Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut
:
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keterkaitan dengan Visi dan Misi Departemen
Kesehatan serta Visi Pembangunan dan Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat maka telah disusun
Visi Pembangunan Kesehatan Jawa Barat yaitu : ”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat
yang Mandiri untuk Hidup Sehat”
Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat adalah sikap dan kondisi dimana
masyarakat Jawa Barat tahu, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalah kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan akibat
penyakit, bencana, lingungan dan perilaku yang buruk , serta mampu memenuhi kebutuhannya
untuk lebih meningkatkan kesehatannya dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan
sendiri.
Dalam mewujudkan visi pembangunan kesehatan tersebut maka telah dirumuskan Visi Dinas
Kesehatan Jawa Barat sebagai berikut : ”Akselerator Pencapaian Masyarakat Jawa Barat yang
Mandiri untuk Hidup Sehat”
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat harus mempunyai pengetahuan, kemampuan, kemauan,
motivasi, etos kerja yang tinggi, dan menguasai teknologi untuk menjadi pendorong, penggerak,
fasilitator dan advokator untuk terjadinya akselerasi pembangunan kesehatan di Jawa Barat yang
dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat termasuk swasta, sehingga Masyarakat Jawa
Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat dapat segera tercapai, dan masyarakat Jawa Barat
menjadi Sehat.
Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Dalam mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan
kedepan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, untuk mencapai Masyarakat Jawa
Barat yang Mandiri untuk Hidup Sehat, maka rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat telah ditetapkan dalam 4 (empat) Misi yaitu :
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
2. Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
3. Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
4. Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau dan berkualitas.
Misi 1 :
Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
Tujuan :
Meningkatkan upaya kesehatan yang mampu mendukung akses dan memberdayakan masyarakat
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas
Sasaran :
1. Meningkatnya upaya untuk membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan
mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat serta mendorong masyarakat
untuk memilih tempat pelayanan yang tepat.
2. Meningkatnya upaya untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi
ibu maternal, bayi, balita, anak sekolah/remaja, usia produktif dan usia lanjut.
3. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil
dan balita.
4. Meningkatnya perlindungan masyarakat terhadap ketersediaan, pemerataan, mutu,
keterjangkauan dan penggunaan obat, produk pangan, produk farmasi yang berbahaya
serta tidak memenuhi syarat.
5. Meningkatnya upaya untuk menyiapkan dan melaksanakan penanggulangan masalah
kesehatan pada saat dan pasca bencana serta antisipasi pemanasan global
6. Meningkatnya upaya untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat.
Misi 2 :
Mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
Tujuan :
Meningkatkan ketersediaan pembiayaan, kebijakan dan pedoman, hukum, system informasi,
pemahaman public yang positif tentang kesehatan, dan diikutinya standard mutu sarana,
prasarana dan peralatan kesehatan
Sasaran :
1. Meningkatnya Kualifikasi Rumah Sakit, Rumah Sakit khusus dan UPTD Provinsi
sebagai Center Of Excellent tingkat Nasional/Internasional
2. Meningkatnya Kualitas dan Akuntabilitas Manajemen Pelayananan dan Pembangunan
Kesehatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan
yang evidence base didukung oleh data yang akurat.
3. Terwujud dan dipatuhinya berbagai kebijakan dan regulasi kesehatan yang pro rakyat,
mengutamakan kenyamanan dan keamanan klien/pasien serta petugas.
4. Terwujudnya pemahaman public yang posistif tentang pembangunan kesehatan global,
nasional dan local
5. Meningkatnya pelayanan kesehatan diberbagai tatanan sesuai dengan standar mutu.
6. Meningkatnya akuntabilitas dan ketepatan pelaksanaan bantuan keuangan Departemen
Kesehatan, Gubernur Provinsi Jawa Barat ke Kabupaten/Kota Jawa Barat.
Misi 3 :
Meningkatkan Sistem Surveilance dalam Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tujuan :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit.
Sasaran :
1. Meningkatnya peran dan komitmen pemerintah daerah, jejaring kerja LS/LP dan
kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit
2. Meningkatnya perlindungan, penatalaksanaan kasus, pengendalian factor resiko serta
terselenggaranya system surveillance dan kewaspadaan dini KLB/Wabah secara
berjenjang.
3. Meningkatnya upaya untuk mengembangkan sentra regional untuk rujukan penyakit,
pelatihan penanggulangan penyakit, kesiap siagaan KLB/Wabah dan bencana maupun
kesehatan matra
4. Mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat dan menggerakkan pembangunan
berwawasan kesehatan
Misi 4 :
Menjamin ketersediaan sumber daya manusia dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau dan berkualitas.
Tujuan :
Meningkatkan jumlah, jenis , mutu dan penyebaran tenaga serta kesehatan, dan pemberdayaan
profesi kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Sasaran :
1. Meningkatnya ketersedian tenaga kesehatan yang professional dan kompeten di semua
sarana pelayanan kesehatan
2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pelayananan kesehatan pemerintah dan
swasta yang terjangkau dan berkualitas
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan
sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui
strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan dan Program sebagai berikut:
Kebijakan 1: Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang dilaksanakan
melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Upaya Kesehatan
Kebijakan 2 : Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program
sebagai berikut :
1. Program Manajemen Pelayanan Kesehatan
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan
Kebijakan 3 : Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit
menular serta tidak menular, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Kebijakan 4 : Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan, yang dilaksanakan
melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Sumber Daya Kesehatan
Rencana Strategis
style="text-align: left;">
Visi Pembangunan Jawa Barat Tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Daerah Nomor 9 Tahun 2008 adalah “Dengan Iman Dan Taqwa, Provinsi Jawa Barat Termaju
Di Indonesia”. Visi tersebut diwujudkan melalui 5 (lima) misi pembangunan yaitu :
1. Mewujudkan kualitas Kehidupan Masyarakat yang berbudaya Ilmu dan Teknologi,
Produktif dan Berdaya Saing
2. Meningkatkan Perekonomian yang Berdaya Saing dan Berbasis Potensi Daerah
3. Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari
4. Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik
5. Mewujudkan Pemerataan Pembangunan yang Berkeadilan
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan tantangan dan peluang serta budaya
yang hidup dalam masyarakat, maka visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013
adalah “Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”.
Agar visi tersebut dapat diwujudkan dan dapat mendorong effektifitas dan effisiensi pemanfaatan
sumber daya yang dimiliki, ditetapkan misi Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
2. Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional berBasis Potensi Lokal
3. Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastuktur wilayah
4. Meningkatkan Daya Dukung dan Daya tampung Lingkungan untuk Pemb berkelanjutan
5. Meningkatkan Effektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi
Dinas Kesehatan sebagai salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa
Barat berkepentingan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fenomena
penting actual yang belum dapat diselesaikan pada periode 5 tahun sebelumnya khususnya
aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat, maka Visi Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Barat mengacu pada visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu “Tercapainya Masyarakat
Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera”
Rumusan Misi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat disesuaikan dengan Misi 1 (satu) Provinsi
Jawa Barat sebagai berikut :
Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang produktif dan ber Daya Saing
Adapun Tujuan, Sasaran dan Kebijakan dari Misi tersebut adalah sebagai berikut :
Tujuan :
1. Mendorong tingkat pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja masyarakat Jawa Barat
2. Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi
Sasaran :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak.
Strategi
Dalam rangka mencapai Visi dan Misi yang telah dirumuskan dan dijelaskan tujuan dan
sasarannya, maka untuk memperjelas cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut melalui
strategi pembangunan kesehatan yang terdiri atas Kebijakan, Program, dan Sasaran Program
sebagai berikut :
Kebijakan :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak;
2. Mengembangkan sistem kesehatan;
3. Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular
serta tidak menular;
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan.
Program
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, maka disusun program-program
pembangunan sesuai dengan kebijakan yang telah diuraikan di atas dengan sasaran program,
sebagai berikut :
Kebijakan 1:
Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan Anak, yang dilaksanakan melalui
program-program sebagai berikut :
Kebijakan 2 :
Mengembangkan sistem kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut
:
Kebijakan 3 :
Meningkatkan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak
menular, yang dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut :
1. Program Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, dengan sasaran sebagai berikut
:
• Meningkatnya jumlah/persentase Desa mencapai Universal Child Immunization (UCI).
• Meningkatkan system kewaspadaan dini terhadap peningkatan dan penyebaran penyakit
akibat pemanasan global (global warming)
• Meningkatnya upaya pengendalian, penemuan dan tatalaksana kasus HIV/AIDS, TBC,
DBD, Malaria, penyakit cardio vascular (stroke, MI), penyakit metabolism (DM) dan
penyakit jiwa, penyakit gigi dan mulut, penyakit mata dan telinga, penyakit akibat kerja.
• Setiap KLB dilaporkan secara cepat < 24 Jam kepada kepala instansi kesehatan terdekat.
• Setiap KLB/Wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat.
• Eliminasi penyakit tertentu yang berorientasi pada penguatan system, kepatuhan terhadap
standard dan peningkatan komitmen para pihak.
• Terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan terutama di
daerah lintas batas kab/kota dan provinsi.
Kebijakan 4 :
Meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, yang dilaksanakan melalui program-
program sebagai berikut :
Pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan oleh segenap unsur pemerintah, masyarakat dan dunia usaha sejak
dibentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tahun 1950. Era dua puluh tahun pertama semenjak terbentuknya
Provinsi Jawa Barat diwarnai dengan masa dinamika sosial, ekonomi dan politik sampai dengan kurun waktu dua puluh
tahun ke dua. Selanjutnya pada kurun waktu dua puluh tahun ketiga, telah disusun rencana pembangunan daerah secara
sistematis melalui tahapan lima tahunan. Tahapan-tahapan pembangunan yang disusun dalam masa itu telah meletakkan
dasar- dasar bagi suatu proses pembangunan berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan rakyat, seperti tercermin dalam
Dalam masa dua puluh tahun ketiga tersebut, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi nasional. Krisis ekonomi nasional
tahun 1997 berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan memicu gerakan reformasi. Gerakan reformasi
tersebut diharapkan menjadi gerakan pencerahan dalam menata ulang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Hal tersebut memberi dorongan kepada terwujudnya sistem politik yang demokratis dan berorientasi pada keadilan.
Gerakan reformasi berpengaruh pula pada sistem pemerintahan yang bersifat sentralistik mengarah ke sistem desentralistik
dengan lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, dimana pemerintahan Kab/Kota menjadi
Dengan lahirnya UU No. 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah yang memberi kewenangan kepada Gubernur
sebagai kepanjangan tangan Pemerintah pusat untuk mengkoordinasi, mengawasi, melakukan supervisi dan memfasilitasi ,
agar daerah mampu menjalankan otonominya secara optimal, maka Gubernur dapat membatalkan kebijakan/perencanaan
daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundangan yang lebih tinggi.
Sejalan dengan ditetapkannya Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional,
pemerintah daerah diharapkan untuk melaksanakan perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.
Untuk itulah
heksaloga.blogspot.com
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau disingkat RPJPD Provinsi
Jawa Barat untuk kurun waktu 20 tahun ke depan yang diarahkan untuk mencapai tujuan daerah dan nasional, dalam
Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 yang selanjutnya
disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun
Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. RPJP Daerah memuat Visi,
Misi dan Arah Pembangunan Daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional.
1.3
Maksud dan Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat 2005 - 2025 ditetapkan dengan maksud untuk
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pemerintah, masyarakat dan dunia usaha di dalam
a. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang yang disepakati bersama, sebagai pedoman penyusunan RPJM
Daerah, Renstra SKPD, RKPD dan Renja RKPD dalam kurun waktu 2005 - 2025
b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara
perencanaan Pembangunan Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
a. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 juli 1950) Jo.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
b. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari bebas korupsi, kolusi
dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47 Salinan, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004
e. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437) Jo. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintahan
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4548);
f. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor
j. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan dan Teknik Penyusunan
Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 2 seri D) Jo. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 13
Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pembentukan dan Teknik Penyusunan Peraturan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 20 Seri D);
k. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 050/2020/SJ, tanggal 11 Agustus 2005 tentang Petunjuk
umum mengenai kondisi eksisting pada titik awal penyusunan RPJP Daerah dalam setiap sektor pembangunan, analisis
terhadap tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun ke depan serta prediksi kondisi umum masing-masing sektor
Kecenderungan pembangunan global menunjukkan bahwa seiring dengan perjalanan waktu jumlah penduduk juga
meningkat dan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Para ahli demografi menyatakan bahwa periode
2015-2025 merupakan sebuah golden period bagi Indonesia, yang berarti pada masa itu proporsi penduduk produktif
mencapai nilai tertinggi sepanjang sejarah dan hal tersebut hanya akan dicapai satu kali dalam perjalanan sebuah bangsa.
Sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia fenomena tersebut merupakan fenomena yang penting
Seiring dengan laju pembangunan yang semakin meningkat, berbagai fenomena juga semakin terasa antara lain
peningkatan kerusakan dan polusi lingkungan, peningkatan kebutuhan pangan, peningkatan output industri untuk
pemenuhan kebutuhan penduduk, serta peningkatan produksi bahan bakar minyak dan sumber energi lain guna
mendukung proses industrialisasi, konsumsi energi transportasi, dan domestik. Namun di sisi lain, stok sumber daya alam
menunjukkan laju pengurangan yang cukup tajam, akibat eksploitasi untuk memenuhi permintaan untuk pembangunan
Permintaan akan sumber daya alam untuk pemenuhan pembangunan akan sampai pada titik jenuh, karena keterbatasan
daya dukung lingkungan. Dampaknya berantai dan berlipat ganda terhadap proses pembangunan berikutnya.
Kemungkinan yang terjadi adalah terganggunya berbagai proses pembangunan apabila tidak ada intervensi atau upaya
mengatasi kondisi yang berlangsung. Pengendalian populasi penduduk, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan,
penggunaan teknologi, laju pembangunan ekonomi, khususnya industrialisasi, merupakan faktor – faktor utama yang
Dengan mencermati hal tersebut maka berbagai langkah perlu ditempuh untuk menjamin terlaksananya pembangunan
pada masa datang dengan pencapaian tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Kerangka pemikiran dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat didasarkan pada
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan
yang lebih baik dan meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat Jawa Barat sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhitungkan berbagai peluang dan tantangan yang berskala
regional, nasional maupun global. Perencanaan pembangunan daerah jangka panjang didasarkan pada kondisi pada awal
perencanaan serta tantangan yang akan dihadapi dalam jangka waktu perencanaan.
II.1
KONDISI SAAT INI
A. SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
1. Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2005 mencapai 39.960.869 jiwa atau sebesar 17,35% dari penduduk Indonesia. Hal itu
menjadikan Jawa Barat sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.Laju pertumbuhan penduduk (LPP)
Tahun 2004 – 2005 sebesar 2,09 lebih rendah bila dibandingkan dengan LPP Tahun 2003 – 2004 mencapai angka 2,64. Tujuh
kabupaten/kota di Jawa Barat yang memang memiliki wilayah cukup luas mempunyai penduduk di atas 2 juta jiwa. Ke tujuh
kabupaten/kota tersebut adalah Kabupaten Bandung (4.263.934 jiwa), Kabupaten Bogor (4.100.934 jiwa), Kabupaten Garut
(2.321.070 jiwa), Kota Bandung (2.315.895 jiwa), Kabupaten Sukabumi (2.224.993 jiwa), Kabupaten Cirebon (2.107.918 jiwa)
dan Kabupaten Cianjur (2.098.664 jiwa). Kabupaten Kota yang penduduknya mendekati 2 juta jiwa adalah Kota Bekasi
(1.994.850 jiwa), Kabupaten Karawang (1.985.574 jiwa), dan Kabupaten Bekasi (1.953.380 jiwa).
Berdasarkan komposisi umur, usia 0-14 tahun mencapai sebesar 11.892.294 jiwa, usia 15-64 tahun sebesar 26.307.867 jiwa dan
usia 65 tahun ke atas sebesar 1.760.708 jiwa. Dari komposisi umur tersebut, angka beban ketergantungan (perbandingan
penduduk yang belum/tidak produktif dibanding dengan penduduk usia produktif) pada Tahun 2005 mencapai 51,9, menurun
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang telah disepakati menjadi indikator keberhasilan pembangunan di Jawa Barat, pada tahun
2006 mencapai 70,05 poin. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 0,70 poin dari tahun 2005 yang mencapai 69,35
poin.
Pencapaian IPM tersebut dipengaruhi oleh indeks kompositnya yaitu Indeks Pendidikan (IP) pada tahun 2006 sebesar 80,61,
mengalami peningkatan sebesar 1,02 poin dibandingkan tahun 2005 yang mencapai angka 79,59. Indeks Pendidikan dihitung
berdasarkan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata- rata Lama Sekolah (RLS). AMH di Jawa Barat telah mencapai angka sebesar
95,12 % pada Tahun 2006 atau terdapat kenaikan sebesar 0,6 % dibandingkan dengan AMH tahun 2005. Hal tersebut
menunjukkan masih terdapat 4,88 % penduduk Jawa Barat yang belum bisa membaca dan menulis. Penduduk Jawa Barat yang
masih buta aksara sebagian besar yaitu penduduk usia lanjut dan penduduk yang secara geografis sulit menjangkau sarana dan
prasarana pendidikan.
Sedangkan RLS Tahun 2006 sebesar 7,74 tahun atau mengalami peningkatan sebesar 0,28 tahun dari tahun 2005. Masih
rendahnya RLS Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh angka partisipasi sekolah baik Angka Partisipasi Kasar (APK) maupun
Angka Partisipasi Murni (APM) terutama pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Selanjutnya Indeks Kesehatan (IK) sebagai salah satu komponen dalam perhitungan IPM, yang menggambarkan derajat
kesehatan masyarakat suatu wilayah pada periode waktu tertentu yang diukur melalui angka harapan hidup waktu lahir (AHHe0).
Indeks kesehatan pada tahun 2006 sebesar 67,08, mengalami peningkatan sebesar 0,51 tahun dibandingkan tahun 2005 yang
Komponen yang ketiga dari IPM adalah Indeks daya beli. Indeks daya masyarakat Jawa Barat pada tahun 2006 adalah sebesar
59,42 poin dengan tingkat kemampuan daya beli yang sebesar Rp 557.110,- atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan
tahun 2005 yang sebesar 59,18 dengan tingkat kemampuan daya beli sebesar Rp 556.100,-.
3. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat sampai dengan tahun 2005 menunjukkan keadaan yang cukup dinamis. Hal ini
ditandai dengan tingginya intensitas pembangunan rumah peribadatan, pusat pengkajian dan pengembangan agama, serta
pengadaan literatur dan referensi agama. Sementara itu apabila dilihat dari
yang harmonis dan kondusif baik antara sesama pemeluk agama maupun antar umat beragama.
Intensitas komunikasi antara sesama alim ulama, tokoh agama dan pemerintah baik intern maupun antar umat beragama, berjalan
dengan dinamis melalui dialog-dialog, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun difasilitasi oleh pemerintah. Saat ini
di Provinsi Jawa Barat saat ini telah terbentuk forum kerukunan umat beragama (FKUB), yang merupakan wadah
bagi
para
tokoh-tokoh
agama
untuk
mempertahankan, mengembangkan
dan meningkatkan suasana kerukunan umat beragama dan antar umat beragama.
4. Pembangunan pendidikan sampai dengan tahun 2005 masih dititikberatkan pada aspek pemenuhan askesibilitas dan pemerataan. Hal
tersebut telah ditunjukkan dengan upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan, peningkatan partisipasi
anak usia sekolah, pengembangan pendidikan luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan jumlah dan
pemerataan distribusi tenaga pendidik. Sementara itu aspek kualitas dan relevansi serta tata kelola pendidikan belum secara
optimal tertangani. Rendahnya penanganan aspek kualitas dan relevansi pendidikan ditunjukkan dengan rendahnya kualitas
lulusan terutama lulusan pendidikan menengah dan kejuruan, proses dan muatan pembelajaran yang belum memenuhi kebutuhan,
serta kualifikasi tenaga pendidik yang bukan berdasarkan kompetensi. Adapun rendahnya kualitas aspek tata kelola pendidikan
ditunjukkan dengan birokrasi manajemen pelayanan pendidikan yang belum memenuhi standar pelayanan minimal, serta data
dan informasi yang belum terkelola secara profesional dan berbasis teknologi maju.
Kondisi Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) Tahun Jawa Barat diindikasikan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI
dan SLTP/MTs. Tahun 2004 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/Sederajat sebesar 77,19 % dan
Angka Partisipasi Murni (APM) mencapai 61,74 %, Untuk jenjang pendidikan menengah (SMA/sederajat), APK mencapai 46,42
%, dan APM mencapai 37,18 %, sedangkan angka partisipasi Pendidikan Tinggi mencapai 10,97 %. Adapun Jumlah siswa
SD/MI yang terancam DO sebanyak 1.105.741 dan siswa SLTP/MTs sebanyak 419.977. Sementara itu, capaian komponen
Indeks Pendidikan (IP) sampai tahun 2004 Angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 7,37 tahun dan Angka Melek Huruf
Sedangkan data kondisi sarana prasarana pendidikan dasar ditunjukkan dengan Sekolah Dasar yang rusak berat
5. Pembangunan bidang kesehatan yang berlangsung sepanjang tahun 1984 sampai dengan 2005 menunjukan peningkatan yang dapat
dilihat dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH), menurunnya Angka Kematian Bayi (AKB), menurunnya angka
kematian balita, menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, serta menurunnya angka kurang gizi pada balita. Walaupun
terlihat terjadinya peningkatan pada indikator derajat kesehatan masyarakat, tetapi capaiannya masih berada di bawah angka
mengupayakan peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pengembangan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat ,
desa sehat serta desa siaga. Upaya-upaya memberdayakan masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan terus ditingkatkan
melalui pondok bersalin desa (polindes), wahana kesehatan dasar, santri raksa desa dan gerakan sayang ibu. Selain itu,
pemerintah juga mengembangkan asuransi/jaminan sosial bagi masyarakat terutama masyarakat miskin seperti JPS-BK, JPKMM,
Askeskin dan asuransi berbasis pemberdayaan masyarakat seperti Dana Sosial Bersalin (Dasolin), Tabungan Ibu Bersalin
(Tabulin) dan sebagainya. Berdasarkan evaluasi sampai dengan tahun 2005 AHH mencapai 66,57 tahun, AKB mencapai 40,87
per seribu kelahiran hidup, AKI melahirkan mencapai 321,15 per seratus ribu kelahiran hidup, Angka kematian balita mencapai
64,67 per seribu kelahiran hidup, angka gizi kurang pada balita 11,10% dan gizi buruk 1,76%.
6. Pemberdayaan perempuan telah menunjukan peningkatan yang tercermin
dari semakin membaiknya kualitas hidup perempuan yang dibuktikan dengan
Angka Melek Huruf (AMH) perempuan mencapai 92,43% pada tahun 2005, Angka Harapan Hidup (AHH) perempuan mencapai
67,15 pada tahun 2005 dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) mencapai 6,79 tahun. Keberhasilan tersebut dilakukan melalui
berbagai kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap peningkatan peran kaum perempuan yang secara kualitatif dan
kuantitatif di seluruh sektor dan aspek pembangunan. Dalam kurun waktu sampai dengan tahun 2005 telah dilakukan berbagai
upaya perlindungan terutama berkaitan dengan perlindungan atas hak-hak dasar kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki,
yang pada akhirnya mendorong kesadaran individual dan kolektif masyarakat untuk mencegah dan menghentikan terjadinya
kekerasan di dalam rumah tangga sertatr afic kin g dan eksploitasi kaum perempuan. Namun demikian, di Jawa Barat upaya
pengarusutamaan gender ini belum sepenuhnya dapat diaktualisasikan. Hal ini terlihat dari implementasi dan hasil kegiatan yang
belum optimal dan pemahaman gender belum merata baik di pemerintahan, legislatif, swasta, LSM, perguruan tinggi maupun
masyarakat.
7. Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia yang harus dikembangkan dan sebagai tulang punggung bangsa serta penerus
cita-cita bangsa, harus disiapkan dan dikembangkan kualitas kehidupannya, mulai dari tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup
dan tingkat kesehatannya. Berdasarkan data statistik Susenas tahun 2003, jumlah penduduk usia 15 s.d. 34 tahun di Jawa Barat
adalah 13.212.778 jiwa atau 34,7 % dari jumlah penduduk provinsi. Dengan potensi yang besar tersebut, Jawa Barat harus
mampu mengelola sumber daya manusia tersebut menjadi manusia berkualitas yang siap membawa Jawa Barat sebagai provinsi
termaju.
Selain potensi pemuda secara kuantitas, Jawa Barat juga memiliki potensi lain yaitu organisasi kepemudaan sebagai wahana
dalam mengembangkan bakat dan kemampuan generasi muda. Para pemuda yang tergabung dalam organisasi kepemudaan
merupakan salah satu elemen masyarakat yang sangat potensial untuk menjadi generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri.
