Anda di halaman 1dari 40

Visi Misi

class="MsoBodyText" style="margin-left: 0.25in; line-height: 150%;">


Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman Dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat
Termaju Di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan
yaitu :

1. Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi,


Produktif dan Berdaya Saing

2. Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah

3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

4. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik

5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta


budaya yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun
2008-2013 adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan
Sejahtera”.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut
:

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing

2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional berBasis Potensi Lokal

3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur wilayah

4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pemb


berkelanjutan

5. Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen
Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah disusun
Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : ”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat
yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana
masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat
penyakit, bencana, lingungan dan perilaku yang buruk , serta mampu memenuhi kebutuhannya
untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri.
Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi Dinas
Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : ”Akselerator Pencapaian Masyarakat Jawa Barat yang
Mandiri untuk Hidup Sehat”
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan,
motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak,
fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang
dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa
Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat
menjadi Sehat.
Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan
kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai Masyarakat Jawa
Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
3. Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4. Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau dan berkualitas.
Misi 1 :
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
Tujuan :
Meningkatkan upaya kesehatan yang mampu mendukung akses dan memberdayakan masyarakat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas
Sasaran :
1. Meningkatnya upaya untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat serta mendorong masyarakat
untuk memilih tempat pelayanan yang tepat.
2. Meningkatnya upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi
ibu maternal, bayi, balita, anak sekolah/remaja, usia produktif dan usia lanjut.
3. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil
dan balita.
4. Meningkatnya perlindungan masyarakat terhadap ketersediaan, pemerataan, mutu,
keterjangkauan dan penggunaan obat, produk pangan, produk farmasi yang berbahaya
serta tidak memenuhi syarat.
5. Meningkatnya upaya untuk menyiapkan dan melaksanakan penanggulangan masalah
kesehatan pada saat dan pasca bencana serta antisipasi pemanasan global
6. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.
Misi 2 :
Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Tujuan :
Meningkatkan ketersediaan pembiayaan, kebijakan dan pedoman, hukum, system informasi,
pemahaman public yang positif tentang kesehatan, dan diikutinya standard mutu sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan
Sasaran :
1. Meningkatnya Kualifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit khusus dan UPTD Provinsi
sebagai Center Of Excellent tingkat Nasional/Internasional
2. Meningkatnya Kualitas dan Akuntabilitas Manajemen Pelayananan dan Pembangunan
Kesehatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan
yang evidence base didukung oleh data yang akurat.
3. Terwujud dan dipatuhinya berbagai kebijakan dan regulasi kesehatan yang pro rakyat,
mengutamakan kenyamanan dan keamanan klien/pasien serta petugas.
4. Terwujudnya pemahaman public yang posistif tentang pembangunan kesehatan global,
nasional dan local
5. Meningkatnya pelayanan kesehatan diberbagai tatanan sesuai dengan standar mutu.
6. Meningkatnya akuntabilitas dan ketepatan pelaksanaan bantuan keuangan Departemen
Kesehatan, Gubernur Provinsi Jawa Barat ke Kabupaten/Kota Jawa Barat.
Misi 3 :
Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tujuan :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit.
Sasaran :
1. Meningkatnya peran dan komitmen pemerintah daerah, jejaring kerja LS/LP dan
kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit
2. Meningkatnya perlindungan, penatalaksanaan kasus, pengendalian factor resiko serta
terselenggaranya system surveillance dan kewaspadaan dini KLB/Wabah secara
berjenjang.
3. Meningkatnya upaya untuk mengembangkan sentra regional untuk rujukan penyakit,
pelatihan penanggulangan penyakit, kesiap siagaan KLB/Wabah dan bencana maupun
kesehatan matra
4. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat dan menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan
Misi 4 :
Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau dan berkualitas.
Tujuan :
Meningkatkan jumlah, jenis , mutu dan penyebaran tenaga serta kesehatan, dan pemberdayaan
profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Sasaran :
1. Meningkatnya ketersedian tenaga kesehatan yang professional dan kompeten di semua
sarana pelayanan kesehatan
2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayananan kesehatan pemerintah dan
swasta yang terjangkau dan berkualitas
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan
sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui
strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan dan Program sebagai berikut:
Kebijakan 1: Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang dilaksanakan
melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Upaya Kesehatan
Kebijakan 2 : Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program
sebagai berikut :
1. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
Kebijakan 3 : Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit
menular serta tidak menular, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Kebijakan 4 : Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan, yang dilaksanakan
melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Sumber Daya Kesehatan

Rencana Strategis
style="text-align: left;">

Visi dan Misi Pembangunan dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman Dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju
Di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu :
1. Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi,
Produktif dan Berdaya Saing
2. Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah
3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
4. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik
5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta budaya
yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013
adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.

Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional berBasis Potensi Lokal
3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur wilayah
4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pemb berkelanjutan
5. Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi

Visi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena
penting actual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya khususnya
aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, maka Visi Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat mengacu pada visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu “Tercapainya Masyarakat
Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”

Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat

Rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat disesuaikan dengan Misi 1 (satu) Provinsi
Jawa Barat sebagai berikut :
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
Adapun Tujuan, Sasaran dan Kebijakan dari Misi tersebut adalah sebagai berikut :

Tujuan :
1. Mendorong tingkat pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja masyarakat Jawa Barat
2. Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi

Sasaran :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak.
Strategi
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan
sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui
strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan, Program, dan Sasaran Program
sebagai berikut :

Kebijakan :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak;
2. Mengembangkan sistem kesehatan;
3. Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular
serta tidak menular;
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan.

