-negara kesejahteraan (welfare-
state) sosial-demokrat di wilayah Skandinavia maupun di Perancis mengembangkan konsep
jaminan sosial yang tidak hanya diperuntukkan bagi kaum buruh, tetapi bagi seluruh rakyatnya.
Dinyatakan bahwa sistem jaminan sosial dapat dijadikan sarana efektif untuk mengurangi
ketidakadilan yang diakibatkan oleh kapitalisme. Inilah yang menjadi latar belakang pemikiran
tentang hak sosial setiap orang; bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk menyediakan dan
melindungi hak-hak sosial setiap orang melalui penyediaan akses yang sama atas kebutuhan-
kebutuhan dasar sosial.

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia memberlakukan jaminan sosial sebagai bagian dari ekspresi
tanggung jawab negara terhadap kesejahteraan warganya. Bentuk-bentuk jaminan sosial yang
diberikan berbeda-beda. Negara-negara maju biasanya mengembangkan sistem jaminan sosial
yang terdiri dari kombinasi program jaminan sosial dan bantuan sosial. Jaminan sosial menyediakan
manfaat tambahan bagi kaum buruh dan keluarganya yang disediakan saat tidak bisa bekerja
(misalnya, saat sakit, melahirkan, atau pun karena lanjut usia dan terkena PHK). Jaminan sosial
dibiayai juga oleh kontribusi buruh, majikan, dan negara. Sedangkan program bantuan sosial
diadakan melalui anggaran negara yang biasanya dikhususkan bagi kelompok-kelompok tak
berdaya dalam masyarakat (misalnya kaum jompo dan penyandang cacat). Bentuk manfaatnya
tentu berbeda-beda di tiap negara, tetapi biasanya berupa bantuan untuk pangan, kesehatan,
tempat tinggal, bahkan biaya pemakaman. Ada negara yang menyediakan bantuan sosial ini dalam
bentuk kupon, tetapi ada juga yang memberikan uang tunai

Hak atas jaminan sosial pada dasarnya berbicara tentang hak hidup. Tidaklah patut jika seseorang
dibiarkan mati secara perlahan karena kemiskinan dan ketidakmampuan untuk bekerja demi
menghidupi diri sendiri. Hak asasi untuk hidup manusia tidak berhenti pada kemampuan untuk
bertahan hidup saja. Setiap manusia berhak untuk memiliki standar kehidupan yang layak, yang
menjangkau hak atas kesehatan, hak atas perumahan, hak atas pendidikan, dan lain-lain. Dalam
lingkup hak asasi manusia, kewajiban untuk memastikan terjaminnya kehidupan yang layak
diletakkan pada pundak Negara. Konsep jaminan sosial yang telah dikembangkan sejak puluhan
tahun lalu dianggap dapat menolong Negara untuk memastikan terpenuhinya hak asasi atas
kehidupan yang layak setiap warganya. Dalam pemahaman yang luas, hak atas jaminan sosial
berbicara tentang penjaminan ketersediaan kebutuhan hidup demi pemenuhan standar kehidupan
yang layak. Karena itulah hak atas jaminan sosial adalah salah satu bentuk hak asasi manusia di
bidang ekonomi dan sosial.
Demikianlah hak atas jaminan sosial sesungguhnya berbicara tentang bentuk kesalingterkaitan dan
kesalingbergantungan hak asasi manusia. Dalam perspektif hak asasi di bidang sipil dan politik, hak
atas jaminan sosial mengandung aspek perlindungan hak atas hidup, hak atas keamanan seseorang,
dan juga hak atas perlindungan dari siksaan fisik maupun segala bentuk perlakuan tidak manusiawi.
Di bidang ekonomi, sosial, dan budaya, hak atas jaminan sosial berbicara tentang pemenuhan hak
atas kesehatan, pendidikan, perumahan, dll. Karena itu, pelaksanaan program jaminan sosial
seharusnya dilakukan dengan pendekatan hak asasi manusia yang didasari prinsip-prinsip berikut:
1. Cakupan luas, maksudnya program jaminan sosial harus memberi manfaat yang mencakup
berbagai hal yang menyebabkan seseorang tidak mampu bekerja dan memenuhi kebutuhan
hidupnya. Hal ini, misalnya, melingkupi situasi tak bekerja, sakit, usia lanjut, melahirkan, ataupun
jaminan hidup bagi anak-anak ketika orang tuanya meninggal dunia.
2. Universalitas dan anti-diskriminasi, maksudnya dapat menjangkau semua orang yang
membutuhkan jaminan sosial, tanpa terkecuali dan tidak mendiskriminasi dengan dasar apa pun
termasuk perbedaan ras, jenis kelamin, orientasi seks, agama, pandangan politik, maupun status
ekonomi.
3. Cukup dan layak, maksudnya manfaat jaminan sosial yang diterima seharusnya cukup dan layak.
Misalnya, jaminan kesehatan yang diberikan semestinya dapat membiayai kebutuhan pengobatan
selayaknya selama dibutuhkan oleh si penderita

Serikat buruh merupakan asosiasi para buruh yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian
dan kesejahteraan sosial buruh. Serikat buruh merupakan representasi dari masing-masing
anggotanya untuk melakukan negosiasi dengan pengusaha terkait dengan semua aspek yang
terkandung dalam kontrak kerja

 Mempromosikan dialog antar pekerja semua negara, berjuang terhadap perbedaan persepsi
dan melawan xenophobia (rasa takut/benci terhadap hal asing);
 Menciptakan dasar umum tujuan serikat pekerja
 Membina dan mendukung serikat pekerja bebas, mendirikan struktur serikat pekerja
otonomi diseluruh dunia
 Bekerjasama dengan semua perwakilan serikat pekerja yang berkomitmen terhadap prinsip
demokrasi bebas
 Membangun kekuatan internasional yang kuat untuk melawan kekuatan dari perusahaan
 multinasional
 Meyakinkan institusi pemerintahan dan antar pemerintahan internasional seperti Organisasi
 Perdagangan Dunia (WTO),Organisasi Buruh Internasional(ILO), Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasional mengenai relevansinya dari tuntutan dan gagasan serikat pekerja
 Membentuk peraturan sosial dan peduli lingkungan hidup untuk globalisasi
 Konsolidasi dan mengembangkan lebih lanjut model sosial Eropa
Serikat pekerja eropa dalam perjuangannya
mencapai tujuan-tujuan ini
bekerja melalui organisasi internasional
dan di tingkat bilateral
secara langsung antara satu dengan
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai