Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN HIV / AIDS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perawatan HIV / AIDS

Oleh :
Kelompok II
1. Anna Mustikaningro
2. Erik Indawati
3. Vivi Minda Susanti
4. Ninik Hariyani

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA MITRA HUSADA
K E D I R I
2011
Nama : Erik Indawati
Nim :
Klas : IKP reguler E (SPK)
Tugas : Perawatan HIV/AIDS
Dosen : Joko Sutrisno M, Kes
ASUHAN GIZI PADA ODHA
1. Tujuan asuhan gizi
2. Paket asuhan gizi
3. Terapi gizi medis
4. Prinsip gizi medis pada Odha
5. Syarat diet
6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi
7. Kebutuhan zat gizi makro
8. Suplementasi zat gizi mikro
9. Keamanan makanan dan minuman
10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV
11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV
12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha
Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang terinfeksi
HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini berkaitan erat den
gan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral antara lain karena
hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan pada alat pencernaan, hi
langnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan gangguan metabolisme. Akibat g
angguan tersebut kesehatan umum mereka cepat menurun. Sekitar 97% Odha menunjukk
an kehilangan berat badan sebelum meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat
dihindarikan sebagai konsekuensi dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi
HIV mempunyai status gizi yang baik maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehin
gga memperlambat memasuki tahap AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis bagi Odha sangat penting bila mereka juga meng
konsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerap
an ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI dapat meny
ebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada saat lambung
kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga digunakan untuk
mengurangi efek samping ARV-OI.
Status gizi Odha sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan z
at gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan kekura
ngan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang gizi
yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap infeks
i lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang baik untuk Odh
a amat berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan HIV/AIDS.
1. Tujuan asuhan gizi
Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan kesehatan dan sta
tus gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas hidup akan lebih b
aik.
2. Paket asuhan gizi
Asuhan gizi bagi Odha dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket kegia
tan yang terdiri dari:
1. Pemantauan status gizi
2. Intervensi gizi
3. Konseling gizi
(1) Pemantauan status gizi
o Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah me
mpunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan dengan ca
ra:
a. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan selama 2 atau 3 hari
sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan asupan zat gizi serta mengetahui kemu
ngkinan potensi kekurangan zat gizi.
o b. Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui Indeks Massa T
ubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa
jauh terjadi kekurangan zat gizi makro seperti Kurang Energi Protein.
o c. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan Hb, albumin dan
prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan kadar zat gizi mikro da
lam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam folat, vit B12, vit A, dll.
Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah menderita anemia.
Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan penyakit ginjal d
an hati, untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan kadar albumi
n.
Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-enzim hati
, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat, vitamin B12 dan vitamin
A (retinol) dilakukan untuk mengetahui profil Lipid, fungsi hati kekurangan vita
min serta mineral dalam tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada fase aku
t infeksi HIV.
(2) Intervensi gizi
o Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya promo
tif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai profesi y
ang terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di rumah saki
t, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di rumah sakit,
pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan untuk menyeba
rluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status gizi yang optimal ag
ar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam stadium AIDS.
Pada Odha yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI terhad
ap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini dapat mempen
garuhi asupan gizi dan status gizi mereka.
(3) Konseling gizi
o Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan giz
i yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga, pendamp
ing Odha dan masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat l
ingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cuku
p, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV pada sta
tus gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta peny
usunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak dan cara pe
nyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis dan efek samping d
ari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan.
3. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan. Terap
i gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui.
Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein yang s
esuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek antioksidan yang
tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.
Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:
a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal
4. Prinsip gizi medis pada Odha
Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulu
t). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.
5. Syarat diet
Syarat diet pada orang dengan HIV:
a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati sepe
rti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama sayuran
dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten), zat besi
d. Minum susu setiap hari
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, p
ada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
i. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
Syarat diet pada pasien AIDS:
a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum dianjurkan
b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang menyertainya
d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah dipasteurisasi;
jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan susu kedelai
g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape, brem)
h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan disesuaikan
dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan saat lambung kosong, p
ada saat lambung harus penuh, atau diberikan bersama-sama dengan makanan
j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk mencegah mual)
k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare,
sarkoma, oral kandidiasis)
o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara
aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)
6. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi
• Anoreksi dan disfagia
Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini dapat disebabk
an oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu pasien AIDS sering
mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut. Keadaan tersebut m
emerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan kebutuhan asupan gizi pasien d
an cara pemberiannya.
• Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam tubuh seper
ti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat, terutam
a yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh yang hila
ng. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan tinggi kaliu
m dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.
• Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi CO2, den
gan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak mencukupi ke
butuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah, perlu diberikan m
akanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen). Pemberian makanan dapat
dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar aliran O2 ke paru lebih
optimal.
Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)
Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak. Dianjurkan
menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam lemak tak jenuh, sep
erti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu tambahan vitamin yang la
rut dalam lemak (A, D, E dan K).
• Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan kehilangan
cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering dengan j
umlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8 gelas/h
ari.
• Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari penyebabnya. Past
ikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila pasien tidak
dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang dianjurkan a
dalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil tapi serin
g serta padat kalori dan rendah serat.
7. Kebutuhan zat gizi makro
Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya mengko
nsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsums
i zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena p
eningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut.
Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/h
ari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan member
ikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari.
Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total ka
lori sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MC
T agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare.
Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penuruna
n berat badan yang drastis.
8. Suplementasi zat gizi mikro
Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-se
l dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingg
a terjadi suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusaka
n sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terj
adi lebih cepat.
Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mi
kro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung
vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada
Odha dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi oportunistik, pemberian Fe
dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsu
msi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari.
Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar berkon
sultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunit
as tubuh.
Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling
sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada pend
erita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang
mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengelua
ran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepa
njangan memerlukan penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk meng
anti kehilangan cairan tersebut.
9. Keamanan makanan dan minuman
Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat menimbulkan ri
siko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu diperhatikan hal-hal s
bb:
• Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa kemasan/kaleng untuk men
getahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma, tekstur, warna), periksa tanggal k
adaluwarsa dan buang makanan yang sudah kadaluwarsa
• Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam termasuk unggas
lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak dimasak dengan benar
• Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan
• Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk menghilangkan pestis
ida dan bakteri
• Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
• Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
• Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
• Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang sudah dimasa
k
• Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
• Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
• Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
• Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan sendiri
karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
10. Asuhan gizi pada ibu hamil dengan HIV
Pada prinsipnya pemberian asupan makanan pada ibu hamil dengan HIV sama dengan i
bu dengan HIV tidak hamil dengan menambah kalori dan protein sekitar 300-400 Kka
l/hari dan protein 15 gr/hari
11. Asuhan gizi pada bayi dari ibu dengan HIV
Pada prinsipnya ibu dengan HIV dianjurakn untuk tidak menyusui bayinya, untuk me
ncegah penularan HIV kepada bayinya melalui ASI. Oleh karena itu bayi diberikan
Pengganti Air Susu Ibu sesuai dengan anjuran dokter.
Namun dalam keadaan tertentu di mana pemberian PASI tidak memungkinkan dan bayi
akan jatuh ke dalam keadaan kurang gizi, ASI masih dapat diberikan dengan cara d
iperas dan dihangatkan terlebih dahulu pada suhu di atas 66°C untuk membunuh virus
HIV.
Rekomendasi terkait menyusui untuk ibu dengan HIV adalah sebagai berikut:
a. Menyusui bayinya secara eksklusif selama 4-6 bulan untuk semua ibu yang
tidak terinfeksi atau ibu yang tidak diketahui status HIV-nya.
b. Ibu dengan HIV-positif dianjurakn untuk tidak memberikan ASI dan sebaikn
ya memberikan susu formula (PASI) atau susu sapi atau kambing yang diencerkan.
c. Bila PASI tidak memungkinkan disarankan pemberian ASI eksklusif selama 4
-6 bulan kemudian segera dihentikan untuk diganti dengan PASI.
