Anda di halaman 1dari 18

c

S 
Pertama-tama saya ingin panjatkan puji syukur kepadakehadirat ALLAH
SWT. Dengan ijinnya saya dapatmenyelesaikan makalah ini dengan baik. Pada
makalah ini akan membahas tentang ³Sistem Ekonomi Pancasila dan Upaya
Peningkatan Pembangunan Ekonomi Indonesia´. Dengan begitu kita dapat
mengetahui apa sistem ekonomi di Indonesia dan upayanya.

Kita bisa membantu untuk meningkatkan pembangunan ekonomi


Indonesia dengan cara yang akan kita bahas nanti. Tujuandibuatnyamakalahini
agar semua orang yang membacanya bisa mengetahui tentang sistem ekonomi di
Indonesia dan upaya peningkatannya.

1
c

© 
 
 Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

 Landasan Teori

 Pembahasan

Daftar Pusaka


c

 
 
Tujuanmakalahinidibuatbertujuan agar kita bisa mengetahuiapa yang
terjadi pada sistem ekonomi pancasila Indonesia dan upaya peningkatannya. Saya
berharap dengan dibuatnyamakalah ini kita mengertimaksuddantujuan sistem
ekonomi pancasila Indonesia dan upaya peningkatannya. Dan kita harus terus
mengembangkan ekonomi Indonesia agar kita dapat maju ketitikmakmur.


c

ë  


Mengapasayamemilihmasalah ini? Karena masalah ini adalah masalah
yang menyangkutharapanhidupbangsa Indonesia,dengan memahami
sistemekonomi pancasila Indonesia kita
dapatmengertisisteminisehinggakitadapatmengertibagaimanamemajukanekonomi
bangsakita.

Menurutsayakitaharusmengertiterlebihdahulusistemini .
karenatanpadasarinikitatidakmengertistruktursistemekonomi yang
dianutbangsakita
.setelahkitamengertisisteminikitabarubisaikutberperandalammemajukanekonomib
angsaindonesia .

0
c

  

SISTEM EKONOMI PANCASILA

Tidak dapat disangkal bahwa hangatnya polemik tentang sistem ekonomi


Indonesia sekitar tahun 1980-81 berkisar kepada gagasan Mubyarto mengenai
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Sebutan SEP sebenarnya telah dilontarkan lebih
dulu oleh Emil Salim dalam suatu artikel pada harian x  tanggal 0 Juni
1966. Buku ³Membangun Sistem Ekonomi´ karya guru besar FE UGM ini sekali
lagi menegaskan betapa konsistennya Pak Muby, demikian dia biasa dipanggil,
dalam memperkenalkan dan mempopulerkan sistem ekonomi yang pas bagi
Indonesia.

UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan ekonomi yang tercermin, antara lain, dari proses


meningkatnya pendapatan per kapita, pada gilirannya menyebabkan naiknya
tingkat tabungan nasional, penerimaan pemerintah terutama dari pajak, dan
berubahnya pola pengeluaran konsumsi masyarakat.Sementara itu peningkatan
pendapatan per kapita, penerimaan pemerintah, dan tingkat tabungannasional
memungkinkan berlangsungnya peningkatan kapasitas produksi baik berupa
kapasitasproduksi secara fisik, misalnya sarana dan prasarana produksi, maupun
kapasitas produksi dalambentuk makin tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas.

u
c

S  
SISTEM EKONOMI PANCASILA
Tidak dapat disangkal bahwa hangatnya polemik tentang sistem ekonomi
Indonesia sekitar tahun 1980-81 berkisar kepada gagasan Mubyarto mengenai
Sistem Ekonomi Pancasila (SEP). Sebutan SEP sebenarnya telah dilontarkan lebih
dulu oleh Emil Salim dalam suatu artikel pada harian x  tanggal 0 Juni
1966. Buku ³Membangun Sistem Ekonomi´ karya guru besar FE UGM ini sekali
lagi menegaskan betapa konsistennya Pak Muby, demikian dia biasa dipanggil,
dalam memperkenalkan dan mempopulerkan sistem ekonomi yang pas bagi
Indonesia.

Di kalangan para pelopor SEP terdapat dua cara pandang. Pertama,  

  , yang berangkat dari keyakinan bahwa landasan hukum SEP adalah
pasal  UUD 190u, yang dilatarbelakangi oleh jiwa Pembukaan UUD 190u dan
dilengkapi oleh pasal ,  ayat , 0, serta penjelasan pasal  UUD 190u.
Pelopor jalur ini, misalnya adalah Sri-Edi Swasono dan Potan Arif Harahap.

Jalur kedua adalah    , yang menghubungkan sila-sila dalam


Pancasila. Termasuk dalam kubu ini adalah Emil Salim, Mubyarto, dan Sumitro
Djojohadikusumo. Pada dasarnya mereka menafsirkan SEP sebagai sistem
ekonomi yang berorientasi pada sila I, II, III, IV, dan V. Perbandingan pemikiran
ketiga tokoh ini dapat dilihat dalam Tabel 1. Terlihat bahwa ketiganya berusaha
menjabarkan ideologi Pancasila dalam dunia ekonomi dan bisnis. Agaknya ini
sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa Pancasila merupakan    
 , yang artinya nilai dasarnya tetap, namun penja-barannya dapat
dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan dinamika perkem-bangan
masyarakat Indonesia (Alfian, 1991).

SëSë  

Pertanyaan yang muncul setiap kali mendiskusikan sistem ekonomi Indonesia


adalah: Sistem ekonomi yang sekarang berlangsung di Indonesia sebenarnya
tergolong sistem ekonomi apa?

6
c

Ada beberapa pendapat mengenai hal ini. S  pendapat yang mengatakan
bahwa sistem ekonomi Indonesia bukan sistem kapitalisme maupun sosialisme.
Emil Salim (19 9) mengatakan bahwa SEP adalah sistem ekonomi pasar dengan
unsur perencanaan. Dengan kata lain, sifat dasar dari kedua kutub ekstrim ini
berada dalam keseimbangan. Mubyarto (1980: 0) berpendapat bahwa SEP
mungkin sekali berada di antara dua kutub tersebut, tapi di luarnya.

Tentu saja pandangan ini mendapat banyak kritikan tajam. Frans Seda,
misalnya, menju-luki pandangan ini sebagai paham "bukan-isme", yaitu paham
serba bukan: bukan kapitalisme, bukan liberalisme, tidak ada monopoli, tidak ada
oligopoli, tidak ada persaingan bebas yang saling mematikan, dsb (Kwik, 1996).
Tidak berlebihan, bila ada yang menyebut sistem ekonomi semacam ini hanya
dihuni oleh para malaikat, masyarakat utopia.Kritikan tajam juga datang dari Arief
Budiman (1989: 0), yang mengatakan:



        S 

                
   S
                 
   
   
Perbandingan SEP versi Emil Salim, Mubyarto, dan Sumitro
Djojohadikusumo
M ë
M   M  ë ©  © 
M
Mengenal etika Roda Ikhtiar untuk
dan moral agama perekonomian senantiasa hidup
digerakkan oleh dekat dengan
I
rangsangan Tuhan YME
ekonomi, sosial,
dan moral
Titik berat pada Ada kehendak Ikhtiar untuk
nuansa kuat dari mengurangi &
manusiawi dalam masyarakat untuk memberantas
menggalang mewujudkan kemiskinan dan
II
hubungan kemerataan sosial pengangguran
ekonomi dalam (egalitarian), dalam penataan
perkembangan sesuai asas perekonomian
masyarakat kemanusiaan masyarakat
c

Membuka Nasionalisme Pola kebijakan


kesempatan menjiwai setiap ekonomi & cara
ekonomi secara kebijaksanaan penyelenggaraan
adil bagi semua, ekonomi nnya tidak
lepas dari menimbulkan
III
kedudukan suku, kekuatan yang
agama, ras, atau mengganggu
daerah persatuan bangsa
& kesatuan
negara
Bermuara pada Koperasi Rakyat berperan
pelaksanaan merupakan dan berpartisipasi
demokrasi sokoguru aktif dalam usaha
ekonomi & perekonomian pembangunan
IV
politik dan merupakan
bentuk paling
kongkrit dari
usaha bersama
Memberi warna Imbangan yang Pola pembagian
egalitarian dan tegas antara hasil produksi
V    
 perencanaan di lebih merata antar
dalam proses tingkat nasional golongan, daerah,
pembangunan dan desentralisasi kota-desa
Pandangan   melihat sistem ekonomi Indonesia dalam dataran normatif
maupun dataran positif. Secara normatif menurut UUD 190u, terutama pasal 
ayat  dan , sistem ekonomi Indonesia seharusnya condong mengarah pada
sosialisme. Oleh Mubyarto, ini diterjemahkan sebagai ekonomi kerakyatan. Ia
menggambarkan bahwa pengembangan sistem ekonomi kerakyatan ibarat ³perang
gerilya ekonomi´ (hal. 1u) yang bisa diwujudkan dengan pengembangan dan
pemihakan penuh pada ekonomi rakyat, lewat upaya penang-gulangan
kemiskinan, peningkatan desentra-lisasi dan otonomi daerah, dan menghapus
ketimpangan ekonomi dan sosial.

