Anda di halaman 1dari 3

Pengharaman Babi

Kategori Fiqh dan Muamalah | 16-12-2008 | 24 Komentar

Hati-Hati Daging Babi

Allah telah mengharamkan makanan dan hewan-hewan yang jelek, karena makanan
memiliki pengaruh terhadap akhlak dan tabiat seseorang. Harta dan makanan yang halal
dan baik akan menumbuhkan darah dan daging yang baik, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memilih dan memilah harta dan makanan untuk diri
kita, anak dan keluarga kita, jangan sampai memakan barang dan makanan yang haram,
baik berupa daging ataupun yang lainnya.

Apalagi dewasa ini orang-orang sudah banyak yang tidak peduli dengan hal-hal tersebut,
sebagaimana Rasulullah telah isyaratkan dalam sabdanya:

َ َ‫الحالَ ِل أَ ْم ِمن‬
َ ‫ان الَ يُبَالِي ْال َمرْ ُء َما أَ َخ َذ ِم ْنهُ؛ أَ ِمن‬ ْ
‫الح َر ِام؟‬ ِ َّ‫!يَأتِي َعلَى الن‬
ٌ ‫اس َز َم‬

“Akan datang kepada manusia suatu zaman (ketika itu) seorang tidak lagi peduli dengan
apa yang dia dapatkan, apakah dari yang halal atau haram?!” (HR. Bukhari: 2059)

Sehingga sangat perlu pengetahuan yang cukup untuk dapat memilih dan memilah-milah
hewan yang diperbolehkan dimakan.

Di antara hewan yang diharamkan untuk dimakan adalah babi dan ini sudah merupakan
kesepakatan kaum muslimin, sebab pelarangan memakan daging babi sudah dijelaskan
dalam Al-Qur’an dan Sunnah, di antaranya:

‫اغ َوالَ عَا ٍد فَال إِ ْث َم َعلَ ْي ِه إِ َّن هّللا َ َغفُو ٌر‬ ُ


ٍ َ‫ير َو َما أ ِه َّل بِ ِه لِ َغي ِْر هّللا ِ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغي َْر ب‬ ِ ‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ‬
ِ ‫نز‬
‫َّحي ٌم‬
ِ ‫ر‬

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan
binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.” (QS. Al Baqarah: 173)

Firman-Nya:

‫ير َو َما أُ ِه َّل لِ َغي ِْر هّللا ِ بِ ِه‬


ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َو ْال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫ُح ِّر َم‬

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang
disembelih atas nama selain Allah.” (QS. Al Maa’idah: 3)

Dan firman-Nya:

‫ير َو َما أُ ِه َّل ِل َغي ِْر هّللا ِ بِ ِه‬ ِ ‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َو ْال َّد َم َولَحْ َم ْالخ‬
ِ ‫َنز‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging
babi dan binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.” (QS. An Nahl:
115)

Demikian juga sabda beliau:

َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل إِ َّن هَّللا َ َح َّر َم ْال َخ ْم َر َوثَ َمنَهَا َو َح َّر َم ْال َم ْيتَةَ َوثَ َمنَهَا َو َح َّر َم ْال ِخ ْن ِز‬
‫ير‬ َ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ أَ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ُ‫َوثَ َمنَه‬

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan khamr dan hasil penjualannya dan
mengharamkan bangkai dan hasil penjualannya serta mengharamkan babi dan hasil
penjualannya.” (HR. Abu Daud)

Dengan demikian jelaslah haramnya daging babi dan seluruh anggota tubuhnya. (Ibnu
Hazm menandaskan hukum ini merupakan ijma’ dalam kitab Al Muhalla 7/390-430)

Hikmah Pengharamannya

Mayoritas para ulama menjelaskan bahwa sebab pengharaman babi adalah karena
najisnya berdasarkan firman-Nya:

ْ‫ير فَإِنَّهُ ِرجْ سٌ أَو‬ ِ ‫ط َع ُمهُ إِالَّ أَن يَ ُكونَ َم ْيتَةً أَوْ دَما ً َّم ْسفُوحا ً أَوْ لَحْ َم ِخ‬
ٍ ‫نز‬ ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬ َّ َ‫قُل الَّ أَ ِج ُد فِي َما أُوْ ِح َي إِل‬
َ ‫ي ُم َحرَّما ً َعلَى‬
ِ ‫ك َغفُو ٌر ر‬ َ َّ‫اغ َوالَ عَا ٍد فَإ ِ َّن َرب‬ ُ ‫هّللا‬ ُ ً
‫َّحي ٌم‬ ٍ َ‫فِسْقا أ ِه َّل لِ َغي ِْر ِ بِ ِه فَ َم ِن اضْ ط َّر َغ ْي َر ب‬