Kader-kader yang handal sangat dibutuhkan kontribusinya dalam pembangunan Jawa Barat, khususnya pencapaian visi Provinsi
membanggakan. Dalam kancah nasional prestasi olahraga Jawa Barat cukup diperhitungkan oleh provinsi lainnya baik dalam
Pekan Olahraga Nasional (PON) maupun dalam kejuaraan daerah berbagai cabang olahraga. Tidak sedikit atlet-atlet asal Jawa
Selanjutnya pembangunan sarana prasarana olahraga di kabupaten dan kota sangat variatif, namun dapat dipastikan bahwa sarana
prasarana olahraga minimal terdapat di setiap daerah di kabupaten/kota. Beberapa daerah, bahkan tengah mengupayakan
pengadaan sarana olahraga sesuai dengan hegemoni masyarakat dan sebagai sarana pembangkitan kreativitas masyarakat dalam
bidang ekonomi. Namun sampai saat ini Jawa Barat belum memiliki sarana olahraga terpadu dengan standar internasional.
8. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat didasari oleh berbagai kebijakan yang terkait dengan penguatan identitas budaya antara
lain melalui pengembangan penggunaan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi sebagai bahasa ibu
masyarakat Jawa Barat dalam proses komunikasi dan interaksi kehidupan sebagaimana amanat Perda No. 5 Tahun 2003 tentang
Di sisi lain, pengembangan seni budaya di Jawa Barat diselenggarakan secara terintegrasi dengan pembangunan kepariwisataan,
yang sekaligus ber- peran sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan perekonomian Jawa
Barat. Integralitas pembangunan seni budaya dan pariwisata merupakan sesuatu yang lazim berlaku di Indonesia dan
perkembangannya ke masa depan, berhubungan erat dengan kualitas kondisi alam dan lingkungan, politik dan keamanan, serta
sarana dan prasarana. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan presiden SBY untuk mengembangkan produk ekonomi yang
berbasis pada seni dan budaya, pada pembukaan pameran pekan produk budaya Indonesia di Jakarta Jakarta
Pentingnya pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan dalam rangka
melestarikan
dan
mengembangkan
kebudayaan
daerah
serta
mempertahankan jatidiri dan nillai-nilai budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan pengaruh negatif
budaya asing.
9. Dalam rencana strategis pembangunan Jawa Barat, kebijakan pembangunan kesejahteraan sosial merupakan misi kelima dari 5
(lima) misi Provinsi Jawa Barat. Berbagai program kesejahteraan sosial di Jawa Barat bertujuan untuk menjamin standar hidup
yang memadai bagi semua anggota masyarakat. Data tahun2004 menunjukkan bahwa terdapat penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS) sebesar2.064.852 sementara itu pada tahun 2006 jumlahnya bertambah menjadi 2.818.233 jiwa.
Yang termasuk masalah kesejahteraan sosial diantaranya adalah pengemis, gelandangan, anak jalanan, tuna susila, kekerasan
pada anak, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), traffiking pada anak dan perempuan dan sebagainya. Sepanjang tahun 2005
telah terjadi kekerasan pada anak baik laki-laki maupun perempuan sebesar 693 kasus sedangkan pada orang dewasa sebesar 677
kasus. Jumlah kasus KDRT tahun 2005 sebesar 69,70% dengan pelaku terbanyak adalah laki-laki. 6,06% dari perempuan
menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh majikan. Traffiking pada anak dan perempuan sebesar 48,42%.
Sepanjang periode 1984-2005 pembangunan bidang kesejahteraan sosial menunjukkan perubahan dan perbaikan orientasi, dari
pembangunan fisik material menjadi pembangunan yang lebih mampu mencapai harmoni dengan pembangunan mental spiritual.
Perubahan pendekatan berlangsung ketika berlangsung proses penyelamatan dan pemulihan melalui kebijakan khusus
DAKABALAREA dan kemudian dipertegas formatnya melalui akselerasi pencapaian visi Jawa Barat 2010, dengan titik berat
program peningkatan kualitas hidup penduduk yang lebih operasional, terukur, dan terintegrasi dengan pembangunan ekonomi.
B. EKONOMI
Sampai dengan tahun 2005, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat meningkat sebesar 5,45% dengan nilai Rp. 245,8
triliun (atas dasar harga konstan tahun 2000). Peningkatan PDRB ini disumbang dari tiga sektor utama yaitu sektor Industri
Iklim investasi di Jawa Barat juga menunjukkan perkembangan yang terus membaik. Jawa Barat masih menjadi tujuan utama
penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri. Perkembangan Investasi di Jawa Barat pada tahun 2005 (atas
dasar harga konstan tahun 2000) adalah sebesar Rp. 40,9 triliun dengan tingkat
Namun pertumbuhan ekonomi yang terus membaik tidak memberikan korelasi positif terhadap pengentasan kemiskinan. Masalah
kemiskinan belum dapat terselesaikan mengingat perbedaaan sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis dan faktor
budaya antarwilayah mengakibatkan perbedaan kondisi serta permasalahan kemiskinan yang dihadapi. Pada tahun 2005, terdapat
sekitar 2.905.202 rumah tangga yang dikategorikan sebagai rumah tangga miskin atau sebesar 26,95% dari jumlah rumah tangga
yang ada di Jawa Barat dengan proporsi terbanyak berada di wilayah selatan sebesar 32,25%.
Permasalahan lain yang mengemuka adalah masih banyaknya jumlah pengangguran di Jawa Barat. Berdasarkan hasil SUSEDA
tahun 2005 adalah jumlah angkatan kerja di Jawa Barat sebanyak .17,040 juta jiwa sedangkan jumlah pencari kerja mencapai
11,91% dari angkatan kerja dengan jumlah jiwa sebanyak 2,029 juta jiwa.
1.Pembangunan pertanian dalam arti luas masih dihadapkan pada persoalan
hubungan antar sub sistem pertanian yang belum sepenuhnya menunjukkan keharmonisan baik pada skala lokal, regional dan
nasional. Kinerja masing- masing subsistem pertanian masih rendah, terutama pada subsistem budidaya (on-farm) dimana petani
dihadapkan pada luasan lahan yang semakin sempit, teknologi masih tradisional, mutu produk rendah, harga tidak mendukung,
dan struktur pasar yang cenderung merugikan petani. Cara pandang sektoral yang belum terintegrasi pada sistem pertanian; serta
ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global. Namun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor yang penting
apabila ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di dalamnya. Hal tersebut tergambar dari proporsi penduduk di Provinsi
Jawa Barat yang bekerja pada sektor pertanian yang mencapai 29.45 persen. Selain itu pertanian di Provinsi Jawa Barat secara
umum sudah ada dan tumbuh di masyarakat, khususnya masyarakat petani di perdesaan dan memiliki potensi yang besar dan
variatif didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman,
ternak, ikan dan hutan). Beberapa kabupaten mencoba memunculkan komoditi/varietas unggulan, bahkan telah ada kabupaten
yang menciptakan ikon dengan komoditas tertentu. Selain itu sistem kelembagaan di masyarakat, khususnya masyarakat petani di
pedesaan, juga potensial untuk mendukung pengembangan pertanian. Ketersediaan pangan bagi masyarakat
Jawa Barat sampai dengan saat ini mencukupi terutama ketersediaan pangan sumber karbohidrat asal beras. Jawa Barat
pembangunan daerah yang mampu memberikan kontribusi ekonomi yang cukup besar, tingkat penyerapan tenaga kerja yang
banyak, dan terjadinya transformasi kultural daerah menuju ke arah modernisasi kehidupan masyarakat Jawa Barat. Hal itu
terlihat dari kinerja sektor industri pada tahun 2005 yang pertumbuhannya mencapai 7,13% dengan kontribusi sebesar 44,68%.
Kendala utama dalam pembangunan industri adalah dukungan terutama infrastruktur masih belum memadai terutama jalan,
pelabuhan dan terminal (dry port). Kendala lainnya dalam pengembangan industri adalah masih tingginya tingkat ketergantungan
pada bahan baku import yang menyebabkan daya saing industri menurun, rendahnya kemampuan dalam pengembangan
teknologi, rendahnya kemampuan dan keterampilan sumber daya industri serta pencemaran limbah industri yang masih tinggi.
3. Untuk Sektor Perdagangan, Provinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan- keunggulan dalam komoditi ekspor antara lain
tekstil/produk tekstil, sepatu/alas kaki, meubeul/kerajinan rotan, teh, Kayu Gelondongan Kayu Olahan (KGKO), elektronik,
coklat/produk coklat, udang beku/makanan laut, karet/produk karet, marmer/produk marmer, peralatan masak, makanan olahan,
perlengkapan olah raga, kertas/produk kertas dan lain-lain. Pengembangan perdagangan di Jawa Barat difokuskan pada
pengembangan sistem
pasar baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem distribusi diarahkan untuk memperlancar arus
barang, memperkecil disparitas antar daerah, mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang
cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar baik dalam negeri maupun luar negeri dilakukan melalui
4. Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan
alam dan budaya yang dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Dimana
peringkat sektor pariwisata secara nasional di lihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada posisi 3 setelah DKI Jakarta
dan Bali. Hal ini antara lain disebabkan letak geografis Provinsi Jawa Barat yang sangat strategis dan berbatasan dengan ibukota
negara DKI Jakarta yang juga merupakan gerbang masuk wisatawan. Adapun perkembangan jumlah kunjungan Wisatawan
Nusantara dan Wisatawan Asing ke Jawa Barat sebanyak 578.193 orang, dengan persentase 64% wisatawan nusantara dan 36%
wisatawan asing.
5. Program-program terobosan untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilaksanakan seperti DAKABALAREA, Raksa Desa, Desa
Sehat, Desa Cerdas, Program Pendanaan Kompetisi IPM, Gerakan Masyarakat Peduli Pendidikan dan Kesehatan. Hal tersebut
merupakan upaya-upaya akseleratif untuk daerah- daerah yang tergolong rendah pencapain IPMnya. Program program tersebut
perlu terus digalakkan dengan memperhatikan karakteristik dan kondisi yang terjadi masa mendatang.