Namun, dewasa ini semakin kuatnya lapisan pengusaha dan muculnya


gejala kong-lomerasi dan konsentrasi kekuatan ekonomiagaknya membuat tidak
dapat menyangkal bahwa kapitalisme telah tumbuh subur di negeri ini. Kendati
demikian, menurut pengamatan Sjahrir (198 : 16-160), dilihat dari segi
kepemilikan dan sifat pembentukan harga (lihat tabel ), sistem ekonomi yang
berlangsung di Indonesia adalah: (1) sistem ekonomi di mana peranan negara

8
c

dominan; () peranan swasta, baik nasional maupun asing, tidak kecil; () harga
yang berlangsung pada umumnya mencerminkan inefisiensi karena jauh lebih
tinggi harga domestik dibanding harga internasional.
Perkiraan Pemilikan Alat-alat Produksi Menurut Sektor-sektor Ekonomi
serta Sifat Pembentukan Harga
M  S   
M  
 S   


Petanian Petani untuk beras, Pengaruh negara
negara dan swasta untuk dominan (Bulog,
tanaman ekspor Departemen Pertanian)

Pertambangan Negara dan swasta Ditentukan harga dunia


(asing) untuk ekspor; ditetapkan
negara untuk dalam
negeri

Industri manufaktur Negara, swasta (asing Sebagian ditetapkan


dan nasional) negara, sebagian
mekanisme pasar
terbatas

Konstruksi Swasta dan negara Negara berpengaruh


melalui APBN

Perdagangan Swasta dan negara Sebagian mekanisme


pasar, sebagian negara
melalui "rente ekonomi"
(ditrasfer ke swata
tertentu untuk ekspor)

Administrasi Negara Negara Negara

Perbankan Negara dominan (80%) Pengaruh negara melalui


dan swasta Bank Indonesia
dominan; sebagian

9
c

mekanisme asar berlaku


(khususnya sektor
informal)
Jasa-jasa lainnya Swasta dan negara Pengaruh negara dan
sebagian mekanisme
pasar

Sektor-sektor lainnya Swasta dan negara Sebagian mekanisme


pasar dan sebagian
pengaruh negara

Hanya saja para pemikir yang kritis mulai mempertanyakan: ke mana arah
sistem eko-nomi kita nantinya? GBHN memang sudah menegaskan bahwa
perekonomian Indonesia tidak menganut       maupun etatisme.
Sistem Ekonomi Pancasila versi Mubyarto dan Emil Salim, serta isyu demo-krasi
ekonomi yang sempat ramai beberapa waktu lalu, nampaknya baru pada taraf
"normatif" dan belum mampu menjawab dinamika perekonomian Indonesia yang
dinilai banyak pihak semakin terbuka dan "ke kanan".

Betulkah perekonomian Indonesia semakin condong ke kanan? Apakah


gelombang priva-tisasi yang melanda dunia juga menerpa kita? Program-program
pemerintah yang tertuang dalam    ! dengan IMF menun-jukkan
kesan kuat adanya upaya percepatan proses privatisasi di Indonesia.

Konsekuensi terbaik privatisasi adalah dapat menciptakan persaingan, efisiensi


dan pada gilirannya pertumbuhan ekonomi. Kon-sekuensi terburuknya berupa
pergeseran monopoli milik negara yang tidak responsif dengan monopoli swasta
yang lebih responsif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, kendati arus privatisasi
juga melanda Indonesia, nampaknya pemerintah Indonesia menyadari benar akan
konsekuensi terburuk ini. Ini pula agaknya yang menyebabkan pemerintah baru
sejak 1988 memberlakukan upaya privatisasi secara bertahap, yakni dengan
dikeluarkannya Inpres no. u (Oktober 1988),  keputusan menteri keuangan
( 00/KMK.00/1989; 01/ KMK.99/1989; 1/KMK.01/1989), dan surat
Edaran S-608/MK01/1990 (Pangestu, 198 : h.  -u1). Dimulai dengan