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu
yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu
kotor (najis)” (QS. Al An’aam: 145)

Sedangkan hikmah pengharamannya dijelaskan Syaikh Shalih Al Fauzan dalam


pernyataan beliau: “Ada yang diharamkan karena makanannya yang jelek seperti Babi,
karena ia mewarisi mayoritas akhlak yang rendah lagi buruk, sebab ia adalah hewan
terbanyak makan barang-barang kotor dan kotoran tanpa kecuali.” (Kitab Al Ath’imah
hal. 40)

Penulis Tafsir Al Manaar menyatakan: “Allah mengharamkan daging babi karena najis,
sebab makanan yang paling disukainya (makanan favoritnya) adalah kotoran dan ia
berbahaya pada semua daerah, sebagaimana telah dibuktikan dengan pengalaman serta
makan dagingnya termasuk sebab menularnya cacing yang mematikan. Ada juga yang
menyatakan bahwa ia memiliki pengaruh jelek terhadap sifat iffah (menjaga
kehormatan) dan cemburu (ghirah).” (Shohih Fiqh Sunnah, 2/339) Wallahu ta’ala
a’lam.

Menjual Daging Babi


Rasulullah sendiri menyatakan bahwa Allah mengharamkan babi dan harta hasil
penjualannya. Tentu saja hal ini menunjukkan pengharaman jual beli babi dan dagingnya
serta seluruh anggota tubuhnya walaupun sudah diusahakan untuk mengubahnya dalam
bentuk-bentuk lain, misalnya sebagai katalisator atau dicampur dengan daging lainnya.
Hal ini juga ditegaskan Rasulullah dalam sabdanya:

ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل عَا َم ْالفَ ْت‬


َ ‫ح َوهُ َو بِ َم َّكةَ إِ َّن هَّللا‬ َ ِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما أَنَّهُ َس ِم َع َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ َر‬
ُ‫ُطلَى بِهَا ال ُّسفُن‬ ْ ‫ير َواأْل َصْ ن َِام فَقِي َل يَا َرسُو َل هَّللا ِ أَ َرأَيْتَ ُشحُو َم ْال َم ْيتَ ِة فَإِنَّهَا ي‬
ِ ‫َو َرسُولَهُ َح َّر َم بَ ْي َع ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْيتَ ِة َو ْال ِخ ْن ِز‬
ْ ‫هَّللا‬ َّ
‫صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم ِع ْن َد َذلِكَ قَات ََل ُ اليَهُو َد‬ ‫هَّللا‬ َّ َ ِ ‫َويُ ْدهَنُ بِهَا ْال ُجلُو ُد َويَ ْستَصْ بِ ُح بِهَا النَّاسُ فَقَا َل اَل هُ َو َح َرا ٌم ث َّم قَا َل َرسُو ُل‬
‫هَّللا‬ ُ
ُ‫إِ َّن هَّللا َ لَ َّما َح َّر َم ُشحُو َمهَا َج َملُوهُ ثُ َّم بَاعُوهُ فَأ َ َكلُوا ثَ َمنَه‬

Dari Jabir bin Abdullah beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda pada tahun penaklukan Mekkah dan beliau waktu itu berada di Mekkah:
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan jual beli khamr, bangkai, babi dan patung-
patung.” Lalu ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah Apakah boleh (menjual) lemak
bangkai, karena ia dapat digunakan untuk mengecat perahu dan meminyaki kulit serta
dipakai orang untuk bahan bakar lampu?” Maka beliau menjawab: “Tidak boleh, ia
tetap haram.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi ketika
itu: “Semoga Allah memusnahkan orang Yahudi, sungguh Allah telah mengharamkan
lemaknya lalu mereka rubah bentuknya menjadi minyak kemudian menjualnya dan
memakan hasil penjualannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Walaupun pertanyaannya mengenai bangkai namun juga bersifat umum terhadap seluruh
yang haram dalam hadits tersebut dan yang lainnya.

Demikian, mudah-mudahan Allah menunjuki kaum muslimin ke jalan yang lurus.

***

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.


Artikel www.muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai