Anda di halaman 1dari 14

http://petanidesa.wordpress.

com/2007/02/07/cara-membuat-kompos-super/

Berikut ini cara pembuatan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk kompos yang berasal dari
sampah tanam-tanaman.dan sampah rumah tangga  Karena sampah tanam-tanaman dan sampah
rumah tangga kalau di biarkan akan menimbulkan penyakit, maka sampah tersebut akan di
jadikan Pupuk Kompos yang tadinya sampah sekarangf jadi pupuk.Inilah dia caranya  :
kumpulkan sampah  500 kg  yang organic dan non organic sampah rumah tangga, sampah
sampah ini di potong kecil-kecil baik secara manual maupun memakai  mesin pemcacah
sampah ,  sampah yang terpotong kecil dicampur dedak 1 kg hingga rata ,setelah itu masukkan
20 mm EM 4 yang merupakan bakteri Fermentasi dan di campur dengan 20 mm Molase dan air
tanah, air tanah mutlak diperlukan karena mempertahan kan mikroba yang diperlukan untuk
kesuburan tanaman , campuran bahan kimia tersebut dipercikkan kedalam sampah yang
bercampur dedak ,kelembaban sampah harus dijaga hingga mencapai 40 % kandungan air.
Setelah selesai sampah di masukkan kedalam karung selama 5 hari dengan kondisi suhu sampah
500° C setelah dua hari kemudian sudah terjadi Fermentasi dan pupuk kompos telah siap di
gunakan . Sampah harus terlindung dari hujan dan sengatan matahari jika di taruh dalam
ketinggian maksimal 40 cm maka sampah akan berubah jadi pupuk Kompos.

cara kedua

Proses Pembuatan Kompos


Pembuatan Pupuk Kompos

Pernahkah anda mendengar tentang pupuk kompos..? apa itu pupuk kompos..? Pupuk Kompos
sering didefinisikan sebagai suatu proses penguraian yang terjadi secara biologis dari senyawa-
senyawa organik yang terjadi karena adanya kegiatan mikroorganisme yang bekerja pada suhu
tertentu didalam atau wadah tempat pengomposan berlangsung.

Peningkatan produksi pertanian, tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia, seperti pupuk
buatan/anorganik dan pestisida. Penggunaan pupuk buatan/kimia dan pestisida saat ini oleh
petani kadang kala sudah berlebihan melebihi takaran dan dosis yang dianjurkan, sehingga
menggangu keseimbangan ekosistem, disamping itu tanah cendrung menjadi tandus, organisme-
organisme pengurai seperti zat-zat renik, cacing-cacing tanah menjadi habis, demikian juga
binatang seperti ular pemangsa tikus, populasi menurun drastis.

Pemakian pupuk pada waktu yang bersamaan (awal musim hujan) oleh petani, mengakibatkan
sering terjadi kelangkaan pupuk di pasaran, walaupun ada harganya sangat tinggi, sehingga
sebagian petani tidak sanggup membeli, akibatnya tanaman tidak dipupuk, produksi tidak
optimal. Perlu ada trobosan untuk mengatasi hal tersebut, salah satu diantaranya adalah
pembuatan pupuk organik (kompos).

Bahan Pembuatan Pupuk Organik/Kompos


Memanfatkan limbah pertanian, seperti jerami, daun-daunan, rumput, kulit kopi, serbuk gergaji,
bahan tersebut mudah didapat dan tersedia dilahan pertanian.

Kelebihan Pupuk Organik/Kompos


Kelebihan pupuk organik dari pupuk anorganik cukup banyak diantaranya : Bahan mudah
diperoleh (murah) ,pembuatan sangat mudah, pupuk organik adalah pupuk lengkap, pupuk
organik berfungsi juga memperbaiki kesuburan tanah, dapat tersimpan dalam tanah dengan
waktu yang lama, sedangkan pupuk anorganik bahkan cendrung sebaliknya.

Teknik Pembuatan Pupuk Organik/Kompos


1. Bahan

Hijauan/daun-daunan, rumput atau jerami 1 ton, pupuk kandang 200-300 kg, sekam padi 100-
200 kg, dedak/bekatul 50-100 kg, stater/bahan pengurai 0,2-0,5 liter, tetes tebu/gula 1-2 kg dan
air 300 - 500 liter (secukupnya)

2. Persiapan tempat

Sebaiknya dibuatkan lobang dengan ukuran 2 x 2,5 dengan kedalaman 40-60 cm, usahakan
tempatnya tidak terbuka atau kena sinar matahari langsung, seperti di bawah pohon sebaiknya
dibuatkan naungan/gubuk untuk mengindari sinar matahari langsung dan hujan.

3. Cara Pebuatan

Supaya proses pengomposan lebih cepat hijaun/daun-daunan, jerami dipotong-potong kurang


lebih 5-10 cm. tetes tebu/gula dan stater pengurai dilarutkan dengan air dalam ember/bak plastik
diaduk sampai merata, potongan-potongan hijauan/jerami dicampur dengan pupuk kandang,
dedak, sekam, serbuk gergaji dan limbah pertanian lainnya secara merata, siramkan larutan
secara perlahan-lahan kedalam adonan secara merata sampai kandungan air adonan mencapai
50%, bila adonan dikepal dengan tangan air tidak keluar dari adonan, bila kepalan dibuka maka
adonan akan megar, sewaktu pengadukan dan penyiraman langsung dimasukan kedalam lobang
yang sudah disiapkan, usahakan tumpukan bahan yang sudah diaduk tingginya tidak melebihi 60
cm dari permukaan tanah, tutup dengan terpal/plastik agar tidak terjadi penguapan, bisa juga
ditutup dengan lumpur seluruh permukaan, tancapkan bilah bambu sekitar 10-15 cm agar udara
luar masuk, sehingga proses pengomposan/fermentasi berjalan lebih cepat

4. Pemeriksaan/Pengamatan
Setelah 2-3 hari tumpukan diperiksa, dengan cara membuat lubang, kemudian dimasukan tangan,
apabila didalam tumpukan dirasa suhunya cukup tinggi maka dapat dipastikan proses
pengomposan sedang terjadi, kalau didalam tumpukan sehunya rendah, berarti tidak terjadi
proses pengomposan, untuk itu perlu diulangi penyiraman dengan larutan tetes tebu/gula dan
stater/pengurai, 2 atau 3 hari sekali tumpukan disiram, sesuai dengan keadaan/kelembaban, untuk
tumpukan yang memakai tutup terpal/plastik, setelah 6-7 hari perlu dilakukan pengadukan dan
disiram seperlunya agar terjadi sirkulasi udara, dengan demikian diharapkan mikroba akan
berkembang dan proses pengomposan lebih cepat, setelah 20-30 hari dilakukan pemeriksaan
kembali dengan cara memasukan tangan kedalam tumpukan, apabilia temperatur didalam
tumpukan suhunya menjadi turun, maka pengomposan sudah jadi dan siap panen, Apabila
tercium bau yang kurang enak dari dalam tumpukan menandakan proses pengomposan tidak
sempurna dan perlu diulangi kembali. Cara memeriksa lain yaitu dengan menusuk-nusuk
tumpukan dengan kayu/bambu, apabila tusukan lancar/tidak menyakut, maka pengomposan
berhasil dan siap dipakai.

Membuat kompos dan Pupuk Organik

KOMPOS: Dari Tanah Kembali Ke Tanah


Catatan: Bahan ini digunakan untuk menjelaskan kompos pada petani, pekebun, atau masyarakat
awam. Dibuat dengan bahasa yang lebih sederhana agar lebih mudah dipahami oleh petani.
Semoga bermanfaat.

Apa itu kompos?


Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya
sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang
lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang
sangat bermanfaat bagi tanaman.

Apa manfaat kompos?


Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Kompos memperbaiki sifat fisik dan kimia
tanah. Kompos akan mengembalikan kesuburan tanah. Tanah keras akan menjadi lebih gembur.
Tanah miskin akan menjadi subur. Tanah masam akan menjadi lebih netral. Tanaman yang
diberi kompos tumbuh lebih subur dan kualitas panennya lebih baik daripada tanaman tanpa
kompos.

Apa saja yang bisa dibuat kompos?


Pada prinsipnya semua bahan yang berasal dari mahluk hidup atau bahan organik dapat
dikomposkan. Seresah, daun-daunan, pangkasan rumput, ranting, dan sisa kayu dapat
dikomposkan. Kotoran ternak, binatang, bahkan kotoran manusia bisa dikomposkan. Kompos
dari kotoran ternak lebih dikenal dengan istilah pupuk kandang. Sisa makanan dan bangkai
binatang bisa juga menjadi kompos. Ada bahan yang mudah dikomposkan, ada bahan yang agak
mudah, dan ada yang sulit dikomposkan. Sebagian besar bahan organik mudah dikomposkan.
Bahan yang agak mudah alias agak sulit dikomposkan antara lain: kayu keras, batang, dan
bambu. Bahan yang sulit dikomposkan antara lain adalah kayu-kayu yang sangat keras, tulang,
rambut, tanduk, dan bulu binatang.

Mengapa harus dikomposkan terlebih dahulu?


Tanaman tidak dapat menyerap hara dari bahan organik yang masih mentah, apapun bentuk dan
asalnya. Kotoran ternak yang masih segar tidak bisa diserap haranya oleh tanaman. Apalagi sisa
tanaman yang masih segar bugar juga tidak dapat diserap haranya oleh tanaman. Kompos yang
‘setengah matang’ juga tidak baik untuk tanaman. Bahan organik harus dikomposkan sampai
‘matang’ agar bisa diserap haranya oleh tanaman. Prinsipnya adalah tanaman menyerap hara dari
tanah, oleh karena itu harus dikembalikan menjadi tanah dan diberikan ke tanah lagi.

Bagaimana cara membuat kompos yang cepat, mudah, dan murah?


Membuat kompos sangat mudah. Secara alami bahan organik akan mengalami pelapukan
menjadi kompos, tetapi waktunya lama antara setengah sampai satu tahun tergantung bahan dan
kondisinya. Agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat perlu perlakuan tambahan.
Pembuatan kompos dipercepat dengan menambahkan aktivator atau inokulum atau biang
kompos. Aktivator ini adalah jasad renik (mikroba) yang bekerja mempercepat pelapukan bahan
organik menjadi kompos. Bahan organik yang lunak dan ukurannya cukup kecil dapat
dikomposkan tanpa harus dilakukan pencacahan. Tetapi bahan organik yang besar dan keras,
sebaiknya dicacah terlebih dahulu. Aktivator kompos harus dicampur merata ke seluruh bahan
organik agar proses pengomposan berlangsung lebih baik dan cepat.
Bahan yang akan dibuat kompos juga harus cukup mengandung air. Air ini sangat dibutuhkan
untuk kehidupan jasad renik di dalam aktivator kompos. Bahan yang kering lebih sulit
dikomposkan. Akan tetapi kandungan air yang terlalu banyak juga akan menghambat proses
pengomposan. Jadi basahnya harus cukup. Bahan juga harus cukup mengandung udara. Seperti
halnya air, udara dibutuhkan untuk kehidupan jasad renik aktivator kompos.
Untuk melindungi kompos dari lingkungan luar yang buruk, kompos perlu ditutup. Penutupan ini
bertujuan untuk melindungi bahan/jasad renik dari air hujan, cahaya matahari, penguapan, dan
perubahan suhu.
Bahan didiamkan selama beberapa waktu hingga kompos matang. Lama waktu yang dibutuhkan
antara 2 minggu sampai 6 minggu tergantung dari bahan yang dikomposkan. Bahan-bahan yang
lunak dapat dikomposkan dalam waktu yang singkat, 2 – 3 minggu. Bahan-bahan yang keras
membutuhkan waktu antara 4 – 6 minggu. Ciri kompos yang sudah matang adalah bentuknya
sudah berubah menjadi lebih lunak, warnanya coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan
mudah dihancurkan/remah.

Bagaimana cara penggunaan kompos?


Kompos yang sudah matang dapat langsung digunakan untuk tanaman. Tidak ada batasan baku
berapa dosis kompos yang diberikan untuk tanaman. Secara umum lebih banyak kompos
memberikan hasil yang lebih baik. Tetapi jika kompos akan digunakan untuk pembibitan atau
untuk tanaman di dalam pot/polybag, kompos harus dicampur tanah dengan perbandingan satu
bagian kompos : tiga bagian tanah.
Kompos dapat diberikan sebagai satu-satunya sumber hara tambahan atau lebih dikenal dengan
istilah pertanian organik. Kompos yang diberikan sebaiknya dalam jumlah yang cukup, agar
tanaman dapat tumbuh lebih baik. Kompos juga bisa diberikan bersama-sama dengan pupuk
kimia buatan. Pupuk kimia dapat dikurangi sebagian dan digantikan dengan penambahan
kompos.
Kompos dapat diberikan ke tanaman apa saja, mulai dari tanaman pertanian, holtikultura,
perkebunan, tanaman hias, buah-buahan, sayuran, dan kehutanan. Misalnya untuk tanaman: padi
sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kacang, kol, kentang, karet, kopi, sawit, kakao, tebu,
aglonema, gelombang cinta, mangga, akasia, dan lain-lain.
link: http://isroi.wordpress.com/2008/11/1...nah/#more-1140

Kompos Jerami

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah menemukan bahwa kandungan bahan
organik di sebagian besar sawah di P Jawa menurun hingga 1% saja. Padahal kandungan bahan
organik yang ideal adalah sekitar 5%. Kondisi miskin bahan organik ini menimbulkan banyak
masalah, antara lain: efisiensi pupuk yang rendah, aktivitas mikroba tanah yang rendah, dan
struktur tanah yang kurang baik. Akibatnya produksi padi cenderung turun dan kebutuhan pupuk
terus meningkat. Solusi mengatasi permasalah ini adalah dengan menambahkan bahan
organik/kompos ke lahan-lahan sawah. Kompos harus ditambahkan dalam jumlah yang cukup
hingga kandungan bahan organik kembali ideal seperti semula. Link :
http://isroi.wordpress.com/2008/02/2...h-murah-cepat/

Last edited by Lihatlah; 19th November 2008 at 09:44..

Pupuk

Pupuk Organik, Pupuk Hayati, dan Pupuk Kimia

Banyak orang yang sering salah presepsi dalam menggunakan pupuk kimia, pupuk hayati dan
pupuk organik. Pupuk organik dan pupuk hayati seringkali disamakan dengan pupuk kimia.
Padahal pupuk-pupuk ini sebenarnya berbeda sama sekali. selanjutnya di link:
http://isroi.wordpress.com/2008/02/2...n-pupuk-kimia/

Membuat pupuk Effective Microorganisme atau EM

Pupuk EM adalah pupuk organik yang dibuat melalui proses fermentasi menggunakan bakteri
(microorganisme). Sampah organik dengan proses EM dapat menjadi pupuk organik yang
bermanfaat meningkatkan kualitas tanah.

Beriikut langkah-langkah pembuatan pupuk menggunakan EM :

Pembuatan bakteri penghancur (EM).

Bahan-bahan :

* Susu sapi atau susu kambing murni.


* Isi usus (ayam/kambing), yang dibutuhkan adalah bakteri di dalam usus.
* Seperempat kilogram terasi (terbuat dari kepala/kulit udang, kepala ikan) + 1 kg Gula pasir
(perasan tebu) + 1 kg bekatul + 1 buah nanas + 10 liter air bersih.

Alat-alat yang diperlukan :

Panci, kompor dan blender/parutan untuk menghaluskan nanas.

Cara pembuatan :

* Trasi, gula pasir, bekatul, nanas (yang dihaluskan dengan blender) dimasak agar bakteri lain
yang tidak diperlukan mati.
* Setelah mendidih, hasil adonannya didinginkan.
* Tambahkan susu, isi usus ayam atau kambing.
* Ditutup rapat. Setelah 12 jam timbul gelembung-gelembung.
* Bila sudah siap jadi akan menjadi kental/lengket.

Perlu diperhatikan susu jangan yang sudah basi karena kemampuan bakteri sudah berkurang.
Sedangkan kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau hasil proses bakteri. Link:
http://petanidesa.wordpress.com/2007...roorganism-em/

Cara Pembiakan Bakteri

Untuk menghemat biaya, bibit bakteri EM4 yang dibeli di toko atau koperasi Saprotan dapat
dikembangbiakkan sendiri, sehingga kebutuhan pupuk organik untuk luas lahan yang ada dapat
dipenuhi. Adapun prosedur pembiakan bakteri EM4 adalah sebagai berikut:

Bahan dan Komposisi:

1 liter bakteri
3 kg bekatul (minimal)
¼ kg gula merah/gula pasir/tetes tebu (pilih salah satu)
¼ kg terasi
5 liter air
Alat dan Sarana:

Ember
Pengaduk
Panci pemasak air
Botol penyimpan
Saringan (dari kain atau kawat kasa)
Cara Pembiakan:

Panaskan 5 liter air sampai mendidih.


Masukkan terasi, bekatul dan tetes tebu/gula (jika memakai gula merah harus dihancurkan dulu),
lalu aduk hingga rata.
Setelah campuran rata, dinginkan sampai betul-betul dingin! (karena kalau tidak betul-betul
dingin, adonan justru dapat membunuh bakteri yang akan dibiakkan).
Masukkan bakteri dan aduk sampai rata. Kemudian ditutup rapat selama 2 hari.
Pada hari ketiga dan selanjutnya tutup jangan terlalu rapat dan diaduk setiap hari kurang lebih 10
menit.
Setelah 3-4 hari bakteri sudah dapat diambil dengan disaring, kemudian disimpan dalam botol
yang terbuka atau ditutup jangan terlalu rapat (agar bakteri tetap mendapatkan oksigend ari
udara).
Selanjutnya, botol-botol bakteri tersebut siap digunakan untuk membuat kompos, pupuk cair
maupun pupuk hijau dengan komposisi campuran seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
Catatan: Ampas hasil saringan dapat untuk membiakkan lagi dengan menyiapkan air kurang
lebih 1 liter dan menambahkan air matang dingin dan gula saja.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007...iakan-bakteri/

Cara Membuat Pupuk Cair Organik

Bahan dan Alat:

1 liter bakteri
5 kg hijau-hijauan/daun-daun segar (bukan sisa dan jangan menggunakan daun dari pohon yang
bergetah berbahaya seperti karet, pinus, damar, nimba, dan yang sulit lapuk seperti jato, bambu,
dan lain-lainnya)
0,5 kg terasi dicairkan dengan air secukupnya
1 kg gula pasir/merah/tetes tebu (pilih salah satu) dan dicairkan dengan air
30 kg kotoran hewan
Air secukupnya
Ember/gentong/drum yang dapat ditutup rapat
Cara Pembuatan:

Kotoran hewan dan daun-daun hijau dimasukkan ke dalam ember.


Cairan gula dan terasi dimasukkan ke dalam ember.
Larutkan bakteri ke dalam air dan dimasukkan ke dalam drum, kemudian ditutup rapat.
Setelah 8-10 hari, pembiakan bakteri sudah selesai dan drum sudah dapat dibuka.
Saring dan masukkan ke dalam wadah yang bersih (botol) untuk disimpan/digunakan.
Ampas sisa saringan masih mengandung bakteri, sisakan sekitar 1 sampai 2 liter, tambahkan air,
terasi, dan gula dengan perbandingan yang sama. Setelah 8-10 hari kemudian bakteri sudah
berkembang biak lagi dan siap digunakan. Demikian seterusnya.
Kegunaan:

Mempercepat pengomposan dari 3-4 bulan menjadi 30-40 hari.


Dapat digunakan langsung sebagai pupuk semprot, apabila tanah sudah diberi kompos (subur),
tetapi apabila tanah kurang subur/tandus, penggunaan langsung sebagai pupuk tidak dianjurkan.
Pupuk cair (larutan bakteri) ini tidak diperbolehkan untuk dicampur dengan bakteri lain,
terutama bahan kimia atau bahan untuk pestisida lainnya seperti tembakau.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007...-cair-organik/

Cara Membuat Pupuk Hijau Organik

Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses
dengan bantuan bakteri.

Bahan dan Komposisi:

200 kg hijau daun atau sampah dapur.


10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:

Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.


Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk
hingga rata.
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai
rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.
Link: http://petanidesa.wordpress.com/2007...hijau-organik/

Mudah2an Bermanfaat buat kita semua.

Last edited by Lihatlah; 19th November 2008 at 09:49..


Pupuk Bokashi Versus Kompos
OLEH: WAYAN NITA
Sebelum dikenalnya penggunaan pupuk kimia oleh petani, kompos lebih dulu populer. Seiring
dengan perkembangan teknologi kompos pun terpinggirkan. Banyaknya permintaan hasil produksi
pertanian menuntut petani mengolah lahan lebih cepat. Petani tidak mau lagi menggunakan kompos
sebagai pupuk tanamannya. Selain lama penampakan hasil aplikasi pada tanaman juga karena
semakin sulitnya mendapatkan bahan organik.
Kompos merupakan pupuk organik yang mempunyai banyak keunggula dibanding pupuk kimia.
Setelah ditemukannya teknologi EM yang juga berbahan organik maka sempurnalah kandungan
pupuk organik Bokashi. Meskipun sama-sama menggunakan bahan organik sebagai bahan dasar
pembuatan pupuk organik. Tapi Bokashi lebih unggul dibangdingkan dengan kompos. Karena
Bokashi diolah dengan menggunakan teknologi EM sedangkan kompos tidak.
Bila kita lihat perbandingan antara Bokashi dan kompos, kandungan hara pada Bokashi lebih
tinggi, periode proses pada tanaman lebih cepat, pengaruh terhadap tanah sempurna, energi yang
hilang rendah dan populasi mikroorganisme dalam tanah lebih sempurna dibanding kompos.
Keunggulan tersebut disebabkan karena selain menggunakan bahan organik, juga ada campuran
Molasse (tetes tebu)/larutan gula merah dan kandungan mikroorganisme dalam EM4 yang lengkap.
Dalam pembuatan Bokashi, dapat dilakukan secara aerob maupun anaerob. Bahan yang digunakan
sama, yaitu Molasse(Tetes tebu), EM4 dan bahan organik (jerami, sekam padi dan dedak halus).
Yang berbeda adalah dalam proses fermentasinya. Bokashi anaerob setelah adonan (bahan organik
disiram larutan EM+Molasse+Air sampai kandungan air 40%) dicampur rata kemudian
dimasukkan kedalam drum plastik atau karung atau kantong plastik. Diamkan selama 7 hari dan di
hari ke-8 adonan telah siap ditebarkan. Bokashi siap dipakai bila tercium aroma tape. Bokashi ini
ideal digunakan sampai dengan 6 bulan bila tersimpan dalam kondisi yang baik.
Bokashi aerob setelah adonan tercampur rata kemudian dihamparkan diatas ubin yang kering dan
ditutup dengan terpal atau karung goni. Dapat pula dimasukkan Diamkan selama 4-7 hari tetapi
setiap hari diaduk agar suhu tidak melebihi 40°C. Bokashi siap dipakai jika sudah tercium aroma
bau tape. Bokashi ini dapat dibuat dengan bermacam-macam komposisi bahan organiknya. Seperti
Bokashi pupuk kandang, Bokashi jerami, Bokashi arang sekam, Bokashi super dan Bokashi
Express. Bahan baku utama menggunakan EM4, Molasse, pupuk kandang, sekam padi dan dedak

Cara Lain Membuat Pestisida Organik


Bahan yang diperlukan :
- Tembakau 1 kg
- air 4 liter
- kapur barus 7 butir dihaluskan
Cara pembuatannya :
- Tembakau direndam dalam 4 liter air selama 2 (dua) hari.
- Campurkan kapur barus yang telah dihaluskan.
Cara implementasi :
- Setiap 2 – 3 sendok makan air hasil proses rendaman tembakau dan kapur barus dicampur
dengan air biasa 1 liter. – Semprotkan pada tanaman yang terserang hama/penyakit.

Daun Sirsak untuk atasi Thrips


Daun Sirsak (Nangka Belanda) ternyata dapat digunakan sebagai bahan pestisida organik untuk
mengendalikan Hama Thrips pada tanaman Cabai.

Caranya :

50 – 100 lembar daun sirsak dihaluskan (boleh pake blender) dan dicampur dengan 5 liter air
kemudian didiamkan selama sehari semalam, rendaman tersebut kemudian disaring dengan kain.

1 liter hasil saringan dapat dicampurkan dengan 1 tangki semprot ukuran 17 liter, dan gunakan
untuk menyemprot tanaman cabe, Thrips pun akan lenyap.

Selamat mencoba.

Eceng Gondok Pemersih Polutan Logam Berat


Harian Kompas memberitakan, Sungai Citarum serta Waduk Saguling dan Cirata di Kabupaten
Bandung tercemar logam berat. Dalam daging ikan mas dan nila yang hidup di waduk tersebut
ditemukan kandungan merkuri (Hg), tembaga (Cu), dan seng (Zn) dengan kadar yang cukup
membahayakan. Logam berat itu diketahui terkonsentrasi di perut, lemak, dan daging ikan.

Temuan ini diikuti dengan imbauan agar masyarakat berhati-hati mengonsumsi ikan air tawar.
Maklumlah, akumulasi logam berat di tubuh manusia, dalam jangka panjang, dapat
menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti penyakit minamata, bibir sumbing,
kerusakan susunan saraf, dan cacat pada bayi.

Aparat terkait mengaku bahwa mereka telah berupaya untuk mencegah pencemaran tersebut
dengan berbagai cara. Secara garis besar sebenarnya ada dua cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah dan mengatasi pencemaran perairan oleh logam berat, yaitu cara kimia dan biologi.

Cara kimia, antara lain dengan reaksi chelating, yaitu memberikan senyawa asam yang bisa
mengikat logam berat sehingga terbentuk garam dan mengendap. Namun, cara ini mahal dan
logam berat masih tetap berada di waduk meski dalam keadaan terikat.

UNTUNGLAH ada penanggulangan secara biologi yang bisa menjadi alternatif terhadap
mahalnya penanggulangan dengan cara kimia. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan
eceng gondok (Eichornia crassipes).
Eceng gondok selama ini lebih dikenal sebagai tanaman gulma alias hama. Padahal, eceng
gondok sebenarnya punya kemampuan menyerap logam berat. Kemampuan ini telah diteliti di
laboratorium Biokimia, Institut Pertanian Bogor, dengan hasil yang sangat luar biasa.

Penelitian daya serap eceng gondok dilakukan terhadap besi (Fe) tahun 1999 dan timbal (Pb)
pada tahun 2000.

Untuk mengukur daya serap eceng gondok terhadap Fe, satu, dua, dan tiga rumpun eceng
gondok ditempatkan dalam ember plastik berisi air sumur dengan tambahan 5 ppm FeSO>jmp
2008m<>kern 199m<>h 6024m,0<>w 6024m<4>jmp 0m<>kern 200m<>h 8333m,0<>w
8333m< dan HNO>jmp 2008m<>kern 199m<>h 6024m,0<>w 6024m<3>jmp 0m<>kern
200m<>h 8333m,0<>w 8333m< untuk menjaga keasaman.

Konsentrasi Fe diukur pada hari ke-0, 7, 14, dan 21 dengan menggunakan spektrofotometer
serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm. Hasilnya terlihat pada Tabel 1.

Dalam tabel itu bisa dilihat adanya penurunan kadar logam Fe secara signifikan pada hari ke-7.
Kadar logam Fe menurun 3,177 ppm (65,45 persen) untuk 1 rumpun eceng gondok, 3,511 ppm
(71,93 persen) untuk dua rumpun eceng gondok dan 3,686 ppm (74,47 persen) untuk tiga
rumpun eceng gondok.

