Oleh :
Kelompok II
1. Anna Mustikaningro
2. Erik Indawati
3. Vivi Minda Susanti
4. Ninik Hariyani
E. Perlu Dihindari
• Hanya menasehati.
• Bertanya secara interogatif.
• Memandang persoalan orang lain selalu sama dengan anda.
• Memandang enteng perasaan orang lain.
• Memberikan konseling terus berlangsung jika anda tidak paham persoalannya.
F. Teknik – Teknik Dasar Konseling
• Perilaku attending
• Empati.
• Refleksi.
• Eksplorasi.
• Menangkap pesan (Paraphrasing).
• Pertanyaan terbuka (Opened Question).
• Pertanyaan tertutup (Closed Question).
• Dorongan minimal (Minimal Encouragement).
• Interpretasi.
• Mengarahkan (Directing).
• Menyimpulkan sementara (Summarizing).
G. Prasyarat Konseling Yang Youth Friendly
• Konselor menjamin “ Privacy”.
• Tempat nyaman untuk melakukan konseling (ruangan & fasilitas, tenang dll)
• Sikap konselor terhadap klien.
H. Proses Pengambilan Keputusan
• Rasional / akal.
• Pertimbangan praktis.
• Keadaan fisik.
• Emosi.
• Hubungan interpersonal.
• Kondisi struktur.
I. Kode Etik Konselor
• Menjamin kenyamanan klien.
• Berorientasi terhadap kepentingan klien.
• Memiliki keterampilan dan teknik konseling.
• Memiliki prosedur rujukan.
• Mempertahankan dan mengembangkan kompetensi.
• Penghargaan terhadap klien.
• Bertanggung jawab.
• Menjaga kerahasiaan.
J. Konseling HIV & AIDS
Konseling HIV & AIDS merupakan komunikasi bersifat rahasia antara klien dan kons
elor bertujuan meningkatkan kemampuan menghadapi stres dan mengambil keputusan b
erkaitan dengan HIV & AIDS. Proses konseling termasuk evaluasi risiko personal p
enularan HIV, fasilitasi pencegahan perilaku dan evaluasi penyesuaian diri ketik
a klien menghadapi hasil tes positif.
K. Tujuan Konseling HIV & AIDS
• Menyediakan dukungan psikologis.
• Pencegahan penularan HIV.
• Memastikan efektivitas rujukan kesehatan.
L. Perbedaan Konseling HIV & AIDS dengan konseling secara umum :
• Membantu klien melakukan informed consent untuk tes HIV, CD4, atau viral load.
• Penilaian mengenai perilaku beresiko klien terhadap infeksi HIV (baik menularkan
atau tertular).
• Penggalian sejarah perilaku seks dan sejarah kesehatan klien.
• Memfasilitasi perubahan perilaku.
• Konfidensialitas klien sangat penting jika menyangkut isu stigma dan diskriminas
i.
• Kelompok-kelompok khusus (pecandu napza, penjaja seks, laki-laki berhubungan sek
s dengan laki-laki, waria, pekerja migrant, suku asli, dan pengungsi) menghadapi
isu.
M. Perlu dilakukan
• Mengidentifikasi perilaku berisiko klien.
• Mengidentifikasi informasi keberlanjutan konseling dan rujukan layanan konseling
VCT.