10
c

menetapkan standar kesehatan BUMN yang mencakup profitabilitas, likuiditas


dan solvabilitas untuk mengadakan klasifikasi 1 BUMN dengan kategori:
sangat sehat, sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Kriteria kesehatan finansial dan
macam barang dan jasa yang disediakan oleh BUMN, digunakan sebagai kriteria
untuk menentukan pilihan restrukturisasi BUMN, yaitu: mengubah status hukum,
menjual saham di bursa saham, penggantian saham secara langsung, konsolidasi
dan merger, menjual perusahaan kepada pihak ketiga, melakukan patungan, atau
likuidasi. Selain itu dilakukan juga berbagai upaya perbaikan manajemen BUMN
selama 1989-90.

Sejak tahun 198, memang pemerintah secara konsisten telah melakukan berbagai
upaya deregulasi sebagai upaya penyesuaian struktural dan restrukturisasi
perekonomian. Kendati demikian, banyak yang mensinyalir deregulasi di bidang
perdagangan dan investasi tidak memberi banyak keuntungan bagi perusahaan
kecil dan menengah; bahkan justru perusahaan besar dan konglomeratlah yang
mendapat keuntungan. Studi Kuncoro dan Abimanyu (199u) membuktikan bahwa
per-tambahan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skla kecil,
sedang, dan besar, namun justru perusahaan skala konglomerat, dengan tenaga
kerja lebih dari 1000 orang, yang menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut
maupun per rata-rata perusahaan.

Mubyarto pun menyimpulkan bahwa sis-tem ekonomi yang diterapkan selama 


tahun Orde Baru telah tidak berpihak pada kepentingan rakyat banyak dan
mengabaikan nilai-nilai keadilan (hal. 96). Memang krismon sejak tahun 199
telah meruntuhkan hegemoni pengusaha konglomerat, namun agaknya terlalu
prematur untuk menyimpulkan bahwa otomotis kemudian diterima paradigma
baru ekonomi kerakyatan yang lebih menekan-kan pada tuntutan akan sistem
ekonomi yang demokratis dan lebih berkeadilan (hal. 98). Benarkah bila kita
menerapkan ekonomi kerakyatan atau SEP secara konsisten maka krisis
multidimensi selama ini dengan sendirinya akan berakhir?

Tawaran SEP dengan fokus ekonomi kerakyatan memang menarik. Namun,


pilihan akan sistem ekonomi yang pas bagi Indonesia menuntut dilakukannya

11
c

kajian mendalam mengenai struktur pengambilan keputusan,mekanisme informasi


dan koordinasi ditentu-kan oleh pasar ataukah perencanaan, bagai-mana hak-hak
milik diatur, dan sistem insentif. Selain itu, dalam perbandingan sistem ekonomi
diperlukan kajian mengenai hasil akhir dari sistem ekonomi yang kita anut, yang
meliputi: pertumbuhan ekonomi, efisiensi, dis-tribusi pendapatan, stabilitas, dan
tercapainya tujuan-tujuan pembangunan (Gregory & Stuart, 199: bab 1-). Ini
barangkali dimensi yang belum dikupas secara mendalam dalam buku ini.

Kendati demikian, melihat materi dan isyu yang dibahas, buku ini amat
tepat dianjurkan untuk menjadi acuan mata kuliah Perban-dingan Sistem
Perekonomian. Ini terbukti dari upaya Mubyarto untuk menganalisis berbagai
sistem ekonomi yang berada di ³persimpangan jalan´ saat ini. Untuk mata kuliah
Ekonomi Indonesia juga bermanfaat sebagai suplemen yang berharga. Setidaknya
ini terlihat dari kajian mengenai ekonomi Indonesia terutama pada periode krisis
multidimensional.
UPAYA PENINGKATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
   