6. Intermediasi perbankan dan lembaga keuangan non bank merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
Jawa Barat. Perbankan (bank umum, bank syariah dan bank perkreditan rakyat) memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dana
masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat untuk menjadi kebiatan ekonomi baik yang bersifat produksi maupun
konsumsi. Pada tahun 2006 penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang dilakukan perbankan di Jawa Barat mencapai lebih
dari Rp. 120 trilyun. Peningkatan penghimpunan dana pihak ketiga tertinggi dicapai oleh Bank Syariah, sementara Bank Umum
dan Bank Perkreditan Rakyat cenderung menurun. Sebesar 96,5% DPK dihimpun oleh bank pemerintah dan swasta dan sisanya
sebesar 3,5% dihimpun oleh bank asing dan campuran. Sebesar 68% DPK berasal dari nasabah perorangan dan sisanya adalah
BUMN dan Pemerintah. Dari sisi kredit, penyerapan pada tahun 2006 adalah lebih dari Rp. 110 trilyun dengan 53% dibiayai oleh
perbankan Jawa Barat dan sisanya dibiayai oleh perbankan di luar Jawa Barat. Dari sisi pemanfaatannya, 45,92% merupakan
kredit modal kerja, 18,38% merupakan kredit investasi dan 35,7% merupakan kredit konsumsi. Sektor pembangunan yang paling
banyak menyerap kredit adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dan diikuti oleh sektor industri pengolahan.
7.Perkembangan pendapatan daerah di Jawa Barat sejak tahun 2001-2006 mengalami peningkatan walaupun menunjukkan
kecenderungan peningkatan pendapatan daerah melambat, terutama yang bersumber dari sektor pajak. Pada tahun 2002
pendapatan daerah mengalami peningkatan 13.68% demikian pula pada tahun 2003 dan 2004 masing-masing sebesar 18,39% dan
23,90%. Namun sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2006 memperlihatkan peningkatannya yang melambat yaitu pada tahun
2005 sebesar 19,29% sementara pada tahun 2006 peningkatannya hanya mencapai 4,52%. Penurunan pertumbuhan tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya menurunnya daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan bermotor dan dampak
dari naiknya harga BBM. Tantangan untuk meningkatkan PAD diantaranya dari segi kewenangan, potensi jenis pungutan, dasar
hukum yang belum lengkap dan belum adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya, efisiensi dalam administrasi,
kelengkapan sarana dan prasarana, terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.
C. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
Publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian baik milik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta
yang banyak berlokasi di Jawa Barat belum dapat diimplementasikan dengan maksimal. Hal ini disebabkan oleh sumberdaya
iptek masih terbatas, mekanisme intermediasi yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan kebutuhan
pengguna belum efektif, sinergi kebijakan yang lemah menyebabkan kegiatan IPTEK belum sanggup memberikan hasil yang
signifikan, dan budaya pemanfaatan iptek di masyarakat belum berkembang serta belum terkaitnya hasil kajian dengan kebutuhan
riil masyarakat.
D. SARANA DAN PRASARANA
Kondisi Sarana dan Prasarana Wilayah dapat dilihat dari aspek transportasi, sumberdaya air, telekomunikasi, sarana & prasarana
Secara umum sampai akhir tahun 2006, cakupan pelayanan sarana dan prasarana transportasi baik transportasi laut, darat, dan
udara masih cukup rendah, yang dicirikan dengan beberapa parameter, seperti :
doc
Spam or junk
Hateful or offensive
If you are the copyright owner of this document and want to report it, please follow these
directions to submit a copyright infringement notice.
Report Cancel
Bottom of Form
2 Ratings()
Copyright:
Attribution Non-commercial
jawa barat
rencana pembangunan jangka panjang
contoh rencana
kebijakan pembangunan
dki jakarta
(more tags)
jawa barat
rencana pembangunan jangka panjang
contoh rencana
kebijakan pembangunan
dki jakarta
nasional bidang
kesehatan tahun
umum kepala
rpjp dki
kepala daerah
kondisi umum
pemilihan umum
(fewer)
ap_wisnubroto
Share & Embed
Related Documents
PreviousNext
1.
p.
p.
p.
2.
p.
p.
p.
3.
p.
p.
p.
4.
p.
p.
p.
5.
p.
p.
p.
6.
p.
p.
p.
7.
p.
p.
p.
8.
p.
p.
p.
9.
p.
p.
p.
10.
p.
p.
p.
11.
p.
p.
p.
12.
p.
p.
p.
13.
p.
p.
3 p.
30 p.
18 p.
2.
1 p.
807 p.
469 p.
3.
5 p.
277 p.
131 p.
4.
541 p.
349 p.
606 p.
5.
70 p.
183 p.
79 p.
6.
151 p.
49 p.
10 p.
7.
237 p.
119 p.
286 p.
8.
636 p.
288 p.
175 p.
9.
481 p.
Add a Comment
Top of Form
10ee517147f449
Submit
share:
Characters: 400
document_comme
4gen
Bottom of Form
Name:
Description:
public - locked
Collection Type:
public locked: only you can add to this collection, but others can view it
public moderated: others can add to this collection, but you approve or reject additions
private: only you can add to this collection, and only you will be able to view it
Search Documents
Bottom of Form
• Follow Us!
• scribd.com/scribd
• twitter.com/scribd
• facebook.com/scribd
• About
• Press
• Blog
• Partners
• Scribd 101
• Web Stuff
• Scribd Store
• Support
• FAQ
• Developers / API
• Jobs
• Terms
• Copyright
• Privacy
Copyright © 2011 Scribd Inc.
Language:
English