Program
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka disusun program-program
pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah diuraikan di atas dengan sasaran program,
sebagai berikut :

Kebijakan 1:
Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang dilaksanakan melalui
program-program sebagai berikut :

1. Program Upaya Kesehatan, dengan Sasaran :


• Meningkatnya komitmen dan kemampuan kabupaten/kota untuk mengembangkan Desa
Siaga dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
• Meningkatnya Keluarga Sadar Gizi
• Meningkatnya perlindungan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu Nifas, bayi, anak dan
masyarakat berisiko tinggi.
• Menjamin setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan atau
rujukan/spesialistik yang bermutu.
• Meningkatnya penggunaan obat rasional dan pemakaian obat generic di fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah dan swata disetiap jenjang
• Meningkatnya pengawasan dan pengendalian peredaran sediaan makanan dan sediaan
perbekalan farmasi terutama napza, narkoba dan batra.
• Tertanggulanginya masalah kesehatan pada saat dan pasca bencana dan antisipasi global
warming.
• Meningkatnya derajat kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat melalui aktifitas fisik
dan olah raga yang baik, benar, teratur dan terukur.

Kebijakan 2 :
Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut
:

1. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran :


• Meningkatnya kualifikasi Rumah Sakit Provinsi menjadi Center Of Excellent/Rujukan
Spesifik berbasis masalah kesehatan Jawa Barat (Stroke, penyakit jantung, gerontology
dll) yang mempunyai kulitas tingkat Nasional/Dunia
• Terwujudnya system rujukan pelayanan kesehatan dan penunjangnya (laboratorium
diagnostic kesehatan) regional Jawa Barat (HIV, Flu Burung dll).
• Tersedianya anggaran/pembiayaan kesehatan di Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan
jumlah mencukupi, teralokasi sesuai dengan besaran masalah dan termanfaatkan secara
berhasil guna dan berdaya guna dan diutamakan untuk upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan (preventif dan promotif)
• Terciptanya system pembiayaan kesehatan skala provinsi.
• Tersedianya berbagai kebijakan , standar pelayanan kesehatan skala provinsi, pedoman
dan regulasi kesehatan
• Terwujudnya system informasi dan surveillance epidemiologi kesehatan yang evidence
base, akurat diseluruh kabupaten/kota, Provinsi dan on line dengan Nasional.
• Terwujudnya mekanisme dan jejaring untuk terselenggaranya komunikasi dan
terbentuknya pemahaman public tentang PHBS, pembangunan kesehatan dan masalah
kesehatan global, nasional dan local
• Pelayanan Kesehatan di setiap Rumah Sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi
standar mutu.
• Terwujudnya akuntabilitas dan pencapaian kinerja program pembangunan kesehatan
yang baik.

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan, dengan sasaran :


• Peningkatan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan Rumah Sakit
• Peningkatan kuantitas, kualitas dan fungsi sarana prasarana pelayanan kesehatan di
Puskesmas dan jaringannya.
• Peningkatan kualitas sarana dan prasarana Dinas Kesehatan dan UPT Dinas Kesehatan.

Kebijakan 3 :
Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak
menular, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :

1. Program Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, dengan sasaran sebagai berikut
:
• Meningkatnya jumlah/persentase Desa mencapai Universal Child Immunization (UCI).
• Meningkatkan system kewaspadaan dini terhadap peningkatan dan penyebaran penyakit
akibat pemanasan global (global warming)
• Meningkatnya upaya pengendalian, penemuan dan tatalaksana kasus HIV/AIDS, TBC,
DBD, Malaria, penyakit cardio vascular (stroke, MI), penyakit metabolism (DM) dan
penyakit jiwa, penyakit gigi dan mulut, penyakit mata dan telinga, penyakit akibat kerja.
• Setiap KLB dilaporkan secara cepat < 24 Jam kepada kepala instansi kesehatan terdekat.
• Setiap KLB/Wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat.
• Eliminasi penyakit tertentu yang berorientasi pada penguatan system, kepatuhan terhadap
standard dan peningkatan komitmen para pihak.
• Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan terutama di
daerah lintas batas kab/kota dan provinsi.

Kebijakan 4 :
Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-
program sebagai berikut :

1. Program Sumber Daya Kesehatan, dengan sasaran :


• Meningkatnya jumlah, jenis dan penyebaran tenaga kesehatan termasuk SDM kesehatan
yang sesuai dengan standar.
• Meningkatnya pendayagunaan aparatur kesehatan
• Meningkatnya kualitas tenaga kesehatan
• Meningkatnya kecukupan obat dan perbekalan kesehatan (standar nasional Rp
9000,-/orang/tahun)
• Meningkatnya citra pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Puskesmas dan Jaringannya
• Meningkatnya jumlah, jenis dan penyebaran tenaga kesehatan termasuk SDM kesehata
• BAB I
• PENDAHULUAN
• 1.1
• Pengantar
• Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha sejak dibentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada
tahun 1950. Era dua puluh tahun pertama semenjak terbentuknya Provinsi Jawa Barat
diwarnai dengan masa dinamika sosial, ekonomi dan politik sampai dengan kurun waktu
dua puluh tahun ke dua. Selanjutnya pada kurun waktu dua puluh tahun ketiga, telah
disusun rencana pembangunan daerah secara sistematis melalui tahapan lima tahunan.
Tahapan-tahapan pembangunan yang disusun dalam masa itu telah meletakkan dasar-
dasar bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan
rakyat, seperti tercermin dalam berbagai indikator ekonomi dan sosial.
• Dalam masa dua puluh tahun ketiga tersebut, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi
nasional. Krisis ekonomi nasional tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi
yang berkepanjangan memicu gerakan reformasi. Gerakan reformasi tersebut diharapkan
menjadi gerakan pencerahan dalam menata ulang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Hal tersebut memberi dorongan kepada terwujudnya sistem politik yang
demokratis dan berorientasi pada keadilan. Gerakan reformasi berpengaruh pula pada
sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik mengarah ke sistem desentralistik dengan
lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pemerintahan
Kab/Kota menjadi pemerintahan yang “otonom”.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengantar

Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha sejak

dibentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1950. Era dua puluh tahun pertama semenjak terbentuknya

Provinsi Jawa Barat diwarnai dengan masa dinamika sosial, ekonomi dan politik sampai dengan kurun waktu dua puluh

tahun ke dua. Selanjutnya pada kurun waktu dua puluh tahun ketiga, telah disusun rencana pembangunan daerah secara

sistematis melalui tahapan lima tahunan. Tahapan-tahapan pembangunan yang disusun dalam masa itu telah meletakkan

dasar- dasar bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, seperti tercermin dalam

berbagai indikator ekonomi dan sosial.

Dalam masa dua puluh tahun ketiga tersebut, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi nasional. Krisis ekonomi nasional

tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan memicu gerakan reformasi. Gerakan reformasi

tersebut diharapkan menjadi gerakan pencerahan dalam menata ulang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut memberi dorongan kepada terwujudnya sistem politik yang demokratis dan berorientasi pada keadilan.

Gerakan reformasi berpengaruh pula pada sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik mengarah ke sistem desentralistik
dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pemerintahan Kab/Kota menjadi

pemerintahan yang “otonom”.

Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah yang memberi kewenangan kepada Gubernur

sebagai kepanjangan tangan Pemerintah pusat untuk mengkoordinasi, mengawasi, melakukan supervisi dan memfasilitasi ,

agar daerah mampu menjalankan otonominya secara optimal, maka Gubernur dapat membatalkan kebijakan/perencanaan

daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundangan yang lebih tinggi.

Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional,

pemerintah daerah diharapkan untuk melaksanakan perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

Untuk itulah
heksaloga.blogspot.com

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 2

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau disingkat RPJPD Provinsi

Jawa Barat untuk kurun waktu 20 tahun ke depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan daerah dan nasional, dalam

bentuk visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah.


1.2
Pengertian

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 yang selanjutnya

disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun

terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025.

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. RPJP Daerah memuat Visi,

Misi dan Arah Pembangunan Daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional.
1.3
Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005 - 2025 ditetapkan dengan maksud untuk

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional dan daerah.


Adapun tujuan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :

a. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang disepakati bersama, sebagai pedoman penyusunan RPJM

Daerah, Renstra SKPD, RKPD dan Renja RKPD dalam kurun waktu 2005 - 2025
b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara
perencanaan Pembangunan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 3
1.4
Landasan Hukum

a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 juli 1950) Jo.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor

182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010);

b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari bebas korupsi, kolusi

dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47 Salinan, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004

Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4437) Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan

Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 4548);
f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);


h. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
i. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 4

j. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan dan Teknik Penyusunan

Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2 seri D) Jo. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13

Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara

Pembentukan dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 20 Seri D);

k. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 050/2020/SJ, tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk

Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.


1.5
Sistematika Penulisan
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat disusun
dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan yang memuat pengantar, pengertian, maksud dan tujuan, landasan
hukum dan sistematika penulisan.
Bab IIKondisi, Analisis dan Prediksi Kondisi Umum Daerah yang memuat penjelasan

umum mengenai kondisi eksisting pada titik awal penyusunan RPJP Daerah dalam setiap sektor pembangunan, analisis

terhadap tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun ke depan serta prediksi kondisi umum masing-masing sektor

pembangunan 20 tahun ke depan.


Bab IIIVisi dan Misi Pembangunan Daerah 2005-2025, yang memuat visi pembangunan
daerah Jawa Barat dan misi pembangunan yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi tersebut.
Bab IV Arah, Tahapan dan Prioritas Pembangunan Tahun 2005-2025 yang memuat
upaya-upaya mengatasi kendala dan permasalahan serta tantangan yang akan
terjadi untuk pencapaian visi dan misi Jawa Barat.
Bab VPenutup

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 5
1.6
Kerangka Pikir RPJP Jawa Barat 2005 – 2025.

Kecenderungan pembangunan global menunjukkan bahwa seiring dengan perjalanan waktu jumlah penduduk juga

meningkat dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Para ahli demografi menyatakan bahwa periode

2015-2025 merupakan sebuah golden period bagi Indonesia, yang berarti pada masa itu proporsi penduduk produktif

mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah dan hal tersebut hanya akan dicapai satu kali dalam perjalanan sebuah bangsa.
Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia fenomena tersebut merupakan fenomena yang penting

bagi Jawa Barat.

Seiring dengan laju pembangunan yang semakin meningkat, berbagai fenomena juga semakin terasa antara lain

peningkatan kerusakan dan polusi lingkungan, peningkatan kebutuhan pangan, peningkatan output industri untuk

pemenuhan kebutuhan penduduk, serta peningkatan produksi bahan bakar minyak dan sumber energi lain guna

mendukung proses industrialisasi, konsumsi energi transportasi, dan domestik. Namun di sisi lain, stok sumber daya alam

menunjukkan laju pengurangan yang cukup tajam, akibat eksploitasi untuk memenuhi permintaan untuk pembangunan

sebagai akibat rendahnya laju pemulihannya.

Permintaan akan sumber daya alam untuk pemenuhan pembangunan akan sampai pada titik jenuh, karena keterbatasan

daya dukung lingkungan. Dampaknya berantai dan berlipat ganda terhadap proses pembangunan berikutnya.

Kemungkinan yang terjadi adalah terganggunya berbagai proses pembangunan apabila tidak ada intervensi atau upaya

mengatasi kondisi yang berlangsung. Pengendalian populasi penduduk, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,

penggunaan teknologi, laju pembangunan ekonomi, khususnya industrialisasi, merupakan faktor – faktor utama yang

mempengaruhi skenario kondisi pembangunan jangka panjang ke depan.

Dengan mencermati hal tersebut maka berbagai langkah perlu ditempuh untuk menjamin terlaksananya pembangunan

pada masa datang dengan pencapaian tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Kerangka pemikiran dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat didasarkan pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
I - 6
kecenderungan tersebut untuk menjamin terselenggaranya pembangunan daerah yang
berkelanjutan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 1
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH

Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan

yang lebih baik dan meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Jawa Barat sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan

memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhitungkan berbagai peluang dan tantangan yang berskala
regional, nasional maupun global. Perencanaan pembangunan daerah jangka panjang didasarkan pada kondisi pada awal

perencanaan serta tantangan yang akan dihadapi dalam jangka waktu perencanaan.
II.1
KONDISI SAAT INI
A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA

1. Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 39.960.869 jiwa atau sebesar 17,35% dari penduduk Indonesia. Hal itu

menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.Laju pertumbuhan penduduk (LPP)

Tahun 2004 – 2005 sebesar 2,09 lebih rendah bila dibandingkan dengan LPP Tahun 2003 – 2004 mencapai angka 2,64. Tujuh

kabupaten/kota di Jawa Barat yang memang memiliki wilayah cukup luas mempunyai penduduk di atas 2 juta jiwa. Ke tujuh

kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Bandung (4.263.934 jiwa), Kabupaten Bogor (4.100.934 jiwa), Kabupaten Garut

(2.321.070 jiwa), Kota Bandung (2.315.895 jiwa), Kabupaten Sukabumi (2.224.993 jiwa), Kabupaten Cirebon (2.107.918 jiwa)

dan Kabupaten Cianjur (2.098.664 jiwa). Kabupaten Kota yang penduduknya mendekati 2 juta jiwa adalah Kota Bekasi

(1.994.850 jiwa), Kabupaten Karawang (1.985.574 jiwa), dan Kabupaten Bekasi (1.953.380 jiwa).

Berdasarkan komposisi umur, usia 0-14 tahun mencapai sebesar 11.892.294 jiwa, usia 15-64 tahun sebesar 26.307.867 jiwa dan

usia 65 tahun ke atas sebesar 1.760.708 jiwa. Dari komposisi umur tersebut, angka beban ketergantungan (perbandingan

penduduk yang belum/tidak produktif dibanding dengan penduduk usia produktif) pada Tahun 2005 mencapai 51,9, menurun

dibanding tahun 2004 yaitu sebesar 52,1.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 2

2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah disepakati menjadi indikator keberhasilan pembangunan di Jawa Barat, pada tahun

2006 mencapai 70,05 poin. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,70 poin dari tahun 2005 yang mencapai 69,35

poin.

Pencapaian IPM tersebut dipengaruhi oleh indeks kompositnya yaitu Indeks Pendidikan (IP) pada tahun 2006 sebesar 80,61,

mengalami peningkatan sebesar 1,02 poin dibandingkan tahun 2005 yang mencapai angka 79,59. Indeks Pendidikan dihitung

berdasarkan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata- rata Lama Sekolah (RLS). AMH di Jawa Barat telah mencapai angka sebesar

95,12 % pada Tahun 2006 atau terdapat kenaikan sebesar 0,6 % dibandingkan dengan AMH tahun 2005. Hal tersebut

menunjukkan masih terdapat 4,88 % penduduk Jawa Barat yang belum bisa membaca dan menulis. Penduduk Jawa Barat yang
masih buta aksara sebagian besar yaitu penduduk usia lanjut dan penduduk yang secara geografis sulit menjangkau sarana dan

prasarana pendidikan.

Sedangkan RLS Tahun 2006 sebesar 7,74 tahun atau mengalami peningkatan sebesar 0,28 tahun dari tahun 2005. Masih

rendahnya RLS Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh angka partisipasi sekolah baik Angka Partisipasi Kasar (APK) maupun

Angka Partisipasi Murni (APM) terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Selanjutnya Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam perhitungan IPM, yang menggambarkan derajat

kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir (AHHe0).

Indeks kesehatan pada tahun 2006 sebesar 67,08, mengalami peningkatan sebesar 0,51 tahun dibandingkan tahun 2005 yang

mencapai 66,57 tahun.

Komponen yang ketiga dari IPM adalah Indeks daya beli. Indeks daya masyarakat Jawa Barat pada tahun 2006 adalah sebesar

59,42 poin dengan tingkat kemampuan daya beli yang sebesar Rp 557.110,- atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan

tahun 2005 yang sebesar 59,18 dengan tingkat kemampuan daya beli sebesar Rp 556.100,-.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 3

3. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat sampai dengan tahun 2005 menunjukkan keadaan yang cukup dinamis. Hal ini

ditandai dengan tingginya intensitas pembangunan rumah peribadatan, pusat pengkajian dan pengembangan agama, serta

pengadaan literatur dan referensi agama. Sementara itu apabila dilihat dari

kualitas kehidupan beragama di Jawa Barat, tercipta suatu kondisi

yang harmonis dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.