12. Bahan makanan Indonesia yang dianjurkan dikonsumsi Odha
Berbagai bahan makanan yang banyak didpatakan di Indonesia seperti tempe, kelapa
, wortel, kembang kol, sayuran dan kacang-kacangan, dapat diberikan dalam penata
laksanaan gizi pada Odha.
a. Tempe atau produknya mengandung protein dan Vitamin B12 untuk mencukupi
kebutuhan Odha dan mengandung bakterisida yang dapat mengobati dan mencegah diar
e.
b. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak sekaligus sebagai su
mber energi karena mengandung MCT (medium chain trigliseride) yang mudah diserap
dan tidak menyebabkan diare. MCT merupakan enersi yang dapat digunakan untuk pe
mbentukan sel.
c. Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat meningkatkan da
ya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk CD4. Vitamin E bersama dengan vitami
n C dan beta-karoten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akib
at perusakan oleh HIV pada sel-sel maka tubuh menghasilkan radikal bebas
d. Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan mencega
h defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan CD4
e. Sayuran hijau dan kacang-kacangan, mengandung vitamin neurotropik B1, B6
, B12 dan zat gizi mikro yang berguna untuk pembentukan CD4 dan pencegahan anemi
a
f. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat dikonsumsi sebagai maka
nan tambahan. Lemak tersebut dalam bentuk MUFA (mono unsaturated fatty acid) 63%
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LDL. Di samping itu juga men
gandung glutathion tinggi untuk menghambat replikasi HIV.
Sumber: Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi Odha: Bukuk ped
oman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya, diterbitkan oleh Direktorat Je
nderal Pemberantasa Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehat
an RI, 2003, halaman 108-117.

Nama : Vivi Minda Susanti


Nim : 08110636
Klas : IKP reguler E (SPK)
Tugas : Perawatan HIV/AIDS
Dosen : Joko Sutrisno, M.Kes
PEMERIKSAAN FISIK PADA ODHA
Ciri ciri penderita Aids
Berikut adalah ciri ciri penderita Aids yang bisa kita temukan ciri ciri penderi
ta Aids secara umum penderita AIDS sangatlah sulit untuk diketahui. Tidak ada ci
ri-ciri fisik khusus untuk penderita HIV, karena virus HIV menyerang kekebalan t
ubuh, ciri-ciri yang terlihat ya penyakit-penyakit umum.
Gejala fisik khas baru terlihat pada saat muncul infeksi opportunitis, infeksi y
ang mucul pada stadium HIV lanjut. Bentuknya juga tidak berbeda dengan orang yan
g terkena penyakit tersebut tapi bukan karena terkena HIV, macam TBC, sarkoma ka
posi, pembengkakan kelenjar getah bening dll. Untuk tahu pasti ya periksa darah
untuk mengetahui keberadaan virus HIV. Hampir semua lab umum bisa , tapi sebaikn
ya konsultasi dulu dengan dokter yang biasa menangani penderita HIV.
Beberapa gejala pada orang yang mungkin mengidap virus HIV
1. Pengidap AIDS akan terlihat lesu, tak bersemangat dan lemah. Rentan terh
adap segala macam penyakit.
2. Pada fase berat, penderita AIDS akan terlihat sangat kurus, pupil mata m
embesar, tak bertenaga dan akan terbaring lemah menunggu ajal.
Ciri-ciri penyakit HIV/AIDS adalah seseorang bisa mengalami penurunan imunitas a
tau daya tahan tubuh, hal ini bisa kita lihat seorang yang terinfeksi virus ters
ebut akan mudah sakit seperti flu yang lama sekali sembuhnya. Jika sudah stadium
lanjut akan menjadi sangat rentan sekali dia bisa mengalami komplikasi berbagai
penyakit. Seperti diare, infeksi saluran pernafasan, lepuh kulit, berat badan t
erus menurun sehingga penderita tampak kurus dan kering.
Saat ini pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita HIV ata
u tidak adalah pemeriksaan CD4 dan viral load. Seseorang dikatakan telah menderi
ta AIDS apabila terdapat infeksi HIV disertai infeksi oportunistik atau kanker t
erkait atau infeksi HIV dan CD4 kurang dari 200/dl. Setelah terinfeksi HIV, sese
orang akan menunjukkan gejala primer. Seperti, demam, nyeri otot, nyeri sendi, r
asa lemah, luka di kulit/mulut, pembesaran kelenjar getah bening, sakit kepala,
depresi, mual, muntah dan diare. Gejala-gejala ini berlangsung 2-6 minggu dan me
mbaik dengan atau tanpa pengobatan.