 S
    !"  #$
 $ 

Pertumbuhan ekonomi yang tercermin, antara lain, dari proses meningkatnya
pendapatanper kapita, pada gilirannya menyebabkan naiknya tingkat tabungan
nasional, penerimaanpemerintah terutama dari pajak, dan berubahnya pola
pengeluaran konsumsi masyarakat.Sementara itu peningkatan pendapatan per
kapita, penerimaan pemerintah, dan tingkat tabungannasional memungkinkan
berlangsungnya peningkatan kapasitas produksi baik berupa kapasitasproduksi
secara fisik, misalnya sarana dan prasarana produksi, maupun kapasitas produksi
dalambentuk makin tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas.
Meningkatnya kapasitasproduksi secara fisik tersebut terutama terjadi karena
meningkatnya investasi baik yang dilakukanoleh masyarakat maupun pemerintah
sebagai akibat dari naiknya tingkat tabungan masyarakatdan pemerintah.
Demikian pula dengan meningkatnya kapasitas produksi dalam sumber daya
manusia, tercermin dari peningkatan tingkat keterampilan, pendidikan, kesehatan,
dan penguasaan teknologi para pekerja, dimungkinkan karena makin banyaknya


c

sarana dan prasarana pendidikan baik yang dapat disediakan oleh pemerintah
maupun yang dibiayai oleh masyarakat. Interaksi antara peningkatan kapasitas
produksi, sebagai akibat terjadinya investasi dalam bentuk fisik dan sumber daya
manusia, di satu pihak dan berubahnya pola konsumsi masyarakat seiring dengan
meningkatnya pendapatan per kapita di lain pihak, pada gilirannya menyebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur produksi dan ketenagakerjaan. Tegasnya
struktur produksi dan ketenagakerjaan bergeser ke arah makin besarnya kontribusi
sektor non pertanian, terutama industri pengolahan dan jasa, sedangkan kontribusi
sektor pertanian cenderung menurun. Pada giliran selanjutnya perubahan dalam
struktur produksi tersebut juga tercermin pada struktur barang dan jasa yang
diperdagangkan antar negara.
  $    

Untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok
penduduk berpendapatan rendah perlu dikembangkan jaring pengaman sosial
yang meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau,
mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada tingkat
sebelum krisis dan penanganan pengangguran dalam upaya mempertahankan daya
beli kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Dalam kaitan ini berbagai
langkah penyesuaian telah dilakukan untuk menambah alokasi anggaran rutin
(untuk subsidi), mempertajam prioritas alokasi dan meningkatkan efisiensi
anggaran pembangunan. Hal ini dilakukan melalui peninjauan kembali terhadap
program dan kegiatan proyek pembangunan, antara lain, dengan : %& menunda
proyek-proyek dan kegiatan pembangunan yang belum mendesak; '& melakukan
realokasi dan menyediakan tambahan anggaran untuk memperkuat jaring
pengaman sosial di bidang pendidikan dan kesehatan; (& memperluas penciptaan
kerja dan kesempatan kerja bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, yang
dikaitkan dengan peningkatan produksi bahan makanan serta perbaikan dan
pemeliharaan prasarana ekonomi, misalnya jalan dan irigasi, yang dapat
memperlancar kegiatan ekonomi; dan )& memperbaiki sistem distribusi agar
berfungsi secara penuh dan efisien yang sekaligus meningkatkan partisipasi
peranan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi. Sebagai akibat dari peninjauan

1
c

kembali seluruh program dan kegiatan proyek pembangunan, total anggaran


dalam revisi APBN untuk sektor pertanian, pengairan, perdagangan dan
pengembangan usaha, pembangunan daerah, pendidikan, kesehatan, perumahan
dan permukiman, dalam tahun anggaran 1998/99 tidak hanya mengalami
peningkatan yang cukup besar dibandingkan dengan APBN-nya, tapi secara riil
juga lebih besar dari realisasi anggaran pembangunan tahun 199 /98, sedangkan
alokasi anggaran pembangunan untuk sektor lainnya secara riil mengalami
penurunan. Implikasi dari pelaksanaan program jaring pengaman sosial yang
disertai langkah penyesuaian untuk mempertajam prioritas alokasi dan
peningkatan efisiensi anggaran pembangunan, pemerintah tidak dapat
menghindari terjadinya defisit yang sangat besar, lebih kurang 8,u persen terhadap
PDB, dalam revisi APBN 1998/99. Hal ini disebabkan oleh karena penerimaan
dalam negeri dalam situasi kontraksi PDB serta menurunnya harga migas di pasar
internasional sangat sulit untuk dapat ditingkatkan, walaupun sudah termasuk
adanya divestasi dalam BUMN. Pemerintah sangat menyadari bahwa defisit
APBN sebesar 8,u persen terhadap PDB tidak g g, itulah sebabnya akan
diupayakan untuk menurunkannya minimal menjadi setengahnya pada tahun
1999/000 dan mengembalikan anggaran menjadi berimbang dalam jangka waktu
 tahun. Sehubungan dengan ini akan terus dikaji langkah-langkah untuk
menetapkan pemberian subsidi yang lebih tepat dan pelaksanaan program lain
dalam kerangka jaring pengaman sosial. Pemantauan dan evaluasi program
penciptaan lapangan kerja serta program di bidang pendidikan dan kesehatan akan
terus disempurnakan agar dapat dipastikan bahwa yang memperoleh manfaat
terutama adalah penduduk miskin. Di samping itu peningkatan kinerja penerimaan
negara dan manajemen pengeluaran negara akan merupakan unsur terpenting
dalam upaya menekan defisit anggaran. Dalam kaitannya dengan upaya
memperkuat manajemen pengeluaran, akan disusun kerangka prioritas dalam
pengeluaran negara yang lebih jelas, persiapan penyusunan anggaran yang lebih
efisien, kontrol manajemen kas, serta penyusunan laporan yang komprehensif,
akurat dan tepat waktu.