Intensitas komunikasi antara sesama alim ulama, tokoh agama dan pemerintah baik intern maupun antar umat beragama, berjalan

dengan dinamis melalui dialog-dialog, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun difasilitasi oleh pemerintah. Saat ini

di Provinsi Jawa Barat saat ini telah terbentuk forum kerukunan umat beragama (FKUB), yang merupakan wadah
bagi
para
tokoh-tokoh
agama
untuk

mempertahankan, mengembangkan

dan meningkatkan suasana kerukunan umat beragama dan antar umat beragama.
4. Pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2005 masih dititikberatkan pada aspek pemenuhan askesibilitas dan pemerataan. Hal

tersebut telah ditunjukkan dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan, peningkatan partisipasi

anak usia sekolah, pengembangan pendidikan luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan jumlah dan

pemerataan distribusi tenaga pendidik. Sementara itu aspek kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum secara

optimal tertangani. Rendahnya penanganan aspek kualitas dan relevansi pendidikan ditunjukkan dengan rendahnya kualitas

lulusan terutama lulusan pendidikan menengah dan kejuruan, proses dan muatan pembelajaran yang belum memenuhi kebutuhan,

serta kualifikasi tenaga pendidik yang bukan berdasarkan kompetensi. Adapun rendahnya kualitas aspek tata kelola pendidikan

ditunjukkan dengan birokrasi manajemen pelayanan pendidikan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal, serta data

dan informasi yang belum terkelola secara profesional dan berbasis teknologi maju.

Kondisi Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun Jawa Barat diindikasikan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI

dan SLTP/MTs. Tahun 2004 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/Sederajat sebesar 77,19 % dan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 4

Angka Partisipasi Murni (APM) mencapai 61,74 %, Untuk jenjang pendidikan menengah (SMA/sederajat), APK mencapai 46,42

%, dan APM mencapai 37,18 %, sedangkan angka partisipasi Pendidikan Tinggi mencapai 10,97 %. Adapun Jumlah siswa

SD/MI yang terancam DO sebanyak 1.105.741 dan siswa SLTP/MTs sebanyak 419.977. Sementara itu, capaian komponen

Indeks Pendidikan (IP) sampai tahun 2004 Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 7,37 tahun dan Angka Melek Huruf

(AMH) mencapai 93,96%.

Sedangkan data kondisi sarana prasarana pendidikan dasar ditunjukkan dengan Sekolah Dasar yang rusak berat

mencapai 8.601 lokal dan rusak ringan sebanyak 7.937 lokal.

5. Pembangunan bidang kesehatan yang berlangsung sepanjang tahun 1984 sampai dengan 2005 menunjukan peningkatan yang dapat

dilihat dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH), menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), menurunnya angka

kematian balita, menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, serta menurunnya angka kurang gizi pada balita. Walaupun

terlihat terjadinya peningkatan pada indikator derajat kesehatan masyarakat, tetapi capaiannya masih berada di bawah angka

nasional. Oleh karena itu, pada periode 2001-2005 dilakukan

pembangunan bidang kesehatan dengan

mengupayakan peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat ,
desa sehat serta desa siaga. Upaya-upaya memberdayakan masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan terus ditingkatkan

melalui pondok bersalin desa (polindes), wahana kesehatan dasar, santri raksa desa dan gerakan sayang ibu. Selain itu,

pemerintah juga mengembangkan asuransi/jaminan sosial bagi masyarakat terutama masyarakat miskin seperti JPS-BK, JPKMM,

Askeskin dan asuransi berbasis pemberdayaan masyarakat seperti Dana Sosial Bersalin (Dasolin), Tabungan Ibu Bersalin

(Tabulin) dan sebagainya. Berdasarkan evaluasi sampai dengan tahun 2005 AHH mencapai 66,57 tahun, AKB mencapai 40,87

per seribu kelahiran hidup, AKI melahirkan mencapai 321,15 per seratus ribu kelahiran hidup, Angka kematian balita mencapai

64,67 per seribu kelahiran hidup, angka gizi kurang pada balita 11,10% dan gizi buruk 1,76%.
6. Pemberdayaan perempuan telah menunjukan peningkatan yang tercermin
dari semakin membaiknya kualitas hidup perempuan yang dibuktikan dengan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 5

Angka Melek Huruf (AMH) perempuan mencapai 92,43% pada tahun 2005, Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan mencapai

67,15 pada tahun 2005 dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,79 tahun. Keberhasilan tersebut dilakukan melalui

berbagai kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap peningkatan peran kaum perempuan yang secara kualitatif dan

kuantitatif di seluruh sektor dan aspek pembangunan. Dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2005 telah dilakukan berbagai

upaya perlindungan terutama berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak dasar kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki,

yang pada akhirnya mendorong kesadaran individual dan kolektif masyarakat untuk mencegah dan menghentikan terjadinya

kekerasan di dalam rumah tangga sertatr afic kin g dan eksploitasi kaum perempuan. Namun demikian, di Jawa Barat upaya

pengarusutamaan gender ini belum sepenuhnya dapat diaktualisasikan. Hal ini terlihat dari implementasi dan hasil kegiatan yang

belum optimal dan pemahaman gender belum merata baik di pemerintahan, legislatif, swasta, LSM, perguruan tinggi maupun

masyarakat.

7. Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia yang harus dikembangkan dan sebagai tulang punggung bangsa serta penerus

cita-cita bangsa, harus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup

dan tingkat kesehatannya. Berdasarkan data statistik Susenas tahun 2003, jumlah penduduk usia 15 s.d. 34 tahun di Jawa Barat

adalah 13.212.778 jiwa atau 34,7 % dari jumlah penduduk provinsi. Dengan potensi yang besar tersebut, Jawa Barat harus

mampu mengelola sumber daya manusia tersebut menjadi manusia berkualitas yang siap membawa Jawa Barat sebagai provinsi

termaju.

Selain potensi pemuda secara kuantitas, Jawa Barat juga memiliki potensi lain yaitu organisasi kepemudaan sebagai wahana

dalam mengembangkan bakat dan kemampuan generasi muda. Para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan
merupakan salah satu elemen masyarakat yang sangat potensial untuk menjadi generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri.

Kader-kader yang handal sangat dibutuhkan kontribusinya dalam pembangunan Jawa Barat, khususnya pencapaian visi Provinsi

Jawa Barat Tahun 2025.


Di bidang olahraga, Provinsi Jawa Barat memiliki sejarah yang cukup

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 6

membanggakan. Dalam kancah nasional prestasi olahraga Jawa Barat cukup diperhitungkan oleh provinsi lainnya baik dalam

Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun dalam kejuaraan daerah berbagai cabang olahraga. Tidak sedikit atlet-atlet asal Jawa

Barat yang memiliki prestasi luar biasa dalam ajang internasional.

Selanjutnya pembangunan sarana prasarana olahraga di kabupaten dan kota sangat variatif, namun dapat dipastikan bahwa sarana

prasarana olahraga minimal terdapat di setiap daerah di kabupaten/kota. Beberapa daerah, bahkan tengah mengupayakan

pengadaan sarana olahraga sesuai dengan hegemoni masyarakat dan sebagai sarana pembangkitan kreativitas masyarakat dalam

bidang ekonomi. Namun sampai saat ini Jawa Barat belum memiliki sarana olahraga terpadu dengan standar internasional.

8. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat didasari oleh berbagai kebijakan yang terkait dengan penguatan identitas budaya antara

lain melalui pengembangan penggunaan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi sebagai bahasa ibu

masyarakat Jawa Barat dalam proses komunikasi dan interaksi kehidupan sebagaimana amanat Perda No. 5 Tahun 2003 tentang

pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah.

Di sisi lain, pengembangan seni budaya di Jawa Barat diselenggarakan secara terintegrasi dengan pembangunan kepariwisataan,

yang sekaligus ber- peran sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian Jawa

Barat. Integralitas pembangunan seni budaya dan pariwisata merupakan sesuatu yang lazim berlaku di Indonesia dan

perkembangannya ke masa depan, berhubungan erat dengan kualitas kondisi alam dan lingkungan, politik dan keamanan, serta

sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan presiden SBY untuk mengembangkan produk ekonomi yang

berbasis pada seni dan budaya, pada pembukaan pameran pekan produk budaya Indonesia di Jakarta Jakarta
Pentingnya pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan dalam rangka
melestarikan
dan
mengembangkan
kebudayaan
daerah
serta

mempertahankan jatidiri dan nillai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif

budaya asing.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 7

9. Dalam rencana strategis pembangunan Jawa Barat, kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial merupakan misi kelima dari 5

(lima) misi Provinsi Jawa Barat. Berbagai program kesejahteraan sosial di Jawa Barat bertujuan untuk menjamin standar hidup

yang memadai bagi semua anggota masyarakat. Data tahun2004 menunjukkan bahwa terdapat penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS) sebesar2.064.852 sementara itu pada tahun 2006 jumlahnya bertambah menjadi 2.818.233 jiwa.

Yang termasuk masalah kesejahteraan sosial diantaranya adalah pengemis, gelandangan, anak jalanan, tuna susila, kekerasan

pada anak, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), traffiking pada anak dan perempuan dan sebagainya. Sepanjang tahun 2005

telah terjadi kekerasan pada anak baik laki-laki maupun perempuan sebesar 693 kasus sedangkan pada orang dewasa sebesar 677

kasus. Jumlah kasus KDRT tahun 2005 sebesar 69,70% dengan pelaku terbanyak adalah laki-laki. 6,06% dari perempuan

menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh majikan. Traffiking pada anak dan perempuan sebesar 48,42%.

Sepanjang periode 1984-2005 pembangunan bidang kesejahteraan sosial menunjukkan perubahan dan perbaikan orientasi, dari

pembangunan fisik material menjadi pembangunan yang lebih mampu mencapai harmoni dengan pembangunan mental spiritual.

Perubahan pendekatan berlangsung ketika berlangsung proses penyelamatan dan pemulihan melalui kebijakan khusus

DAKABALAREA dan kemudian dipertegas formatnya melalui akselerasi pencapaian visi Jawa Barat 2010, dengan titik berat

program peningkatan kualitas hidup penduduk yang lebih operasional, terukur, dan terintegrasi dengan pembangunan ekonomi.
B. EKONOMI

Sampai dengan tahun 2005, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat sebesar 5,45% dengan nilai Rp. 245,8

triliun (atas dasar harga konstan tahun 2000). Peningkatan PDRB ini disumbang dari tiga sektor utama yaitu sektor Industri

Pengolahan, sektor Perdagangan Hotel dan Restauran dan sektor Pertanian.

Iklim investasi di Jawa Barat juga menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Jawa Barat masih menjadi tujuan utama

penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Perkembangan Investasi di Jawa Barat pada tahun 2005 (atas

dasar harga konstan tahun 2000) adalah sebesar Rp. 40,9 triliun dengan tingkat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 8
pertumbuhan 8,2%.