Selanjutnya, terjadi stadium tanpa gejala kurang lebih 5-10 tahun. Lalu, baru pe
rjalanan penyakit memasuki stadium AIDS bila telah terjadi demam lama, batuk, pe
nurunan berat badan, diare, sesak napas, penurunan kesadaran, gangguan penglihat
an disertai infeksi oportunistik seperti keputihan di mulut, tuberkulosis, radan
g paru P.carinii dan lainnya.
Seperti dikutip Menshealth.about.com, Kamis (10/6/2010) ketika seseorang terinfe
ksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau infeksi virus s
edang.Gejala dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mu
al, diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal p
aha.
Gejala-gejala ini hampir sama dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak or
ang yang terinfeksi HIV tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi hingga be
rtahun-tahun sehingga mencapai stadium lanjut.
Pusat pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan ada b
eberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan.
2. Batuk kering.
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari.
4. Kelelahan.
5. Diare yang lebih dari seminggu.
6. Kehilangan memori.
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
Salah satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan mengukur jumlah sel-sel darah
putih, karena biasanya seseorang dengan HIV akan memiliki jumlah sel darah putih
yang kecil. HIV bukan merupakan penyakit yang mudah untuk didiagnosis, ada dua
hal yang harus diperhatikan yaitu kenali gejala yang ada dan melakukan pemeriksa
an ke dokter.
Pemeriksaan fisik secara umum :
• Penampilan umum tampak sakit sedang, berat
• Tanda vital
• Kulit terdapat rush, steven jhonson
• Mata merah, icterik, gangguan penglihatan
• Leher: pembesaran KGB
• Telinga dan hidung; sinusitis berdengung
• Rongga mulut: candidiasis
• Paru: sesak, efusi pleura, otot Bantu
• Jantung: pembesaran jantung
• Abdomen: ascites, distensi abdomen, pembesaran hepar
• Genetalia dan rectum: herpes
• Neurologi: kejang, gangguan memori, neuropati.
Pemeriksaan berdasarkan gejala setiap stadium :
Gejala mayor
• Berat badan turun dalam 1 bulan lebih dari 10%
• Diare kronik lebih dari 1 bulan.
• Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
• Penurunan kesadaran dan gangguan neurologist.
• Dimensia
Gejala minor
• Batuk menetap lebih dari 1 bulan
• Dermatitis
• Adanya herpes zoster berulang
• Kandidiasis orofaringeal
• Herpes simplek kronik progresif
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur berulang pada alat kelamin
Manifestasi klinis
Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan
jumlah CD4
a. Infeksi retroviral akut
• Demam
• Pembesaran kelenjar
• Hepatoslenomegali
• Nyeri tenggorakan
• Mialgia
• Rast seperti morbili
b. Masa asimtomatik
• Pada masa ini pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dpt terjadi limfadenopati.
• Penurunan jumlah CD4 terjadi secara bertahap disebut window period.
c. Masa gejala dini
Pada masa ini CD 4 berkisar antara 100-300, gejala ini timbul akibat infeksi pne
umonia, kandidiasis vagina, sariawan herpes zoster, TB paru.
d. Masa gejala lanjut
CD4 dibawah 200, penurunan daya tahan tubuh yang lanjut ini menyebabkan resiko t
inggi terjadinya infeksi oportunistik
Korelasi komplikasi dengan CD4
> 500
• Sindroma retroviral akut
• Vaginitis candid
• Limfadenopati
• Sindrome gullain barree
• Miopati
• Meningitis
200-500
• Pnemonia
• TBC
• Herpes zoster
• Kandidiasis oroparing
• Neoplasma cervical
• ITP
< 200
• Pneumonia
• Dimensia
• Neuropati peripheral
• TBC milier dan ektra pulmonal
• Cardiomiopati
• Poliradikulopati
< 100
• Herpes simplek
• Toksoplasma gondii
• Esofagitis kandida
< 50
• Cytomegali virus
• Limfoma pada ssp

Nama : Ninik Hariyani


Nim :
Klas : IKP reguler E (SPK)
Tugas : Perawatan HIV/AIDS
Dosen : Joko Sutrisno,S.Kep.Ns, M.Kes
TEHNIK KONSELING HIV / AIDS
A. Pengertian Konseling
Konseling merupakan proses pemberian bantuan dari konselor kepada klien agar kli
en dapat memahami masalahnya dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah
.
B. Tujuan Konseling
• Membangun kemempuan untuk mengambil keputusan bijak dan realistik.
• Menuntun perilaku mereka dan mampu mengemban konsekuensinya.
• Memberikan iinformasi.
C. Prinsip Dasar Konseling
• Non diskriminatif.
• Proses belajar bersama.
• Tanpa prasangka.
• Setara.
• Rahasia.
• Sensitif pada kebutuhan klien.
• Dilandasi kejujuran dan tanggung jawab.
D. Tahapan Konseling
• Basa – basi (rapport).
• Penggalian masalah / pengumpulan data.
• Mendiskusikan alternatif solusi.
• Memilih solusi terbaik untuk klien.
• Penutup.

E. Perlu Dihindari
• Hanya menasehati.
• Bertanya secara interogatif.
• Memandang persoalan orang lain selalu sama dengan anda.
• Memandang enteng perasaan orang lain.
• Memberikan konseling terus berlangsung jika anda tidak paham persoalannya.
F. Teknik – Teknik Dasar Konseling
• Perilaku attending
• Empati.
• Refleksi.
• Eksplorasi.
• Menangkap pesan (Paraphrasing).
• Pertanyaan terbuka (Opened Question).
• Pertanyaan tertutup (Closed Question).
• Dorongan minimal (Minimal Encouragement).
• Interpretasi.
• Mengarahkan (Directing).
• Menyimpulkan sementara (Summarizing).
G. Prasyarat Konseling Yang Youth Friendly
• Konselor menjamin “ Privacy”.
• Tempat nyaman untuk melakukan konseling (ruangan & fasilitas, tenang dll)
• Sikap konselor terhadap klien.
H. Proses Pengambilan Keputusan
• Rasional / akal.
• Pertimbangan praktis.
• Keadaan fisik.
• Emosi.
• Hubungan interpersonal.
• Kondisi struktur.
I. Kode Etik Konselor
• Menjamin kenyamanan klien.
• Berorientasi terhadap kepentingan klien.
• Memiliki keterampilan dan teknik konseling.
• Memiliki prosedur rujukan.
• Mempertahankan dan mengembangkan kompetensi.
• Penghargaan terhadap klien.
• Bertanggung jawab.
• Menjaga kerahasiaan.
J. Konseling HIV & AIDS
Konseling HIV & AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan kons
elor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan b
erkaitan dengan HIV & AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal p
enularan HIV, fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketik
a klien menghadapi hasil tes positif.
K. Tujuan Konseling HIV & AIDS
• Menyediakan dukungan psikologis.
• Pencegahan penularan HIV.
• Memastikan efektivitas rujukan kesehatan.
L. Perbedaan Konseling HIV & AIDS dengan konseling secara umum :
• Membantu klien melakukan informed consent untuk tes HIV, CD4, atau viral load.
• Penilaian mengenai perilaku beresiko klien terhadap infeksi HIV (baik menularkan
atau tertular).
• Penggalian sejarah perilaku seks dan sejarah kesehatan klien.
• Memfasilitasi perubahan perilaku.
• Konfidensialitas klien sangat penting jika menyangkut isu stigma dan diskriminas
i.
• Kelompok-kelompok khusus (pecandu napza, penjaja seks, laki-laki berhubungan sek
s dengan laki-laki, waria, pekerja migrant, suku asli, dan pengungsi) menghadapi
isu.
M. Perlu dilakukan
• Mengidentifikasi perilaku berisiko klien.
• Mengidentifikasi informasi keberlanjutan konseling dan rujukan layanan konseling
VCT.

Anda mungkin juga menyukai