10
c

Pemulihan perekonomian Indonesia sangat tergantung atas keberhasilan


upayamenyehatkan kembali sistem perbankan. Langkah-langkah yang telah dan
akan ditempuh dalamrangka mendukung pemulihan ekonomi, membangun
kembali sistem perbankan yang sehat, danmemulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap perbankan, antara lain, meliputi : %& pemberianjaminan pembayaran
kepada deposan dan kreditur; '& pembentukan Badan Penyehatan
PerbankanNasional (BPPN) yang bertugas untuk melakukan restrukturisasi bank-
bank yang kurang atautidak sehat; (& melakukan ˜  ˜ 
 terhadap 6 bank
yang diambil alih pengelolaannya danterhadap bank-bank lainnya; dan )&
menyusun RUU perbankan yang akan mengatur kembaliketentuan mengenai
rahasia bank, pengawasan, pemilikan investor asing, dan kedudukan BPPNserta
bank sentral.

1u
c

© 
S 

Alfian, 1991, "Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Politik", dalam


Oetojo Oesman dan Alfian (penyunting), S    !     
"   " x " 
 "  "   , BP
Pusat, Jakarta.

Basalim, U, 1990, "Konglomerat: Aset atau Beban Nasional?", S !  ,


Jurnal Tahunan CIDES, no. 1, h. 119-100.

Budiman, A., 1989,   S     S  !    !    
!  , PT Gramedia, Jakarta,.

Gregory, P.R. dan R.C. Stuart, 199, #   $   


, edisi ke-0,
Houghton Mifflin Company, Boston,.

Kuncoro, M., 000, '    S%     x ,


UPP AMP YKPN, Yogyakarta,.

-----------, 199, "Indonesia Menjelang Tahun 000: Sebuah Renungan",


&  #!, tahun XXII, no., Maret-April.

----------, 199 ,     !     x       


!  , PT Widya Sarana Informatika, Yogyakarta.

Kuncoro, M. dan Anggito A., 199u, "Struktur dan Kinerja Industri Indonesia
dalam Era Deregulasi dan Debirokratisasi", x  '(    ) $  

" *$ +,, no.10/IV/199u.

Kwik, K.G. dan B.N. Marbun (penyunting), 1996,   


x   , cetakan ke-6, Pustaka Sinar harapan, Jakarta.

------------, 1990, &       S    !  , PT Gramedia Pustaka


Utama & STIE IBII, Jakarta.

Mubyarto dan Boediono (penyunting), 1981,     S , BPFE,


Yogyakarta.

Mubyarto, 1988,       S , LPES, Jakarta.

16
c

------------, 000.     , BPFE, Yogyakarta.

Rice, R.C, 198, "The Origins of Basic Economic Ideas and Their Impact on
'New Order' Policies", "   !        , vol. XIX,
no., Agustus, h. 60-8.

Salim, E. 19 9, "Ekonomi Pancasila", S , Mei.

Sjahrir, 198 , x - %x     ! , LPES,


Jakarta.

Swasono, S. E. 199, "Demokrasi Ekonomi Sekali Lagi Restrukturisasi dan


Reformasi Ekonomi", dalam M. Rusli Karim dan Fauzie Ridjal (ed.),   
    ! S, PT Tiara wacana, Yogyakarta.

Wibisono, C., 1989, "Anatomi dan Profil Konglomerat Bisnis Indonesia",


   )+ !  , Desember

1
c

18

Anda mungkin juga menyukai