Namun pertumbuhan ekonomi yang terus membaik tidak memberikan korelasi positif terhadap pengentasan kemiskinan. Masalah

kemiskinan belum dapat terselesaikan mengingat perbedaaan sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis dan faktor

budaya antarwilayah mengakibatkan perbedaan kondisi serta permasalahan kemiskinan yang dihadapi. Pada tahun 2005, terdapat

sekitar 2.905.202 rumah tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga miskin atau sebesar 26,95% dari jumlah rumah tangga

yang ada di Jawa Barat dengan proporsi terbanyak berada di wilayah selatan sebesar 32,25%.

Permasalahan lain yang mengemuka adalah masih banyaknya jumlah pengangguran di Jawa Barat. Berdasarkan hasil SUSEDA

tahun 2005 adalah jumlah angkatan kerja di Jawa Barat sebanyak .17,040 juta jiwa sedangkan jumlah pencari kerja mencapai

11,91% dari angkatan kerja dengan jumlah jiwa sebanyak 2,029 juta jiwa.
1.Pembangunan pertanian dalam arti luas masih dihadapkan pada persoalan

hubungan antar sub sistem pertanian yang belum sepenuhnya menunjukkan keharmonisan baik pada skala lokal, regional dan

nasional. Kinerja masing- masing subsistem pertanian masih rendah, terutama pada subsistem budidaya (on-farm) dimana petani

dihadapkan pada luasan lahan yang semakin sempit, teknologi masih tradisional, mutu produk rendah, harga tidak mendukung,

dan struktur pasar yang cenderung merugikan petani. Cara pandang sektoral yang belum terintegrasi pada sistem pertanian; serta

ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global. Namun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor yang penting

apabila ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Hal tersebut tergambar dari proporsi penduduk di Provinsi

Jawa Barat yang bekerja pada sektor pertanian yang mencapai 29.45 persen. Selain itu pertanian di Provinsi Jawa Barat secara

umum sudah ada dan tumbuh di masyarakat, khususnya masyarakat petani di perdesaan dan memiliki potensi yang besar dan

variatif didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman,

ternak, ikan dan hutan). Beberapa kabupaten mencoba memunculkan komoditi/varietas unggulan, bahkan telah ada kabupaten

yang menciptakan ikon dengan komoditas tertentu. Selain itu sistem kelembagaan di masyarakat, khususnya masyarakat petani di

pedesaan, juga potensial untuk mendukung pengembangan pertanian. Ketersediaan pangan bagi masyarakat

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 9

Jawa Barat sampai dengan saat ini mencukupi terutama ketersediaan pangan sumber karbohidrat asal beras. Jawa Barat

memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi padi nasional.


2. Pengembangan industri selama ini diarahkan pada penguatan struktur industri, dimana sektor industri merupakan komponen utama

pembangunan daerah yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat penyerapan tenaga kerja yang

banyak, dan terjadinya transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan masyarakat Jawa Barat. Hal itu

terlihat dari kinerja sektor industri pada tahun 2005 yang pertumbuhannya mencapai 7,13% dengan kontribusi sebesar 44,68%.

Kendala utama dalam pembangunan industri adalah dukungan terutama infrastruktur masih belum memadai terutama jalan,

pelabuhan dan terminal (dry port). Kendala lainnya dalam pengembangan industri adalah masih tingginya tingkat ketergantungan

pada bahan baku import yang menyebabkan daya saing industri menurun, rendahnya kemampuan dalam pengembangan

teknologi, rendahnya kemampuan dan keterampilan sumber daya industri serta pencemaran limbah industri yang masih tinggi.

3. Untuk Sektor Perdagangan, Provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan- keunggulan dalam komoditi ekspor antara lain

tekstil/produk tekstil, sepatu/alas kaki, meubeul/kerajinan rotan, teh, Kayu Gelondongan Kayu Olahan (KGKO), elektronik,

coklat/produk coklat, udang beku/makanan laut, karet/produk karet, marmer/produk marmer, peralatan masak, makanan olahan,

perlengkapan olah raga, kertas/produk kertas dan lain-lain. Pengembangan perdagangan di Jawa Barat difokuskan pada

pengembangan sistem

distribusi barang dan peningkatan akses

pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus

barang, memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang

cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar baik dalam negeri maupun luar negeri dilakukan melalui

promosi produk Jawa Barat.

4. Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan

alam dan budaya yang dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Dimana

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 10

peringkat sektor pariwisata secara nasional di lihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada posisi 3 setelah DKI Jakarta

dan Bali. Hal ini antara lain disebabkan letak geografis Provinsi Jawa Barat yang sangat strategis dan berbatasan dengan ibukota

negara DKI Jakarta yang juga merupakan gerbang masuk wisatawan. Adapun perkembangan jumlah kunjungan Wisatawan

Nusantara dan Wisatawan Asing ke Jawa Barat sebanyak 578.193 orang, dengan persentase 64% wisatawan nusantara dan 36%

wisatawan asing.
5. Program-program terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilaksanakan seperti DAKABALAREA, Raksa Desa, Desa

Sehat, Desa Cerdas, Program Pendanaan Kompetisi IPM, Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan dan Kesehatan. Hal tersebut

merupakan upaya-upaya akseleratif untuk daerah- daerah yang tergolong rendah pencapain IPMnya. Program program tersebut

perlu terus digalakkan dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi yang terjadi masa mendatang.

6. Intermediasi perbankan dan lembaga keuangan non bank merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di

Jawa Barat. Perbankan (bank umum, bank syariah dan bank perkreditan rakyat) memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dana

masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat untuk menjadi kebiatan ekonomi baik yang bersifat produksi maupun

konsumsi. Pada tahun 2006 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan perbankan di Jawa Barat mencapai lebih

dari Rp. 120 trilyun. Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga tertinggi dicapai oleh Bank Syariah, sementara Bank Umum

dan Bank Perkreditan Rakyat cenderung menurun. Sebesar 96,5% DPK dihimpun oleh bank pemerintah dan swasta dan sisanya

sebesar 3,5% dihimpun oleh bank asing dan campuran. Sebesar 68% DPK berasal dari nasabah perorangan dan sisanya adalah

BUMN dan Pemerintah. Dari sisi kredit, penyerapan pada tahun 2006 adalah lebih dari Rp. 110 trilyun dengan 53% dibiayai oleh

perbankan Jawa Barat dan sisanya dibiayai oleh perbankan di luar Jawa Barat. Dari sisi pemanfaatannya, 45,92% merupakan

kredit modal kerja, 18,38% merupakan kredit investasi dan 35,7% merupakan kredit konsumsi. Sektor pembangunan yang paling

banyak menyerap kredit adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan diikuti oleh sektor industri pengolahan.

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat


BAPEDA PROVINSI JAWA BARAT
II - 11

7.Perkembangan pendapatan daerah di Jawa Barat sejak tahun 2001-2006 mengalami peningkatan walaupun menunjukkan

kecenderungan peningkatan pendapatan daerah melambat, terutama yang bersumber dari sektor pajak. Pada tahun 2002

pendapatan daerah mengalami peningkatan 13.68% demikian pula pada tahun 2003 dan 2004 masing-masing sebesar 18,39% dan

23,90%. Namun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 memperlihatkan peningkatannya yang melambat yaitu pada tahun

2005 sebesar 19,29% sementara pada tahun 2006 peningkatannya hanya mencapai 4,52%. Penurunan pertumbuhan tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor dan dampak

dari naiknya harga BBM. Tantangan untuk meningkatkan PAD diantaranya dari segi kewenangan, potensi jenis pungutan, dasar

hukum yang belum lengkap dan belum adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya, efisiensi dalam administrasi,

kelengkapan sarana dan prasarana, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta

yang banyak berlokasi di Jawa Barat belum dapat diimplementasikan dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh sumberdaya

iptek masih terbatas, mekanisme intermediasi yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan

pengguna belum efektif, sinergi kebijakan yang lemah menyebabkan kegiatan IPTEK belum sanggup memberikan hasil yang

signifikan, dan budaya pemanfaatan iptek di masyarakat belum berkembang serta belum terkaitnya hasil kajian dengan kebutuhan

riil masyarakat.
D. SARANA DAN PRASARANA

Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah dapat dilihat dari aspek transportasi, sumberdaya air, telekomunikasi, sarana & prasarana

dasar pemukiman, listrik dan energi.

Secara umum sampai akhir tahun 2006, cakupan pelayanan sarana dan prasarana transportasi baik transportasi laut, darat, dan

udara masih cukup rendah, yang dicirikan dengan beberapa parameter, seperti :

Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Propinsi Jawa Barat
Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document
Report this document?
Please tell us reason(s) for reporting this document
Top of Form
10ee517147f449

doc

Spam or junk

Porn adult content

Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
Bottom of Form

This is a private document.


Info and Rating
Reads:
7,557
Uploaded:
05/14/2009
Category:
Government Docs
Rated:
3 5 false false 0

2 Ratings()
Copyright:
Attribution Non-commercial

jawa barat
rencana pembangunan jangka panjang
contoh rencana
kebijakan pembangunan
dki jakarta
(more tags)
jawa barat
rencana pembangunan jangka panjang
contoh rencana
kebijakan pembangunan
dki jakarta
nasional bidang
kesehatan tahun
umum kepala
rpjp dki
kepala daerah
kondisi umum
pemilihan umum
(fewer)
ap_wisnubroto
Share & Embed
Related Documents
PreviousNext
1.
p.

p.

p.

2.
p.

p.

p.

3.

p.

p.
p.

4.

p.

p.

p.

5.

p.
p.

p.

6.

p.

p.

p.

7.
p.

p.

p.

8.

p.

p.
p.

9.

p.

p.

p.

10.

p.
p.

p.

11.

p.

p.

p.

12.
p.

p.

p.

13.

p.

p.

More from this user


PreviousNext
1.

3 p.

30 p.

18 p.

2.

1 p.

807 p.
469 p.

3.

5 p.

277 p.

131 p.

4.

541 p.
349 p.

606 p.

5.

70 p.

183 p.

79 p.

6.
151 p.

49 p.

10 p.

7.

237 p.

119 p.
286 p.

8.

636 p.

288 p.

175 p.

9.

481 p.

Add a Comment
Top of Form
10ee517147f449

Submit

share:
Characters: 400
document_comme

4gen

Bottom of Form

This document has made it onto the Rising list!


09 / 01 / 2010

Print this document


High Quality
Open the downloaded document, and select print from the file menu (PDF reader required).
Download and Print
Add this document to your Collections
This is a private document, so it may only be added to private collections.
+ Create a New Collection
Top of Form
10ee517147f449

Name:
Description:
public - locked

Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it

Save collection Cancel


Bottom of Form

Finished? Back to Document


Upload a Document
Top of Form

Search Documents
Bottom of Form

• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd
• About
• Press
• Blog
• Partners
• Scribd 101
• Web Stuff
• Scribd Store
• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms
• Copyright
• Privacy
Copyright © 2011 Scribd Inc.
Language:
English

Anda mungkin juga menyukai