Selanjutnya terlihat, semakin lama semakin banyak logam besi yang diserap. Pada hari ke-28,
konsentrasi Fe hampir mendekati 0 untuk perlakuan dua rumpun eceng gondok dan tiga rumpun
eceng gondok.

Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa pada hari ke-7, 14, dan 21, eceng gondok
memberikan respon nyata dalam menurunkan logam Fe untuk ketiga perlakuan. Namun, pada
hari ke-28 eceng gondok yang berjumlah 2-3 rumpun memberikan respon yang tidak berbeda
nyata dalam menurunkan logam besi.

PENELITIAN untuk melihat kemampuan eceng gondok menyerap timbal (Pb) dilakukan sebagai
berikut. Satu, tiga, lima rumpun eceng gondok ditempatkan di dalam ember plastik berisi air
sumur dan larutan Pb(NO3) sebesar 5 ppm. Konsentrasi Pb diukur ketika hari ke-0, 7, 14, 21,
dan 28 dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 217 nm. Hasilnya
sebagaimana tertera dalam Tabel 2.

Dari tabel tersebut terlihat, ada penurunan kadar logam Pb secara signifikan pada hari ke-7.
Kadar logam Pb menurun 5,167 ppm (96,4 persen) pada perlakuan satu rumpun eceng gondok,
menurun 5,204 ppm (98,7 persen) pada perlakuan tiga rumpun, dan menurun 6,019 ppm (99,7
persen) pada perlakuan lima rumpun dari konsentrasi hari ke-0.

Analisis pada hari-hari selanjutnya (hari ke-14, 21, dan 28) menunjukkan perubahan kadar Pb
tidak terlalu jauh dengan kadar logam Pb pada hari ke-7.

Eceng gondok terbukti mampu menurunkan kadar polutan Pb dan Fe. Oleh karena itu, diyakini
eceng gondok juga mampu menurunkan kadar polutan Hg, Zn, dan Cu yang mencemari Waduk
Saguling dan Cirata. Sebab, secara struktur kimia, atom Hg, Zn, dan Cu termasuk dalam
golongan logam berat bersama Pb dan Fe.

Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok dalam menyerap logam berat juga telah
dilakukan oleh para pakar. Widyanto dan Susilo (1977) melaporkan, dalam waktu 24 jam eceng
gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing
sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga
menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu
berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain.

Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok
secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun
hingga 51,85 persen.

SELAIN dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu
pestisida, contohnya residu 2.4-D dan paraquat.

Pada percobaan Chossi dan Husin (1977) diketahui eceng gondok mampu menyerap residu dari
larutan yang mengandung 0,50 ppm 2.4-D sebanyak 0,296 ppm dan 2,00 ppm 2.4-D sebanyak
0,830 ppm dalam waktu 96 jam.

Adapun paraquat yang diserap oleh eceng gondok dari dua kadar, yaitu 0,05 ppm dan 0,10 ppm
masing-masing adalah 0,02 ppm dan 0,024 ppm.

Dari hasil penelitian-penelitian itu dapat disimpulkan ternyata eceng gondok tidaklah sia-sia
dicipta oleh Tuhan Yang Maha Esa, apalagi sebagai pengganggu manusia. Eceng gondok dapat
dinyatakan sebagai pembersih alami perairan waduk atau danau terhadap polutan, baik logam
berat maupun pestisida atau yang lain.

MEMANG dilaporkan eceng gondok dapat tumbuh sangat cepat pada danau maupun waduk
sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi
fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses pendangkalan, bahkan
dapat menghambat kapal yang berlayar pada waduk.

Namun, apa arti sebuah danau yang bersih dari eceng gondok jika ternyata air dan ikan yang ada
di dalamnya tercemari polutan?

Bahkan, bila suatu danau polutan sangat tinggi dan tidak ada tanaman yang menyerapnya,
pencemaran dapat merembes ke air sumur dan air tanah di sekitar danau.

Agar danau bebas polusi namun pertumbuhan eceng gondoknya terkendali, tentu saja diperlukan
pengelolaan danau secara benar.

Untuk mengeliminasi gangguan eceng gondok, misalnya, caranya bisa dengan membatasi
populasinya. Pembatasan dapat dilakukan dengan membatasi penutupan permukaan waduk oleh
eceng gondok tidak lebih dari 50 persen permukaannya.
Akan jauh lebih baik lagi bila pembatasan populasi ini dilakukan dengan melibatkan masyarakat
sekitar. Sebab, dahan eceng gondok adalah serat selulosa yang dapat diolah untuk berbagai
keperluan, seperti barang kerajinan maupun bahan bakar pembangkit tenaga listrik.

Namun, masyarakat tidak disarankan untuk memberikan eceng gondok sebagai pakan pada
ternak karena polutan yang diserapnya bisa terakumulasi dalam dagingnya.

Masyarakat sekitar bisa diberi pelatihan mengenai pengolahan eceng gondok menjadi produk-
produk yang bernilai ekonomi, mulai dari anyaman dompet, tas sekolah, topi, bahkan juga
mebel.

Pengendalian populasi eceng gondok yang melibatkan masyarakat akan memberikan keuntungan
bagi pengelola waduk sekaligus masyarakat di sekitarnya. Pengelola waduk tidak perlu
mengeluarkan banyak tenaga untuk “memanen” eceng gondok karena tumbuhan air tersebut
akan “dipanen” sendiri oleh masyarakat.

Pengelola cukup membantu masyarakat untuk memasarkan hasil kerajinannya. Adapun


masyarakat jelas tidak hanya meningkat pendapatannya, tetapi juga hidup sehat karena terbebas
dari ancaman bahan makanan yang tercemar.

Bank Sampah Dibangun di Padang

PADANG, KOMPAS.com - Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta, Senin


(28/2/2011) meresmikan beroperasinya Bank Sampah Barokah As-salam di Perumahan Danau
Teduh, Kecamatan Lubuk Begalung, Kota Padang.

Lain dibanding bank lainnya yang menyimpan uang, Bank Sampah akan menyimpan dan
mengelola sampah dari nasabah, yang adalah rumah tangga setempat. Nasabah harus memilah
terlebih dulu jenis sampah kertas, plastik, atau botol. Sampah ini kemudian ditimbang dan
dilaporkan jumlahnya kepada teller untuk dicatat dalam rekening.

Nasabah Bank Sampah diberi kartu rekening tabungan yang mencantumkan nilai rupiah.
Penabung mendapat 80 persen dari nilai sampah dan Bank Sampah yang diinisiasi oleh LSM
Andalas Bumi Lestari mendapatkan 20 persen.

PT Semen Padang menyumbangkan 30 juta dan 100 zak semen untuk pendirian bank ini.
Menteri Lingkungan Hidup Gusti Hatta mengatakan program Bank Sampah ini merupakan
bagian dari kampanye pemerintah dalam penanganan sampah.

Ia menegaskan filosofi tradisional agar sampah dikumpulkan dan dibuang ke tempat pembungan
sampah hanya menimbulkan masalah baru. Lokasi pembuangan akhir menjadi muara yang
terbebani oleh kehadiran sampah yang volumenya berton-ton.
Tragedi Longsor di TPS Leuwigajah Jawa Barat pada 21 Februari 2005 yang menimbulkan
korban meninggal dunia sedikitnya 200 jiwa, menjadi pelajaran pahit bagi Indonesia yang masih
menerapkan "Buang Sampah pada Tempatnya".

Gusti Hatta mengatakan pengelolaan sampah yang benar adalah prinsip 3R (reduce, reuse, dan
recycle). "Penggunaan sampah/barang yang tidak berguna dikurangi. Gunakan kembali misalnya
plastik. Daur ulang sampah," ujarnya.

Dijelaskan Kementerian Lingkungan Hidup, program Bank Sampah merupakan program inovatif
sukses nyata dari penanggulangan sampah di Bantul, DI Yogyakarta. Program Bank Sampah ini
diharap dapat diterapkan di seluruh kota di Indonesia. Selain mengurangi beban lingkungan,
Bank Sampah akan meningkatkan penghasilan warga dengan memilah sampah rumah tangganya.

Hadir saat pendirian Bank Sampah, Sekda Sumbar Mahmuda Rifai dan Wakil Wali kota Padang
Mahyeldi serta warga setempat.

Sent Using Telkomsel Mobile Internet Service powered by

Cara Membuat Pupuk Hijau Organik


Pupuk Hijau: adalah pupuk organik yang terbuat dari sisa tanaman atau sampah yang diproses
dengan bantuan bakteri.

Bahan dan Komposisi:

200 kg hijau daun atau sampah dapur.


10 kg dedak halus.
¼ kg gula pasir/gula merah.
¼ liter bakteri.
200 liter air atau secukupnya.
Cara Pembuatan:

Hijau daun atau sampah dapur dicacah dan dibasahi.


Campurkan dedak halus atau bekatul dengan hijau daun.
Cairkan gula pasir atau gula merah dengan air.
Masukkan bakteri ke dalam air. Campurkan dengan cairan gula pasir atau gula merah. Aduk
hingga rata.
Cairan bakteri dan gula disiramkan pada campuran hijau daun/sampah+bekatul. Aduk sampai
rata, kemudian digundukkan/ditumpuk hingga ketinggian 15-20 cm dan ditutup rapat.
Dalam waktu 3-4 hari pupuk hijau sudah jadi dan siap digunakan.

http://petanidesa.wordpress.com/2007/02/03/cara-membuat-pupuk-hijau-organik/

Anda mungkin juga menyukai